PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Penyakit Parkinson merupakan gangguan neurodegeneratif tersering ke-dua
setelah penyakit Alzheimer.1 Penyakit Parkinson menyerang jutaan penduduk di dunia
atau sekitar 1% dari total populasi dunia. Penyakit tersebut menyerang penduduk dari
berbagai etnis dan status sosial ekonomi.2
Penyakit Parkinson diperkirakan menyerang 876.665 orang Indonesia dari total
jumlah penduduk sebesar 238.452.952. Total kasus kematian akibat Penyakit Parkinson
di Indonesia menempati peringkat ke-12 di dunia atau peringkat ke-5 di Asia, dengan
prevalensi mencapai 1100 kematian pada tahun 2002. 3 Etiologi Penyakit Parkinson
belum diketahui. Penyakit ini dipercaya berkaitan dengan faktor usia, genetik, dan
lingkungan.4
Proporsi penduduk Lanjut Usia ( 60 tahun) di Indonesia semakin bertambah,
yaitu 5,4 % pada tahun 1980 menjadi 6,1% pada tahun 1995. 5 Proporsi penduduk Lanjut
Usia di Propinsi Jawa Tengah tahun 2000 6,1 % dan 6,3% pada tahun 2001. Peningkatan
ini antara lain karena keberhasilan program pembangunan nasional khususnya
pembangunan kesehatan sehingga berhasil meningkatkan angka harapan hidup, dari usia
52,41 tahun pada tahun 1980 menjadi usia 67,97 tahun pada tahun 2000.6
Peningkatan proporsi penduduk lanjut usia mempunyai konsekuensi tersendiri,
sebagai akibat menurunnya fungsi tubuh menyebabkan makin tingginya penyakit
degeneratif pada kelompok usia tersebut. Parkinson adalah penyakit neurodegeneratif
yang paling lazim setelah penyakit Alzheimer, dengan insiden di Inggris kira-kira
20/100.000 dan prevalensinya 100-160/100.000. Prevalensinya kira-kira 1 % pada umur
65 tahun dan meningkat 4-5% pada usia 85 tahun. 7-9
Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik langsung
maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun keluarga.
Penyakit ini dapat menyebabkan pasien mengalami ganguan pergerakan. Tanda-tanda
khas yang ditemukan pada penderita diantaranya resting tremor, rigiditas, bradikinesia,
dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut merupakan akibat dari degenerasi
neuron dopaminergik pada system nigrostriatal. Namun, derajat keparahan defisit
motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien sering disertai depresi, disfungsi
kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom. Penyakit ini menyebabkan penderita
tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang tidak disadarinya.7-9
Pengobatan Penyakit Parkinson saat ini bertujuan untuk mengurangi gejala
motorik dan memperlambat progresivitas penyakit. Tetapi selain gangguan motorik
penyakit Parkinson juga mengakibatkan gejala non motorik seperti depresi dan
penurunan kognitif, disamping terdapat efek terapi obat jangka panjang. Hal tersebut
tentu saja mempengaruhi kualitas hidup penderita Parkinson. Peningkatan kualitas hidup
adalah penting sebagai tujuan pengobatan.7-9
I.2 Tujuan Penulisan
Refarat ini dibuat untuk membahas aspek defenisi, epidemiologi, klasifikasi,
gambaran klinis, patogenesis, penatalaksanaan, serta terapi rehabilitasi medik pada
pasien-pasien Parkinson .
I.3. Manfaat Penulisan
Dengan adanya refarat ini diharapkan dapat diperoleh penjelasan mengenai
defenisi, epidemiologi, klasifikasi, gambaran klinis, patogenesis, penatalaksanaan dan
terapi rehabilitasi medik pada pasien-pasien penyakit Parkinson sehingga dapat
dilakukan penatalaksanaan yang maksimal.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Sejarah
Parkinsons Disease (Penyakit Parkinson) adalah penyakit neurodegeneratif yang
bersifat kronis progresif, dan merupakan penyakit terbanyak kedua setelah demensia
Alzheimer. Penyakit ini memiliki dimensi gejala yang sangat luas sehingga baik
langsung maupun tidak langsung mempengaruhi kualitas hidup penderita maupun
keluarga.6 Pertama kali ditemukan oleh seorang dokter inggris yang bernama James
Parkinson pada tahun 1887. Penyakit ini merupakan suatu kondisi ketika seseorang
mengalami ganguan pergerakan.7
Tanda-tanda khas yang ditemukan pada penderita diantaranya; resting tremor,
rigiditas, bradikinesia, dan instabilitas postural. Tanda-tanda motorik tersebut
merupakan akibat dari degenerasi neuron dopaminergik pada sistem nigrostriatal.
