Anda di halaman 1dari 3

1

2
PAK RIDWAN KAMIL, MARI KE JEMBER!
Oleh:
Khairunnisa Musari*
Tahu Erdogan kan? Ada yang tahu kan siapa itu Erdogan?
Pertanyaan itu saya sampaikan kepada seluruh mahasiswa di lima kelas yang saya ajar.
Respon mereka ada yang berkerenyit, menggeleng atau menunduk. Barulah di kelas terakhir ada
yang mengacungkan telunjuk. Menterinya Israel, Bu, jawab seorang mahasiswi setengah ragu.
Ya, mungkin menjawab siapa itu Erdogan jauh lebih sulit ketimbang menjawab siapa itu
Ridwan Kamil. Yakin sekali, jika saya menanyakan siapa itu Ridwan Kamil, akan banyak yang
mengacungkan jari di lima kelas yang saya ajar tersebut, terutama dari kalangan mahasiswi. Kiprah
Ridwan Kamil dalam memimpin Kota Bandung beberapa kali menjadi trending topic. Beliau juga
aktif di social media sehingga mengakses kinerja dan pikiran-pikirannya cepat tersebar di dunia
maya.
Dari sekian gebrakan Ridwan Kamil sebagai Walikota Bandung, salah satu yang menarik
untuk dibahas adalah Program Melawan Rentenir atau Program MELATI. Pertengahan Mei lalu,
Ridwan Kamil meresmikan program ini untuk merespon keluhan para pelaku usaha kecil di pasarpasar tradisional, utamanya para pedagang kaki lima (PKL) Cicadas yang 70 persen terjerat utang
rentenir. Tidak sedikit dari mereka ini yang akhirnya berujung kepada perceraian atau kehilangan
rumah mengingat bunga yang ditetapkan rentenir dapat mencapai 30 persen.
Melalui Program MELATI, para PKL di Bandung dapat mengajukan kredit secara kelompok
atau perorangan. Jumlah kredit yang diberikan mulai dari Rp 500 ribu hingga Rp 30 juta. Ridwan
Kamil menjanjikan proses peminjaman modal akan dibuat mudah dengan jaminan yang ringan,
yaitu berupa alat-alat rumah tangga. Syarat lainnya, para peminjam wajib memiliki Kartu Tanda
Penduduk (KTP) Kota Bandung, Kartu Keluarga (KK), surat izin dari suami bagi ibu rumah tangga
yang ingin usaha, harus memiliki rencana usaha yang jelas, dan dana pinjaman harus benar-benar
digunakan untuk modal usaha.
Mekanisme pembayaran yang digunakan dalam Program MELATI adalah tanggung renteng
bagi kredit kelompok dan melalui tabungan bagi kredit perorangan. Mengawali program ini,
Pemerintah Kota Bandung menggelontorkan dana Rp 32 miliar sebagai pinjaman kepada
masyarakat dengan bunga rendah sekitar 4-6 persen yang peruntukkan bunganya akan disalurkan
untuk operasional Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kota Bandung.
10 Tahun Bank GAKIN
Jika Kota Bandung memiliki Program MELATI, Kabupaten Jember memiliki Bank
Keluarga Miskin atau Bank GAKIN. Keduanya memiliki misi yang sama, yaitu melawan rentenir.
Tahun ini, Lembaga Keuangan Masyarakat Mikro (LKMM) bentukan Dinas Koperasi dan Usaha
Mikro Kecil Menengah (Dinkop & UMKM) Kabupaten Jember sudah berusia 10 tahun.
Nasabahnya kebanyakan perempuan dari keluarga miskin. Merekalah yang menyebut LKMM ini
dengan Bank GAKIN.
Mengawali Program Pemberdayaan Usaha Mikro Rumah Tangga Miskin (PUM-RTM) yang
kemudian dikenal dengan Bank GAKIN, ada dua dusun yang dipilih sebagai pilot project. Modal
awal mereka masing-masing sebesar Rp 25 juta dari Dinkop & UMKM ditambah simpanan
sukarela 80 anggota awal. Terinspirasi Grameen Bank, Bank GAKIN juga menggunakan prinsip
tanggung renteng diantara para anggotanya. Kelompok usaha yang terdiri atas 5-10 orang dapat
mengajukan kredit usaha tanpa agunan antara Rp 50.000 hingga Rp 1 juta. Masyarakat yang
mengajukan kredit tidak perlu menyerahkan proposal usaha, apalagi melalui survei yang berbelit.
Proposal bisa diajukan secara lisan. Dana kredit bisa langsung cair setelah diadakan survei sekilas
terhadap usaha yang dijalankan. Kucuran kredit berjangka waktu 10 minggu yang diangsur setiap
minggu dengan bunga 0,5 persen. Mekanisme ini sangat membantu kelompok usaha mikro.
2

