Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmatNya sehingga Referat yang berjudul Kejang Demam pada Anak ini dapat
diselesaikan. referat ini diajukan sebagai bagian dari kegiatan kepaniteraan klinik Ilmu
Kesehatan Anak di Rumah Sakit Umum Daerah Koja. Pada kesempatan ini, tidak lupa kami
mengucapkan terima kasih kepada dr. Elfrida Simatupang, Sp.A selaku pembimbing selama
menjalankan kepaniteraan klinik di bagian Anak Rumah Sakit Umum Daerah Koja.
Adapun makalah ini berisi mengenai penyakit kejang demam. Kejang demam sendiri
merupakan salah satu kasus yang cukup sering ditemukan di Rumah Sakit Umum Daerah
Koja. Dengan referat dalam makalah ini, diharapkan pembaca dapat memahami lebih jauh
tentang penyakit kejang demam
Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu saya harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata saya ucapkan terima kasih kepada setiap pihak yang telah membantu
sampai selesainya makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita semua.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sebelum memahami definisi mengenai kejang, perlu diketahui tentang seizure dan
konvulsi. Yang dimaksud dengan seizure adalah cetusan aktivitas listrik abnormal yang terjadi
secara mendadak dan bersifat sementara di antara saraf-saraf di otak yang tidak dapat
dikendalikan. Akibatnya, kerja otak menjadi terganggu. Manifestasi dari seizure bisa
bermacam-macam, dapat berupa penurunan kesadaran, gerakan tonik (menjadi kaku) atau
klonik (kelojotan), konvulsi dan fenomena psikologis lainnya. Kumpulan gejala berulang dari
seizure yang terjadi dengan sendirinya tanpa dicetuskan oleh hal apapun disebut sebagai
epilepsi (ayan). Sedangkan konvulsi adalah gerakan mendadak dan serentak otot-otot yang
tidak bisa dikendalikan, biasanya bersifat menyeluruh. Hal inilah yang lebih sering dikenal
orang sebagai kejang. Jadi kejang hanyalah salah satu manifestasi dari seizure.
Kasus kejang merupakan 1 % dari kasus kegawatdaruratan. Kejang terjadi bila fungsi
otak tidak normal, mengakibatkan perubahan dalam gerakan, perilaku atau kesadaran.
Berbagai jenis kejang dapat terjadi di berbagai belahan otak dan dapat lokal (hanya
mempengaruhi bagian tubuh) atau umum (mempengaruhi seluruh tubuh). Kejang dapat
terjadi karena berbagai alasan, terutama pada anak-anak. Kejang pada bayi baru lahir bisa
sangat berbeda dibandingkan dengan kejang pada anak-anak, anak-anak sekolah dan remaja.
Kejang, terutama pada anak yang belum pernah mengalami kejang sebelumnya, bisa
menakutkan orang tua atau penyedia layanan.
Kejang merupakan gangguan neurologis yang lazim pada kelompok umur pediatri dan
terjadi dengan frekuensi 4-6 kasus/1000 anak. Kejang ini merupakan penyebab yang paling
lazim untuk rujukan pada praktek neurologi anak. Adanya gangguan kejang tidak merupakan
diagnosis tetapi gejala suatu gangguan sistem saraf sentral(SSS) yang mendasari dan
memerlukan pengamatan menyeluruh dan rencana manajemen.
