Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
I. Identitas Pasien
Nama
: Tn. S
Jenis kelamin
: Laki-laki
: 63 tahun
Status
: Menikah
Pekerjaan
: Pensiunan TNI
Agama
: Islam
Alamat
Tanggal masuk RS
: 08-07-15
No RM
: 34 78 40
zakar semenjak 10 jam SMRS. Pasien sempat BAB sebanyak 1x semenjak masuk
rumah sakit. BAB lunak tidak berair ataupun adanya bercak darah. Saat pasien
mengejan saat BAB, pasien menyatakan benjolan tersebut membesar. Pasien juga
menyatakan adanya rasa nyeri pada bagian perut bawah dan pada buah zakar.
Kualitas nyeri tersebut dinilai 6/10 dan dideskripsikan sebagai perasaan penuh
dan nyeri yang tumpul.
Pasien menambahkan adanya rasa mual yang tidak disertai dengan muntah.
Pasien menyangkal adanya demam. Riwayat jatuh, benturan di perut, atau batuk
hebat dalam beberapa hari terakhir disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal riwayat penyakit diabetes mellitus, hipertensi, ataupun alergi.
Pasien tidak pernah dioperasi ataupun di rawat inap di rumah sakit. Ini merupakan
kejadian yang pertama kali.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti diabetes mellitus,
hipertensi, ataupun penyakit jantung. Pasien mengaku keluarga pasien tidak ada
yang mengidap penyakit seperti dialami pasien.
Riwayat Sosial Ekonomi dan Kebiasaan
Pasien adalah pensiunan TNI. Kebiasaan merokok, minum minuman beralkohol
disangkal pasien.
: 150/90 mmHg
Nadi
: 90x/menit
Pernafasan
: 24x/menit
Suhu
: 36,6 C
Status Generalisata
Kepala : normosefal, jejas Mata : bentuk kedua bola mata normal dan simetris, sklera tidak ikterik, konjungtiva
anemis -/-, refleks cahaya langsung +/+, refleks cahaya tak langsung +/+, pupil isokor
dengan diameter 3 mm
Hidung : tidak tampak deformitas, septum nasi di tengah, nares bilateral paten, konka
inferior bilateral tidak hipertrofi dan tidak hiperemis, tidak ada sekret dari kedua nares
Telinga : pinna dalam batas normal, kanalis auditus eksterna dalam batas normal, tidak
ada sekret dari kanalis auditus eksterna
Mulut : mukosa lembab, tidak ada sianosis, gigi geligi dalam keadaan baik
Tenggorok : tonsil T1-T1, faring tenang
Leher : bentuk normal, tidak ada nyeri tekan, pergerakan bebas, trakea di tengah, tiroid
tidak membesar
KGB : kelenjar getah bening di preaurikular, retroaurikular, oksipital, submandibula,
supraklavikula, aksila, dan inguinal tidak teraba.
Ekstremitas: akral hangat, pengisian kapiler < 2 detik, turgor baik
Toraks
inspeksi : Bentuk normal, tidak ada jejas, tidak ada skar bekas operasi, simetris, retraksi
3
Palpasi
: Abdomen teraba supel, nyeri tekan (+) suprapubis.Hepar teraba 2 cm
dibawah arkus kosta lunak dengan tepi tumpul, lien tidak teraba.
