Anda di halaman 1dari 26

PRESENTASI KASUS

DIARE AKUT DEHIDRASI RINGAN-SEDANG


Diajukan untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak RST Dr.
Soedjono Magelang

Pembimbing :
Letkol CKM dr. Roedi Djatmiko, Sp.A

Disusun oleh:
Indah Puji Lestari

140221023

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
RST DR. SOEDJONO MAGELANG

Disusun untuk memenuhi tugas kepaniteraan klinik dan


melengkapi salah satu syarat menempuh
Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
RST Dr. Soedjono Magelang

Oleh :

Indah Puji Lestari


1410221023

Magelang, Juli 2015

Mengetahui,
Pembimbing

(dr. Roedi Djatmiko, Sp.A)

PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas rahmatdan karunia-Nya, penulis
dapat menyelesaikan tugas mengenai Presentsi Kasus Diare Akut Dehidrasi RinganSedang
Tugas ini disusun dalam rangka memenuhi syarat dalam mengikuti kegiatan
kepaniteraan klinik di bagian Ilmu Kesehatan Anak RST Tingkat II dr. Soedjono Magelang
serta menjadi bahan kajian Ilmu Kesehatan Anak.
Pada kesempatan ini penulis turut mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak
yang telah membantu penyusunan makalah laporan kasus ini, kepada :
1 dr. Roedi Djatmiko, Sp.A sebagai dokter pembimbing
2 Teman-teman dokter muda kepaniteraan klinik Ilmu Kesehatan Anak.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih memiliki keterbatasan.
Oleh karena itu saran dankritik yang membangun sangatlah penulis harapkan.Besar
harapan penulis, laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak.

Magelang, Juli 2015

Penulis

BAB I
LAPORAN KASUS
I.

Identitas Pasien
Nama

: An. A

Umur

: 1 bulan

II.

Jenis Kelamin

: Laki-laki

Agama

: Islam

Alamat

: Potrobangsan

Tanggal Masuk Ruangan

: 11 Juni 2015

Tanggal Keluar

: 14 Juni 2015

Anamnesa
Anamnesa dilakukan secara alloanamnesis terhadap pasien pada tanggal 11 Juni

2015, pukul 15.20 WIB di Bangsal Flamboyan RST Dr. Soedjono Magelang.
a. Keluhan Utama : BAB cair
b. Keluhan Tambahan : Batuk
III.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke IGD RST dr. Soedjono dengan keluhan BAB cair sejak 3 hari

SMRS, warna kekuningan, lendir (-), darah (-). Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien
batuk (+), pilek (-), mual (-),muntah (-), minum kurang, rewel (+), ASI/PASI (+/+)
IV.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien baru pertama kali mengalami diare

V.

Riwayat Penyakit Keluarga


Di keluarga pernah ada yang mengalami diare, tidak ada riwayat alergi pada keluarga

pasien.
VI.

Riwayat Pengobatan
Sebelumnya pasien berobat ke RSU Tidar, namun untuk rawat inap tempat penuh,
dan diberikan obat Sparetic, Zinc pro drop, L bio

VII.

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Tanda Vital
N

Berat Badan

: 132 x/menit

: 4 kg

Kesadaran : Compos mentis


RR

: 48 x/menit

: 36,9 C

Tinggi Badan

: 50 cm

Kepala
Bentuk

: Normocephal

Rambut

: Hitam, tidak mudah dicabut

Mata
Palpebra

: Edema /

Pupil

: Bulat, isokor

Konjungtiva : Anemis /

Refleks Cahaya : +/+

Sklera

Katarak

: Ikterik /

: /

Telinga
Bentuk

: Normal/Normal

Mukosa

Liang

: Lapang

Serumen

: Hiperemis (-)
: /

Hidung
Bentuk

: Normal

Deviasi Septum

: /

Sekret

: /

Concha

: Hipertrofi /, hperemis /, oedem /

Mulut
Bibir :kering

Tonsil

: T1T1 tenang

Lidah :normal

Mukosa Faring : Hiperemis (+)

Leher
KGB

: Tidak terdapat pembesaran

Kel. Thyroid : Tidak terdapat pembesaran


Thoraks
Paru
Inspeksi

: Hemithorax kanan-kiri simetris dalam keadaan statis dan dinamis

Palpasi

: Fremitus taktil dan vokal kanan sama dengan kiri

Perkusi

: Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas vesikuler, rhonki /, wheezing /


Jantung
Inspeksi

: Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi

: Ictus cordis tidak teraba

Perkusi

: Jantung dalam batas normal

Auskultasi : BJ IBJ II reguler, murmur (), gallop ()


Abdomen
Inspeksi

: Datar, simetris

Auskultasi : Bising usus (+)


Palpasi

: Supel, Nyeri tekan (), turgor <2 detik

Perkusi

: Timpani

Ekstremitas
Atas

Akral

: Hangat

Perfusi

: Baik

Sianosis

: ()

Edema

: ()

Bawah
Akral

: Hangat

Sianosis

: ()

Perfusi
Edema

: Baik
: ()

V.

Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium
Tabel 1. Hasil Laboratorium Pasien
JENIS PEMERIKSAAN

HASIL

SATUAN

NILAI
REFERENSI

HEMATOLOGI

VI.

6,3

x103/L

4.0 12.0

RBC

2,48

x106/L

4.00 5.50

HGB

8,3

g/Dl

11.0 17.0

HCT

24,6

35.0 55.0

PLT

441

x103/L

150 400

Terapi
1.
2.
3.
4.
5.

VII.

WBC

D5 NS 400 ml/24jam
L bio 1 x sach
Zink pro 1 x 10mg
Cefo 2 x 200 mg
Pamol drop 3 x 0,4 ml/kp

FOLLOW UP RUANGAN

Hari/Tanggal/

Hasil Pemeriksaan

Instruksi Dokter

Jam
Kamis,

S: Pasien datang ke IGD RST dengan keluhan

Therapy:

11 Juni 2015

BAB cair sejak 3 hari SMRS, frekuensi 6 x 1. D5

NS

400

15.20

hari ini, berwarna kekuningan, namun saat ini


sudah ada ampas, lendir (-), darah (-), mual(-) 2.

3.

muntah (-), batuk (+) pilek (-) minum kurang, 4.


5.
ASI/PASI (+/+), rewel (+), BAK sedikit
O: KU/KS : tampak sakit ringan / CM

ml/24jam
L bio 1 x sach
Zink pro 1 x 10mg
Cefo 2 x 200 mg
Pamol drop 3 x 0,4
ml/kp

VS : N : 132 x/menit
R : 48 x/menit
o

S : 36.9 C

Planning:
1. DL

Kepala : normochepal
Mata : CA -/-, SI -/-, air mata +/+
Mulut : bibir kering (+)
Leher : KGB () membesar, faring hiperemis
(-)
Thorax : Simetris, statis & dinamis,
retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+,
Rh / , Wh -/Cor : BJ III regular, murmur (),
gallop ()
Abdomen: supel, BU (+),
nyeri tekan (-)
turgor kulit <2 detik
Ekstremitas : akral hangat (-)
edem (-)
A : Diare akut Dehidrasi Ringan-Sedang

Hari/Tanggal/

Hasil Pemeriksaan

Instruksi Dokter

Jam
Jumat,

S: BAB cair frekuensi 4 x hari ini, berwarna

Therapy:

12 Juni 2015

kekuningan, namun saat ini sudah ada ampas,

1. D5

06.00

lendir (-), darah (-), mual(-) muntah (-), batuk


(+) pilek (+) minum kurang, ASI/PASI (+/+),

NS

400

ml/24jam
2. L bio 1 x sach
3. Zink pro 1 x 10mg

rewel (+), BAK sedikit

4. Cefo 2 x 200 mg
5. Pamol drop 3 x 0,4

O: KU/KS : tampak sakit ringan / CM

ml/kp

VS : N : 132 x/menit
R : 52 x/menit
S : 36.2o C
Kepala : normochepal
Mata : CA -/-, SI -/-, air mata +/+
Mulut : bibir kering (+)
Leher : KGB () membesar, faring hiperemis
(-)
Thorax : Simetris, statis & dinamis,
retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+,
Rh / , Wh -/Cor : BJ III regular, murmur (),
gallop ()
Abdomen: supel, BU (+),
nyeri tekan (-)
turgor kulit <2 detik
Ekstremitas : akral hangat (-)
edem (-)
A : Diare akut Dehidrasi Ringan-Sedang

Hari/Tanggal/

Hasil Pemeriksaan

Instruksi Dokter

Jam
Sabtu,

S: BAB cair frekuensi 2 x hari ini,

Therapy:

13 Juni 2015

berwarna kekuningan, namun saat

1. D5

06.00

ini sudah ada ampas, lendir (-),

ml/24jam
2. L bio 1 x sach
3. Zink pro 1 x 10mg

darah (-), mual(-) muntah (-), batuk


(+)

pilek

(-)

minum

kurang,

NS

400

ASI/PASI (+/+), rewel (+), BAK


sedikit.
O: KU/KS : tampak sakit sedang / CM

4. Cefo 2 x 200 mg
5. Pamol drop 3 x 0,4
ml/kp

VS : N : 152 x/menit
R : 44 x/menit
S : 36.4o C
Kepala : normochepal
Mata : CA -/-, SI -/-, air mata +/+
Mulut : bibir kering (+)
Leher : KGB () membesar, faring
hiperemis (-)
Thorax : Simetris, statis & dinamis,
retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+,
Rh / , Wh -/Cor : BJ III regular, murmur (),
gallop ()
Abdomen: supel, BU (+),
nyeri tekan (-)
turgor kulit <2 detik
Ekstremitas : akral hangat (-)
edem (-)
A : Diare akut Dehidrasi Ringan-Sedang

