Oleh :
Hana Hanifah
121711046
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seiring dengan berkembang pesatnya teknologi perindustrian di Indonesia, baik
dalam bidang industri makanan, obat-obatan, tekstil maupun dalam industri pengolahan
sumber daya alam, maka semakin banyak pula sistem-sistem yang dibutuhkan untuk
menunjang industri tersebut. Sistem yang dimaksud tidak hanya berupa mesin atau
teknologi yang langsung menunjang proses produksi, tapi juga sistem yang cukup
berpengaruh terhadap kenyamanan termal bagi penghuni yang bekerja di dalam ruangan
tersebut serta berpengaruh bagi kualitas produk yang akan dihasilkan. Sistem ini lebih
kita kenal dengan sistem tata udara.
Sistem tata udara juga banyak dimanfaatkan dalam berbagai segi kehidupan.
Apalagi data ini begitu banyak konstruksi bangunan seperti gedung perkantoran,
perhotelan, restoran, dan bahkan gedung farmasi pun sangat membutuhkan
pengkondisian udara yang baik. Hal ini karena pengkondisian tersebut dapat berfungsi
untuk mengatur temperatur, kelembaban, kebersihan dan pendistribusian udara secara
merata sesuai dengan yang dibutuhkan. Terutama pada cleanroom yang banyak
digunakan pada industri farmasi untuk menjamin kualitas hasil produk yang sesuai
dengan kebutuhan dan tentu saja tidak membahayakan konsumen.
PT Rohto Laboratories Indonesia merupakan salah satu industri farmasi di
Indonesia. PT Rohto Laboratories Indonesia yang berada di kabupaten Bandung Barat
merupakan bagian produksi, dimana memproduksi Intra Ocular Lens (IOL) dan
Cosmetic and Health Care (CHC). Produk-produk yang diproduksi oleh PT Rohto
Laboratories Indonesia sudah seharusnya bersih dan terbebas dari kontaminasi
partikulat-partikulat yang membahayakan. Salah satu penunjang yang sangat
Chiller Water Return (CHWR)
1.2.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana kinerja sistem pengkondisian udara
2. Bagaimana pengaturan kelembaban pada pemgkondisian udara
1.3.
Tujuan
1. Melakukan evaluasi kerja sistem air conditioning
2. Melakukan simulasi pengaturan kelembaban pada sistem air conditioning
menggunakan psychrometric chart
1.4.
Batasan Masalah
1. Simulasi pengaturan kelembaban sampai tingkat variasi RH berkisar antara 60%45% sesuai dengan standar klasifikasi kelas industri farmasi.
2. Rekomendasi peralatan yang digunakan untuk mencapai kondisi yang diinginkan
1.5.
Metodologi
Dalam penyusunan tugas akhir ini akan dilakukan beberapa kegiatan diantaranya :
1. Studi Literatur
Studi Literatur dilakukan untuk mendapatkan referensi mengenai hal-hal yang
berhubungan dengan pengaturan kelembaban pada sistem tata udara..
2. Diskusi
Melakukan tanya jawab dan diskusi dengan pembimbing dan staf pengajar yang
berkaitan dengan penyusunan Tugas Akhir.
3. Pengambilan dan Analisis Data
Melakukan pengambilan data di industri farmasi sebagai bahan penelitian yang
selanjutnya dianalisis
4. Merancang Sistem Pengkondisian Udara
Melakukan evaluasi pada sistem pengkondisian udara supaya didapatkan hasil
yang sesuai dengan yang diinginkan atau sesuai standar industri farmasi.
1.6.
setiap bab, hal ini dimaksudkan agar pembahasan mengenai Evaluasi Kinerja
Pengaturan Kelembaban Udara Pada Sistem Air Conditioning Suatu Studi Kasus Di
Pt Rohto Laboratories Indonesia lebih jelas dan mudah dimengerti dimulai dari
pengambilan data hingga penyelesaian masalah.