3
Meski pengurus Bank GAKIN didominasi perempuan hingga 90 persen dan 46 persen
diantaranya adalah lulusan sekolah dasar serta 5 persen tidak pernah menjalani pendidikan sekolah
formal, namun perkembangan omzet Bank GAKIN terus bertambah dan setia melayani maksimal
200 orang warga miskin per lembaga. Dalam kurun waktu 10 tahun, jumlah Bank GAKIN sudah
sebanyak 454 lembaga yang membawahi 6.424 kelompok masyarakat dengan total anggota
sebanyak 29.410 orang. Total pendapatan jasa dan administrasi mencapai Rp 2,16 miliar dan sisa
hasil usaha (laba berjalan) yang terkumpul mencapai Rp 1,11 miliar. Lembaga ini bahkan dengan
dananya sendiri turut berkontribusi dalam program pemerintah melalui pendirian Posyandu.
Melirik Pembiayaan Mikro Syariah
Banyak kesamaan dari Program MELATI dengan Bank GAKIN. Selain sama-sama
mengemban misi melawan rentenir, segmen pasar yang dibidik dari program ini juga adalah
masyarakat bawah, nominal pinjamannya kategori super mikro, mekanisme pembayarannya juga
tanggung renteng, dan bunga yang dibebankan relatif rendah. Jelas, program ini adalah program
humanis yang memanusiakan manusia.
Ya, pembiayaan super mikro sesungguhnya sejalan dengan ajaran Islam. Pembiayaan super
mikro syariah sejatinya tidak hanya memperhatikan aspek pemberian pinjaman tetapi juga
membawa pesan untuk peduli terhadap orang miskin dengan sikap proaktif atau tidak menunggu
untuk diminta. Syariat lebih mengutamakan qardh hasan daripada infak karena qardh hasan
menimbulkan kehormatan diri pada peminjam dan meninggalkan dorongan dalam dirinya untuk
menghidupkan perjuangan dan usaha kembali. Merujuk pada riwayat dari Abu Usamah bahwa Nabi
Muhammad SAW bersabda bahwa sedekah itu dibalasi sebanyak sepuluh kali lipat dan satu
pinjaman itu dibalasi sebanyak delapan belas kali lipat. Hal tersebut karena peminjam itu tidak
datang kecuali bila ia dalam keadaan membutuhkan, sedangkan sedekah itu diberikan kepada
penerima yang belum tentu membutuhkannya.
Namun demikian, dalam perspektif keuangan Islam, praktek Program MELATI dengan
Bank GAKIN masih belum memenuhi sharia compliance karena adanya bunga atas pinjaman
meski relatif ringan dan dinilai tidak memberatkan peminjam. Sejatinya, perbankan syariah maupun
lembaga amil zakat infak sedekah wakaf (ZISWAF) atau Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS)
perlu didorong untuk bersinergi guna mem-back up Program MELATI maupun Bank GAKIN
dalam bentuk linkage program untuk mobilisasi dana murah termasuk penyalurannya dalam bentuk
return bearing financing, return free financing atau charity financing.
Ke depan, misi kemanusiaan layaknya Program MELATI maupun Bank GAKIN ini perlu
mendapat dukungan kuat dari masyarakat dan harus dipertahankan sebagai program prioritas
pemerintah. Pak Ridwan Kamil, mari ke Jember! Program anda tepat! Sepuluh tahun Bank
GAKIN berkiprah, lembaga ini mendapat tempat di hati masyarakat miskin. Sungguh, Allah pasti
akan menolong dan memberi rezeki kepada mereka-mereka yang memuliakan dan berbuat baik
kepada orang-orang miskin. Wallahualam bish showab!
*Sekjen DPW IAEI Besuki Raya

Anda mungkin juga menyukai