Hari/Tanggal/

Hasil Pemeriksaan

Instruksi Dokter

Jam
Minggu,

S: BAB cair frekuensi 2 x hari ini,

Therapy:

14 Juni 2015

berwarna kekuningan, namun saat

1. D5

06.00

ini sudah ada ampas, lendir (-),

ml/24jam
2. L bio 1 x sach
3. Zink pro 1 x 10mg
4. Cefo 2 x 200 mg

darah (-), mual(-) muntah (-), batuk


(+)

pilek

(-)

minum

kurang,

NS

400

ASI/PASI (+/+), rewel (+), BAK

5. Pamol drop 3 x 0,4

sedikit.

ml/kp

O: KU/KS : tampak sakit sedang / CM


VS : N : 148 x/menit
R : 36 x/menit
S : 36.2o C
Kepala : normochepal
Mata : CA -/-, SI -/-, air mata +/+
Mulut : bibir kering (+)
Leher : KGB () membesar, faring
hiperemis (-)
Thorax : Simetris, statis & dinamis,
retraksi (-)
Pulmo : Suara nafas vesikuler +/+,
Rh / , Wh -/Cor : BJ III regular, murmur (),
gallop ()
Abdomen: supel, BU (+),
nyeri tekan (-)
turgor kulit <2 detik
Ekstremitas : akral hangat (-)
edem (-)
A : Diare akut Dehidrasi Ringan-Sedang

TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT DAN DEHIDRASI

III. 1. Definisi

Diare akut menurut Cohen adalah keluarnya buang air besar sekali atau lebih yang
berbentuk cair dalam satu hari dan berlangsung kurang 14 hari. Menurut Noerasid 5 diare akut
ialah diare yang terjadi secara mendakak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat.
Sedangkan American Academy of Pediatrics (AAP) mendefinisikan diare dengan
karakteristik peningkatan frekuensi dan/atau perubahan konsistensi, dapat disertai atau tanpa
gejala dan tanda seperti mual, muntah, demam atau sakit perut yang berlangsung selama 3 7
hari.
III. 2. Epidemiologi
Setiap tahun diperikirakan lebih dari satu milyar kasus diare di dunia dengan 3,3 juta
kasus kematian sebagai akibatnya. Diperkirakan angka kejadian di negara berkembang
berkisar 3,5 7 episode per anak pertahun dalam 2 tahun pertama kehidupan dan 2 5
episode per anak per tahun dalam 5 tahun pertama kehidupan. Hasil survei oleh Depkes.
diperoleh angka kesakitan diare tahun 2000 sebesar 301 per 1000 penduduk angka ini
meningkat bila dibanding survei pada tahun 1996 sebesar 280 per 1000 penduduk. Diare
masih merupakan penyebab utama kematian bayi dan balita. Hasil Surkesnas 2001 didapat
proporsi kematian bayi 9,4% dengan peringkat 3 dan proporsi kematian balita 13,2% dengan
peringkat 2. Diare pada anak merupakan penyakit yang mahal yang berhubungan secara
langsung atau tidak terdapat pembiayaan dalam masyarakat. Biaya untuk infeksi rotavirus
ditaksir lebih dari 6,3 juta poundsterling setiap tahunya di Inggris dan 352 juta dollar di
Amerika Serikat.
III. 3. Klasifikasi
Diare secara garis besar dibagi atas radang dan non radang. Diare radang dibagi lagi
atas infeksi dan non infeksi. Diare non radang bisa karena hormonal, anatomis, obat-obatan
dan lain-lain. Penyebab infeksi bisa virus, bakteri, parasit dan jamur, sedangkan non infeksi
karena alergi, radiasi.

III. 4. Etiologi
Penyebab diare akut pada anak secara garis besar dapat disebabkan oleh
gastroenteritis, keracunan makanan karena antibiotika dan infeksi sistemik. Etiologi diare