BAB I
PENDAHULUAN
Bab ini berisi tentang latar belakang masalah, tujuan tugas akhir, ruang lingkup dan
pembatasan masalah, metoda pembahasan serta sistematika penulisan laporan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi landasan teori berkaitan dengan judul yang diambil oleh penulis.
Berdasarkan dari teori-teori inilah penulis akan melakukan evaluasi kinerja pengaturan
kelembaban.
BAB III METODA DAN PROSES PENYELESAIAN
Bab ini berisi tentang metoda penyelesaian masalah
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi mengenai
BAB II
LANDASAN TEORI
1
r (C)
Humidity (%)
A
B
C
16-25
16-25
16-25 or
20-27
20/27
20/28
45-55
45-55
45-55 or 40-60
40-60 or max 70
or 40
-
Psycrometric Chart
Enthalpi (H)
Enthalpi adalah jumlah panas total dari campuran udara dan uap air di atas
titik nol. Dinyatakan dalam satuan Btu/lb udara. Harga enthapi dapat diperoleh
sepanjang skala di atas garis saturasi
Sistem Tata Udara dapat terdiri dari beberapa proses pengkondisian udara,
yaitu proses pemanasan (heating), proses pendinginan (cooling), proses penambahan
uap
air
(humidifying),
dan
proses
pengurangan
uap air
(dehumidifying).
Pengkondisian udara akan merubah kondisi udara, dari kondisi awal menjadi kondisi
akhir.
Dalam prakteknya, ada enam proses yang lazim dilaksanakan dalam sistem tata
udara, yaitu:
1
2
3
4
5
6
dengan kandungan uap air konstan. Dalam hal ini hanya panas sensibel yang
ditambahkan ke udara ruang. Proses ini dapat berupa penggunaan pemanas ruang
dengan air atau uap panas yang disalurkan melalui koil pemanas, baik dengan
blower ataupun tanpa blower. Proses ini lazim disebut sebagai proses pemanasansensibel yang direpresentasikan dengan garis horisontal pada psikrometrik chart,
karena kelembaban spesifik udara ruang tidak berubah.
menambah
uap
air
secukupnya
ke
udara
ruang
untuk
Pencampuran Udara
Salah satu proses sering dijumpai dalam proses psikrometrik adalah
percampuran dua atau lebih aliran udara yang mempunyai kondisi berbeda. Dalam
kasus ini, kondisi akhir campuran udara ini ditentukan oleh keseimbangan masaenergi.
ditentukan.
Humidifier
merupakan
komponen
yang
berfungsi
untuk
menghasilkan uap air untuk menaikkan kelembaban udara ruangan (relative humidity).
Uap yang dihembuskan ke dalam ruangan melalui evaporator. Humidifier bekerja jika
kelembaban udara ruangan di bawah setpoint dan di luar batas sensitivity yang
ditentukan.
2
temperatur sekitar 25C nilai dari RH berkisar antara 40% 55 % RH. Karena itu
untuk menjaga atau mengendalikan RH jika terjadi kandungan uap air yang berlebihan
maka digunakan dehumidifier untuk menghilangkan kelebihan kelembaban dari udara.
Dalam Mengendalikan nilai RH Dehumidifier telah banyak dikenal dengan sistem
refrigerasi dan absorb, Dimana sistem refrigerasi bayak digunakan dalam teknologi
AC ( Air Conditioner) dengan mengunakan refrigerant. Pada sistem refrigrant ini
udara dialirkan ke ruang evaporasi dimana pada ruang evaporasi dengan alat yang
sering disebut dengan evaporator ini bertujuan untuk menyerap energi udara sekitar
guna merubah bentuk uap air /cair dari refrigrant agar menjadi gas sehingga area yang
diserap energinya menjadi dingin dan menyebabkan dingin yang cukup untuk
menyebabkan uap air disekitar menjadi titik-titik air yang akan terkumpul sehinga
udara diarea evaporator tersebut uap airnya menjadi berkurang.
5
Proses 1 2 merupakan proses kompresi adiabatik dan reversibel, dari uap jenuh
menuju tekanan kondensor.