Perkusi
: Timpani
Auskultasi
Status Lokalis
Regio Inguinal Sinistra
Inspeksi
: Terlihat penonjolan denga posisi supine dan upright, membesar
saat batuk tanpa eritema ataupun lesi kulit
Palpasi
Palpasi
Transillumination
: (-)
V. Pemeriksaan Penunjang
A. Pemeriksaan darah
08/07/2015
Hemoglobin
: 15,8 g/dL
Hematokrit
: 47%
Lekosit
: 21,100/uL
Trombosit
: 310,000/uL
CT/BT
: 5 menit/3 menit
: Kuning
Kejernihan
: Jernih
Berat Jenis
: 1.015
pH
: 5.0
Protein
:-
Glukosa
:-
Keton
:-
Urobilinogen : Bilirubin
:-
Urobillin
:+
Nitrit
:-
Blood
:-
Lekosit
: 1-2/LPB
Eritrosit
: 0-1/LPB
Epitel
:+
5
Bakteri
:-
Silinder
:-
Kristal
:-
C. Pemeriksaan EKG
kesan:
irama sinus, premature ventricular complexes
Anterolateral Infarct
HR: 90 kali per menit
QRS<120ms
kesimpulan: Old MCI
D. Rontgen Toraks
kesimpulan dalam batas normal
VI. Diagnosa Kerja :
6
Hydrocele
VIII. Penatalaksanaan
-
IVFD RL 14 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1gr
Inj. Ketorolac 1 amp 30 mg
Pro-Operasi Hernioraphy jam 06.30 09/07/2015
IX. Komplikasi
ad sanationam: dubia
X. Prognosis
Subjective:
-
Objective:
o Keadaan umum: sakit sedang/compos mentis
o TD: 130/80 mmHg
o Nadi: 80 kali per menit
o Suhu: 36,2
oC
IVFD RL 20 tpm
Inj. Ceftriaxone 2 x 1gr
Inj Ketorolac 1 amp 30mg bolus
Rencana Hernioraphy
Plan:
Subjective:
-
Pusing
Mual
Muntah (-)
Nyeri Post-Op
Objective:
Keadaan umum: TSS/CM
TD: 140/70 mmHg
Nadi: 83 kali per menit
Suhu: 36,5
oC
: 15,8 g/dL
Hematokrit
: 47%
Lekosit
: 17,100/uL
Trombosit
: 310,000/uL
Post-Hernioraphy h-0
Old MCI
Plan:
Subjective:
-
Pusing
Objective:
Keadaan umum: TSR/CM
TD: 120/90 mmHg
Nadi: 82 kali per menit
Suhu: 36,5
oC
Post-Hernioraphy h-1
Old MCI
Rawat Jalan
Cefadroxil 3 x 500mg
Asam Mefenamat 3 x 500mg
Plan:
TINJAUAN PUSTAKA
10
Definisi
Hernia didefinisikan sebagai suatu penonjolan abnormal organ atau jaringan
melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat
terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen
pada umumnya daerah inguinal.1
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan
Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis.
Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya
keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Hernia inguinalis lateralis (HIL)
dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat seringkali karena riwayat
operasi sebelumnya, sering mengangkat barang berat (reaksi vasalva), dan usia lanjut. 3
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.3
Tipe
Deskripsi
Hernia
Penojolan
ingunalis
melewati
lateralis
inguinal
Hubungan
Dibungkus oleh
Onset biasanya
dg vasa
fascia
pada waktu
epigastrica
spermatica
inferior
Lateral
interna
Ya
cincin
Congenital
Dan bisa pada
dan
waktu dewasa.
biasanya
merupakan
kegagalan
penutupan
cincin
ingunalis
interna
testis
Keluarnya
ingunalis
langsung
medialis
menembus
Medial
fascia
dinding abdomen
11
Tidak
Dewasa
KLASIFIKASI
Casten membagi hernia menjadi tiga stage, yaitu:3
Stage 1
Stage 2
Stage 3
Kelas 2
Kelas 3
Kelas 4
: hernia femoralis.
ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini
ada tiga penyebab, yaitu:2
12
ANATOMI
Regio inguinal merupakan batas bawah abdomen dengan fungsi yang terdiri atas lapisan
miopaneurotis. Penamaan struktur anatomi di daerah ini banyak memakai nama
penemunya sebagai pengakuan atas kontribusi mereka.
Pada dasarnya inguinal dibentuk dari lapisan:
1. Kulit (kutis).
2. Jaringan sub kutis (Campers dan Scarpas) yang berisikan lemak.
Fasia ini terbagi dua bagian, superfisial (Camper) dan profundus (Scarpa). Bagian
superfisial meluas ke depan dinding abdomen dan turun ke sekitar penis, skrotum,
perineum, paha, bokong. Bagian yang profundus meluas dari dinding abdomen ke arah
penis (Fasia Buck).
3. Innominate fasia (Gallaudet) : lapisan ini merupakan lapisan superfisial atau lapisan
luar dari fasia muskulus obliqus eksternus. Sulit dikenal dan jarang ditemui.
4. Apponeurosis muskulus obliqus eksternus, termasuk ligamentum inguinale
(Poupart) merupakan penebalan bagian bawah aponeurosis muskulus obliqus
eksternus.
Terletak mulai dari SIAS sampai ke ramus superior tulang publis., Lakunare
14
(Gimbernat) Merupakan paling bawah dari ligamentum inguinale dan dibentuk dari
serabut tendon obliqus eksternus yang berasal dari daerah Sias. Ligamentum ini
membentuk sudut kurang dari 45 derajat sebelum melekat pada ligamentum pektineal.