pada 25 tahun yang lalu sebagian besar belum diketahui, akan tetapi kini, telah lebih dari
80% penyebabnya diketahui. Pada saat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis
mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi.
Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah Rotavirus (40 60%) sedangkan virus
lainya ialah virus Norwalk, Astrovirus, Cacivirus, Coronavirus, Minirotavirus.
Bakteri yang dapat menyebabkan diare adalah Aeromonas hydrophilia, Bacillus
cereus, Compylobacter jejuni, Clostridium defficile,Clostridium perfringens, E coli,
Pleisiomonas, Shigelloides, Salmonella spp, staphylococus aureus, vibrio cholerae dan
Yersinia enterocolitica, Sedangkan penyebab diare oleh parasit adalah Balantidium coli,
Capillaria phiplippinensis, Cryptosporodium, Entamoba hystolitica, Giardia lambdia,
Isospora billi, Fasiolopsis buski, Sarcocystis suihominis, Strongiloides stercorlis, dan
trichuris trichiura.
Patogenesis terjadinya diare yang disebabkan virus yaitu virus yang masuk melalui
makanan dan minuman sampai ke enterosit, akan menyebabkan infeksi dan kerusakan villi
usus halus. Enterosit yang rusak diganti dengan yang baru yang fungsinya belum matang,
villi mengalami atropi dan tidak dapat mengabsorpsi cairan dan makanan dengan baik, akan
meningkatkan tekanan koloid osmotik usus dan meningkatkan motilitasnya sehingga timbul
diare.
Diare karena bakteri terjadi melalui salah satu mekanisme yang berhubungan dengan
pengaturan transpor ion dalam sel-sel usus cAMP,cGMP, dan Ca dependen. Patogenesis
terjadinya diare oleh salmonella, shigella, E coli agak berbeda dengan patogenesis diare oleh
virus, tetapi prinsipnya hampir sama. Bedanya bekteri ini dapat menembus (invasi) sel
mukosa usus halus sehingga depat menyebakan reaksi sistemik.Toksin shigella juga dapat
masuk ke dalam serabut saraf otak sehingga menimbulkan kejang. Diare oleh kedua bakteri
ini dapat menyebabkan adanya darah dalam tinja yang disebut disentri.
Sebuah studi tentang maslah diare akut yang terjadi karena infeksi pada anak di
bawah 3 tahun di Cina, India, Meksiko, Myanmar, Burma dan Pakistan, hanya tiga agen
infektif yang secara konsisten atau secara pokok ditemukan meningkat pada anak penderita
diare. Agen ini adalah Rotavirus,Shigella spp dan E. Coli enterotoksigenik Rotavirus jelas
merupakan penyebab diare akut yang paling sering diidentifikasi pada anak dalam komunitas
tropis dan iklim sedang. Diare dapat disebabkan oleh alergi atau intoleransi makanan tertentu

seperti susu, produk susu, makanan asing terdapat individu tertentu yang pedas atau tidak
sesuai kondisi usus dapat pula disebabkan oleh keracunan makanan dan bahan-bahan kimia.
Beberapa macam obat, terutama antibiotika dapat juga menjadi penyebab diare. Antibiotika
akan menekan flora normal usus sehingga organisme yang tidak biasa atau yang kebal
antibiotika akan berkembang bebas. Di samping itu sifat farmakokinetik dari obat itu sendiri
juga memegang peranan penting. Diare juga berhubungan dengan penyakit lain misalnya
malaria, schistosomiasis, campak atau pada infeksi sistemik lainnya misalnya, pneumonia,
radang tenggorokan, dan otitis media.
III. 5. Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus. Diare osmotik terjadi karena
terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh usus akan difermentasi oleh bahteri usus
sehingga tekanan osmotik di lumen usus meningkat yang akan menarik cairan. Diare
sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi c AMP dan cGMP yang akan
menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit. Sedangkan diare karena gangguan motilitas usus
terjadi akibat adanya gangguan pada kontrol otonomik,misal pada diabetik neuropathi, post
vagotomi, post reseksi usus serta hipertiroid.
III. 6. Manifestasi kinis
Diare menyebabkan hilangnya sejumlah besar air dan elektrolit dan sering disertai
dengan asidosis metabolik karena kehilangan basa. Dehidrasi dapat diklasifikasikan
berdasarkan defisit air dan atau keseimbangan elektrolit. Dehidrasi ringan bila penurunan
berat badan kurang dari 5%,dehidrasi sedang bila penurunan berat badan antara 5%-10% dan
dhidrasi berat bila penurunan lebih dari 10.