Proses 3 4 merupakan proses ekspansi unreversibel pada entalpi konstan, dari fasa
cairan jenuh menuju tekanan evaporator.
Proses 4-1 merupakan proses penambahan kalor reversible pada tekanan konstan
yang menyebabkan terjadinya penguapan menuju uap jenuh.
Proses Kompresi
Proses kompresi berlangsung dari titik 1 ke titik 2. Pada siklus sederhana
diasumsikan refrigeran tidak mengalami perubahan kondisi selama mengalir di
jalur hisap. Proses kompresi diasumsikan isentropik sehingga pada diagram
tekanan-entalpi titik 1 dan titik 2 berada pada satu garis entropi konstan, dan titik
2 berada pada kondisi super panas. Proses kompresi memerlukan kerja dari luar
dan entalpi uap naik dari h1 ke h2, dan untuk kenaikan entalpi sama dengan
besarnya kerja kompresi yang dilakukan pada uap refrigeran.
Proses Kondensasi
Proses 2-3 terjadi pada kondensor, uap panas refrigeran dari kompresor
didinginkan oleh udara luar sampai pada temperature kondensasi dan uap tersebut
dikondensasikan. Pada titik 2 merupakan titik refrigeran pada kondisi uap jenuh
dengan tekanan dan temperature kondensasi. Jadi proses 2-2 merupakan proses
pandinginan sensible dari temperatur kompresi menuju temperatur kondensasi,
dan proses 2-3 merupakan proses kondensasi uap dari dalam kondensor. Proses
2-3 terjadi pada tekanan konstan, dan jumlah kalor yang dipindahkan selama
proses ini adalah beda entalpi antara titik 2 dan titik 3.
Proses Ekspansi
Proses ekspansi berlangsung dari titik 3 ke titik 4. Pada proses tersebut
terjadi suatu proses penurunan tekanan refrigeran dari tekanan kondensasi (titik 3)
menjadi tekanan evaporasi (titik 4). Pada saat cairan diekspansikan melalui katup
ekspansi atau pipa kapiler menuju evaporator, temperatur refrigeran juga turun
dari temperature kondensasi ke temperatur evaporasi. Proses 3-4 merupakan
proses ekspansi adiabatik dimana entalpi fluida tidak berubah sepanjang proses.
Refrigeran pada titik 4 berada pada kondisi campuran antara cairan dan uap, dan
terjadi penurunan tekanan.
Proses Evaporasi
Proses 4-1 adalah proses penguapan refrigerasi pada evaporator serta
berlangsung pada tekanan konstan. Pada titik 1 seluruh refrigeran berada pada
kondisi uap jenuh. Selama proses 4-1 entalpi refrigeran naik akibat penyerapan
kalor dari ruang refrigerasi. Besarnya kalor yang diserap adalah beda entalpi
antara titik 1 dan titik 4 dan biasa disebut efek pendinginan.
Kompresor langkah positif, dimana gas diisap masuk ke dalam silinder dan
dikompresikan .
Kompresor dinamis, dimana gas yang dihisap masuk dipercepat alirannya oleh
sebuah impeller yang kemudian mengubah energi kinetik untuk menaikkan
tekanan.
3
4
Kondensor
Kondensor akan mengubah uap tekanan tinggi tersebut menjadi cairan bertekanan
tinggi dengan adanya medium pendingin pada kondensor (udara maupun cair). Kalor
dari ruangan dan panas dari kompresor akan diserap medium pendingin.
Seperti halnya dengan kompresor, kondensor juga terdiri dari beberapa jenis
diantaranya jenis tabung dan pipa horizontal, jenis tabung dan koil, jenis pipa ganda dan
jenis pendingin udara.
Alat ekspansi
Pipa kapiler dibuat dari tembaga dengan diameter lubang dalam yang sangat kecil.
Panjang dan lubang pipa kapiler dapat mengontrol jumlah bahan pendingin yang masuk
evaporator. Karena tekanan dan temperatur cairan dari kondensor terlalu tinggi untuk
terjadinya penguapan dalam kondisi ruangan, maka digunakan pipa kapiler (liquid
control device) yang bekerja sebagai suatu tahanan aliran fluida (bahan pendingin cair).
