Anda di halaman 1dari 21

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus investasi untuk
keberhasilan pembangunan bangsa. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mencapai Indonesia Sehat, yaitu suatu keadaan dimana setiap orang hidup dalam
lingkungan yang sehat, berperilaku hidup bersih dan sehat, mempunyai akses
terhadap pelayanan kesehatan serta memiliki derajat kesehatan yang setinggitingginya (Dinkes, 2009).
Sehat merupakan hak setiap individu agar dapat melakukan segala aktivitas
hidup sehari-hari. Untuk bisa hidup sehat, kita harus mempunyai Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran yang menjadikan seseorang atau keluarga dapat menolong diri
sendiri di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan
masyarakatnya (DepKes, 2006).
Pembangunan yang ingin dicapai oleh bangsa Indonesia adalah tercapainya
bangsa yang maju dan mandiri, sejahtera lahir dan batin. Salah satu ciri bangsa
yang maju adalah mempunyai derajat kesehatan yang tinggi, karena derajat
kesehatan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kualitas sumber daya
manusia. Hanya dengan sumber daya yang sehat akan lebih produktif dan
meningkatkan daya saing bangsa (DepKes, 2005).
Visi pembangunan kesehatan saat ini adalah Indonesia sehat 2015 untuk
mewujudkan masyarakat yang mandiri dan berkeadilan. Visi ini dituangkan
kedalam empat misi salah satunya adalah meningkatkan kesehatan masyarakat
melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani
(Depkes RI, 2009). Misi pembangunan kesehatan tersebut diwujudkan dengan

menggerakkan dan memberdayakan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih


dan sehat (PHBS). Perilaku hidup bersih dan sehat adalah sekumpulan perilaku
yang dipraktikkan atas dasar kesadaran atas hasil pembelajaran yang menjadikan
seseorang atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Perilaku hidup bersih
dan sehat (PHBS) dilakukan melalui pendekatan tatanan yaitu: PHBS di rumah
tangga, PHBS di sekolah, PHBS di tempat kerja, PHBS di institusi kesehatan dan
PHBS di tempat umum. (Dinkes, 2009).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan wujud keberdayaan
masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekan PHBS. Dalam PHBS ada
5 program prioritas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan lingkungan, Gaya hidup dan Dana
sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. Penyakit yang timbul akibat rendahnya PHBS
dapat mengakibatkan rendahnya derajat kesehatan Indonesia dan rendahnya
kualitas hidup sumber daya manusia (DepKes, 2005).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Rumah Tangga merupakan salah
satu upaya strategis untuk menggerakan dan memberdayakan keluarga atau
anggota rumah tangga untuk hidup bersih dan sehat. Melalui ini setiap anggota
rumah tangga diberdayakan agar tahu, mau dan mampu menolong diri sendiri
dibidang kesehatan dengan mengupayakan lingkungan yang sehat, mencegah dan
menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi, serta memanfaatkan
pelayanan kesehatan yang ada. Setiap rumah tangga juga digerakkan untuk
berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya dan mengembangkan
upaya kesehatan bersumber masyarakat (Depkes RI, 2006).
Pemberdayaan keluarga atau anggota rumah tangga untuk melaksanakan
perilaku hidup bersih dan sehat tidak terlepas dari peran orangtua, karena
orangtua akan menjadi panutan dan teladan bagi anggota keluarga lainnya
sehingga pemberian informasi kesehatan akan lebih efektif apabila disampaikan
oleh orangtua pada anggota keluarga yang lain (Dermawan dan Setiawan, 2008).

Orangtua juga memiliki fungsi afektif untuk memberikan pengetahuan dasar


kepada anggota keluarga yang lain (Friedman, 1998). Agar dapat memberikan
pengetahuan dasar tentang perilaku hidup bersih dan sehat kepada anak atau
anggota keluarga lainnya diperlukan pengetahuan yang memadai dari orangtua.
Pengetahuan merupakan hasil proses pembelajaran dengan melibatkan indra
penglihatan,pendengaran,penciuman

dan

pengecap.