Derajat Dehidrasi

Gejala
Tanda

&

Keadaan
Mata
Umum

Mulut/
Lidah

Estimasi
Rasa Haus

Kulit

BB % def.
cairan

Tanpa
Dehidrasi
Dehidrasi
Ringan
-Sedang

Dehidrasi
Berat

Baik, Sadar Normal

Gelisah
Rewel

Cekung

Letargik,

Sangat

Kesadaran

cekung

Menurun

dan kering

Basah

Kering

Minum Normal,

Turgor baik < 5

50 %

Tampak

Turgor

50100

Kehausan

lambat

Tidak Haus

Sangat Sulit, tidak bisa


kering

minum

5 10

Turgor
sangat

>10

>100 %

lambat

Sumber : Sandhu 200116


Berdasarkan konsentrasi Natrium plasma tipe dehidrasi dibagi 3 yaitu : dehidrasi
hiponatremia ( < 130 mEg/L ), dehidrasi iso-natrema (130m 150 mEg/L) dan dehidrasi
hipernatremia ( > 150 mEg/L ). Pada umunya dehidrasi yang terjadi adalah tipe iso
natremia (80%) tanpa disertai gangguan osmolalitas cairan tubuh, sisanya 15 % adalah diare
hipernatremia dan 5% adalah diare hiponatremia.
Kehilangan bikarbonat bersama dengan diare dapat menimbulkan asidosis metabolik
dengan anion gap yang normal ( 8-16 mEg/L), biasanya disertai hiperkloremia. Selain
penurunan bikarbonat serum terdapat pula penurunan pH darah kenaikan pCO2. Hal ini akan
merangsang pusat pernapasan untuk meningkatkan kecepatan pernapasan sebagai upaya
meningkatkan eksresi CO2 melalui paru (pernapasan Kussmaul) Untuk pemenuhan
kebutuhan kalori terjadi pemecahan protein dan lemak yang mengakibatkan meningkatnya
produksi asam sehingga menyebabkan turunnya nafsu makan bayi. Keadaan dehidrasi berat
dengan hipoperfusi ginjal serta eksresi asam yang menurun dan akumulasi anion asam secara
bersamaan menyebabkan berlanjutnya keadaan asidosis.
Kadar kalium plasma dipengaruhi oleh keseimbangan asam basa , sehingga pada
keadaan asidosis metebolik dapat terjadi hipokalemia. Kehilangan kalium juga melalui cairan
tinja dan perpindahan K+ ke dalam sel pada saat koreksi asidosis dapat pula menimbulkan
hipokalemia. Kelemahan otot merupakan manifestasi awal dari hipokalemia, pertama kali
pada otot anggota badan dan otot pernapasan. Dapat terjadi arefleks, paralisis dan kematian

karena kegagalan pernapasan. Disfungsi otot harus menimbulkan ileus paralitik, dan dilatasi
lambung. EKG mnunjukkan gelombang T yang mendatar atau menurun dengan munculnya
gelombang U. Pada ginjal kekurangan K+ mengakibatkan perubahan vakuola dan epitel
tubulus dan menimbulkan sklerosis ginjal yang berlanjut menjadi oliguria dan gagal ginjal.7
III. 7. Penatalaksanaan
Pengantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi efektif
diare akut. Beratnya dehidrasi secara akurat dinilai berdasarkan berat badan yang hilang
sebagai persentasi kehilangan total berat badan dibandingkan berat badan sebelumnya
sebagai baku emas.
Pemberian terapi cairan dapat dilakukan secara oral atau parateral. Pemberian secara
oral dapat dilakukan untuk dehidrasi ringan sampai sedang dapat menggunakan pipa
nasogastrik, walaupun pada dehidrasi ringan dan sedang. Bila diare profus dengan
pengeluaran air tinja yang banyak ( > 100 ml/kgBB/hari ) atau muntah hebat (severe
vomiting) sehingga penderita tak dapat minum sama sekali, atau kembung yang sangat hebat
(violent meteorism) sehingga upaya rehidrasi oral tetap akan terjadi defisit maka dapat
dilakukan rehidrasi parenteral walaupun sebenarnya rehidrasi parenteral dilakukan hanya
untuk dehidrasi berat dengan gangguan sirkulasi. Keuntungan upaya terapi oral karena murah
dan dapat diberikan dimana-mana. AAP merekomendasikan cairan rehidrasi oral (ORS)
untuk rehidrasi dengan kadar natrium berkisar antara 75-90 mEq/L dan untuk pencegahan
dan pemeliharaan dengan natrium antara 40-60mEq/L Anak yang diare dan tidak lagi
dehidrasi harus dilanjutkan segera pemberian makanannya sesuai umur.

III. 8. Dehidrasi Ringan Sedang


Rehidrasi pada dehidrasi ringan dan sedang dapat dilakukan dengan pemberian oral
sesuai dengan defisit yang terjadi namun jika gagal dapat diberikan secara intravena sebanyak
: 75 ml/kg bb/3jam. Pemberian cairan oral dapat dilakukan setelah anak dapat minum
sebanyak 5ml/kgbb/jam. Biasanya dapat dilakukan setelah 3-4 jam pada bayi dan 1-2 jam

