FROZEN SHOULDER
REFERAT
Diajukan untuk mencapai persyaratan Pendidikan Dokter
Stase Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi Medik Fakultas
kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pembimbing : dr. Siswarni, Sp.KFR
Oleh:
Lina Zaenabu
J500100013
Pradetyawan
J500100062
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2015
REFERAT
J500100013
PradetyawanJ500100062
Telah disetujui dan disyahkan oleh bagian Program Pendidikan Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta
Pada hari
Pembimbing:
dipresentasikan dihadapan:
BAB I
PENDAHULUAN
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan
kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap
orang agar terwujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk
mencapainya perlu masyarakat yang sehat meliputi fisik
maupun non fisik (Depkes RI, 2006). Gerak adalah suatu ciri
kehidupan dimana dengan bergerak manusia bisa melakukan
aktifitas fungsionalnya dan kualitas dari aktifitas fungsional
manusia
sangat
ditentukan
oleh
kualitas
gerak
yang
terjadi
pula
penurunan
fungsi
struktur
tubuh
gangguan
dapat
menyebabkan
timbulnya
terjadi
setelah
cidera
ringan
tapi
kebanyakan
setelah
fraktur
atau
karena
penyakit
merupakan
nonspesifik,
terutama
mengakibatkan
suatu
pada
penebalan
sendi
sendi
reaksi
glenohumeral,
inflamasi
jaringan
kapsuler
seperti
kronis
sinovial,
dari
dan
sinovial.
Ada
capsulitis,
Pericapsulitis,
kekakuan
pada
bahu
terjadi
keterbatasan
gerak
pada
sendi
bahu
gerak
pasif,
karena
itu
penderita
frozen
menyebabkan
timbulnya
inaktivitas
pada
otot
ini
maka
diperlukan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Istilah frozen shouder hanya digunakan untuk penyakit
yang sudah diketahui dengan baik yang ditandai dengan nyeri
dan
kekakuan
tendonitis
progresif
kronis
tapi
bahu.
Proses
peradangan
perubahan-perubahan
dari
peradangan
dapat
hilang
dengan
perlengketan.
Frozen
diikuti
erosi
tuberculum
humeri
yang
akan
pertama
kali
ditemukan
pada
tendon
lalu
ini
mungkin
sudah
sebelumnya.
Anatomi
terjadi
beberapa
tahun
suprahumeralis,
scapulocostalis,
sternoclavicularis,
acromioclavicularis,
costosternalis
dan
ke dalam
oleh
caput
humerrus
dengan
cavitas
glenoidalisscapulae,
yang
diperluas
dengan
adanya
acromion,
procecus
coracoideus,
dan
ligamen-
caput
humerus
selalu
dipelihara
pada
cavitas
glenoidalisnya.
Ligamen-ligamen
glenohumeral
yang
antara
memperkuat
lain
sendi
ligamenglenoidalis,
glenoidalis
dan
collum
anatomicum
humeri
dari
tendon
infra
terletak
diatas
ligamentum coracoclaviculare
f. Bursa otot subscapularis terletak diantar sisi glenoidalis
scapulae dengan otot subscapularis.
g. Bursa subcutanea acromialis, terletak diatas acromion
dibawah kulit
Ada
dua
tipe
dasar
gerakan
tulang
atau
berputar
merupakan
pada
gerakan
suatu
menurut
aksis
garis
dan
lurus
translasi
dan
kedua
dua
tipe
dasar
gerakan
tulang
atau
gerakan
artrokinematika.
Rotasi
tulang
atau
oleh
extremitas
glenoidalis
clavikula,
articulation
sellaris,
tetapi
fungsionalnya
luas,sehingga
kemungkinan
gerakan
interclaviculare,
medial
yang
extremitassternalis,
yang
membentang
lewat
sebelah
membentang
30.
