terkelupas maka risiko infeksi meningkat (Tietjen, 2004: 1-8). Faktor-faktor yang
mempengaruhi Proses Infeksi menurut Azis Alimul Hidayat (2006: 134) adalah:
A. Sumber Penyakit
Sumber penyakit dapat mempengaruhi apakah infeksi dapat berjalan cepat
atau lambat.
B. Kuman penyebab
Kuman penyebab dapat menentukan jumlah mikroorganisme masuk ke
dalam tubuh dan virulensinya.
C. Cara Membebaskan dari Sumber Kuman
Cara membebaskan kuman dapat menentukan apakah proses infeksi cepat
atau teratasi atau diperlambat seperti tingkat keasaman (pH), suhu, penyinaran,
dan lain-lain.
D. Cara Penularan
Cara penularan seperti kontak langsung, melalui makanan atau udara,
dapat memyebabkan penyebaran kuman ke dalam tubuh.
E. Cara masuknya Kuman
Proses penyebaran kuman berbeda, tergantung dari sifatnya. Kuman dapat
masuk melalui saluran pencernaan, saluran pernafasan, kulit, dan lain-lain.
F. Daya Tahan Tubuh
Daya tahan tubuh yang baik dapat memerlambat prosses infeksi atau
mempercepat prosespenyembuhan. Demikian pula sebaliknya, daya tahan tubuh
yang buruk dapat memperburuk proses infeksi.
a. Mencuci Tangan
Untuk mencegah penularan infeksi kepada dirinya dan kliennya, para
pelaksana pelayanan KIA perlu mencuci tangannya sebelum memeriksa klien.
Mencuci tangan hendaknya menjadi suatu kebiasaan dalam melaksanakan
pelayanan sehari-hari (DepKes, 2000: 1).Cuci tangan adalah prosedur yang paling
penting dari pencegahan penyebaran infeksi yang menyebabkan kesakitan dan
kematian ibu dan bayi baru lahir. Tujuan cuci tangan adalah menghilangkan
kotoran dan debu secara mekanis dari perrmukaan kulit dan mengurangi jumlah
mikroorganisme (Tietjen, 2004).
Indikasi Cuci Tangan:
1) Sebelum melakukan kontak fisik secara langsung dengan ibu dan bayi
2)
3)
4)
5)
baru lahir
Setelah kontak fisik dengan ibu dan bayi baru lahir
Sebelum memakai sarung tangan DTT atau steril
Setelah melepaskan sarung tangan
Setelah menyentuh benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan
Sarung tangan sekali pakai lebih dianjurkan, tapi jika sarananya sangat
terbatas, sarung tangan bekas pakai dapat diproses ulang dengan dekontaminasi,
cuci dan bilas, desinfeksi tingkat tinggi atau sterilisasi (APN, 2007: 18).
c. Penggunaan Teknik Aseptik
Teknik aseptik membuat prosedur menjadi lebih mudah dan aman bagi
ibu, BBL, dan penolong persalinan (APN, 2007: 18). Teknik aseptik meliputi
penggunaan perlengkapan perlindungan pribadi, antisepsis, menjaga tingkat
sterilitas atau DTT.
1)
2)
Antisepsis
Antisepsis adalah pengurangan jumlah mikroorganisme pada kulit,
selaput lendir, atau jaringan tubuh lain dengan menggunakan bahan
antimikroba (Tietjen, 2004: 6-2). Karena kulit dan selaput mukosa
tidak dapat disterilkan maka penggunaan cairan antiseptik akan sangat
mengurangi jumlah mikroorganisme yang dapat menkontaminasi luka
terbuka dan menyebabkan infeksi. Larutan antiseptik digunakan pada
kulit atau jaringan, sedangkan larutan disinfektan dipakai untuk
mendekontaminasi peralatan atau instrumen yang digunakan dalam
prosedur bedah (APN, 2007: 19).
3)
sebelah kompor.
Letakkan penutup di atas di atas nampan pengukus paling atas
dan panaskan air hingga mendidih.
minggu.
c) DTT dengan cara kimiawi
Bahan kimia yang dianjurkan untuk DTT adalah klorin dan
glutaraldehid. Klorin tidak bersifat korosif dan proses DTT
memerlukan perendaman selama 20 menit maka peralatan yang
sudah didesinfeksi tingkat tinggi secara kimiawi harus segera
dibilas dengan air matang.Penggunaan tablet formalin sangat tidak
dianjurkan. Formaldehid/formalin adalah bahan karsinogenik
sehingga tidak boleh digunakan.
Langkah-langkah kunci pada DTT kimiawi:
Letakkan
kimia.
Rendam peralatan selama 20 menit.
Bilas peralatan dengan air matang dan angin-anginkan sampai
peralatan
dalam
keadaan
kering
(sudah