PENDAHULUAN
Trauma medula spinalis (TMS) meliputi kerusakan medula spinalis
karena trauma langsung atau tak langsung yang mengakibatkan gangguan
fungsi utamanya, seperti fungsi motorik, sensorik, autonomik, dan refleks, baik
komplet ataupun inkomplet. Trauma medula spinalis merupakanpenyebab
kematian dan kecacatan padaera modern, dengan 8.000-10.000 kasus per tahun
pada populasi penduduk USA dan membawa dampak ekonomi yang tidak
sedikit pada sistem kesehatan dan asuransi di USA.
Cedera medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis vertebralis dan
lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. Cedera
medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 150.000
sampai 500.000 orang hampir di setiap negara, dengan perkiraan 10.000 cedera baru yang
terjadi setiap tahunnya. Kejadian ini lebih dominan pada pria usia muda sekitar 75%
dari seluruh cedera. Setengah dari kasus ini akibat dari kecelakaan kendaraan
bermotor, selain itu banyak akibat jatuh, olahraga dan kejadian industri dan
luka tembak.
Vertebra yang paling sering mengalami cedera adalah medula spinalis pada daerah
servikal ke-5, 6, dan 7, torakal ke-12 dan lumbal pertama. Vertebra ini adalah paling
rentan karena ada rentang mobilitas yang lebih besar dalam kolumna vertebral
pada area ini. Pada usia 45-an fraktur banyak terjadi pada pria di bandingkan
pada wanita karena olahraga, pekerjaan, dan kecelakaan bermotor. Tetapi belakangan
ini wanita lebih banyak dibandingkan pria karena faktor osteoporosis yang di
asosiasikan dengan perubahan hormonal (menopause). Klien yang mengalami trauma
medulla spinalis khususnya bone loss pada L2-L3 membutuhkan perhatian lebih diantaranya
dalam pemenuhan kebutuhan hidup dan dalam pemenuhan kebutuhan untuk mobilisasi.
Selain itu klien juga beresiko mengalami komplikasi trauma spinal seperti syok
spinal, trombosis vena profunda, gagal napas, pneumonia dan hiperfleksia
autonomic. Maka dari itu sebagai perawat merasa perlu untuk dapat membantu dalam
memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan trauma medulla spinalis dengan
cara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sehingga masalahnya dapat
teratasi dan klien dapat terhindar dari masalah yang paling buruk.(Hanafiah
2007)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
DEFINISI
Trauma medula spinalis adalah cedera pada tulang belakang baik
EPIDEMIOLOGI
Setiap tahun di Amerika Serikat, sekitar 7.600 sampai 10.000 individu
ruangan
subaraknoid
(cavitas
subarachnoidealis)
yang
berisi
liquorcerebrospinalis
6. piamater, yang kaya dengan pembuluh-pembuluh darah dan yang
langsung membungkus permukaan sebelah luar medula spinalis.
(Fahriansyah, 2012)
Lapisan meningen terdiri atas pachymeninx (duramater) dan
leptomenin (arachnoid dan piamater). Pada masa kehidupan intrauterin
usia 3 bulan, panjang medula spinalis sama dengan panjang kanalis
vertebralis, sedang dalam masa-masa berikutnya kanalis vertebralis
tumbuh lebih cepat dibandingkan medula spinalis sehingga ujung kaudal
medula spinalis berangsur-angsur terletak pada tingkat yang lebih tinggi.
Pada saat lahir, ujung kaudal medula spinalis terletak setinggi tepi kaudal
corpus vertebrae lumbalis II. Pada usia dewasa, ujung kaudal medula
spinalis umumnya terletak setinggi tepi kranial corpus vertebrae lumbalis
II atau setinggi discus intervertebralis antara corpus vertebrae lumbalis I
dan II. Terdapat banyak jalur saraf (tractus) di dalam medula spinalis.
Jalur saraf tersebut dapat dilihat pada gambar di berikut. (Guyton, 2009)
saraf mulai keluar pada medulla di sisi yang sama dari gabungan sel-sel
yang disebut nucleus vestibularis.
4. Tractus rubrospinalis
Terletak tepat di depan tractus corticospinalis lateralis, serabutnya
dimulai pada mesenchepalon dan berjalan turun untuk berakhir di
sekitarsel-sel cornu anterius. Berhubungan dengan kontrol aksi otot dan
merupakan bagian utama dari sistem extrapyramidal. Tractus motoris dan
sensoris merupakan tractus yang paling penting didalam otak dan medulla
spinalis dan mempunyai hubungan yang erat untuk gerakan motoris
voluntaris, sensasi rasa sakit, temperatur dan sentuhan dari organ-organ
indera pada kulit dan impuls propioseptif dari otot dan sendi.
Tractus corticospinalis atau pyramidalis atau motoris berasal dari
cortex motoriius precentralis, serabutnya berjalan turun melalui capsula
interna padagenu dan dua pertiga anterior limbus posterior.
Tractus cortico ventralis mengendalikan neuron-neuron motorik
yang melayani otot-otot pada truncus termasuk mm.intercostalis dan
abdominalis.