Namun, derajat keparahan defisit motorik tersebut beragam. Tanda-tanda motorik pasien
sering disertai depresi, disfungsi kognitif, gangguan tidur, dan disfungsi autonom.8
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit Gejala awalnya muncul sebelum usia
40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun. Secara keseluruhan,
pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan 1,6 % di Eropa,
meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia 85 89 tahun.8,9
II.2. Definisi
Parkinsons Disease (Penyakit Parkinson) merupakan suatu penyakit karena
gangguan pada ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman
dopamine dari substansia nigra ke globus palidus/neostriatum (striatal dopamine
deficiency).10
yang
terdiri
dari
protein
yang
disebut
dengan
Lewy
Bodies.
Neurodegeneratif pada parkinson juga terjadi pada daerah otak lain termasuk lokus
ceruleus, raphe nuklei, nukleus basalis Meynert, hipotalamus, korteks cerebri, motor
nukelus dari saraf kranial, serta sistem saraf otonom.11
II.3. Prevalensi
Penyakit Parkinson terjadi di seluruh dunia, jumlah penderita antara pria dan
wanita seimbang. 5 10 % orang yang terjangkit penyakit Parkinson, gejala awalnya
muncul sebelum usia 40 tahun, tapi rata-rata menyerang penderita pada usia 65 tahun.
Secara keseluruhan, pengaruh usia pada umumnya mencapai 1 % di seluruh dunia dan
1,6 % di Eropa, meningkat dari 0,6 % pada usia 60 64 tahun sampai 3,5 % pada usia
85 89 tahun.12
Di Amerika Serikat, ada sekitar 500.000 penderita Parkinson. Di Indonesia
sendiri, dengan jumlah penduduk 210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000400.000 penderita. Rata-rata usia penderita di atas 50 tahun dengan rentang usia sesuai
dengan penelitian yang dilakukan di beberapa rumah sakit di Sumatera dan Jawa; 18
hingga 85 tahun. Statistik menunjukkan, baik di luar negeri maupun di dalam negeri,
lelaki lebih banyak terkena dibanding perempuan, dengan perbandingan 3:2, dengan
alasan yang belum diketahui.13
II.4. Klasifikasi
Parkinsonism dapat dibagi atas 3 bagian besar, yaitu :14
a. Primer atau idiopatik : Penyakit Parkinson, Juvenile Parkinsonism
b. Sekunder atau simtomatik : berhubungan dengan infeksi, obat, toksin, penyakit
vaskuler, trauma, dan tumor otak.
c. Parkinson plus (disebut juga sebagai paraparkinson) : progressive supranuclear
palsy, degenerasi kortikobasal ganglionik, kelainan herediter seperti penyakit
Wilson, penyakit Huntington, dan lain-lain.
II.5. Etiologi
Etiologi Parkinson primer masih belum diketahui. Terdapat beberapa dugaan, di
antaranya ialah; infeksi oleh virus yang non-konvensional (belum diketahui), reaksi
abnormal terhadap virus yang sudah umum, pemaparan terhadap zat toksik yang belum
diketahui, serta terjadinya penuaan yang prematur atau dipercepat.11
Parkinson disebabkan oleh rusaknya sel-sel otak, tepatnya di substansi nigra.
Suatu kelompok sel yang mengatur gerakan-gerakan yang tidak dikehendaki
(involuntary). Akibatnya, penderita tidak bisa mengatur/menahan gerakan-gerakan yang
tidak disadarinya. Mekanisme bagaimana kerusakan itu terjadi belum jelas benar.
Beberapa hal yang diduga bisa menyebabkan parkinson adalah sebagai berikut:11
1. Usia
Insiden meningkat dari 10 per 10.000 penduduk pada usia 50 sampai 200 dari 10.000
penduduk pada usia 80 tahun. Hal ini berkaitan dengan reaksi mikrogilial yang
mempengaruhi kerusakan neuronal, terutama pada substansia nigra.
2. Genetik
Penelitian menunjukkan adanya mutasi genetik yang berperan pada Parkinsons
Disease. Yaitu mutasi pada gen sinuklein pada lengan panjang kromosom 4 (PARK1)
pada pasien dengan Parkinsonism autosomal dominan. Pada pasien dengan autosomal
resesif, ditemukan delesi dan mutasi point pada gen parkin (PARK2) di kromosom.