Pengetahuan

akan

memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap pengambilan keputusan


dan dalam berperilaku. (Dermawan dan Setiawan, 2008). Pengetahuan juga
merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku seseorang
(over behavior), karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang
didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari prilaku yang tidak didasari
oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2007))
Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6 12 tahun) seperti
kecacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang
ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. PHBS di sekolah merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga
secara mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya, serta
berperan aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat. Penerapan PHBS ini dapat
dilakukan melalui pendekatan Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dengan
menitikberatkan kepada upaya sanitasi atau pengawasan berbagai faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi derajat kesehatan manusia (Azwar, 1999).
Kesehatan lingkungan adalah usaha pengendalian semua faktor yang ada pada
lingkungan fisik manusia yang diperkirakan akan menimbulkan hal-hal yang
merugikan

perkembangan

fisiknya,

kesehatannya

ataupun

kelangsungan

hidupnya, oleh karena itu diperlukan sanitasi lingkungan yang merupakan suatu
usaha untuk mencapai lingkungan sehat melalui pengendalian faktor lingkungan

fisik, khusususnya hal-hal yang memiliki dampak merusak perkembangan fisik


kesehatan dan kelangsungan hidup manusia (Kusnoputranto, 2007).
Saat ini di Indonesia terdapat lebih dari 250.000 sekolah negeri, swasta
maupun sekolah agama dari berbagai tindakan. Jika tiap sekolah memiliki 10
kader kesehatan saja maka ada 3 juta kader kesehatan yang dapat membantu
terlaksananya dua strategi utama Departemen Kesehatan yaitu menggerakan dan
memberdayakan masyarakat untuk hidup sehat serta Surveilans, monitoring dan
informasi kesehatan (DepKes, 2006).
Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk menyediakan
lingkungan pemukiman sehat yang memenuhi syarat kesehatan meliputi
penyediaan air bersih, pembuangan kotoran manusia (jamban/ wc), pembuangan
air limbah dan pengelolaan sampah (tempat sampah). Sarana sanitasi ini
merupakan prasarana pendukung untuk melakukan program Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) (Azwar, 1999).
Mengingat sekolah merupakan sekelompok masyarakat yang mempunyai
andil besar dalam kelangsungan negara ini, maka perlu diperhatikan dan
ditingkatkan kemampuan hidup sehat peserta didik melalui salah satunya
menciptakan lingkungan sekolah yang sehat sehingga peserta didik dapat belajar
tumbuh dan berkembang secara harmonis dan optimal yang nantinya akan
menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas (Ahmadi, 2001).

1.2. Perumusan Masalah


Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya
berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah seperti kecacingan,
diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa penting untuk meneliti tentang
Bagaimanakah Gambaran Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada anak
SD X di kecamatan Y

1.3. Tujuan Umum


Mengetahui bagaimana gambaran perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) pada
anak SD X di kecamatan Y.
1.4. Tujuan Khusus
1. Mengetahui bagaimana gambaran pengetahuan (kognitif) remaja terhadap PHBS
2. Mengetahui bagaimana gambaran tindakan (psikomotor) remaja terhadap PHBS
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan serta acuan
terhadap orang tua,guru atau selaku pengasuh anak dalam menerapkan
pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat pada anak
1.5.2. Ilmu pengetahuan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data dasar untuk
melakukan penelitian lebih lanjut
1.5.3. Bagi Siswa
Memberikan informasi tentang perilaku hidup bersih dan sehat
sehingga masyarakat khususnya anak-anak (siswa) dapat mengetahui dan
menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tersebut dalam
kehidupan sehari-hari.