Tujuan
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui dan memahami lebih dalam tentang
kejang demam, mengetahui manifestasi klinis dari kejang demam, mengetahui cara
mendiagnosis dan jenis-jenis kejang demam, serta mengetahui penatalaksanan dari kejang
demam.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi Kejang Demam
Menurut National Institute of Health (NIH), kejang demam adalah suatu kejadian
pada bayi atau anak, yang biasanya terjadi pada usia 3 bulan sampai dengan 5 tahun,
berhubungan dengan demam, namun tanpa bukti adanya infeksi intrakranial atau penyebab
tertentu dari kejang. Definisi ini mengeksklusi kejang dengan demam pada anak yang pernah
mengalami kejang tanpa demam.1
Menurut International League Against Epilepsy (ILAE), kejang demam adalah
bangkitan kejang yang berhubungan dengan demam, tanpa adanya infeksi susunan saraf pusat
atau ketidakseimbangan elektrolit akut, pada anak berusia lebih dari 1 bulan, yang tidak
pernah mengalami kejang tanpa demam sebelumnya.1
Menurut Konsensus Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Anak Indonesia
(UKK Neurologi IDAI ), kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan
suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
Definisi ini mengeksklusi anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam. Kejang disertai
demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam kejang demam.2
Kejang demam harus dibedakan dengan epilepsi, yaitu yang ditandai dengan kejang
berulang tanpa demam. Definisi ini menyingkirkan kejang yang disebabkan penyakit saraf
seperti meningitis, ensefalitis, atau ensefalopati. Kejang pada keadaan ini mempunyai
prognosis berbeda dengan kejang demam karena keadaan yang mendasarinya mengenai
sistem susunan saraf pusat.2
Epidemiologi Kejang Demam
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. 2 Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam, sedangkan 20% lainnya
merupakan kejang demam kompleks.5 Kejang lama terjadi pada 8% kejang demam,
sedangkan kejang berulang terjadi pada 16% di antara anak yang mengalami kejang demam. 2
Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki daripada perempuan dengan
perbandingan 1,4:1.
Etiologi kejang demam hingga kini belum diketahui. Demamnya sering disebabkan
infeksi saluran pernapasan atas, otitis media, gastroenteritis, pneumonia, bronkopneumonia,
bronkhitis, tonsilitis, dan infeksi saluran kemih.3
Kejang jauh lebih sering terjadi dalam 2 tahun pertama dibanding masa kehidupan
lainnya. Cedera intrakranial saat lahir termasuk pengaruh asfiksia dan perdarahan serta cacat
kongenital pada otak, merupakan penyebab tersering pada bayi kecil. Pada masa bayi lanjut
dan awal masa kanak-kanak, penyebab tersering adalah infeksi akut. Penyebab yang lebih
jarang pada bayi adalah tetani, epilepsi idiopatik, hipoglikemia, tumor otak, asfiksia,
perdarahan intrakranial spontan serta trauma postnatal.
Demam yang disebabkan oleh imunisasi juga dapat memprovokasi kejang demam.
Anak yang mengalami kejang setelah imunisasi selalu terjadi waktu anak sedang demam.
Kejang setelah imunisasi terutama didapatkan setelah imunisasi DTP (pertusis) dan morbili
(campak).4
Penyebab utama didasarkan atas bagian tubuh yang terlibat peradangan. Ada
penderita yang mengalami kelainan pada lebih dari satu bagian tubuhnya, misalnya tonsilofaringitis dan otitis media akut (lihat tabel).
Penyebab demam
Jumlah penderita
Tonsilitis dan/atau faringitis
100
Otitis media akut (radang liang telinga tengah)
91
Enteritis/gastroenteritis (radang saluran cerna)
22
Enteritis/gastroenteritis disertai dehidrasi
44
Bronkitis (radang saiuran nafas)
17
Bronkopeneumonia (radang paru dan saluran nafas)
38
Morbili (campak)
12
Varisela (cacar air)
1
Dengue (demam berdarah)
1
Tidak diketahui
66
Tabel 1. Penyebab demam pada 297 anak penderita kejang demam
Lahat dkk, 1984 mengemukakan bahwa tingginya angka kejadian kejang demam pada
Shigellosis dan Salmonellosis mungkin berkaitan dengan efek toksik akibat racun yang
dihasilkan kuman bersangkutan.4
Patofisiologi Kejang Demam
Sel dan organ otak memerlukan suatu energi yang didapat dari metabolism untuk
mempertahankan hidupnya. Bahan baku terpenting untuk metabolism otak adalah
glukosa.sumber energy otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi
CO2 dan air. Sifat proses ini adalah oksidasi dimana oksigen disediakan dengan perantara
fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak melalui sistem kardiovaskuler.5
4
Sel memiliki suatu membrane dengan dua permukaan yaitu permukaan dalam dan
permukaan luar oleh ion kalium (K+) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na+) dan
elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (Cl-). Akibatnya konsentrasi kalium dalam sel neuron
tinggi dan konsentrasi natrium rendah, sedangkan diluar sel neuron terdapat keadaan
sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat
perbedaan potensial yang disebut potensial membran dari sel neuron. Untuk menjaga
keseimbangan potensial membrane ini diperlukan energy dan bahan enzim Na-K-ATPase
yang terdapat pada permukaan sel.5,6
Keseimbangan potensial membrane ini dapat diubah oleh adanya:
1. Perubahan konsentrasi ion di ruang ekstraseluler.
2. Rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi, atau
aliran listrik dari sekitarnya.