Selain itu juga ditemukan adanya disfungsi mitokondria.15
Adanya riwayat Parkinsons Disease pada keluarga meningkatkan faktor resiko
menderita Parkinsons Disease sebesar 8,8 kali pada usia kurang dari 70 tahun dan 2,8
kali pada usia lebih dari 70 tahun. Meskipun sangat jarang, jika disebabkan oleh
keturunan, gejala parkinsonisme tampak pada usia relatif muda. Kasus-kasus genetika di
USA sangat sedikit, belum ditemukan kasus genetika pada 100 penderita yang diperiksa.
Di Eropa pun demikian. Penelitian di Jerman menemukan hasil nol pada 70 penderita.
Contoh klasik dari penyebab genetika ditemukan pada keluarga-keluarga di Italia karena
kasus penyakit itu terjadi pada usia 46 tahun.13
3. Faktor Lingkungan
a. Xenobiotik
Berhubungan erat dengan paparan pestisida yang dapat menimbulkan kerusakan
mitokondria.
b. Pekerjaan
Lebih banyak pada orang dengan paparan metal yang lebih tinggi dan lama.
c. Infeksi
Paparan virus influenza intra-utero diduga turut menjadi faktor predesposisi
Parkinsons Disease melalui kerusakan substansia nigra. Penelitian pada hewan
menunjukkan adanya kerusakan substansia nigra oleh infeksi Nocardia astroides.
d. Diet
Konsumsi lemak dan kalori tinggi meningkatkan stress oksidatif, salah satu
mekanisme kerusakan neuronal pada Parkinsons Disease. Sebaliknya, kopi
merupakan neuroprotektif.
e. Trauma kepala
Cedera kranio serebral bisa menyebabkan Parkinsons Disease, meski
mekanismenya masih belum jelas benar.
f. Stres dan depresi
Beberapa penelitian menunjukkan depresi dapat mendahului gejala motorik.
Depresi dan stres dihubungkan dengan Parkinsons Disease karena pada stres
dan depresi terjadi peningkatan turnover katekolamin yang memacu stres
oksidatif.
II.6. Patofisiologi 11
Dua hipotesis yang disebut juga sebagai mekanisme degenerasi neuronal pada
penyakit Parkinson ialah: hipotesis radikal bebas dan hipotesis neurotoksin.
1. Hipotesis radikal bebas
Diduga bahwa oksidasi enzimatik dari dopamine dapat merusak neuron nigrotriatal,
karena proses ini menghasilkan hidrogren peroksid dan radikal oksi lainnya. Walaupun
ada mekanisme pelindung untuk mencegah kerusakan dari stress oksidatif, namun pada
usia lanjut mungkin mekanisme ini gagal.
2. Hipotesis neurotoksin
Diduga satu atau lebih macam zat neurotoksik berpera pada proses neurodegenerasi
pada Parkinson.
Pandangan saat ini menekankan pentingnya ganglia basal dalam menyusun
rencana neurofisiologi yang dibutuhkan dalam melakukan gerakan, dan bagian yang
6
diperankan oleh serebelum ialah mengevaluasi informasi yang didapat sebagai umpan
balik mengenai pelaksanaan gerakan. Ganglia basal tugas primernya adalah
mengumpulkan program untuk gerakan, sedangkan serebelum memonitor dan
melakukan
pembetulan
kesalahan
yang
terjadi
seaktu
program
gerakan
Perubahan
neurotransmiter
dan
neuropeptida
menyebabkan
perubahan
terdapat
pada
jari
tangan,
tremor
kasar
pada
sendi
10
(1) tubuh condong ke depan, (2) bahu abduksi, (3) siku fleksi 90, (4) pergelangan
tangan ekstensi, (5) Hip dan lutut semifleksi.
g. Bicara Monoton
Hal ini karena bradikinesia dan rigiditas otot pernapasan, pita suara, otot
laring, sehingga bila berbicara atau mengucapkan kata-kata yang monoton
dengan volume suara halus ( suara bisikan ) yang lambat.10
h. Gangguan Behavioral
Lambat-laun menjadi dependen ( tergantung kepada orang lain ), mudah
takut, sikap kurang tegas, depresi. Cara berpikir dan respon terhadap pertanyaan
lambat (bradifrenia) biasanya masih dapat memberikan jawaban yang betul, asal
diberi waktu yang cukup.10
i. Gejala Lain
Kedua mata berkedip-kedip dengan gencar pada pengetukan diatas
pangkal hidungnya (tanda Myerson positif)10
a. Disfungsi otonom
-
suatu
kegagalan
sistemsaraf
otonom
untuk
melakukan
penyesuaian tekanan darah sebagai jawaban atas perubahan posisi badan berkurangnya atau hilangnya kepekaan indra perasa bau (microsmia atau
anosmia).
Lenggang
Menulis : mikrografia
Mimik wajah
Tes tumit-lutut : pasien berbaring dan kedua tungkai diluruskan, lalu pasien
menempatkan tumit pada lutut kaki yang lain.
