Anda di halaman 1dari 26

PENDAHULUAN

Seorang manusia dalam menjalani kehidupannya sejak kecil, remaja, dewasa


hingga lanjut usia memiliki kecenderungan yang relatif serupa dalam menghadapi suatu
masalah. Apabila diperhatikan, cara atau metode penyelesaian yang dilakukan
seseorang memiliki pola tertentu dan dapat digunakan sebagai ciri atau tanda untuk
mengenal orang tersebut. Hal ini dikenal sebagai karakter atau kepribadian.
Kepribadian adalah totalitas dari ciri perilaku dan emosi yang merupakan
karakter atau ciri seseorang dalam kehidupan sehari-hari, dalam kondisi yang biasa.
Sifatnya stabil dan dapat diramalkan[1].
4 kepribadian yang terdapat dalam diri manusia antara lain:
1. Sanguin dijuluki si "Populer" karena pandai persuasif dan ingin terkenal.
2. Koleris dijuluki si "Kuat" karena sering dominan dan kompetitif.
3. Melankolis dijuluki si "Sempurna" karena perfeksionis dan serba teratur.
4. Plegmatis dijuluki si "Cinta Damai" karena kesetiaannya dan menghindari
konflik.
Karakter adalah ciri kepribadian yang dibentuk oleh proses perkembangan dan
pengalaman hidup. Temperamen dipengaruhi oleh faktor genetik atau konstitusional
yang terbawa sejak lahir, bersifat sederhana, tanpa motivasi, baru stabil sesudah anak
berusia beberapa tahun.
Perkembangan kepribadian merupakan hasil interaksi dari faktor-faktor:
konstitusi (genetik, temperamen), perkembangan, dan pengalaman hidup (lingkungan
keluarga, budaya).
Gangguan kepribadian adalah kelainan yang umum dan kronis. Prevalensinya
diperkirakan antara 10 sampai 20% dari seluruh populasi, dan durasinya dapat
berlangsung selama beberapa dekade. Orang dengan gangguan kepribadian umumnya
dicap menjengkelkan, menganggu, dan bersifat parasit dan secara umum dianggap
memiliki prognosis yang buruk. Diperkirakan setengah dari seluruh pasien psikiatrik
memiliki gangguan kepribadian, yang seringkali komorbid dengan kondisi Aksis I.
1Lukas Mangindaan.. (2010). Buku Ajar Psikiatri: Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329.

Gangguan kepribadian merupakan faktor predisposisi untuk gangguan psikiatrik lain


( contoh penyalahgunaan zat, bunuh diri, gangguan afektif, dan gangguan cemas) di
mana hal ini mengganggu hasil pengobatan sindrom Axis I dan meningkatkan
menderita ketidakmampuan (cacat) personal, morbiditas, dan mortalitas pasien.
DEFINISI GANGGUAN KEPRIBADIAN
Gangguan kepribadian adalah ciri kepribadian yang bersifat tidak fleksibel dan
maladaptif yang menyebabkan disfungsi yang bermakna dan penderitaan subjektif [1].
Orang dengan gangguan kepribadian memiliki respons yang benar-benar kaku terhadap
situasi pribadi, hubungan dengan orang lain ataupun lingkungan sekitarnya. Kekakuan
tersebut menghalangi mereka untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan eksternal,
sehingga akhirnya pola tersebut bersifat self-defeating. Sikap kepribadian yang
terganggu itu akan semakin nyata pada saat remaja awal masa dewasa dan terus
berlanjut di sepanjang kehidupan dewasa, semakin lama semakin mendalam dan
mengakar sehingga semakin sulit diubah. Dapat disimpulkan bahwa seseorang dengan
gangguan kepribadian akan menunjukkan pola relasi dan persepsi terhadap lingkungan
dan dirinya sendiri yang bersifat tidak fleksibel, maladaptif, serta berakar mendalam.
Gangguan kepribadian berbeda dari perubahan kepribadian dalam waktu dan
cara terjadinya: gangguan kepribadian adalah suatu proses perkembangan, yang muncul
ketika masa kanak-kanak atau remaja dan berlanjut sampai dewasa. Gangguan
kepribadian bukan keadaan sekunder dari gangguan jiwa lain atau penyakit otak,
meskipun dapat didahului dan timbul bersamaan dengan gangguan lain. Sebaliknya,
perubahan kepribadian adalah suatu proses yang didapat, biasanya pada usia dewasa,
setelah stress berat atau berkepanjangan, deprivasi lingkungan yang ekstrem, gangguan
jiwa yang parah atau penyakit/cedera otak.[2]
Terlepas dari konsekuensi perilaku yang bersifat self-defeating, orang dengan
gangguan kepribadian pada umumnya tidak merasa perlu untuk berubah. DSM IV
menyebutkan bahwa orang dengan gangguan kepribadian cenderung menganggap traittrait tersebut sebagai ego-syntonic sebagai bagian alami dari diri mereka. Akibatnya,

