Anda di halaman 1dari 14

PENDAHULUAN

Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.


Asites dapat disebabkan oleh banyak penyakit. Pada dasarnya penimbunan cairan
di rongga peritoneum dapat terjadi melalui dua mekanisme dasar yakni transudasi
dan eksudasi.Asites merupakan tanda prognosis yang kurang baik pada beberapa
penyakit. Asites juga menyebabkan pengelolaan penyakit dasarnya menjadi
semakin kompleks.1
Penyebab tersering asites adalah sirosis (81 %), kanker (10 %), gagal jantung
(3 %), tuberculosis (2 %), dialysis (1 %), penyakit pankreas (1 %). 2Sekitar 5 %
pasien dengan asites mempunyai lebih dari satu penyebab. Penatalaksanaan,
prognosa dan terapi asites tergantung pada penyebabnya. Paseien dengan banyak
tipe asites memiliki risiko tinggi mengalami peritonitis bakteri spontan.3

CATATAN MEDIS
MAHASISWA KEPANITRAAN UMUM
ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
SEMARANG
I.

IDENTITAS PENDERITA
Nama
: Tn. jamsari
Umur
: 50 tahun (4 april 1965)
Jenis kelamin
: Laki - laki
Agama
: Islam
Suku
: Jawa
Alamat
: Boja
Pekerjaan
: Petani
Pendidikan terakhir
: SD
Tanggal masuk RS

II.

: 4 april 2015

ANAMNESIS
Autoanamnesis dan alloanamnesis Tanggal 11 April 2015,
Jam 09.30
a. Keluhan Utama : nyeri perut
b. Riwayat Penyakit sekarang
sejak 1 bulan sebelum masuk rumah sakit pasien mengeluh nyeri perut,
saat masuk rumah sakit, nyeri dirasakan sangat. Nyeri semakin
berkurang selama dirawat.Nyeri perut dirasakan hilang timbul.Nyeri
mulai dirasakan bersamaan dengan timbulny benjolan di leher.Pasien
juga merasakan nyeri telan.Mual (+), muntah (-), demam (+), keringat
dingin (+), tidak ada gangguan pada kentut, BAK dan BAB.
c. Riwayat penyakit dahulu
Hipertensi
: disangkal
DM
: disangkal
Alergi obat
: disangkal
Kolesterol
: disangkal
Arthritis rheumatoid : disangkal
d. Riwayat penyakit keluarga

Tumor
Hipertensi
DM
Alergi obat
Kolesterol
Arthritis rheumatoid

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal

e. Riwayat pribadi
Pasien bekerja sebagai petani , pasien perokok aktif
f. Riwayat sosial ekonomi
Pembayaran menggunakan Jamkesda.

III.

PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 11 April 2015 pukul 09.45 WIB
di RS Tugurejo Semarang.
1. Keadaan Umum : tampak sakit sedang
2. Kesadaran
: compos mentis
3. GCS
: 15 (E4M6V5)
4. Vital Sign
a. TD : 95/60 mmHg
b. Nadi : 70 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. RR : 20 x/menit, reguler
d. T
:e. BB : f. TB : 5. Skala nyeri
6. Visual Analog Skor : 0

7. Risiko jatuh
8. Penilaian MORSE : Tidak Beresiko
NO

PENGKAJIAN

1.

Riwayat jatuh : apakah lansia Tidak


Ya
pernah jatuh dalam 3 bulan
terakhir?

SKALA
0
25

NILA

KET.

I
0

Tidak

2.

3.

Diagnosa sekunder : apakah Tidak


Ya
lansia memiliki lebih dari satu

0
15

15

Ya

penyakit?
Alat Bantu jalan :

Tidak

- Bed rest/ dibantu perawat


-Kruk/ tongkat/ walker
- Berpegangan pada benda-

15
30

0
20

20

Ya

Tidak

Tidak

benda di sekitar (kursi, lemari,


4.
5.

meja)
Terapi Intravena : apakah saat Tidak
Ya
ini lansia terpasang infus?
Gaya berjalan/ cara berpindah :
-Normal/ bed rest/ immobile

6.