II.8. Diagnosis
Untuk menegakkan diagnosis, dapat melihat dari derajat berdasarkan kriteria
Hoehn and Yahr (1967), yaitu: 18
Stadium 1 :
Gejala dan tanda pada satu sisi, terdapat gejala yang ringan, terdapat
gejala yang mengganggu tetapi belum menimbulkan kecacatan, biasanya
terdapat tremor pada satu anggota gerak.
Stadium 2 :
Stadium 3 :
Stadium 4 :
Terdapat gejala yang berat, masih dapat berjalan hanya untuk jarak
tertentu, rigiditas dan bradikinesia, tidak mampu berdiri sendiri, tremor
dapat berkurang dibandingkan stadium sebelumnya
Stadium 5 :
Probable
Definite
EEG
Biasanya terjadi perlambatan yang progresif
CT Scan kepala
13
dopaminergik
oleh
L-aromatik
asam
amino
dekarboksilase
(dopa
waktu. Berguna untuk mengendalikan gejala dari Parkinsons Disease. Yaitu untuk
mengaluskan pergerakan.20
Selegilin dan rasagilin mengurangi gejala dengan dengan menginhibisi monoamine
oksidase B (MAO-B), sehingga menghambat perusakan dopamine yang dikeluarkan
oleh neuron dopaminergik. Metabolitnya mengandung L-amphetamin and Lmethamphetamin. Efek sampingnya adalah insomnia. Kombinasi dengan L-dopa dapat
meningkatkan angka kematian, yang sampai saat ini tidak bisa diterangkan secara jelas.
Efek lain dari kombinasi ini adalah stomatitis.19
f. Amantadine
Berguna untuk perawatan akinesia, dyskinesia, kekakuan, gemetaran.16
g. Inhibitor dopa-dekarboksilasi dan levodopa
Untuk mencegah agar levodopa tidak diubah menjadi dopamin di luar otak, maka
levodopa dikombinasikan dengan inhibitor enzim dopa dekarboksilase. Untuk maksud
ini dapat digunakan karbidopa atau benserazide ( madopar ). Dopamin dan karbidopa
tidak dapat menembus sawar-otak-darah. Dengan demikian lebih banyak levodopa yang
dapat menembus sawar-otak-darah, untuk kemudian dikonversi menjadi dopamine di
otak. Efek sampingnya umunya hampir sama dengan efek samping yang ditimbulkan
oleh levodopa.16
2. Deep Brain Stimulation (DBS)17
Pada tahun 1987, diperkenalkan pengobatan dengan cara memasukkan elektroda
yang memancarkan impuls listrik frekuensi tinggi terus-menerus ke dalam otak. Terapi
ini disebut deep brain stimulation (DBS). DBS adalah tindakan minimal invasif yang
dioperasikan melalui panduan komputer dengan tingkat kerusakan minimal untuk
mencangkokkan alat medis yang disebut neurostimulator untuk menghasilkan stimulasi
elektrik pada wilayah target di dalam otak yang terlibat dalam pengendalian gerakan.
Terapi ini memberikan stimulasi elektrik rendah pada thalamus. Stimulasi ini
digerakkan oleh alat medis implant yang menekan tremor. Terapi ini memberikan
kemungkinan penekanan pada semua gejala dan efek samping, dokter menargetkan
wilayahsubthalamic nucleus (STN) dan globus pallidus (GP) sebagai wilayah stimulasi
elektris. Pilihan wilayah target tergantung pada penilaian klinis.
16
Kini DBS menawarkan harapan baru bagi hidup yang lebih baik dengan
kemajuan pembedahan terkini kepada para pasien dengan Parkinsons Disease. DBS
direkomendasikan bagi pasien dengan Parkinsons Disease tahap lanjut (stadium 3 atau
stadium 4) yang masih memberikan respon terhadap levodopa.
Pengendalian parkinson dengan terapi DBS menunjukkan keberhasilan 90%.
Berdasarkan penelitian, sebanyak 8 atau 9 dari 10 orang yang menggunakan terapi DBS
mencapai peningkatan kemampuan untuk melakukan akltivitas normal sehari-hari.
Selain terapi obat yang diberikan, pemberian makanan harus benar-benar
diperhatikan, karena kekakuan otot bisa menyebabkan penderita mengalami kesulitan
untuk menelan sehingga bisa terjadi kekurangan gizi (malnutrisi) pada penderita.
Makanan berserat akan membantu mengurangi ganguan pencernaan yang disebabkan
kurangnya aktivitas, cairan dan beberapa obat.