pada anak . Penggantian cairan bila masih ada diare atau muntah dapat diberikan sebanyak
10ml/kgbb setiap diare atau muntah.17
Secara ringkas kelompok Ahli gastroenterologi dunia memberikan 9 pilar yang perlu
diperhatikan dalam penatalaksanaan diare akut dehidrasi ringan sedang pada anak, yaitu12 :
1. Menggunakan CRO ( Cairan rehidrasi oral )
2. Cairan hipotonik
3. Rehidrasi oral cepat 3 4 jam
4. Realiminasi cepat dengan makanan normal
5. Tidak dibenarkan memberikan susu formula khusus
6. Tidak dibenarkan memberikan susu yang diencerkan
7. ASI diteruskan
8. Suplemen dnegan CRO ( CRO rumatan )
9. Anti diare tidak diperlukan
III. 9. Dehidrasi Berat
Penderita dengan dehidrasi berat, yaitu dehidrasi lebih dari 10% untuk bayi dan anak
dan menunjukkan gangguan tanda-tanda vital tubuh ( somnolen-koma, pernafasan Kussmaul,
gangguan dinamik sirkulasi ) memerlukan pemberian cairan elektrolit parenteral. Penggantian
cairan parenteral menurut panduan WHO diberikan sebagai berikut 12,15,17 :
Usia <12 bln: 30ml/kgbb/1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/5jam
Usia >12 bln: 30ml/kgbb/1/2-1jam, selanjutnya 70ml/kgbb/2-2 jam
Walaupun pada diare terapi cairan parenteral tidak cukup bagi kebutuhan penderita
akan kalori, namun hal ini tidaklah menjadi masalah besar karena hanya menyangkut waktu
yang pendek. Apabila penderita telah kembali diberikan diet sebagaimana biasanya . Segala
kekurangan tubuh akan karbohidrat, lemak dan protein akan segera dapat dipenuhi. Itulah
sebabnya mengapa pada pemberian terapi cairan diusahakan agar penderita bila
memungkinkan cepat mendapatkan makanan / minuman sebagai biasanya bahkan pada

dehidrasi ringan sedang yang tidak memerlukan terapi cairan parenteral makan dan minum
tetap dapat dilanjutkan.18
III. 10.

Pemilihan jenis cairan

Cairan Parenteral dibutuhkan terutama untuk dehidrasi berat dengan atau tanpa syok,
sehingga dapat mengembalikan dengan cepat volume darahnya, serta memperbaiki renjatan
hipovolemiknya. Cairan Ringer Laktat (RL) adalah cairan yang banyak diperdagangkan dan
mengandung konsentrasi natrium yang tepat serta cukup laktat yang akan dimetabolisme
menjadi bikarbonat. Namun demikian kosentrasi kaliumnya rendah dan tidak mengandung
glukosa untuk mencegah hipoglikemia. Cairan NaCL dengan atau tanpa dekstrosa dapat
dipakai, tetapi tidak mengandung elektrolit yang dibutuhkan dalam jumlah yang cukup. Jenis
cairan parenteral yang saat ini beredar dan dapat memenuhi kebutuhan sebagai cairan
pengganti diare dengan dehidrasi adalah Ka-EN 3B.16 Sejumlah cairan rehidrasi oral dengan
osmolaliti 210 268 mmol/1 dengan Na berkisar 50 75 mEg/L, memperlihatkan efikasi
pada diare anak dengan kolera atau tanpa kolera.19 Komposisi elektrolit pada diare akut :

Komposisi

elektrolit

mmol/L

Macam

Diare

rata-rata

Kolera

Dewasa
Diare Kolera Balita
Diare Non Kolera
Balita

Na

Cl

HCO3

140

13

104

44

101

27

92

32

56

26

55

14

Sumber : Ditjen PPM dan PLP,199920


III. 11.

Mengobati kausa Diare

Tidak ada bukti klinis dari anti diare dan anti motilitis dari beberapa uji klinis. 18 Obat
anti diare hanya simtomatis bukan spesifik untuk mengobati kausa, tidak memperbaiki
kehilangan air dan elektrolit serta menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan.
Antibiotik yang tidak diserap usus seperti streptomisin, neomisin, hidroksikuinolon dan

sulfonamid dapat memperberat yang resisten dan menyebabkan malabsorpsi. 21 Sebagian


besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena pada
umumnya sembuh sendiri (self limiting).12 Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian kecil
penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada anak
adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi, atau
pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang atau
menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis 15. Anti
motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi sehingga
terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.21

III. 12.

Beberapa antimikroba yang sering menjadietiologidiarepadaanak15,18

Kolera :
Tetrasiklin 50mg/kg/hari dibagi 4 dosis (2 hari)
Furasolidon 5mg/kg/hari dibagi 4 dosis (3 hari)
Shigella :
Trimetroprim 5-10mg/kg/hari
Sulfametoksasol 25mg/kg/hari Diabgi 2 dosis (5 hari)
Asam Nalidiksat : 55mg/kg/hari dibagi 4 (5 hari)
Amebiasis:
Metronidasol 30mg/kg/hari dibari 4 dosis 9 5-10 hari)
Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg(maks 90mg)(im) s/d 5
hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
Giardiasis :

Metronidasol 15mg.kg/hari dibagi 4 dosis ( 5 hari )


III. 13.

Antisekretorik - Antidiare

Salazerlindo E dkk22 dari Department of Pedittrics, Hospital Nacional Cayetano


Heredia, Lima,Peru, melaporkan bahwa pemakaian Racecadotril (acetorphan) yang
merupakan enkephalinace inhibitor dengan efek anti sekretorik serta anti diare ternyata cukup
efektif dan aman bila diberikan pada anak dengan diare akut oleh karena tidak mengganggu
motilitas usus sehingga penderita tidak kembung .Bila diberikan bersamaan dengan cairan
rehidrasi oral akan memberikan hasil yang lebih baik bila dibandingkan dengan hanya
memberikan cairan rehidrasi oral saja .Hasil yang sama juga didapatkan oleh Cojocaru dkk
dan cejard dkk.untuk pemakaian yang lebih luas masih memerlukan penelitian lebih lanjut
yang bersifat multi senter dan melibatkan sampel yang lebih besar.23