3. Perubahan patofisiologi dari membrane sendiri karena penyakit atau
keturunan.
Pada seorang anak berumur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh,
dibandingkan orang dewasa yang hanya 15%. Dan pada kondisi demam kenaikan suhu 1C
akan mengakibatkan kenaikan metabolism basal 10-15% dan kebutuhan oksigen akan
meningkat 20%. Jadi pada kenaikan suhu tubuh tertentu dapat terjadi perubahan
keseimbangan dari membrane sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi dari ion
Kalium maupun ion Natrium dari membrane tadi, dengan akibat terjadinya lepas muatan
listrik. Lepas muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas ke seluruh sel
maupun ke membrane sel tetangganya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter
dan terjadilah kejang.5
Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda, ini tergantung dari tinggi rendahnya
ambang kejang seorang anak menderita kejang pada kenaikan suhu tubuh tertentu. Pada anak
dengan ambang kejang yang rendah, dapat terjadi kejang pada suhu 38C, sedangkan pada
anak dengan ambang kejang yang tinggi kejang baru terjadi pada suhu 40C atau lebih. Dari
kenyataan ini dapatlah disimpulkan bahwa terulangnya kejang demam lebih sering terjadi
pada anak dengan ambang kejang yang rendah; sehingga pada penanggulangannya perlu
diperhatikan pada suhu berapa penderita kejang.
Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak
meninggalkan gejala sisa. Namun pada kejang demam yang berlangsung lama (>15 menit)
biasanya terjadi apneu (henti napas), meningkatnya kebutuhan oksigen dan energy untuk
kontraksi otot skelet yang akhirnya terjadi hipoksemia, hiperkpnia, asidosis laktat disebabkan
oleh metabolism anaerobik, hipotensi arterial disertai denyut jantung yang tidak teratur dan
suhu tubuh semakin meningkat disebabkan meningkatnya aktivitas otot dan selanjutnya
menyebabkan metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas merupakan faktor
penyebab sehingga terjadi kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang lama. Faktor
terpenting adalah gangguan peredaran darah yang mengakibatkan hipoksia sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler lalu timbul edema otak sehingga terjadi kerusakan sel
neuron otak.5
Kerusakan di daerah medial lobus temporalis setelah mendapat serangan kejang yang
berlangsung lama; dapat menjadi matang dikemudian hari sehingga terjadi serangan
6
epilepsi yang spontan. Jadi, jelaslah bahwa kejang demam yang berlangsung lama dapat
menyebabkan kelainan anatomis di otak sehingga terjadi epilepsi.5
darah
tekanan Menurunnya
darah
Meningkatnya
darah
kadar Disritmia
glukosa
Meningkatnya suhu pusat Edema
paru
menyebabkan
edema
non serebrum
tubuh
jantung
Meningkatnya sel darah
putih
Kejang
Detik/menit
Menyerupai kejang
Mungkin gradual
2. Lama serangan
Sering terganggu
Beberapa menit
3. Kesadaran
Sering
Jarang terganggu
4. Sianosis
Sinkron
Jarang
Selalu
Asinkron
Sering
Jarang
Selalu
Sangat jarang
Jarang
Jarang
Gerakan hilang
Jarang
Hampir selalu
Hampir selalu
Selalu
Selalu
Tidak pernah
Selalu
5. Gerakan ekstremitas
6. Stereotipik serangan
7. Lidah tergigit atau luka lain
8. Gerakan abnormal bola mata
9. Fleksi pasif ekstremitas
Jarang
Tabel 3. Perbedaan Kejang dan Menyerupai Kejang
7
Berlangsung singkat
Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului dengan kejang parsial
Kejang berulang 2 kali atau lebih dalam 24 jam, anak sadar kembali di antara
bangkitan kejang.