3. Terapi Fisik
Sebagian terbesar penderita Parkinson akan merasa efek baik dari terapi fisik.
Pasien akan termotifasi sehingga terapi ini bisa dilakukan di rumah, dengan diberikan
petunjuk atau latihan contoh diklinik terapi fisik. Program terapi fisik pada Parkinsons
Disease merupakan program jangka panjang dan jenis terapi disesuaikan dengan
perkembangan atau perburukan penyakit, misalnya perubahan pada rigiditas, tremor dan
hambatan lainnya.16
Latihan fisik yang teratur, termasuk yoga, taichi, ataupun tari dapat bermanfaat
dalam menjaga dan meningkatkan mobilitas, fleksibilitas, keseimbangan, dan range of
motion. Latihan dasar selalu dianjurkan, seperti membawa tas, memakai dasi,
mengunyah keras, dan memindahkan makanan di dalam mulut.16
4. Operasi
Operasi untuk penderita Parkinson jarang dilakukan sejak ditemukannya
levodopa. Operasi dilakukan pada pasien dengan Parkinson yang sudah parah di mana
terapi dengan obat tidak mencukupi. Operasi dilakukan thalatotomi dan stimulasi
thalamik.20
5. Terapi neuroprotektif
Terapi neuroprotektif dapat melindungi neuron dari kematian sel yang diinduksi
progresifitas penyakit. Yang sedang dikembangkan sebagai agen neuroprotektif adalah
17
6. Nutrisi
Beberapa nutrien telah diuji dalam studi klinik klinik untuk kemudian digunakan
secara luas untuk mengobati pasien Parkinson. Sebagai contoh, L- Tyrosin yang
merupakan suatu perkusor L-dopa mennjukkan efektifitas sekitar 70 % dalam
mengurangi gejala penyakit ini. Zat besi (Fe), suatu kofaktor penting dalam biosintesis
L-dopa mengurangi 10%- 60% gejala pada penelitian terhadap 110 pasien.16
THFA, NADH, dan piridoxin yang merupakan koenzim dan perkusor koenzim
dalam biosintesis dopamine menunjukkan efektifitas yang lebih rendah dibanding LTyrosin dan zat besi. Vitamin C dan vitamin E dosis tinggi secara teori dapat
mengurangi kerusakan sel yang terjadi pada pasien Parkinson. Kedua vitamin tersebut
diperlukan dalam aktifitas enzim superoxide dismutase dan katalase untuk menetralkan
anion superoxide yang dapat merusak sel.16
Belum lama ini, Koenzim Q10 juga telah digunakan dengan cara kerja yang
mirip dengan vitamin A dan E. MitoQ adalah suatu zat sintesis baru yang memiliki
struktur dan fungsi mirip dengan koenzim Q10.16
II.11. Prognosis
Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.16
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progress hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian.18
Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda-berbeda. Kebanyakan
pasien berespon terhadap medikasi. Perluasan gejala berkurang, dan lamanya gejala
terkontrol sangat bervariasi. Efek samping pengobatan terkadang dapat sangat parah.19
18
Parkinsons Disease (PD) sendiri tidak dianggap sebagai penyakit yang fatal,
tetapi berkembang sejalan dengan waktu. Rata-rata harapan hidup pada pasien PD pada
umumnya lebih rendah dibandingkan yang tidak menderita PD. Pada tahap akhir, PD
dapat menyebabkan komplikasi seperti tersedak, pneumoni, dan memburuk yang dapat
menyebabkan kematian.20
Progresifitas gejala pada PD dapat berlangsung 20 tahun atau lebih. Namun
demikian pada beberapa orang dapat lebih singkat. Tidak ada cara yang tepat untuk
memprediksikan lamanya penyakit ini pada masing-masing individu. Dengan terapi
yang tepat, kebanyakan pasien PD dapat hidup produktif beberapa tahun setelah
diagnosis.19
II.12. REHABILITASI MEDIK
Peranan rehabilitasi medik pada penyakit Parkinson adalah :
-
Mencegah kontraktur oleh karena rigiditas, dengan gerakan pasif perlahan namun
full ROM.
Meningkatkan nilai otot secara general dengan fasilitasi gerak yang dimulai dari
sendi proximal, misalnya dengan menggunakan PNF, NDT atau konvensional.
19
Pola otot yang abnormal ditekan sebelum pola otot yang normal muncul.