III. 14.

Probiotik

Probiotik merupakan bakteri hidup yang mempunyai efek yang menguntungkan pada
host dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen saluran cerna
sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik melalui reseptor
dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri probiotik dapat dipakai
dengan cara untuk pencegahan dan pengobatn diare baik yang disebabkan oleh Rotavirus
maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis maupun diare yang disebabkan oleh
karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional rasional (antibiotik asociatek diarrhea ) dan
travellers,s diarrhea. 14,15,24
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk

25

menyatakan lactobacillus aman dan efektif

dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1 2
kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah : Perubahan
lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap beberapa patogen,
kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit, modifikasi toksin atau reseptor
toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno modulasi.14,24

III. 15.

Mikronutrien

Dasar pemikiran pengunaan mikronutrien dalam pengobatan diare akut didasarkan


kepada efeknya terhadap fungsi imun atau terhadap struktur dan fungsi saluran cerna dan
terhadap proses perbaikan epitel seluran cerna selama diare. Seng telah dikenali berperan di
dalam metallo enzymes, polyribosomes , selaput sel, dan fungsi sel, juga berperan penting
di dalam pertumbuhan sel dan fungsi kekebalan . 19 Sazawal S dkk

26

melaporkan pada bayi

dan anak lebih kecil dengan diare akut, suplementasi seng secara klinis penting dalam
menurunkan lama dan beratnya diare. Strand

27

Menyatakan efek pemberian seng tidak

dipengaruhi atau meningkat bila diberikan bersama dengan vit A. Pengobatan diare akut
dengan vitamin A tidak memperlihatkan perbaikan baik terhadap lamanya diare maupun
frekuensi diare.

19

Bhandari dkk

28

mendapatkan pemberian vitamin A 60mg dibanding

dengan plasebo selama diare akut dapat menurunkan beratnya episode dan risiko menjadi
diare persisten pada anak yang tidak mendapatkan ASI tapi tidak demikian pada yang
mendapat ASI.
III. 16.

Mencegah / Menanggulangi Gangguan Gizi

Amatlah penting untuk tetap memberikan nutrisi yang cukup selama diare, terutama
pada anak dengan gizi yang kurang. Minuman dan makanan jangan dihentikan lebih dari 24
jam, karena pulihnya mukosa usus tergantung dari nutrisi yang cukup.Bila tidak makalah ini
akan merupakan faktor yang memudahkan terjadinya diare kronik29 Pemberian kembali
makanan atau minuman (refeeding) secara cepat sangatlah penting bagi anak dengan gizi
kurang yang mengalami diare akut dan hal ini akan mencegah berkurangnya berat badan
lebih lanjut dan mempercepat kesembuhan. Air susu ibu dan susu formula serta makanan
pada umumnya harus dilanjutkan pemberiannya selama diare penelitian yang dilakukan oleh
Lama more RA dkk30 menunjukkan bahwa suplemen nukleotida pada susu formula secara
signifikan mengurangi lama dan beratnya diare pada anak oleh karena nucleotide adalah
bahan yang sangat diperlukan untuk replikasi sel termasuk sel epitel usus dan sel
imunokompeten. Pada anak lebih besar makanan yang direkomendasikan meliputi tajin
( beras, kentang, mi, dan pisang) dan gandum ( beras, gandum, dan cereal). Makanan yang
harus dihindarkan adalah makanan dengan kandungan tinggi, gula sederhana yang dapat
memperburuk diare seperti minuman kaleng dan sari buah apel. Juga makanan tinggi lemak
yang sulit ditoleransi karena karena menyebabkan lambatnya pengosongan lambung.31

Pemberian susu rendah laktosa atau bebas laktosa diberikan pada penderita yang
menunjukkan gejala klinik dan laboratorium intoleransi laktosa. Intoleransi laktosa
berspektrum dari yang ringan sampai yang berat dan kebanyakan adalah tipe yang ringan
sehingga cukup memberikan formula susu biasanya diminum dengan pengenceran oleh
karena intoleransi laktosa ringan bersifat sementara dan dalam waktu 2 3 hari akan sembuh
terutama pada anak gizi yang baik. Namun bila terdapat intoleransi laktosa yang berat dan
berkepanjangan tetap diperlukan susu formula bebas laktosa untuk waktu yang lebih lama.
Untuk intoleransi laktosa ringan dan sedang sebaiknya diberikan formula susu rendah laktosa.
Sabagaimana halnya intoleransi laktosa, maka intoleransi lemak pada diare akut sifatnya
sementara dan biasanya tidak terlalu berat sehingga tidak memerlukan formula khusus.Pada
situasi yang memerlukan banyak energi seperti pada fase penyembuhan diare, diet rendah
lemak justru dapat memperburuk keadaan malnutrisi dan dapat menimbulkan diare kronik 32
III. 17.