( tidak dapat bergerak sendiri)


-Lemah ( tidak bertenaga)
-Gangguan/
tidak
normal

10
20

( pincang/ diseret )
Status Mental

-Lansia

menyadari

kondisi

dirinya
-Lansia mengalami keterbatasan
daya ingat
Total Nilai

9. STATUS GENERALIS
a. Kepala : mesosefal

15
35

b. Mata

konjungtiva

palpebra

anemis

(-/-),

pupil

isokor

(3mm/3mm), reflek pupil direk (+/+), reflek pupil indirek (+/+),


c.
d.
e.
f.

sklera ikterik (-/-)


Hidung : napas cuping hidung (-/-), sekret (-/-)
Mulut : bibir kering (-), sianosis (-)
Telinga :serumen (-/-), nyeri tekan mastoid (-/-), tanda radang (-/-)
Leher : simetris, trachea di tengah, pembesaran KGB (-), tiroid

(normal), nyeri tekan (-), benjolan (+)


g. Thoraks
- Pulmo
Dextra

Sinistra

AP < Lateral

AP < Lateral

Simetris

Simetris

Normal

Normal

(-)

(-)

(-)

(-)

Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemithorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeritekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi

4. Auskultasi
Suaradasar
Suaratambahan

Sonor

seluruh Sonor

lapang paru

lapang paru

Vesikuler

Vesikuler

seluruh

Wheezing (-), ronki Wheezing (-), ronki


basah halus (-)
Belakang

basah halus (-)

1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeritekan
Pelebaran ICS
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suaradasar
Suaratambahan

AP < Lateral

AP < Lateral

Simetris

Simetris

Normal

Normal

(-)

(-)

(-)

(-)

Sonor

seluruh Sonor seluruh

lapang paru

lapang paru

Vesikuler

Vesikuler

Wheezing (-), ronki

Wheezing (-), ronki

basah halus (-)

basah halus (-)

Jantung
Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm medial


lineamid-clavicula sinsitra dan kuat angkat, thrill
(-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-),
sternal lift (-)

Perkusi

:
-

batas kanan bawah jantung :

parasternal dextra
batas kiri bawah jantung
clavicula sinistra

ICS

linea

: ICS 5 linea mid

pinggang jantung

ICS

linea

parasternal sinistra
batas atas jantung

ICS

linea

parastrenal sinistra
Auskultasi : Irama reguler
Suara jantung murni: SI,SII reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), perikardial
friction rub (-)
h. Abdomen
Inspeksi
Auskultasi

: dinding perut cembung


: bising usus melemah, frekuesi normal(-), bruit

aorta
abdominalis(-), bruit A.Renalis dextra (-), bruit
A.Renalis sinistra(-), bruit A.Iliaca dextra (-), bruit
A.iliaca sinistra (-).
Perkusi

: tympani (+) seluruh regio abdomen

Palpasi

: nyeri tekan (-) di seluruh lapang abdomen, defans


muskular (+), hepar dan lien tidak teraba,
ballotement ginjal (-), peka sisi (+) peka alih (+)

i. Ekstremitas
Ekstremitas
Akral hangat
Oedem
Sianosis
Capillary Refill
IV.

V.

Superior
+/+
-/-/< 2 detik/ < 2 detik

Inferior
+/+
+/+
-/< 2 detik/ < 2 detik

PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Albumin : 2,8 gr/dl
- Natrium : 127 mmol/L
RESUME
Pasien laki-laki datang ke RS Tugurejo Semarang pada tanggal 4 april
2015. Pasien mengeluh nyeri perut. Nyeri perut dirasakan sejak 1 bulan

sebelum masuk rumah sakit, nyeri hilang timbul. Pasien juga merasakan
mual, disfagia, dan hipertermi.
Pada pemeriksaan fisik kesadaran compos mentis (GCS 15), keadaan
umum tampak sakit sedang, vital sign dalam batas normal kecuali tekanan
darah 95/60 mmHg. Leher tampak ada benjolan di daerah kelenjar limfe.
Pada abdomen permukaan tampak cembung, bising usus melemah, defans
muskular, dan peka sisi (+) peka alih (+).

VI.

DAFTAR MASALAH
MasalahAktif
-

Nyeri perut
Perut cembung
Peka sisi (+) peka alih
(+)

VII.

MasalahPasif

INITIAL PLAN
1.IpDx : suspek asites
a. S :
b. O :
- Darah Rutin: HB, HT, trombosit, leukosit, eritrosit
- Elektrolit serum : albumin.
- USG
2.IpTx
- Konsul Spesialis Penyakit Dalam atau Spesialis Bedah
3.IpMx
o KU, TV
o Elektrolit serum
o Urin
o Intake (diet, medikasi yang mengandung sodium dan cairan
intravena)

Pantau keadaan asites jika pemakaian Na < 10 mmol/hr.