Sedangkan
gerak
osteokinematikanya
10
dataran
ventral
sampai
dataran
caudal
clavicula.
b. ligament coraco clavicuculare, terdiri dari 2 ligament
yaitu:
1)
dataran
lateral
procecuscoraoideus
sampai
berkaitan
dengan
gerak
pada
sendi
11
Sendi
subacromiale
berada
diantara
arcus
mendekati,
biasanya
akan
menimbulkan
nyeri
(Mudatsir, 2007).
Epidemiologi
Prevalensinya adalah 2-5% dan biasaya terjadi pada
usia dewasa antara 40 sampai 65 tahun (Kelley et all,
2013). Dari 2-5% populasi sekitar 60% dari kasus Frozen
Shoulder lebih banyak mengenai perempuan dibanding
laki-laki. Frozen Shoulder juga terjadi pada 10-20% dari
penderita diabetes mellitus yang merupakan salah satu
faktor resiko Frozen Shoulder (Sandor & Brone, 2000).
Etiologi
Etiologi dari frozen shoulder masih belum diketahui
dengan pasti. Adapun faktor-faktor yang memiliki resiko lebih
besar untuk terjadi frozen shoulder antara lain periode
immobilisasi yang lama, akibat trauma, injuries atau operasi
12
pada
sendi,diabetes,
hipertiroid,
hipertiroid,
penyakit
permukaan
memungkinkan
sendi
gerakan
tetapi
secara
terlipat
penuh.
sehingga
Sinovium
satu
persatu
bagian
secara
detail.
Guna
13
adhesive
ditandai
dengan
adanya
gerakan
aktif
maupun
pasif.
Ini
adalah
suatu
diabetes
melitus,
fraktur
immobilisasi
dalam
mengangkat
14
lengannya
(abduksi),
penderita
sehingga
dalam
penderita
mengangkat
akan
lengannya
melakukandengan
atropi
bahu
(dalam
berbagaoi
tingkatan).
b.
15
Diagnosis
a. Anamnesis
Hal-hal yang harus ditanyakan kepada pasien adalah sebagai
berikut:
-
b. Pemeriksaan fisik
Pada frozen shoulder merupakan gangguan pada kapsul
sendi, maka gerakan aktif maupun pasif terbatas dan nyeri. Nyeri
dapat menjalar ke leher, lengan atas dan punggung, perlu dilihat
faktor pencetus timbulnya nyeri. Gerakan pasif dan aktif
16
sakit
apakah
terdapat
deformitas,
tanda
inflamasi.
Normal
Fleksi-ekstensi
45- 0- 180
Abduksi-adduksi
180- 0- 60
90- 0- 90
(90)
Status motorik normal
Pemeriksaan
Ekstremitas
Superior
Dekstra Sinistra
5
5
5
5
C5 (fleksor siku)
C6 (ekstensor pergelangan
tangan)
C7 (ekstensor siku)
C8 (fleskor jari)
T1 (abduktor jari kelingking )
17
5
5
5
5
5
5
Appley
scratch
mengeveluasi
test
lingkup
merupakan
gerak
sendi
tes
tercepat
aktif
pasien
untuk
diminta
muskulotendineus
berkelanjutan
mendatar,
akan
bahkan
terlihat
kempis,
rotator
bahu
cuff.
yang
karena
Bila
terkena
atrofi
gangguan
reliefnya
otot
deltoid,
18
Pemeriksa
mengabduksikan
bahu
pasien
90
dan
mengatakan pada pasien untuk menurunkan lenan pelanpelan, hasil test positif jikapasien tidak dapat menurunkan
lengan secara pelan atau merasakan nyeri yan berat. Hasil
yang positif menunjukkan robekan pada rotator cuff
(Frontera et all, 2007).
Yergasons test
o Pasien : duduk pada kursi dengan lengan posisi istirahat, fleksi siku 90
dan lengan bawah pronasi
o Pemeriksa : menggenggam lengan bawah pasien pada proksimal dari
pergelangan tangan, kemudian melawan dengan supinasi aktif
o Positif jika nyeri pada alur bisipital
o Konsisten dengan tendonitis bisipital atau tendinopathy (Miller et all,
2009)
19
Penatalaksaan
Terapi konservative diantaranya istirahat, analgesik, dan
latihan
ROM.