Semua neuron yang menyalurkan impul-impuls motorik ke nuclei
motorii didalam batang otak dan medulla spinalis dapat disebut sebagai
neuron motor atas(upper motor neuron). Impuls-impuls motorik ini dapat
disalurkan melalui jalur-jalur saraf yang termasuk dalam susunan
pyramidal dan susunan ekstrapyramidal oleh karena itu dalam area yang
luas sel-sel neuron yang membentuk jalur desendens pyramidal (tractus
corticobulbaris
dan
corticospinalis)
dan
ekstrapyramidal
(tractus
Berikut ini adalah fungsi dari tiap segmen saraf pada tulang belakang:
Function
Neckflexors
Neckextensors
Supply diaphragm (mostly C4)
C5
C5, C6
C6, C7
C7, T1
Extension of toes
L5, S1, S2 Extension of leg at the hip (gluteus maximus)
Plantarflexion of foot
L4,
Flexion of toes
L5, Flexion of leg at the knee (hamstrings)
S1, S2
(Michael, 2012)
2.4
11
otot
bantu
napas,
peningkatan
frekuensi
Didapatkan adanya suara redup sampai pekak apabila trauma terjadi pada
toraks/hematoraks.
d. Auskultasi.
Suara napas tambahan, seperti napas berbunyi, stridor, ronchi pada
klien dengan peningkatan produksi sekret, dan kemampuan batuk menurun sering
12
keadaan
adalah
tekanan
darah
menurun,
serebral.
Pemeriksaan
dilakukan
dengan
mengobservasi
13
usus serta kembung dan defekasi tidak ada. Hal ini merupakan gejala
awal dari syok spinal yang akan berlangsung beberapa hari sampai
beberapa minggu. Pemenuhan nutrisi berkurang karena adanya mual
dan kurangnya asupan nutrisi.
6. Muskuloskletal. Paralisis motor dan paralisis alat-alat dalam bergantung
pada ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan motorik sesuai
dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.
Pemeriksaan Motorik Paralisis motorik dan paralisis alat-alat
dalam tergantung dari ketinggian terjadinya trauma. Gejala gangguan
motorik sesuai dengan distribusi segmental dari saraf yang terkena.
Beberapa pemeriksaan fisik yang mungkin ditemukan trauma medula spinalis
seperti :
a. Quadriplegia adalah keadaan paralisis/kelumpuhan pada ekstermitas dan
terjadi akibat trauma pada segmen thorakal 1 (T1) keatas. Kerusakan
pada level akan merusak sistem syaraf otonom khsusnya syaraf simpatis
misalnya adanya gangguan pernapasan.
b. Komplit Quadriplegia adalah gambaran dari hilangnya fungsi modula karena
kerusakan diatas segmen serfikal 6 (C6).
c. Inkomplit Quadriplegia adalah hilangnya fungsi neurologi karena kerusakan
dibawah segmen serfikan 6 (C6).
d. Refpiratorik Quadriplegia (pentaplagia) adalah kerusakan yang terjadi pada
serfikal pada bagian atas (C1-C4) sehingga terjadi gangguan pernapasan.
e. Paraplegia adalah paralisis ekstermitas bagian bawah, terjadi akibat kerusakan
pada segmen parakal 2 (T2) kebawah.
2.5
ETIOLOGI
Penyebab dari cidera medulla spinalis yaitu kecelakaan jalan raya adalah penyebab
terbesar, hal mana cukup kuat untuk merusak cord spinal serta kauda ekuina. Di bidang
olah-raga, tersering karena menyelam pada air yang sangat dangkal (Pranida, Iwan
Buchori, 2007).
2.6
PATOFISIOLOGI
14
15
MANIFESTASI KLINIS
Mekanisme trauma dan stabilitas fraktur
Trauma medula spinalis dapat menyebabkan komosio, kontusio,
laserasi, atau kompresimedula spinalis. Patomekanika lesi medullaspinalis
berupa
rusaknya
traktus
padamedula
spinalis,
baik
asenden
16
17
Komplit
Inkomplit
Inkomplit
Inkomplit
level,
otot-otot
18
19
20
kejadian.
Fraktur atlas (C-1)
Atlas mempunyai korpus yang tipis dengan permukaan
sendi yang lebar. Fraktur C-1 yang paling umum terdiri dari burst
fraktur (fraktur Jefferson). Mekanisme terjadinya cedera adalah
axial loading, seperti kepala tertimpa secara vertikal oleh benda
berat atau penderita terjatu dengan puncak kepala terlebih dahulu.
Fraktur jefferson berupa kerusakan pada cincin anterior maupun
posterior dari C-1, dengan pergeseran masa lateral. Fraktur akan
terlihat jelas dengan proyeksi open mouth dari daerah C-1 dan C-2
dan dapat dikonfirmasikan dengan CT Scan. Fraktur ini harus
dan
harus
dipertahankan
dalam
imobilisasi
eksternal.