Dengan adanya tahanan tersebut, tekanan fluida akan turun dan sebagian kecil
cairan pendingin menguap (flash gas). Penguapan ini akan menyerap kalor dari cairan
pendingin, sehingga temperatur cairan berkurang sampai temperatur jenuh pada tekanan
yang berkurang tersebut.
Pipa kapiler (capillary tube) berguna untuk :
a
b
c
kapiler. Katup ekspansi termostatik merupakan katup ekspansi berkendali panas lanjut
yang berfungsi agar refrigeran yang masuk evaporator sesuai dengan beban pendingin
yang harus dilayani. Pipa kapiler berfungsi sebagai alat ekspansi dengan memanfaatkan
tahanan gesek refrigeran terhadap pipa, sehingga tekanannya turun. Pipa kapiler
biasanya mempunyai diameter yang kecil (0,031 0,054 inch) dengan panjang 5 20 ft.
Pipa kapiler digunakan karena kemudahan dan murah.
4
Evaporator
Evaporator adalah penukar kalor yang berfungsi untuk mendinginkan media
Refrigeran
Refrigeran adalah media perpindahan panas yang menyerap panas atau kalor
dengan penguapan (evaporator) pada temperatur rendah dan memberikan kalor dengan
pengembunanan (kondensor) pada temperatur dan tekanan tinggi. Refrigeran dalam
perdagangan telah diklasifikasikan oleh ASRE (American Society Of Refrigerating
Engineers). Standar dari ASRE membagi refrigeran dalam beberapa kelompok penting
yaitu senyawa Halokarbon, Anorganik, Hidrokarbon, dan Aezotop.
BAB III
METODA DAN PROSES PENYELESAIAN
1
OAHU
AHU 1
AHU 2
Exhaust Air
Return Air
Chiller Water Return (CHWR)
Filter
Out Air
OAHU
c/c
Supply Air
klasifikasi tersebut berdasarkan pada CPOB (Cara Pembuatan Obat yang Baik).
Suplai udara AHU 1 dan 2 berasal dari hasil pendinginan udara OAHU, udara
yang disirkulasikan untuk didinginkan kembali dari ruangan yang didalamnya
terdapat beban panas (Return Air) dan udara dari luar gedung (Out Air)
banyaknya udara luar yang dialirkan dalam sistem ini harus disesuaikan dengan
keperluan. Udara campuran antara udara dari OAHU, return air dan out air
disebut mixing air. Udara campuran inilah yang akan disupply ke dalam gedung
atau ruangan dengan terlebih dahulu dibersihkan dari partikel-partikel dan
didinginkan dengan temperature yang telah ditentukan.
Udara campuran ini melewati pre filter dan medium filter untuk
dibersihkan. Debu-debu akan disaring sehingga menjadi lebih bersih. Setelah
melewati pre filter dan medium filter udara campuran ini akan melepas kalor
karena melewati Cooling Coil yang memiliki temperature 6C sehingga
menerima kalor dari udara dan temperature Chiller Water Return menjadi lebih
tinggi 12C. Seteleh itu udara yang bersih dan dingin dialirkan ke ruanganruangan.
Pada AHU 2 terdapat filter dengan efisiensi tinggi (HEPA=High
Efficiency Particulate Air) pada saluran aliran udara (ducting) sebelum ke
ruangan-ruangan kelas A dan B penyaring udara ke ruangan supaya udara yang
disuplai ke ruangan kelas A dan B mempunyai jumlah partikel yang sesuai dengan
CPOB.