Terapi
pilihan
yang
lain
adalah
injeksi
sesegera
mungkin,
pada
beberapa
penelitian
otot.
Beberapa
penulis
menganjurkan
pemberian
(gangguan
aktivitas
handicap
(gangguan
kerja
meningkatkan
kemampuan
kehidupan
dan
peran
sehari-hari),
sosial)
penyandang
serta
mencapai
integrasi sosial.
2) Tujuan rehabilitasi medik:
-meniadakan keadaan impairment, disability, handicap bila
mungkin
-mengurangi keadaan impairment, disability, handicap
sebanyak mungkin
-melatih orang dengan sisa keadaan yang masih tertinggal
padanya untuk dapat hidup dan bekerja
3) Program rehabilitasi medik: mempertahankan fleksibilitas,
motorik dan ketahanan bahu.
Macam terapi :
-edukasi : dokter bertugas melakukan pemeriksaan umum,
laborat, dan pemeriksaan lain yang diperlukan untuk
mendiagnosis dan memberi pengobatan yang sesuai. Bila
21
memberi
informasi
kepada
pasien
tentang
-fisioterapi :
General exercise
Meliputi
latihan
dan
manipulasi
pada
tubuh.
Tehniknya
meliputi
ROM
exercise,
Muscle
Peregangan
biasanya
yang
paling
efektif
dan
22
i.
ii.
ekstremitas sendiri.
Aktif
dibantu
:
untuk
orang
yang
dapat
ini.
Pasif
untuk
orang
yang
tidak
dapat
aktif
untuk
menaikkan
kekuatan
otot.
Biasanya
23
i.
Latihan
otot
otot
tetapi
isometrik
tidak
memungkinkan
terjadi
pemendekan
untuk
atau
kontraksi
eksentrik.
Isokinetic: pelatihan otot Isokinetic adalah jenis kontraksi di
mana kecepatan gerakan adalah tetap dan resistensi
bervariasi dengan gaya yang bekerja. Dengan kata lain,
semakin
keras
seseorang
mendorong
atau
menarik,
24
latihan
isometrik
sangat
aman
karena
pada
karena
pasien
latihan
dengan
sejarah
isometrik
secara
masalah
drastis
tidak
memiliki
manfaat
yang
sama.
pendinginan
peregangan.
yang
Gunakan
spotter
mencakup
ketika
latihan
mengangkat
dada
profesional
melanjutkan
yang
rutin.
berkualitas
Setelah
sebelum
menyelesaikan
satunya
adalah
sendiri menggunakan
Ultrasound.
energi
gelombang
Terapi ultrasound
suara
dengan
kerusakan
oleh
26
sekunder
dengan
atau
dikenal neurogeic
terangsangnya P
inflammation. Namun
substance tersebut
meningkatkan
sirkulasi,
sehingga
memutuskan
nyeri
yang
meningkatkan
ditimbulkan
kekuatan
oleh
otot
TENS
karena
27
beberapa
otot
antagonis
gelang
bahu
meningkatkan
mobilitas
sendi
bahu.
Lama
Latihan
Latihan merupakan bagian yang terpenting dari terapi
frozen shoulder. Pada awalnya latihan gerak dilakukan
secara pasif terutama bila rasa nyeri begitu berat. Setelah
nyeri berkurang latihan dapat dimulai dengan aktif dibantu.
Rasa nyeri yang timbul pada waktu sendi digerakkan baik
secara pasif maupun aktif menentukan saat dimulainya
latihan gerak. Bila selama latihan pasif timbul rasa nyeri
sebelum akhir pergerakan sendi diduga masih fase akut
sehingga latihan gerak aktif tidak diperbolehkan. Bila rasa
nyeri terdapat pada akhir gerakan yang terbatas, berarti
masa akut sudah berkurang dan latihan secara aktif boleh
dilakukan.