20
21
2. Persiapan Pasien
Pasien dipersiapkan antara lain:
Posisi pasien dalam keadaan tidur terlentang dengan menggunakan kaca mata
pelindung
Sinar infra red diarahkan tegak lurus pada daerah yang akan diterapi
3. Dosis
22
Intensitas
Durasi
Frekwensi
Usia tua
Adanya komorbiditas
Myocardial infarction
Diabetes mellitus
Parkinsons Disease yang berat
Kelemahan yang berat
Skor awal ADL yang rendah
Penundaan dalam memulai rehabilitasi sejak onset
mampuan dari lengan dan tungkai untuk melakukan gerakan yang terkoordinasi, yaitu
ketidak mampuan untuk meletakkan posisi dan mengatakan dimana posisi lengan dan
tungkai jika bergerak tanpa pasien melihat gerakan.
Dasar fisiologi Frenkels exercise sebagai berikut :
a. Perbaikan koordinasi melalui indra yang lain
b. Belajar kembali tentang fungsi dan pola fungsional yang hilang
Prinsip latihan antara lain sebagai berikut :
a. Tujuan latihan untuk melatih koordinasi bukan untuk tujuan penguatan otot.
b. Selama latihan harus diberikan instruksi dan aba-aba, suara yang lembut, dan
selama latihan harus dihitung.
c. Pasien diposisikan sedemikian rupa sehingga dapat dengan mudah melihat
gerakan yang dilakukan.
d. Untuk menghindari kelelahan setiap gerakan dilakukan tidak boleh lebih dari
empat kali dan diselingi istirahat diantara setiap gerakan.
e. Latihan dilakukan dalam ROM yang normal untuk menghindari over-streching
dari otot.
f. Latihan dimulai dari gerakan yang sederhana kemudian ditingkatkan pada pola
gerakan yang lebih sulit.
Gerakan dalam Frenkels exercise antara lain :
a. Fine motor, Gerakan halus yang memerlukan keterampilan dan koordinasi visual
yang prima serta melibatkan extremitas superior
b. Gross motor, gerakan kasar yang melibatkan aktivitas tungkai atau axtremitas
inferior.
Posisi latihan yang dapat dilakukan antara lain :
a. Posisi tidur terlentang (Lying)
Posisi awal : Tidur terlentang pada tempat tidur dengan permukaan yang lembut
sehingga lengan dan tungkai mudah digerakkan dan kepala lebih tinggi dengan disangga
bantal supaya pasien dapat melihat dengan jelas setiap gerakan yang dilakukan. Adapun
gerakan yang dilakukan sebagai berikut :
a) Tekuk satu lutut dan panggul dan geser tumit sepanjang tempat tidur, luruskan
kembali keposisi awal. Ulangi gerakan pada tungkai yang lain.
b) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul seperti pada posisi 1, geser ke
samping, kembali ketengah kemudian luruskan tungkai kembali ke posisi awal.
Ulangi gerakan pada tungkai yang lain.
c) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul dengan tumit terangkat dari tempat
tidur, luruskan kembali keposisi awal dan ulangi pada tungkai yang lainnya.
25
d) Tekuk dan luruskan satu tungkai pada lutut dan panggul dengan tumit digeser
pada tempat tidur kemudian berhenti jika diberi aba-aba. ulangi pada tungkai
yang lainnya.
e) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul dan letakkan tumit pada lutut tungkai
yang lain, kemudian geser kebawah sepanjang tulang kering kearah pergelangan
kaki dan kembali keatas kearah lutut, kembali keposisi awal. ulangi pada tungkai
yang lainnya.
f) Tekuk kedua lutut dan panggul, rapatkan kedua pergelangan kaki dan geser
kedua tumit sepanjang tempat tidur dengan kedua pergelangan kaki tetap rapat,
luruskan kedua pergelangan kaki tepat rapat, luruskan kedua tungkai dan
kembali keposisi awal.
g) Tekuk satu tungkai pada lutut dan panggul bersamaan dengan satu tungkai yang
lain diluruskan seperti gerakan mengayuh sepeda.
b. Posisi duduk
Posisi awal : Duduk tegak pada kursi dengan kedua kaki menempel dilantai.
Gerakannya :
a) Buatlah tanda, angkat sebatas tumit, kemudian tingkatkan gerakan dengan
mengangkat seluruh kaki dan letakkan kaki secara perlahan pada gambar telapak
kaki yang digambar dilantai.
b) Buat dua garis menyilang dilantai, secara bergantian geser kaki sepanjang garis
ke arah depan, belakang, kiri dan kanan.
26
c) Belajar untuk bangkit berdiri dan duduk kembali dengan hitungan gerakan :
Hitungan kesatu : tekuk kedua lutut geser kebelakang
Hitungan kedua : condongkan badan kedepan
Hitungan ketiga : angkat badan dengan meluruskan kedua tungkai dan luruskan
punggung
Ulangi proses ini untuk ke posisi duduk kembali.
c. Posisi berjalan
Posisi awal : Berdiri tegak dengan jarak kedua kaki 4-6 inchi. Gerakannya :
a) Berjalan ke samping dimulai dari setengah langkah ke kanan. Lakukan gerakan
ini dengan urutan hitungan.