Kejang lama adalah kejang yang berlangsung lebih dari 15 menit atau kejang berulang
lebih dari 2 kali dan diantara bangkitan anak tidak sadar. Kejang fokal adalah kejang
parsial satu sisi, atau kejang umum yang didahului kejang parsial. Kejang berulang
adalah kejang 2 kali atau lebih dalam 1 hari, diantara 2 bangkitan kejang anak sadar.
Kejang berulang terjadi pada 16 % diantara anak yang mengalami kejang demam.3
Menurut Livingstone, membagi kejang demam menjadi dua :
1. Kejang demam sederhana
Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun
8
Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak
menunjukkan kelainan
Kejang demam terjadi segera setelah mulai demam atau saat suhu sudah relatif normal
Manifestasi Klinis
Terjadinya bangkitan kejang pada bayi dan anak kebanyakan bersamaan dengan
kenaikan suhu badan yang tinggi dan cepat yang disebabkan oleh infeksi di luar susunan saraf
pusat, misalnya tonsilitis, otitis media akut, bronkitis, furunkulosis, dan lain-lain. Serangan
kejang biasanya terjadi dalam 24 jam pertama sewaktu demam, berlangsung singkat dengan
sifat bangkitan kejang dapat berbentuk tonik-klonik bilateral, tonik, klonik, fokal atau
akinetik. Bentuk kejang yang lain dapat juga terjadi seperti mata terbalik ke atas dengan
disertai kekakuan atau kelemahan, gerakan semakin berulang tanpa didahului kekakuan atau
hanya sentakan atau kekakuan fokal.
Secara umum, gejala klinis kejang demam adalah sebagai berikut6,8:
Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba)
Penurunan kesadaran yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi
pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
Postur tonik
Gerakan klonik
Inkontinensia
Gangguan pernafasan
Apneu
Cyanosis
Setelah mengalami kejang biasanya:
Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
10
Mengantuk
Linglung
Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya
Adanya kejang, sifat kejang, bentuk kejang, kesadaran selama dan setelah kejang, durasi
kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval antara 2 serangan kejang, penyebab
demam di luar susunan saraf pusat.
Riwayat demam sebelumnya (sejak kapan, timbul mendadak atau perlahan, menetap atau
naik turun).
Riwayat kejang sebelumnya (kejang disertai demam maupun tidak disertai demam atau
epilepsi).
11
Menentukan penyakit yang mendasari terjadinya demam (ISPA, OMA, dan lain-lain).
Pada kepala apakah terdapat fraktur, depresi atau molase kepala berlebihan
Tingkat kesadaran
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan darah tepi lengkap, gula darah, elektrolit, kalsium serum, urinalisis,
biakan darah, urin atau feses.Pemeriksaan laboratorium tidak dianjurkan dan dikerjakan
untuk mengevaluasi sumber infeksi. Pasien dengan keadaan diare, muntah dan gangguan
keseimbangan cairan dapat diduga terdapat gangguan metabolisme akut, sehingga
pemeriksaan elektrolit diperlukan. Pemeriksaan labratorium lain perlu dilakukan untuk
mencari penyebab timbulnya demam.
Pungsi lumbal
12
Keadaan post ictal (pasca kejang) yang berkelanjutan. Mengantuk hingga sekitar 1
jam setelah kejang demam adalah normal.
tanda peradangan selaput otak, atau ada riwayat yang menimbulkan kecurigaan infeksi
sistem saraf pusat. Pada anak dengan kejang demam yang telah menerima terapi
antibiotik sebelumnya, gejala meningitis dapat tertutupi, karena itu pada kasus seperti itu
lumbal pungsi sangat dianjurkan untuk dilakukan.1
Pada bayi kecil, klinis meningitis tidak jelas, maka tindakan pungsi lumbal
dikerjakan dengan ketentuan sebagai berikut :
1. Bayi < 12 bulan
: diharuskan
: diannjurkan.
Bila secara klinis yakin bukan meningitis, maka tidak perlu dilakukan pungsi lumbal.
Indikasi Pungsi Lumbal:
Electroencephalography (EEG)
Electroencephalography dipertimbangkan pada kejang demam yang tidak khas.
Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun, atau kejang demam
fokal. EEG adalah pemeriksaan gelombang otak untuk meneliti ketidaknormalan otak.
Pemeriksaan ini tidak dianjurkan untuk dilakukan pada kejang demam yang baru terjadi
sekali tanpa adanya defisit neurologis.1,10
Tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa EEG yang dilakukan saat kejang
demam atau segera setelahnya atau sebulan setelahnya dapat memprediksi akan
timbulnya kejang tanpa demam di masa yang akan datang. Walaupun dapat diperoleh
gambaran gelombang yang abnormal setalah kejang demam, gambaran tersebut tidak
bersifat prediktif terhadap risiko berulangnya kejang demam atau risiko epilepsi.
Pemeriksaan EEG masih dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
Misalnya kejang demam kompleks pada anak usia lebih dari 6 tahun atau kejang demam
fokal.2
Pencitraan
Foto X-Ray kepala dan pencitraan seperti Computed Tomography Scan (CT-scan)
atau Magnetic Resonance Imaging (MRI) jarang sekali dikerjakan, tidak rutin dan hanya
atas indikasi seperti :
Paresis nervus VI
Papil edema
dimodifikasi, yang merupakan pedoman yang dipakai oleh Sub Bagian Saraf Anak IKA
FKUI-RSCM Jakarta, yaitu:
1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan 6 tahun
14
Diagnosis Banding
Diagnosis banding kejang demam antara lain penyakit infeksi pada sistem susunan
saraf pusat seperti meningitis, ensefalitis dan abses otak.5
Klinis/Lab
Awitan
Demam
Tipe kejang
Singkat/lama
Ensefalitis
Herpes
Simpleks
Akut
< 7 hari
Fokal/umum
Singkat
Meningitis
Bacterial/
Purulenta
Akut
< 7 hari
Umum
Singkat
Kronik
>7 hari
Umum
Singkat
Kesadaran
Sopor-koma
Apatis-somnolen
Lama
Pemulihan
kesadaran
Tanda
rangsang
meningeal
Tekanan
intrakranial
Meningitis
Tuberkulosa
Meningitis
Virus
Kejang Demam
Akut
< 7 hari
Umum/fokal
Somnolen-sopor
Akut
< 7 hari
Umum
Lama>15
menit
Sadar-apatis
Cepat
Lama
Cepat
Cepat
++/-
++/-
+/-
Sangat
meningkat
Sangat
meningkat
+++
Normal
Normal
Meningkat
Jernih
Normal
Jernih
Normal
Virus
Di luar SSP
Penyakit dasar
Paresis
Pungsi
lumbal
+++/+/Jernih
Keruh/opalesen
Normal/limfo Segmenter/limf
Etiologi
Virus HS
Bakteri
Terapi
Antivirus
Antibiotik
Jernih/xanto
Limfo/segmen
M.Tuberculosis
Anti TBC
Somnolen
Simtomatik
15
16
Diazepam 5-10mg/rektal
Maks 2x jarak 5 menit
0-10 mnt
Hospital
Airway,
Breathing, O2
circulation
Diazepam0,25-0,5mg/kg/iv/io (Kecepatan
2mg/menit),max dosis 20mg
10-20
menit
monitor
atau
Note: jika DIAZ recktal 1x
Prehospital boleh rektal 1x
atau
IC
U
Lorazepam 0,05-0,1
mgkkg/iv(rate<2mg/menit)
Phenobarbitone 20mg/kg/iv
(rate >5-10min; max 1g)
Tanda vital,
EKG,gula
darah,elektrolit
serum
(Na,K,Ca,Mg,cl),
analisa gas
20-30menit
30-60 menit
refrakter
17
Pentotal-tiopental 5-8
mg/kg/iv
Propofol 15mg/kg/infusion
sekiranya terdapat kelainan metabolik atau elektrolit. Fungsi vital seperti kesadaran, suhu,
tekanan darah, pernafasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Pada demam, pembuluh darah besar akan mengalami vasodilatasi, manakala
pembuluh darah perifer akan mengalami vasokontrisksi. Kompres es dan alkohol tidak
lagi digunakan karena pembuluh darah perifer bisa mengalami vasokontriksi yang
berlebihan sehingga menyebabkan proses penguapan panas dari tubuh pasien menjadi
lebih terganggu. Kompres hangat juga tidak digunakan karena walaupun bisa
menyebabkan vasodilatasi pada pembuluh darah perifer, tetapi sepanjang waktu anak
dikompres, anak menjadi tidak selesa karena dirasakan tubuh menjadi semakin panas,
anak menjadi semakin rewel dan gelisah. Menurut penelitian, apabila suhu penderita
tinggi (hiperpireksi), diberikan kompres air biasa. Dengan ini, proses penguapan bisa
terjadi dan suhu tubuh akan menurun perlahan-lahan.