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati
secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku
kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan
sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan
(Notoatmodjo, 2007).
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah semua perilaku kesehatan
yang dilakukan atas kesadaran sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat
menolong dirinya sendiri di bidang kesehatan dan dapat berperan aktif dalam
kegiatan-kegiatan kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatankegiatan kesehatan di
masyarakat (Depkes RI, 2007).
Sekolah adalah lembaga dengan organisasi yang tersusun rapih dengan segala
aktifitasnya direncanakan dengan sengaja disusun yang disebut kurikulum. Sekolah
adalah tempat diselenggarakannya proses belajar mengajar secara formal, dimana
terjadi transformasi ilmu pengetahuan dari para guru atau pengajar kepada anak
didiknya. Sekolah memegang peranan penting dalam pendidikan karena pengaruhnya
besar sekali pada jiwa anak, maka disamping keluarga sebagai pusat pendidikan,
sekolah juga mempunyai fungsi sebagai pusat pendidikan untuk pembentukan pribadi
anak (Adznan, 2013).

PHBS di sekolah adalah upaya untuk memberdayakan siswa, guru, dan


masyarakat lingkungan sekolah agar tahu, mau dan mampu mempraktekkan PHBS,
dan berperan aktif dalam mewujudkan sekolah sehat. Sekolah adalah lembaga dengan
organisasi yang tersusun rapih dengan segala aktifitasnya direncanakan dengan
sengaja disusun yang disebut kurikulum (Adznan, 2013).
PHBS merupakan salah satu strategi yang dapat ditempuh untuk
menghasilkan kemandirian di bidang kesehatan baik pada masyarakat maupun pada
keluarga, artinya harus ada komunikasi antara kader dengan keluarga/masyarakat
untuk memberikan informasi dan melakukan pendidikan kesehatan (Depkes RI,
2007)
2.2. Tujuan PHBS
PHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi,
memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan
perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan
masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam
rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi
paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat
(Depkes RI, 2008).
Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan
preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat
merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan,
keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan,
memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun
sosial (Ningrum, 2012).
Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:
a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan
hidup sehat

b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit


c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit
d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.
2.3.

Sasaran PHBS
Sasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan

yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi
pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan
adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:
a. Sasaran primer
Yaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya
atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi
pendidikan yang bermasalah).
b. Sasaran sekunder
Yaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam
institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua
murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas
sektor terkait.
c. Sasaran tersier
Merupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung
pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di
institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas,
guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.
2.4.

Strategi PHBS
Kebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar

promosi kesehatan dan PHBS yaitu:


a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Merupakan

proses

pemberian

informasi

secara

terus

menerus

dan

berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan


practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta
kelompok masyarakat.
b. Bina Suasana (Social Support)
Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota
masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.
Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:
1. Pendekatan individu
2. Pendekatan kelompok
3. Pendekatan masyarakat umum
c. Advokasi (Advocacy)
Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihak-pihak
terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal
yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana
pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh
pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak
tertulis dibidangnya atau sebagai penyandang dana non pemerintah. Sasaran advokasi
terdapat tahapan-tahapan yaitu: (Ningrum, 2012)
1. Mengetahui adanya masalah
2. Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah
3. Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif
pemecahan masalah
4. Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif
pemecahan masalah
5. Memutuskan tindak lanjut kesepakatan
2.5.

Manfaat PHBS

10

Manfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang


bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi
dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar
yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan
semakin meningkat sehingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat
citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah
sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).

2.6 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Sekolah


Beberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain:
a. Mencuci Tangan dengan Air yang Mengalir dan Menggunakan Sabun
Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah
penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit,
hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. WHO (World Health Organization)
menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan
semua kotoran yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dilakukan pada saat
sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, setelah menyentuh hewan, dan
sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di
lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi
sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi
kesehatan pada keluarga dan masyarakat. (World Health Organization, 2009)
b. Mengkonsumsi Jajanan Sehat di Kantin Sekolah
Tumbuh berkembangnya anak usia sekolah yang optimal tergantung
pemberian nutrisi dengan kualitas dan kuantitas yang baik serta benar. Dalam masa
tumbuh kembang tersebut pemberian nutrisi atau asupan makanan pada anak tidak