Hitungan pertama
: Pindahkan berat badan pada kaki kiri
Hitungan kedua
: Letakkan kaki kanan 12 inchi kekanan
Hitungan ketiga
: Pindahkan berat badan kekaki kanan.
Hitungan keempat
: Angkat kaki kiri melewati kaki kanan.
Ulangi pada tungkai yang lainnya.
b) Berjalan kedepan diantara kedua garis sejajar dengan jarak 14 inchi, letakkan
kaki kanan disamping garis kanan, letakkan kaki kiri disamping garis kiri, dan
kemudian berjalan dengan koreksi pada langkah kaki. Istirahat setelah 10
langkah.
c) Berjalan kedepan dengan meletakkan setiap kaki pada gambar kaki yang sudah
digambar dilantai. Latihan dengan quarter steps, half steps, three quarter streps
dan full streps.
27
d) Berputar kekanan, dengan hitungan pertama : Angkat jari-jari kaki kanan dan
putar keluar, pivot pada tumit. Hitungan kedua : Angkat tumit kiri dan pivot pada
jari-jari kaki putar kedalam. Hitungan ketiga : Berputar penuh. Ulangi gerakan
untuk berputar kekiri.
e) Berjalan naik dan turun tangga. Berjalan satu langkah, letakkan kaki kanan
ditangga kemudian angkat kaki kiri letakkan disamping kaki kanan, kemudian
lanjutkan ke anak tangga selanjutnya dengan pola sama. Kemudian lanjutkan
latihan dengan melangkah bergantian dengan langkah biasa setiap anak tangga.
Awal latihan gunakan pegangan kemudian keseimbangan ditingkatkan tanpa
pegangan.
d. Latihan untuk ekstremitas atas.
a)
b)
c)
d)
28
jika sedang
beristirahat. Namun, jika orang itu diminta melakukan sesuatu, getaran tersebut tidak
terlihat lagi. Itu yang disebut resting tremor, yang hilang juga sewaktu tidur. Fungsi
tangan begitu penting dalam melakukan aktivitas sehari-hari dan merupakan bagian
yang paling aktif.
Latihan fungsional tangan dapat berupa:
Membuka tangan.
sebelumnya tidak bisa tidur dengan lelap. Walaupun tidur lelap, namun bila badan terasa
tidak bugar, tidak disarankan senam, karena hal ini dapat menurunkan koordinasi
gerakan.
Gerakan 1: Melatih otot pelvis
Fungsi: Memfiksasi panggul supaya tidak mudah jatuh.
Cara: Duduk tegak di atas bola, kedua kaki agak terbuka. Jaga keseimbangan. Tegak dan
pertahankan dalam waktu 10 detik, rileks, ulangi lagi gerakan sebanyak 10 kali.
Gerakan 2: Memindahkan berat badan ke satu sisi
Fungsi: Melatih rasa gerak sendi panggul dan otot-ototnya agar siap menghadapi
perubahan posisi. Penting untuk mengatur strategi agar tidak jatuh terutama saat berdiri.
Cara: Posisi awal duduk tegak di atas bola. Kemudian, gerakkan bola dengan pantat ke
kanan. Tahan dengan kedua tangan dan sebagian badan digerakkan ke arah berlawanan.
Ini dilakukan untuk menahan berat badan jangan sampai jatuh menggelinding ke kanan.
Ulangi 10 kali dengan arah berlawanan secara bergantian.
Gerakan 3: Penguatan otot pinggang, perut, dan paha
Fungsi: Menguatkan otot pinggang, perut, dan paha yang merupakan bagian dari
penjaga keseimbangan.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kedua tangan saling bersentuhan. Angkat salah satu
kaki perlahan hingga lurus sejajar paha. Lakukan gerakan dengan kaki yang berbeda.
Ulangi 10 kali.
Gerakan 4: Melatih gerak sendi panggul
Fungsi: Menjaga keseimbangan.
Cara: Duduk tegak di atas bola. Kemudian gerakkan bola dengan pantat sedikit ke
belakang. Kedua tangan diluruskan ke depan untuk menahan berat badan agar tidak
jatuh ke belakang. Kembali lagi ke depan. Ulangi 10 kali.
Gerakan 5: Penguatan otot paha
31
Fungsi: Stabilisator sendi lutut. Mengurangi kemungkinan jatuh akibat kelemahan otot
paha. Mengurangi nyeri otot.