Fraktur dislocation ( C-3 sampai C-7)
Fraktur C-3 sangat jarang terjadi, hal ini mungkin
disebabkan letaknya berada diantara aksis yang mudah mengalami
cedera dengan titik penunjang tulang servikal yang mobile, seperti
C-5 dan C-6, dimana terjadi fleksi dan ekstensi tulang servikal
terbesar.
Fraktur vertebra torakalis ( T-1 sampai T-10)
Fraktur vertebra Torakalis dapat diklasifikasikan menjadi 4
kategori : (1) cedera baji karena kompresi bagian korpus anterior,
(2) cedera bursi, (3) fraktur Chance, (4) fraktur dislokasi.
A xial loading disertai dengan fleksi menghasilkan cedera kompresi
pada bagian anterior. Tip kedua dari fraktur torakal adalah cedera
burst disebabkan oleh kompresi vertical aksial. Fraktur dislokasi
22
Antara C1 sampai C5
Respiratori paralisis dan kuadriplegi, biasanya pasien meninggal
Antara C5 dan C6
Paralisis kaki, tangan, pergelangan; abduksi bahu dan fleksi siku yang
lemah; kehilangan refleks brachioradialis
Antara C6 dan C7
Paralisis kaki, pergelangan, dan tangan, tapi pergerakan bahu dan
fleksi siku masih bisa dilakukan; kehilangan refleks bisep
Antara C7 dan C8
Paralisis kaki dan tangan
C8 sampai T1
Horner's syndrome (ptosis, miotic pupils, facial anhidrosis),
paralisis kaki
T12 sampai L1
Paralisis di bawah lutut
Cauda equina
Hiporeflex atau paresis extremitas bawah, biasanya nyeri dan
usually pain and hyperesthesia, kehilangan control bowel dan bladder
23
Bila terjadi trauma spinal total atau complete cord injury, manifestasi yang
mungkin muncul antara lain total paralysis, hilangnya semua sensasi dan aktivitas
refleks (Merck,2010).
KOMPLIKASI
24
2.9
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dilakukan antara lain:
1. X-Ray spinal: menentukan lokasi dan jenis cedera tulang (fraktur atau
dislokasi)
Gambaran radiologi
yang terlihat
Dislokasi dan rupture
ligament dari vertebra C5- C6
2. CT Scan: untuk menentukan tempat luka/jejas, mengevaluasi gangguan
struktural.
25
26
Terlihat pada flexion injuries e.g. burst fracture, flexion tear drop
fracture and herniated disk.
3. Brown-Sequard syndrome
o
27
Prognosis baik.
2.10
28
sebaiknya
dipertahankan
di
atas
100
mmHg
untuk
Immobilisasi
Tindakan
immobilisasi
tempatkejadian/kecelakaansampai
harus
ke
unit
sudahdimulai
gawat
darurat..
dari
Yang
30
Spinal Alignment
Bila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan Cruthfield tong
atau Gardner-Wells tong dengan beban 2.5 kg perdiskus.Bila terjadi
dislokasi traksi diberikan denganbeban yang lebih ringan, beban
ditambahsetiap 15 menit sampai terjadi reduksi.
c. Rehabilitasi
Rehabilitasi fisik harus dikerjakan sedinimungkin. Termasuk
dalam program ini adalahbladder training, bowel training, latihan
otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi fungsi Oeurologic dan
program kursi roda bagipenderita paraparesis/paraplegia. (Hanafiah
2007)
31
2.11. PROGNOSIS
Pasien dengan cedera medula spinalis komplet hanya mempunyai
harapan untuk sembuh kurang dari 5%. Jika kelumpuhan total telah terjadi
selama 72 jam, maka peluang untuk sembuh menjadi tidak ada. Jika sebagian fungsi
sensorik masih ada, maka pasien mempunyai kesempatan untuk dapat
berjalan kembali sebesar 50%. Secara umum, 90% penderita cedera
medula spinalis dapat sembuh dan mandiri
1.Sumsum tulang belakang memiliki kekuatan regenerasi.yang sangat terbatas
2. Pasien dengan complete cord injury memiliki kesempatan recovery
yang sangat rendah, terutama jika paralysis berlangsung selama lebih dari
72 jam.
3.Prognosis jauh lebih baik untuk incomplete cord syndromes
4. Prognosis untuk
sangat
untuk
defisit
neurologis
tergantung
pada
besarnya
32
BAB III
PENUTUP
I.
KESIMPULAN
Trauma medulla spinalis merupakan keadaan patologi akut pada
medulla spinalis yang di akibatkan terputusnya komunikasi sensori dan
motorik dengan susunan saraf pusat dan saraf parifer. Tingkat
kerusakan pada medulla spinalis tergantung dari keadaan atau
inkomplet. Faktor resiko terjadinya trauma medulla spinalis yaitu
mengonsumsi alcohol dan obat obatan saat mengendarai kendaraan
sedangkan etiolaginya di sebabkan oleh trauma dan non trauma.
Mekanisme utama terjadi cedera vertebra adalah karena hiperekstensi,
hiperfleksi trauma kompresi vertical danrotasi, bias sendiri atau
kombinasi.
33