Bila penderita dalam keadaan kejang obat pilihan utama adalah diazepam yang
diberikan secara per rektal, disamping cara pemberian yang mudah, sederhana dan efektif
telah dibuktikan keampuhannya. Hal ini dapat dilakukan oleh orang tua atau tenaga lain
yang mengetahui dosisnya. Dosis tergantung dari berat badan, yaitu berat badan kurang
dari 10 kg diberikan 5 mg dan berat badan lebih dari 10 kg rata-rata pemakaiannya 0,40,6 mg/KgBB. Kemasan terdiri atas 5 mg dan 10 mg dalam rectiol. Bila kejang tidak
berhenti dengan dosis pertama, dapat diberikan lagi setelah 15 menit dengan dosis yang
sama.
Untuk mencegah terjadinya udem otak diberikan kortikosteroid yaitu dengan dosis
20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis. Golongan glukokortikoid seperti
deksametason diberikan 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
3. Pengobatan Rumatan
Pengobatan rumatan diberikan jika kejang demam menunjukan ciri sebagai berikut (salah
satu) :
Kejang lama > 15 menit
Kelainan neurologis yang nyata sebelum/sesudah kejang : hemiparesis, peresis
Todd,palsi serebral, retradasi mental,hidrosefalus.
Kejang fokal
Atau pengobatan rumatan dipertimbangkan jika :
Kejang berulang 2 kali/lebih dalam 24 jam
Kejang demam terjadi pada bayi kurang dari 12 bulan
19
Profilaksis intermitten
Untuk mencegah terulangnya kejang di kemudian hari, penderita kejang demam
diberikan obat campuran anti konvulsan dan antipiretika yang harus diberikan kepada
anak selama episode demam. Antipiretik yang diberikan adalah paracetamol dengan
dosis 10- 15mg/kg/kali diberikan 4 kali sehari atau ibuprofen dengan dosis 510mg/kg/kali, 3-4 kali sehari. Antikonvulsan yang ampuh dan banyak dipergunakan
untuk mencegah terulangnya kejang demam ialah diazepam, baik diberikan secara
rectal dengan dosis 5 mg pada anak dengan berat di bawah 10kg dan 10 mg pada anak
dengan berat di atas 10kg, maupun oral dengan dosis 0,3 mg/kg setiap 8 jam.
Profilaksis intermitten ini sebaiknya diberikan sampai kemungkinan anak untuk
menderita kejang demam sedehana sangat kecil yaitu sampai sekitar umur 4 tahun.
Fenobarbital, karbamazepin dan fenition pada saat demam tidak berguna untuk
mencegah kejang demam.
Fenobarbital
Dosis 4-5 mg/kgBB/hari. Efek samping dari pemakaian fenobarbital jangka
panjang ialah perubahan sifat anak menjadi hiperaktif, perubahan siklus tidur dan
kadang-kadang gangguan kognitif atau fungsi luhur.
Fenitoin
Diberikan pada anak yang sebelumnya sudah menunjukkan gangguan sifat
berupa hiperaktif sebagai pengganti fenobarbital. Hasilnya tidak atau kurang
memuaskan. Pemberian antikonvulsan pada profilaksis jangka panjang ini
dilanjutkan
sekurang-kurangnya
tahun
seperti
mengobati
epilepsi.
20
Jika
pada
tatalaksana
kejang,kejang
berhenti
dengan
kejang tidak ada. Jika etiologinya epilepsi, lanjutkan obat antiepilepsi dengan
menaikan dosis. Lanjutan pengobatan ini tergantung daripada kondisi pasien.