11

selalu dapat dilaksanakan dengan sempurna. Sering timbul masalah terutama dalam
pemberian makanan yang tidak benar dan menyimpang. (Judarwanto, 2010)
Di sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang
bersih dan tertutup di warung sekolah sehat, hal ini dilakukan untuk mencegah agar
anak tidak sembarang jajan. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein,
lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi
sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak
mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum
(Judarwanto, 2005; Adznan, 2013)
c. Menggunakan Jamban yang Bersih dan Sehat
Jamban sehat adalah fasilitas pembuangan tinja yang mencegah kontak antara
manusia dan tinja, membuat tinja tersebut tidak dapat dihinggapi serangga serta
binatang lainnya, mencegah bau yang tidak sedap dan konstruksi dudukannya dibuat
dengan baik, aman, dan mudah dibersihkan (STBM, 2009)
Jamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi
syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga
kebersihannya. Jamba leher angsa (angsa latrine) adalah jamban leher lubang closet
berbentuk lengkung dengan demikian akan terisi air gunanya sebagai sumbat
sehingga dapat mencegah bau busuk serta masuknya binatang-binatang kecil. Jamban
model ini adalah model yang terbaik yang dianjurkan dalam kesehatan lingkungan.
Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau
kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah
dibersihkan dan aman digunakan (Hamzah, 2014)
d. Olahraga yang Teratur
Aktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait
dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah
bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit.

12

Anak-anak harus dibiasakan atif ketika di sekolah baik ketika sebelum masuk
sekolah, istirahat, maupun ketik mengikuti pelajaran di sekolah khususnya pelajaran
pendidikan jasmani. Orang tua harus sadar bahwa anak yang tidak mempunyai
tingkat kebugaran jasmani yang baik dimungkinkan akan mempengaruhi pretasi
belajar di sekolah (Adi, 2010)
Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik
yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga
secara teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan
jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi
kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena
penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah (Adznan, 2010)
e. Memberantas Jentik Nyamuk
Kegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang
disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas
jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras,
menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum,
tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali.
Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan
kepada seluruh warga sekolah (Merdawati, 2010).
f. Tidak Merokok di Sekolah
Kebiasaan merokok sudah menjadi budaya pada bangsa Indonesia. Remaja,
dewasa, bahkan anak-anak sudah tidak asing lagi dengan benda mematikan tersebut.
Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat di berbagai tempat,
misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan
pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah. Riset WHO memperkirakan
bahwa orang yang mulai merokok pada usia remaja (70% perokok pada usia dini) dan

13

terus menerus merokok sampai 2 dekade atau lebih, akan meninggal 20-25 tahun
lebih awal dari orang yang tidak pernah menyentuh rokok (Fahrosi, 2013).
Indikator PHBS adalah siswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan
sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya
merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru,
maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan
merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak
dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat
membahayakan kesehatan anak sekolah (Adznan, 2013).
g. Menimbang Berat badan dan mengukur tinggi badan
Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan.
Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi
dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah (Adznan, 2013)
h) Membuang sampah pada tempatnya
Sampah adalah sesuatu yang tidak digunakan, tidak dipakai, tidak disenangi
atau sesuatu yang dibuang berasal dari kegiatan manusia dan tidak terjadi dengan
sendirinya. Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan
dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan sekolah (Silalahi,
2010).
Jenis Sampah
Sampah dibedakan menjadi:
1. Berdasarkan zat kimia yang terkandung didalamnya.
a. Sampah anorganik misalnya : logam-logam, pecahan gelas, dan plastik
b. Sampah Organik misalnya : sisa makanan, sisa pembungkus dan sebagainya
2. Berdasarkan dapat tidaknya dibakar