Pada
latihan
gerak
yang
karena
rasa
nyeri
yang
ditimbulkan
akan
28
Untuk
horizontal
abduksi
dan
adduksi,
tongkat
bahu
menggunakan
gravitasi.
Bila
penderita
gerakan
lingkar
(sirkuler)
searah
maupun
30
menimbulkan
relaksasi
pada
otot
bahu.
ladder
adalah
alat
bantu
yang
dapat
dinding.
Lengan
31
bergerak
keatas
dengan
abduksi
dikerjakan
dengan
samping
badan
menghadap dinding.
32
secara
penuh,
tapi
gerakan
hanya
sebesar
33
individu
yang
memungkinkan
Contoh
bertani,
kerajinan,
iii.
untuk
tujuan
mendapatkan
nonton
TV,
bermain,
34
baca
koran,
penurunan
keadaan
fisiologisnya,
kapasitas
perkiraan
penyembuhan:
Penyembuhan
terjadi
35
BAB III
PENUTUP
Frozen shoulder merupakan suatu kelainan muskuloskletal yang terjadi
akibat inflamasi sendi bahu. Frozen shoulder menyebabkan penderitanya sulit
melakukan aktifitas sehari-hari akibat nyeri yang timbul saat menggerakan sendi
bahu sehingga pergerkan menjadi terbatas. Penatalaksanaan untuk penyakit ini
adalah pemberian analgesic, NSAID, atau kortikosteroid, menjalaini fisioterapi,
atau pembedahan.
36
DAFTAR PUSTAKA
Alex Moroz, MD, FACP. 2014. Physical Therapy.
http://www.merckmanuals.com/home/fundamentals/rehabili
tation/physical_therapy_pt.html. diakses 18 april 2015
Apley, A. Graham & Solomon, Louis. 1993. Buku Ajar Orthopedi
dan Fraktur Sistem Apley. 7th ed. Jakarta : Widya Medika.
Braunwald E, Fauci AS, et al. Degenerative Joint Disease. In :
Harrisons Manual of Medicine 15th Ed. Boston: McGrawHill, 2003. P748-49.
Cluett, Jonathan. 2014. Frozen Shoulder.
www.ortopedics.about.com/frozenshoulder/a/
frozenshoulder.htm diakses 18 april 2015
Departemen Kesehatan RI. 2006. Panduan Umum Pemberdayan
Masyarakat
Dalam Bidang Kesehatan. Jakarta : Depkes RI
Frontera, Walter; Silver, Julie& Rizzo, Thomas. 2007. Essensials
of
Physical Medicine and Rehabilitation. Saunders
Hand,G; Athanasou,N; Matthews & Carr,A. 2007. The Pathology
of Frozen Shoulder
2007
Ho, Chung-Yee; Sole, Gisela & Munn, Joanne. 2009. The
effectiveness of
manual therapy in the management of musculoskeletal
disorders of the shoulder: A systematic review. Journal of
Manual Therapy volume 14, issue 5, pages 463-474
37
Styatibi.
2007.
Terapi
Masipulasi
Ekstremitas,
Shoulder.
38
www.Physsportmed.org/doi/10.3810/psm.2000.09.1200
diakses 18 april 2015
Sianturi, Goldfried. 2003. Studi Komparatif Injeksi dan Oral
Triamcinolone Acetonide pada Sindroma Frozen Shoulder di
RSUP Dr. Kariadi Semarang. Tesis Undip Semarang.
Sidharta. P. 2008.Sakit Neuromuskular.Edisi ke 2. PT. Dian
Rakyat, hal 99
Sun, KO; Chan, KC; Io, SL & Fong DYT. 2001. Acupuncture for
Frozen Shoulder. Hongkong Medical Journal 2001;7 (4):
381- 91
Vora, Pinakin. 2010. Study of Coservative Management of
Frozen Shoulder. NJIRM 2010;Vol. 1(1). Jan-March
Widmer, Benjamin. 2011. Frozen Shoulder.
www.orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00071 diakses
18 april 2015`
.
39
40