Pengukuran Na urin 24 jam berguna pada pasien


dengan asites yang berhubungan dengan HT portal
sehingga dinilai kadar Na, respon terhadap diuretik ,
dan menilai kepatuhan diet.

Untuk pasien asites derajat 3 dan 4 parasentesis terapi


dilakukan secara intermiten.

4.IpEx
Menjelaskan kepada pasien tentang asites
Menjelaskan rencana terapi
Menjelaskan prognosis
Menjelaskan komplikasi yang mungkin terjadi
VIII.

PROGNOSIS
Quo ad vitam
Quo ad sanam
Quo ad fungsionam

: dubia ad malam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi Asites
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum.
Asites dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Asites merupakan tanda
prognosis yang kurang baik pada beberapa penyakit dasarnya menjadi semakin
kompleks. Infeksi pada cairan asites lebih memperberat perjalanan penyakit
dasarnya oleh karena itu asites harus dikelola dengan baik.1
B. Etiologi Asites
Ada 9 kelompok penyakit yang bisa menyebabkan asites, yaitu penyebab
asites karena infeksi, gangguan ginjal, gangguan ginjal, gangguan hati,
gangguan jantung, gangguan gastrointestinal, neoplasma, masalah ginekologi,
dan masalah pankreas.3

Hepatic

Renal

Cardiac

Infeksi

Serosis
Fibrosis hepar congenital
Obstruksi vena porta
Gagal hati fulminant
Syndrome Budd-Chiarri
Penyakit lisosom
Syndroma nefrotik
Obstruksi urophaty
Perforasi saluran kencing
Dialisis peritonial
Gagal jantung
Perikarditis konstriktif
Inferior vena cava web
Abses
Tuberculosis
Chlamidia

Pancreatic
Neoplasma
Gastrointestina
l
Ginekologi

Pankreatitis
Ruptur duktus pankreas
Lymphoma
Neuroblastoma
Infeksi Usus
Perforasi

Tumor ovarium
Rupture torsi ovarium

C. Klasifikasi Asites
International ascites club memiliki sistem grading ascites yaitu:2

+1 : ascites minimal dan hampir tidak terdeteksi


+2 : moderate ascites
+3 : ascites masif tapi tidak tegang
+4 : ascites masif dan tegang dinding abdomen

D. Patofisiologi Asites
Terbentuknya asites merupakan suatu proses patofisiologi yang kompleks
dengan melibatkan berbagai dan mekanisme, yaitu :
1. Teori underfilling (billy 9,11,12)
Pada teori ini mengemukakan bahwa kelainan primer terbentuknya asites
adalah terjadinya sekuekstrasi cairan yang berlebih dalam splanknik
vascular bed disebabkan oleh hipertensi portal dan meningkatkan tekanan
hidrostatik dalam kapiler-kapiler splanknik dengan akibat menurunnya
volume darah efektif dalam sirkulasi. Menurut teori ini penurunan volume
efektif intravaskular (underfilling) direspon oleh ginjal untuk melakukan
kompensasi dengan menahan air dan garam lebih banyak melalui
peningkatan aktifasi renin-aldosteron-simpatis dan melepaskan anti deuretik
hormon yang lebih banyak.
2. Teori overflow (billy 9,11,12)
Teori ini mengemukakan bahwa pada pembentukan asites, kelainan primer
yang terjadi adalah retensi garam air yang berlebihan tanpa disertai
penurunan darah yang efektif. Oleh karena itu, pada pasien serosis hepatis
terjadi hipervolemia bukan hipevolemia.
3. Teori vasodilatasi arteri perifer (billy 9,11,12)