Ligamentum ini membentuk pinggir medial kanalis femoralis.
dan Colles. Ligamentum ini dibentuk dari serabut aponeurosis yang berasal dari crus
inferior cincin externa yang meluas ke linea alba. 2
15
Kanalis inguinalis adalah saluran yang berjalan oblik (miring) dengan panjang 4
cm dan terletak 2-4 cm di atas ligamentum inguinale. Dinding yang membatasi
kanalis inguinalis adalah:
- Anterior :
- Posterior :
- Superior :
- Inferior :
16
Bagian ujung atas dari kanalis inguinalis adalah internal inguinal ring. Ini
merupakan defek normal dan fasia transversalis dan berbentuk huruf U dan V dan
terletak di bagian lateral dan superior. Batas cincin interna adalah pada bagian atas
muskulus transversus abdominis, iliopublik tract dan interfoveolar (Hasselbach) ligament
dan pembuluh darah epigastrik inferior di bagian medial. External inguinal ring adalah
daerah pembukaan pada aponeurosis muskulus obliqus eksternus, berbentuk U dangan
ujung terbuka ke arah inferior dan medial. 9
d. Isi kanalis inguinalis pria : 10
1
a. Duktus deferens
b. 3 arteri yaitu :
17
innominate.
2. Lapisan kremaster, berlanjut dengan serabutserabut muskulus obliqus internus dan fasia
otot.
3. Fasia spermatika interna, perluasan dari fasia
transversal.
18
Perbedaan hil dan him pada pemeriksaan fisik sangat sulit dlakukan dan ini tidak
terlalu penting mengingat groin hernia harus dioperasi tanpa melihat jenisnya. Hernia
ingunalis pada masing-masing jenis pada umumnya memberikan gambaran yang sama .
hernia yang turun hingga ke skrotum hampir sering merupakan hernia ingunalis lateralis.9
Pada inspeksi
Pasien saat berdiri dan tegang, pada hernia direct kebanyakan akan terlihat
simetris,dengan tonjolan yang sirkuler di cicin eksterna. Tonjolan akan menghilang pada
saat pasien berbaring . sedangkan pada hernia ingunalis lateralis akan terlihat tonjolan
yang yang bebentuk elip dan susah menghilang pada saat berbaring.9
Pada palpasi
Dinding posterior kanalis ingunalis akan terasa dan adanya tahanan pada hernia
inguanalis lateralis. Sedangkan pada hernia direct tidak akan terasa dan tidak adanya
tahanan pada dinding posterior kanalis ingunalis. Jika pasien diminta untuk batuk pada
pemeriksaan jari dimasukan ke annulus dan tonjolan tersa pada sisi jari maka itu hernia
direct. Jika terasa pada ujung jari maka itu hernia ingunalis lateralis. Penekanan melalui
cincin interna ketika pasien mengedan juga dapat membedakan hernia direct dan hernia
inguinalis lateralis. Pada hernia direct benjolan akan terasa pada bagian depan melewati
Trigonum Hesselbachs dan kebalikannya pada hernia ingunalis lateralis. Jika hernianya
besar maka pembedaanya dan hubungan secara anatomi antara cincin dan kanalis
inguinalis sulit dibedakan. Pada kebanyakan pasien, jenis hernia inguinal tidak dapat
ditegakkan secara akurat sebelum dilakukan operasi.9
KOMPLIKASI
Hernia inkarserasi :
Hernia strangulasi :
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Untuk mendukung ke arah adanya strangulasi, sebagai berikut:
Leukocytosis dengan shift to the left yang menandakan strangulasi.
Elektrolit, BUN, kadar kreatinine yang tinggi akibat muntah-muntah dan menjadi
dehidrasi.
Tes Urinalisis untuk menyingkirkan adanya masalah dari traktus genitourinarius yang
menyebabkan nyeri lipat paha.8
Pemeriksaan Radiologis
Pemeriksaan radiologis tidak diperlukan pada pemeriksaan rutin hernia. Pemeriksaan foto
abdomen 3 posisi dapat dilakukan jika dicurigai terjadinya obstruksi
Ultrasonografi dapat digunakan untuk membedakan adanya massa pada lipat paha atau
dinding abdomen dan juga membedakan penyebab pembengkakan testis.8
Pada pemeriksaan radiologis kadang terdapat suatu yang tidak biasa terjadi, yaitu adanya
suatu gambaran massa. Gambaran ini dikenal dengan Spontaneous Reduction of Hernia
En Masse. Adalah suatu keadaan dimana berpindahnya secara spontan kantong hernia
beserta isinya ke rongga extraperitoneal.
Ada 4 tipe pembagian reduction of hernia en masse :
1.
2.
3.
4.