AHU 1 mensuplai udara ke ruangan kelas C dan D. Yang termasuk dalam
ruangan kelas C/D yaitu :
1 Unpacking
2 Pass room 1
3 Mixing room1
4 Corridor 2
5 Janitor
6 Material stock
7 Weighing room
8 Tool stock room
9 Handsanitizer
10 Clothes room male
11 Undress room male
12 Clothes room female
13 Undress room female
14 Washing room sterilization ante
15 Mixing room 2
Ruangan yang termasuk dalam kelas A/B yaitu
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
OAHU
AHU 1
AHU 2
Expansion tank
Expansion tank dengan kapasitas 500 liter yang berfungsi untuk mengisi
pipa air yang didinginkan supaya selalu terisi penuh sehingga jika ada
kebocoran pada pipa tidak akan ada udara yang akan menggangu kerja pompa.
3
Metoda Perhitungan
1 Kondisi Udara Aktual
Pengaturan kelembaban udara didasarkan pada prinsip psychrometric udara.
Psychrometric adalah sifat fisik dan termodinamik campuran antara gas dan
liquid. Pada psychrometric chart data terlihat bagaimana kondisi udara actual dan
dapat menentukan parameter yang dibutuhkan dalam perhitungan.
Keterangan:
(1) (2)
(2) (3)
2
3
udara x h(2)
dimana
Qt = Panas total (kJ/s)
h = Perbedaan enthalpy (kJ/kg)
c
Qs =
udara x Cp x T.(3)
dimana
Qs = Panas sensibel (kJ/s)
Cp = Kalor spesifik udara (kJ/kgK)
T = Perbedaan temperatur (kJ/kg)
d
Qt Qs(4)
dimana
QL= Panas laten (kJ/s)
Qt = Panas total (kJ/s)
Qs = Panas sensibel (kJ/s)
e
udara x W.(5)
dimana
M = Massa uap air yang mengembun (g/s)
W = Perbedaan rasio kelembaban (g/kg)
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS
1
Data Pengujian
Parameter
RH (%)
Temperatur (C)
Temperatur (K)
Enthalpy (kJ/kg)
Aliran Volume udara (m3/h)
Volume spesifik V (m3/kg)
Massa jenis (kg/m3)
Humidity Ratio W (g/kg)
Temperature Chiller Water
Data Aktual
53.99
22.4
295.55
45.68
28354.79
0.849
1.178
9.15
6
Supply (C)
Temperature Chiller Water
12
Return (C)
Ruangan
Standard
T = 21 C
RH = 45%
AHU2
V = 28345.79 m3/h
T = 22.4 C
RH = 53.99%
Berdasarkan psychrometric chart kandungan maksimum uap air pada temperature yang
diinginkan yaitu 21 C adalah 9.15 g/kg
Relative humidity (%) 100
150
90 80
140
0.0450
0.0400
30
130
0.0350
120
110
0.0300
100
20
90
0.0250
80
0.0200
70
60
0.0150
50
10
40
P1
0.0100
30
20
0.0050
10
Enthalpy (kJ/kg)
-40
-35
-30
-25
Dry bulb temperature (C)
-10
-20
0.0000
-20
-15
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
55
45
g
x 9.15 =4.1175 g/kg
100
kg
Pada humidity ratio 4.1175 g/kg maka temperature udara yang diinginkan supaya didapatkan RH
= 45% . Temperature udara hasil pendinginan adalah 12.5C
60
90 80
140
0.0450
0.0400
30
130
0.0350
120
110
0.0300
100
20
90
0.0250
80
0.0200
70
60
0.0150
50
10
40
P1
0.0100
30
20
P2
10
Enthalpy (kJ/kg)
-10
-20
-40
-35
-30
-25
Dry bulb temperature (C)
0.0000
-20
-15
Panas sensible
Qs =
x Cp x T
=
V x x Cp x T
=
28354.79 m3/h x
12.9897 kJ/s
Panas Total
Qt =
x h
3
28354.79 m /h x
64.3173 kJ/s
-10
-5
10
15
20
25
30
35
40
45
1h
3600 s
Panas Laten
QL =
Qt Qs
=
64.3173 kJ/s - 12.9897 kJ/s
=
51.3276 kJ/s
1h
3600 s
0.0050
50
55
60
28354.79 m /h x
9.278 kg/s
1h
3600 s
x 1.178 kg/m3
= 0.351 kg/s
5