14

a. Mudah terbakar misalnya : kertas, plastik, kain, kayu


b. Tidak mudah terbakar misalnya : kaleng, besi, gelas
3. Berdasarkan dapat tidaknya membusuk
a. Mudah membusuk misalnya : sisa makanan, potongan daging
b. Sukar membusuk misalnya : plastik, kaleng, kaca (Silalahi, 2010).
Perilaku Membuang Sampah yang Benar
a) Sarana membuang sampah
Membuang sampah yang benar adalah dengan memisahkan sampah menjadi 3 bagian
yaitu:
(1) Sampah organik seperti buah atau makanan yang cepat busuk.
(2) Sampah non organik seperti botol plastik, kaleng minuman, pecahan kaca, dan
sebagainya.
(3) Sampah yang mudah terbakar seperti kertas atau plastik (Adznan, 2013)

15

BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPRASIONAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan sebelumnya, maka
kerangka konsep dalam penelitian Gambaran Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada
Siswa SD X Desa Y Kecamatan Z tahun 2015 dapat digambarkan sebagai berikut:

Perilaku Hidup Bersih Dan


Sehat Pada Siswa SD X
Desa Y Kecamatan Z

Mencuci tangan dengan air yang

mengalir dan memakai sabun.


Mengkonsumsi jajanan sehat di

kantin sekolah.
Menggunakan jamban yang bersih

dan sehat.
Olahraga yang teratur dan terukur.
Memberantas jentik nyamuk.
Tidak merokok disekolah.
Menimbang berat badan dan
mengukur tinggi badan setiap

bulan.
Membuang sampah pada
tempatnya

16

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian

3.2

Definisi Oprasional
Sesuai dengan masalah, tujuan, dan model penelitian, maka yang menjadi

variabel dalam penelitian beserta dengan definisi oprasionalnya sebagai berikut:


a) Pengetahuaan Hidup Bersih dan Sehat
1. Definisi

: Pengetahuan responden yang merupakan

siswa SD X mengenai perilaku hidup bersih dan sehat


2. Alat Ukur

: Kuesioner

3. Cara Ukur

: Wawancara

4. Hasil Pengukuran: Baik atau Kurang


5. Skala Pengukuran: Ordinal
b) Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
1. Definisi: sekumpulan perilaku atau tindakan yang berfungsi untuk
memelihara dan menerapkan cara-cara hidup sehat dengan
menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan yang terdiri
dari:
-

Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan memakai sabun

Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

Menggunakan jamban yang bersih dan sehat

Olahraga yang teratur dan terukur

Memberantas jentik nyamuk

17

Tidak merokok disekolah

Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap


bulan

Membuang sampah pada tempatnya

2. Alat Ukur: Kuesioner


3. Cara Ukur

: Wawancara

4. Hasil Pengukuran : Baik atau Kurang


5. Skala Pengukuran : Ordinal
Tabel 3.1. Variasi dan Alat Ukur
VARIABEL
Pengetahuan
Hidup

ALAT
UKUR
Kuesioner

CARA

HASIL

SKALA

UKUR
Wawancara

UKUR
Baik (>50%)

UKUR
Ordinal

Bersih

dan Sehat
Perilaku Hidup

Kurang
Kuesioner

Wawancara

(<50%)
Baik (>50%)

Bersih dan

Kurang

Sehat

(<50%)

Ordinal

18

BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, dengan desain crosssectional (potong lintang), yaitu dengan melakukan pengamatan sesaat untuk mengetahui
gambaran perilaku hidup bersih dan sehat pada siswa-siswi SD X, di desa Y, kecamatan Z
tahun 2015.

4.2 Waktu dan Lokasi Penelitian


Penelitian dilakukan selama 6 minggu (dari proposal sampai dengan hasil). Penelitian
dilakukan pada bulan Januari Februari 2015. Pengambilan data dilakukan saat pelaksanaan
salah satu sekolah dasar di wilayah kerja puskesmas Belawan, yaitu di SD X, desa Y,
kecamatan Z. Lokasi dipilih karena merupakan penempatan kegiatan kepaniteraan klinik
senior (KKS) oleh Dinas Kesehatan Kota Medan

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian

19

4.3.1 Populasi Penelitian


Populasi penelitian ini adalah siswa-siswi SD X tahun ajaran 2014/2015.
4.3.2 Sampel Penelitian