4. Mencari dan mengobati penyebab
Penyebab dari kejang demam baik sederhana maupun kompleks biasanya infeksi
traktus respiratorius bagian atas dan otitis media akut. Pemberian antibiotik yang tepat
dan kuat perlu untuk mengobati infeksi tersebut. Secara akademis pada anak dengan
kejang demam yang datang untuk pertama kali sebaiknya dikerjakan pemeriksaan pungsi
lumbal. Hal ini perlu untuk menyingkirkan faktor infeksi di dalam otak misalnya
meningitis. Apabila menghadapi penderita dengan kejang lama, pemeriksaan yang
intensif perlu dilakukan, yaitu pemeriksaan pungsi lumbal, darah lengkap, misalnya gula
darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, nitrogen, dan faal hati.
Hiperpireksia
Bila seluruh faktor di atas ada, kemungkinan berulangnya kejang demam adalah 80%,
sedangkan bila tidak terdapat faktor tersebut kemungkinan berulangnya kejang demam hanya
10-15%. Kemungkinan berulangnya kejang demam paling besar pada tahun pertama.
Faktor resiko terjadinya epilepsi
Faktor resiko lain adalah terjadinya epilepsi di kemudian hari. Faktor resiko menjadi
epilepsi adalah :
Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
Kejang demam kompleks
Riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
23
BAB III
PENUTUP
Kejang demam (menurut UKK Neurologi IDAI) adalah bangkitan kejang yang terjadi
pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal di atas 38C) yang disebabkan oleh suatu proses
ekstrakranium. Definisi ini mengeksklusi anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam.
Kejang disertai demam pada bayi berumur kurang dari 1 bulan juga tidak termasuk dalam
kejang
demam.
Berdasarkan
Konsensus
UKK
Neurologi
IDAI,
kejang
demam
diklasifikasikan menjadi kejang demam sederhana (simple febrile seizure) dan kejang demam
kompleks (complex febrile seizure).
Kejang demam terjadi pada 2-4% anak berumur 6 bulan - 5 tahun. Kejang demam
sederhana merupakan 80% diantara seluruh kejang demam, sedangkan 20% lainnya
merupakan kejang demam kompleks. Kejang demam lebih sering terjadi pada anak laki-laki
daripada perempuan dengan perbandingan 1,4:1.
Kejang demam umumnya disebabkan oleh infeksi dan vaksinasi yang mempresipitasi
terjadinya demam. Faktor genetik juga berkontribusi terhadap terjadinya kejang demam.
Kejang demam terjadi akibat lepasnya muatan listrik secara berlebihan sebagai akibat
perubahan membran potensial. Perubahan ini diakibatkan oleh meningkatnya metabolisme
basal dan kebutuhan oksigen karena demam.
Diagnosis kejang demam ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan
pemeriksaan penunjang. Tatalaksana kejang yaitu memberantas kejang secepat mungkin,
pengobatan penunjang,memberikan pengobatan rumatan dan
penyebab. Prognosis kejang demam umumnya baik. Kecacatan atau kelainan neurologis dan
kematian tidak pernah dilaporkan. Kemungkinan berulangnya kejang demam adalah sebesar
10-15%.Kemungkinan terjadinya epilepsi di kemudian hari sebesar 5%.
24
DAFTAR PUSTAKA
1. Kundu G, Rabin F, Nandi E, Sheikh N, Akhter S. Etiology and Risk Factors of Febrile
Seizure An Update. Bangladesh Journal Child Health 2010; 34(3): 103-112.
2. Unit Kerja Koordinasi Neurologi Ikatan Dokter Indonesia 2006. Konsensus
Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
(IDAI); 2006.
3. Staf Pengajar IKA FKUI. 2005. Kejang Demam. Dalam : Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta :
Bagian IKA FKUI.
4. Soetomenggolo, S. Kejang Demam. Dalam Buku Neurologi UI. Jakarta: Penerbit FKUI.
2005.
5. Lumbantobing,S.M. Kejang Demam.Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2007.
6. Haslam Robert H.A Sistem Saraf, Dalam Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Vol.3, Edisi 15.
Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta 2006.
7. Tumbelaka,Alan R.,Trihono, Partini P.,Kurniati,Nia.,Putro Widodo,Dwi.
Penanganan
25