Menanggulangi Penyakit Penyerta

Anak yang menderita diare mungkin juga disertai dengan penyakit lain. Sehingga
dalam menangani diarenya juga perlu diperhatikan penyakit penyerta yang ada. Beberapa
penyakit penyerta yang sering terjadi bersamaan dengan diare antara lain : infeksi saluran
nafas, infeksi susunan saraf pusat, infeksi saluran kemih, infeksi sistemik lain
(sepsis,campak ), kurang gizi, penyakit jantung dan penyakit ginjal 33.

KESIMPULAN
Diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang utama, karena
masih tingginya angka kesakitan dan kematian. Penyebab utama diare akut adalah infeksi
Rotavirus yang bersifat self limiting sehingga tidak memerlukan pengobatan dengan
antibiotika. Pemakaian antibitika hanya untuk kasus-kasus yang diindikasikan.Masalah utama
diare akut pada anak berkaitan dengan risiko terjadinya dehidrasi. Upaya rehidrasi
menggunakan cairan rehidrasi oral merupakan satu-satunya pendekatan terapi yang paling
dianjurkan. Penggantian cairan dan elektrolit merupakan elemen yang penting dalam terapi
diare akut. Pemakaian anti sekretorik,probiotik, dan mikronutrien dapat memperbaiki
frekuensi dan lamanya diare. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah pemberian makanan
atau nutrisi yang cukup selama diare dan mengobati penyakit penyerta.

DAFTAR PUSTAKA
1.

Kandun NI. Upaya pencegahan diare ditinjau dari aspek kesehatan masyarakat dalam
kumpulan makalah Kongres nasional II BKGAI juli 2003 hal 29

2.

Barkin RM Fluid and Electrolyte Problems. Problem Oriented Pediatric Diagnosis Little
Brown and Company 1990;20 23.

3.

Booth IW, CuttingWAM. Current Concept in The Managemnt of Acute in Children Postgraad
Doct Asia 1984 : Dec : 268 274

4.

Coken MB Evaluation of the child with acute diarrhea dalam:Rudolp AM,Hofman JIE,Ed
Rudolp?s pediatrics: edisi ke 20 USA 1994 : prstice Hall international,inc hal 1034-36

5.

Irwanto,Roim A, Sudarmo SM.Diare akut anak dalam ilmu penyakit anak diagnosa dan
penatalaksanaan ,Ed Soegijanto S : edisi ke 1 jakarta 2002 : Salemba Medika hal 73-103

6.

Barnes GL,Uren E, stevens KB dan Bishop RS Etiologi of acute Gastroenteritis in


Hospitalized Children in Melbourne, Australia,from April 1980 to March 1993 Journal of
clinical microbiology, Jan 1998,p,133-138

7.

Departemen kesehatan RI Profil Kesehatan Indonesia 2001. Jakarta 2002

8.

Lung E. Acute diarrheal Diseases dalam Current diagnosis abd treatment in


gastroenterology.Ed.Friedman S ; edisi ke 2 New Tork 2003 :McGraw Hill,hal 131-49

9.

Firmansyah A. Terapi probiotik dan prebiotik pada penyakit saluran cerna.dalam Sari
pediatric Vol 2,No. 4 maret 2001

10.

Subijanto MS,Ranuh R, Djupri Lm, Soeparto P. Managemen disre pada bayi dan anak.
Dikutip dari URL : http://www.pediatrik.com/

11.

Dwipoerwantoro PG.Pengembangan rehidrasi perenteral pada tatalaksana diare akut dalam


kumpulan makalah Kongres Nasional II BKGAI Juli 2003

12.

Ditjen PPM dan PLP,1999,Tatalaksana Kasus Diare Departemen Kesehatan RI hal 24-25

13.

Sinuhaji AB Peranan obat antidiare pada tatalaksana diare akut dalam kumpulan makalah
Kongres Nasional II BKGAI juli 2003

14.

Rohim A, Soebijanto MS.Probiotik dan flora normal usus dalam Ilmu penyakit anak diagnosa
dan penatalaksanaan . Ed Soegijanto S. Edisi ke 1 Jakarta 2002 Selemba Medika hal 93-103

15.

Suharyono.Terapi nutrisi diare kronik Pendidikan Kedokteran Berkelanjutan ilmu Kesehatan


Anak ke XXXI, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia 1994

16.

Ditjen PPM&PLP Depkes RI.Tatalaksana Kasus Diare Bermaslah. Depkes RI 1999 ; 31

Anda mungkin juga menyukai