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah stratified random


sampling yatu teknik penarikan sampel dengan membagi populasi sasaran di dalam
strata (golongan) menurut karakteristik tertentu yang dianggap penting oleh peneliti..
Untuk menentukan besar sampel pada penelitian ini, penulis menggunakan
rumus deskriptif kategorikal, yaitu:
Z

= Deviat baku alpa = 1,96

= Harga proporsi di populasi = 0,5

= presisi = 0,1

= 1-P = 1-0,5 = 0,5

4.3.3 Kriteria Inklusi dan Ekslusi


4.3.3.1 Kriteria Inklusi
1. Seluruh siswa SD X, Desa Y, Kecamatan Z
2. Responden bersedia mengikuti penelitian
3. Responden dapat berbahasa Indonesia dengan baik
4.3.3.2 Kriteria Ekslusi
1. Siswa kelas I, II, dan III karena dianggap kurang kooperatif
2. Responden tidak bersedia mengikuti penelitian

20

4.4 Instrumen Penelitian


Dalam penelitian ini, metode yang digunakan untuk memperoleh informasi dari
responden adalah dalam bentuk kuesioner (angket). Kuesioner tersebut dibagikan pada siswasiswi SD X kelas IV, V dan VI.
4.4.1 Pengetahuan PHBS
Perilaku responden diukur melalui 16 pertanyaan. Pada soal nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12,
14 dan 16, jika responden menjawab tidak akan di beri skor bernilai 1, jika responden
menjawab ya akan diberi skor bernilai 0. Pada soal 1, 3, 5,7,9,11,13,dan 15, jika responden
menjawab pilihan Ya akan diberi skor bernilai 1, dan jika responden menjawab pilihan
Tidak akan di beri skor bernilai 0. Dengan demikian diperoleh skor maksimal 16.
Berdasarkan jumlah skor yang telah diperoleh, maka ukuran tingkat perilaku responden:
a. Baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 50% dari skor
maksimum, yaitu 9-16
b. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 50% dari skor
maksimum, yaitu 0-8

4.4.2 Tindakan PHBS


Tindakan PHBS diukur melalui 20 pertanyaan. Pada soal nomer 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,
10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, dan 19, apabila responden menjawab Selalu akan diberi
skor 2, apabila responden menjawab Kadang-kadang akan diberi skor 1, dan apabila
responden menjawab Tidak pernah akan diberi skor 0. Pada soal nomer 9 dan 20, apabila
responden menjawab Selalu akan diberi skor 0, apabila responden menjawab Kadangkadang maka akan diberi skor 1, dan apabila responden menjawab Tidak pernah maka
akan diberi skor 2. Dengan demikian diperoleh skor maksimal 20. Berdasarkan jumlah skor
yang diperoleh, maka ukuran tingkat perilaku responden :

21

a. Baik, apabila skor yang diperoleh responden lebih besar dari 50% dari skor
maksimum, yaitu 21-40
b. Kurang, apabila skor yang diperoleh responden lebih kecil dari 50% dari skor
maksimum, yaitu 0-20
4.5 Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer. dimana data
tersebut didapat langsung dari responden. Pengumpulan data akan dilakukan dengan metode
wawancara dengan menggunakan instrumen kuisioner.

4.6 Pengolahan dan Analisa Data


Pengolahan data dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu editing, coding, entry,
cleaning data, dan saving. Langkah pertama, editing, dilakukan untuk memeriksa ketepatan
dan kelengkapan data; kedua, coding, data yang telah terkumpul kemudian diberi kode oleh
peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer; ketiga, entry, data kemudian
dimasukkan ke dalam program komputer; kemudian, cleaning data, dengan melakukan
pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan untuk menghindari terjadinya kesalahan
dalam memasukkan data; terakhir, saving, data kemudian disimpan dan siap dianalisa. Semua
data yang telah dikumpulkan, dicatat dan dikelompokkan kemudian diolah menggunakan
program Statistic Package for Social Science (SPSS) sesuai dengan tujuan penelitian.

Anda mungkin juga menyukai