Cara: Berdiri tegap dengan bola di belakang punggung. Turunkan bola dengan
menggunakan tubuh bagian belakang. Turunkan hingga posisi kaki menekuk 90 derajat
seperti mau duduk. Saat turun tahan 5 detik. Kemudian naik ke posisi semula dan ulangi
lagi sebanyak 10 kali.
Gerakan 6: Melatih kelenturan otot punggung
Fungsi: Otot punggung menjadi lentur. Membuat gerak fleksibel, mengurangi risiko
jatuh dan mencegah kekakuan pada panggul.
Cara: Duduk tegap di atas bola. Kemudian gerakkan dan turunkan badan ke salah satu
sisi. Posisikan kedua tangan sejajar menyentuh lantai sesuai arah badan. Ulangi dengan
arah bergantian. Masing-masing arah (kanan-kiri) diulangi sampai lima.
32
BAB III
KESIMPULAN
Parkinsons Disease (Penyakit Parkinson) adalah penyakit neurodegeneratif yang
bersifat kronis progresif, merupakan suatu penyakit/sindrom karena gangguan pada
ganglia basalis akibat penurunan atau tidak adanya pengiriman dopamine dari substansia
nigra ke globus palidus/ neostriatum (striatal dopamine deficiency). Di Amerika Serikat,
ada sekitar 500.000 penderita parkinson. Di Indonesia sendiri, dengan jumlah penduduk
210 juta orang, diperkirakan ada sekitar 200.000-400.000 penderita.
Penyakit Parkinson merupakan penyakit kronis yang membutuhkan penanganan
secara holistik meliputi berbagai bidang. Pada saat ini tidak ada terapi untuk
menyembuhkan penyakit ini, tetapi pengobatan dan operasi dapat mengatasi gejala yang
timbul. Obat-obatan yang ada sekarang hanya menekan gejala-gejala parkinson,
sedangkan perjalanan penyakit itu belum bisa dihentikan sampai saat ini. Sekali terkena
parkinson, maka penyakit ini akan menemani sepanjang hidupnya.
Tanpa perawatan, gangguan yang terjadi mengalami progres hingga terjadi total
disabilitas, sering disertai dengan ketidakmampuan fungsi otak general, dan dapat
menyebabkan kematian. Dengan perawatan, gangguan pada setiap pasien berbeda33
DAFTAR PUSTAKA
1. Dick, F.D. et al. 2007. Environmental Risk Factors for Parkinsons Disease and
Parkinsonism: the Geoparkinson Study on Behalf of the Geoparkinson Study
Group. Occup Environ Med. 64:666672.
2. Samii, A., Nutt J.G., Ransom B.R. 2004. Parkinsons Disease. Lancet. 363: 178393.
3. World Health Organization. Department of Measurement and Health Information.
December 2004. Estimated total deaths (2000), by cause and WHO Member State,
2002.
4. Leah, M..R. dan Salil K.D. 2007. Cigarette Smoking and Parkinsons Disease.
EXCLI Journal. 6:93-99.
5. Departemen Kesehatan RI : Profil Kesehatan Indonesia 1995.
6. Dinas Kesehatan Tingkat I Jawa Tengah : Profil Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
tahun 2003.
7. Thomson F, Muir A, Stirton J et al. Parkinsons Disease . The Parmaceutical Journal
2001; Vol.267 : 600 612
8. Stephen K, Eeden VD, Caroline M. Incidence of Parkinsons Disease: Variation by
Age, Gender, and Race/Ethnicity. Am J Epidemiol, 2003; 157: 1015 22.
34
9.
CE,
Moore
AP.
Parkinsons
Disease.
http://www.aafp.org/afp/
Tapan,
2003.
Parkinson
http://www.suarapembaruan.com
Disease:
Diagnosis
and
Treatment,http://www.aafp.org/afp/
deep
brain
stimulation
bantu
kendalikan
Parkinsons
Disease.
2007.http://www.medicastore.com/med/index.php?
id=&iddtl=&idktg=&idobat=&UID=20080527174540125.163.140.209
20. Maurice Victor, Allan H. Ropper, Raymond D, 2000. Adams & Victors Principles
Of Neurology 7th edition. Parkinson Disease (Paralysis Agitans)
21. Greg Juhn, M.T.P.W., David R. Eltz, Kelli A. Stacy, Daniel Kantor, M.D., 2006.
University of Florida Health Science Center, Jacksonville, FL. Parkinsons
disease.http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000755.htm#Treatment
22. Lewis P. Rowland, 2000. Merritts Neurology 10th Edition. Parkinsonism: Stanley
Fahn and Serge Przedborski
35
36