Retropubic
Intra abdominal
Pre peritoneal
Pre peritoneal locule
20
PENATALAKSANAAN HERNIA
Mengurangi hernia (Hernia Reduction)
Memberikan sedasi yang adekuat dan analgetik untuk mencegah nyeri. Pasien harus
istirahat agar tekanan intraabdominal tidak meningkat.
Menurunkan tegangan otot abdomen.
Posisikan pasien berbaring terlentang dengan bantal di bawah lutut.
Kompres dengan kantung dingin untuk mengurangi pembengkakan dan menimbulkan
proses analgesia.
Posisikan kaki ipsi lateral dengan rotasi eksterna dan posisi flexi unilateral (seperti kaki
kodok)
Posisikan dua jari di ujung cincin hernia untuk mencegah penonjolan yang berlanjutselam
proses reduksi penonjolan
Usahakan penekanan yang tetap pada sisi hernia yang bertujuan untu mengembalikan isis
hernia ke atas. Jika dilakukan penekanan ke arah apeks akan menyebabkan isis hernia
keluar dari pintu hernia.
Konsul ke ahli bedah jika usaha reduksi tidak berhasil dalam 2 kali percobaan
Teknik reduksi spontan memerlukan sedasi dam analgetik yang adekuat dan posisikan
Trendelenburg, dan kompres dingin selama 20-30 menit.7
Indikasi operasi :
21
- Hernia inguinalis lateralis pada anak-anak harus diperbaiki secara operatif tanpa
penundaan, karena adanya risiko komplikasi yang besar terutama inkarserata, strangulasi,
yang termasuk gangren alat-alat pencernaan (usus), testis, dan adanya peningkatan risiko
infeksi dan rekurensi yang mengikuti tindakan operatif.
- pada dewasa, dilakukan operasi elektif atau cito terutama pada keadaan
inkarserata dan strangulasi. Pada pria tua, ada beberapa pendapat (Robaeck-Madsen,
Gavrilenko) bahwa lebih baik melakukan elektif surgery karena angka mortalitas, dan
morbiditas lebih rendah jika dilakukan cito surgery.
1. Konservatif :
- Reposisi bimanual : tangan kiri memegang isi hernia membentuk corong
sedangkan tangan kanan mendorongnya ke arah cincin hernia dengan tekanan lambat dan
menetap sampai terjadi reposisi
- Reposisi spontan pada anak : menidurkan anak dengan posisi Trendelenburg,
pemberian sedatif parenteral, kompres es di atas hernia, kemudian bila berhasil, anak
boleh menjalani operasi pada hari berikutnya.
- Bantal penyangga, bertujuan untuk menahan hernia yang telah direposisi dan
harus dipakai seumur hidup. Namun cara ini sudah tidak dianjurkan karena merusak kulit
dan otot abdomen yang tertekan, sedangkan strangulasi masih mengancam
2. Operatif
-Anak-anak Herniotomy :
Karena masalahnya pada kantong hernia,maka dilakukan pembebasan
kantong hernia sampai dengan lehernya, dibuka dan dibebaskan isi hernia, jika ada
perlekatan lakukan reposisi, kemudian kantong hernia dijahit setinggi-tinggi mungkin
lalu dipotong.
Karena herniotomi pada anak-anak sangat cepat dan mudah, maka kedua
sisi dapat direparasi sekaligus jika hernia terjadi bilateral
-
Dewasa Herniorrhaphy :
22
23
DAFTAR PUSTAKA
1. Townsend, Courtney M. 2004. Hernias. Sabiston Textbook of Surgery. 17 th
Edition. Philadelphia. Elsevier Saunders. 1199-1217.
2. Brunicardi, F Charles. 2005. Inguinal Hernias. Schwartzs Principles of Surgery.
Eighth edition. New York. Mc Graw-Hill. 1353-1394.
3. Inguinal Hernia: Anatomy and Management
http://www.medscape.com/viewarticle/420354_4
4. Manthey, David. Hernias .2007. http://www.emedicine.com/emerg/topic251.htm
5. Norton,Jeffrey A. 2001. Hernias And Abdominal Wall Defects. Surgery Basic
Science and Clinical Evidence. New York. Springer. 787-803.
6. Kerry V. Cooke.incarcerated hernia.2005. http://www.webmed.com
7. Way, Lawrence W. 2003. Hernias & Other Lesions of the Abdominal Wall.
Current Surgical Diagnosis and Treatment. Eleventh edition. New York. Mc
Graw-Hill. 783-789.
8. http://www.webmed.com/digestive-disorders/tc/Inguinal-Hernia
9. Bland, Kirby I. 2002. Inguinal Hernias. The Practice of General Surgery. New
York. WB Saunders Company. 795-801
24