Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
suamimu", ucapku kepada Hani. "Tidak apa - apa, ayo pergi bersamaku", ucap Hani. Dalam
perjalanan kami berbicara macam - macam mulai Foto Memek Model ilmiah, politik, sampai hal - hal
yang kotor.
"Mas, kapan kamu akan pergi ke Jakarta?" Dia bertanya ( jadwal aku untuk pulang ke rumah setiap
bulan ).
"Minggu depan, emang knapa?" Tanyaku kembali.
"Tidak apa - apa sih, pengin nanya aja".
'Masak sih cuma pengin nanya saja, .... .... Pengin yang lain - lain kan, pengin nyoba?', jawabku.
'Hehehehe dasar ngeress aja yang ada dipikiran mas..
Setelah sampai ke tempat tujuan, di sebuah rumah yang tidak aku ketahui, Hani membuka pintu.
"Ini rumah siapa ????? Serambi kotor... penuh debu, kaya beberapa hari tidak disapu, kebangetan
deh.' Tanyaku heran.
Ini rumah orang tuaku, kemarin abis dikontrakin, seminggu sekali aku kesini dan
membersihkannya", jawabnya sambil masuk ke rumah gak terawat tersebut.
"Sebentar ya, aku mau masukin mobil dan segera kembali lagi..."
Dalam pikiranku, "Meskipun teras penuh debu kotor, namun rumah ini gak pengap... .... Cukup
nyaman, furniturnya juga masih bagus,".
Hani mempersilahkanku duduk, sementara dia menyaapu teras depan rumah tersebut.
"Anggap aja rumah sendiri mas, gak usah sungkan... .. Aku mau bersih - bersih bentar,' katanya.
"Iya, ini Memek ABG Lagi Colmek rasanya udah kayak dirumah sendiri bersama istri sendiri," kataku
sedikit menggodanya.
"Terserah deh, eh aku mau mandi dulu?" ucap Hani. Otakku dipenuhi pikiran ngeres, ngebayangin
lekukan payudara Hani yang terlihat jelas dibalik baju transparan yang dikenakannya sehingga
putingya terlihat sedikit menyembul.
Ngomong - ngomong Kumpulan Memek Sange ada apa memintaku datang ke tempat ini? Apakah
kamu punya masalah yang serius, masalah apa itu?" Aku bertanya lebih lanjut tanpa basa - basi, ia
pindah tempat duduk kesebelahku "Masalah keluarga mas...", Katanya.
"Apakah itu tentang seks?" Aku bercanda dengannya.
"Ah Memek ABG Lagi Colmek kamu tetep aja kaya dulu mas, sableng, dan tidak jauh dari yang gitu gituan"... ... Tapi ada benernya sih ... .. Meskipun tidak secara langsung," jawabnya.
Kemudian Hani bercerita panjang lebar, intinya adalah rasa tidak puas, sikap otoriter suaminya dan
selalu disalahkan ketika ada ketidaksepakatan dengan pada suatu masalah.
"Aku bener - bener sudah capek, Mas Sony suamiku selalu berpihak sama ibunya, ketika aku
mencoba menjawab persoalan dengan mertua, justru mertuaku mengomel habis - habisan". Terisak
ia mengakhiri kisahnya.
Ketika aku memegang tangannya, dia hanya terdiam, kemudian berkata lembut "Bolehkah aku
bersandar di dada kamu mas?". Aku mengangguk dan cepat - cepat meraih dan membelai lembut
rambut sebahunya. Aku mencium keningnya dengan lembut, Hani mendongak dan berbisik pelan
"Mas, aku membutuhkan dukungan, kasih sayang dan belaian mesra."
Pada saat itu aku merasa hanyut dengan situasi yang diciptakannya, sehingga tanpa merasa
canggung aku mencium matanya, kemudian hidungnya, Hani menngeliat sehingga bibir kami
bertemu. Hani berdiri dan berkata pelan sambil memelukku, "pegang erat - erat, aku milikmu
sekarang".
Dengan lembut aku mencium bibirnya lagi. Kami berpelukan seperti sepasang kekasih yang baru
bertemu setelah berpisah lama dengan segunung kerinduan. Setelah itu kami berdua kembali
duduk.
Dengan posisi Hani duduk di pangkuan, aku terus menyentuh rambutnya dan bergerak tanganku di
lehernya, Hani melenguh, tangannya mencari dan mencoba meraih penis yang sudah tegang keluar
celanaku. Tangan kananku kemudian bergerak dari leher ke arah pinggul, Hani bergeser turun dari
pangkuanku, menarik pahanya, otomatis dasternya terangkat. Kamu tahu apa?, Ternyata Hani tidak
menggunakan CD.
"Aku sudah enggak tahan mas, ... ... ... .. lakukan sekarang bisiknya.....