Teori ini dapat menyatukan kedua teori diatas.dikatakan bahwa hipertensi


portal pada serosis hepatis menyebabkan terjadinya vasodilatasi pada
pembuluh darah spanknik dan perifer akibat peningkatan kadar nitric oxide
(NO) yang merupakan salah satu vasodilator yang kuat sehingga terjadi
pooling darah dengan akibat penurunan volume darah yang efektif.
E. Diagnosis Asites
Asistes lanjut sangat mudah dikenali. Pada inspeksi akan tampak perut
membuncit seperti katak, umbilikus seolah bergerak kearah kaudal mendekati
simpisis os pubis. Pada perkusi, peka samping meningkat dan terjadi shiffting
dullness. Asites yang masih sedikit belum menunjukan tanda-tanda fisis yang
nyata. Diperlukan cara pemeriksaan khusus misalnya dengan pudle sign
untuk menemukan asites. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendeteksi
asites adalah ultrasonografi.1
Pemeriksaan cairan asites dapat memberikan informasi yang sangat
penting untuk pengelolaan selanjutnya, misalnya:1
1. Gambaran makroskopik
Cairan asites hemoragik, sering dihubungkan dengan keganasan. Chillous
ascites merupakan ruptur pembuluh limfe, sehingga cairan limfe tumpah
ke peritoneum.
2. Gradien nilai albumin serum dan asites
Disepakati bahwa gradien tinggi bila nilainya >1,1 gram/dl kurang dari
nilai itu disebut rendah. Gradien tinggi terdapat pada transudasi dan
berhubungan dengan hipertensi porta sedangkan gradien rendah terdapat
pada pada asites eksudat.
3. Hitung sel
Peningkatan jumlah sel leukosit menunjukan proses inflamasi. Untuk
menilai asal infeksi lebih tepat digunakan hitung jenis sel PMN yang
meningkat lebih dari 250/mm3 menunjukan peritonitis bakteri spontan,
sedangkan peningkatan MN lebih sering terjadi pada peritonitis
tuberkulosa atau karsinomatosis.
4. Biakan kuman
Asites yang terinfeksi akibat perforasi usus akan menghasilkan kuman
polimikroba sedangkan peritonitis bakteri spontan monomikroba.
5. Pemeriksaan sitologi

Sampel untuk pemeriksaan sitologi harus cukup banyak (sekitar 200ml)


untuk meningkatkan sensitivitas. Banyak tumor penghasil asites tidak
melalui mekanisme karsinomatosis peritoneum sehingga tidak dapat
dipastikan melalui pemeriksaan sitologi asites. Tumor-tumor itu misalnya
karsinoma hepatoselular masif, tumor hati metastasis, limfoma yang
menekan aliran limfe.
F. Pengobatan Asites1
1. Tirah baring dapat memperbaiki efektifitas diuretika pada pasien asites
transudat yang berhubungan dengan hipertensi porta. Tirah baring akan
menyebabkan aktivasi simpatis dan sistem renin-angiotensin-aldosteron
menurun. Yang dimaksud tirah baring disini yaitu tidur terlentang, kaki
sedikit diangkat, selama beberapa jam setelah minium obat diuretika.
2. Diet rendah garam ringan sampai sedang dapat membantu diuresis,
konsumsi garam (NaCL) perhari sebaiknya dibatasi hingga 40-60
meq/hari.
3. Terapi parasintesis
4. Pengobatan terhadap penyakit yang mendasari.
PEMBAHASAN
Asites adalah penimbunan cairan secara abnormal di rongga peritoneum. Asites
dapat disebabkan oleh berbagai penyakit. Asites merupakan tanda prognosis yang
kurang baik pada beberapa penyakit dasarnya menjadi semakin kompleks.
Dari anamnesis didapatkan pasien mengeluh perut nyeri hilang timbul, mual, dan
nyeri telan. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan bentuk perut cembung, bising
usus melemah, defans muskular, dan peka sisi (+) peka alih (-). Dari hasil
pemeriksaan penunjang...
Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang dapat
ditegakan diagnosis bahwa pasien mengalami asites yang akibat dari limfadenitis.
Pada pasien ini diberikan terapi farmakologi seperti diuretika spironolakton serta
terapi non farmakologis seperti tirah baring, diet rendah garam, dan mengobati
penyakit yang mendasar.

DAFTAR PUSTAKA
1. Buku IPD
2. Bruce A Runyon, Marshall M Kaplan, Peter AL Bonis.
Diagnosis and Evaluation of Patient with ascites.2008.
3. Kliegmann R, Waldo E. Ascites. Nelson Text Book of
Pediatrics Ed 18th. 2007 : 2 : 1774.
4. Silbernagl S, Lang F, Color Atlas of Phatophysiologi. 1st ed. Stuttgart. New
York: Thieme; 2000. 170-5.
5. Chung RT, Podolsky DK. Cirrhosis and its complication. In Harrisons

Principles of Internal Medicine, ed by Fauci AS, Braunwald E et al. 17st


edition, McGraw-Hill Inc, New York. 2008

Anda mungkin juga menyukai