2 Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Hal
260.

orang dengan gangguan kepribadian lebih cenderung dibawa ke dokter spesialis


kejiwaan oleh orang lain daripada oleh diri mereka sendiri.
Gangguan kepribadian dicantumkan pada Aksis II dalam sistem diagnostik
multiaksial DSM-IV-TR.
Diagnosis gangguan kepribadian menurut PPDGJ III, meliputi:

Kondisi yang tidak berkaitan langsung dengan kerusakan atau penyakit otak

berat atau gangguan jiwa lain.


Memenuhi kriteria berikut ini:
1. Disharmoni sikap dan perilaku yang cukup berat, biasanya meliputi
beberapa bidang fungsi, misalnya afek, kesiagaan, pengendalian impuls, cara
memandang dan berfikir, serta gaya berhubungan dengan orang lain.
2. Pola perilaku abnormal berlangsung lama, berjangka panjang dan tidak
terbatas pada episode gangguan jiwa.
3. Pola perilaku abnormalnya bersifat pervasif (mendalam) dan maladaptif
yang jelas terhadap berbagai keadaan pribadi dan sosial yang luas.
4. Manifestasi diatas selalu muncul pada masa kanaka atau remaja da berlanjut
sampai usia dewasa.
5. Gangguan ini menyebabkan penderitaan pribadi (personal distress) yang
cukup berarti, tetapi baru menjadi nyata setelah perjalanan yang berlanjut.
6. Gangguan ini biasanya, tetapi tidak selalu, berkaitan secara bermakna

dengan masalah-masalah dalam pekerjaan dan kinerja sosial.


Untuk budaya yang berbeda, mungkin penting untuk mengembangkan
seperangkat criteria khas yang berhubungan dengan norma social, peraturan dan
kewajiban.

2. ETIOLOGI
A. Faktor genetik
Bukti terbaik bahwa faktor genetik berkontribusi terhadap gangguan kepribadian
berasal dari investigasi dari 15.000 pasangan kembar di Amerika Serikat.
Penelitian tersebut menunjukkan bahwa kembar monozigot memiliki kesesuaian
untuk gangguan kepribadian beberapa kali lipat dibandingkan dengan kembar
dizigotik. Selain itu, menurut sebuah studi, kembar monozigot yang dibesarkan
secara terpisah memiliki kesamaan dengan kembar monozigot yang dibesarkan

bersama-sama. Kemiripan meliputi beberapa penilaian kepribadian dan


temperamen, minat pekerjaan dan waktu luang, dan sikap sosial.

B. Faktor biologi
Hormon
Orang yang menunjukkan sifat impulsif juga sering menunjukkan tingkat
testosteron, 17-estradiol, dan estron yang tinggi. Pada primata, androgen
meningkatkan kemungkinan agresi dan perilaku seksual, tetapi peran

testosteron dalam agresi manusia tidak jelas.


Monoamine Oksidase trombosit
Pada binatang monyet, rendahnya tingkat monoamine oksidase trombosit
berkaitan dengan aktifitas dan keakraban. Mahasiswa dengan kadar
monoamine oksidase trombosit rendah dilaporkan menghabiskan lebih
banyak waktu dalam kegiatan sosial dari siswa dengan kadar monoamine
oksidase trombosit tinggi. Tingkat monoamine oksidase trombosit yang

rendah juga telah dicatat pada beberapa pasien dengan gangguan skizotipal.
Neurotransmiter
Endorfin memiliki efek yang sama dengan morfin eksogen, seperti
analgesia dan penekan gairah (arousal). Tingkat endorfin endogen yang
tinggi mungkin berhubungan dengan orang-orang yang phlegmatis. Studi
sifat

kepribadian

dan

sistem

dopaminergik

dan

serotonergik

mengindikasikan fungsi gairah-mengaktifkan untuk neurotransmitter.


Tingkat 5-hydroxyindoleacetic asam (5-HIAA), suatu metabolit serotonin,
adalah rendah pada orang yang mencoba bunuh diri dan pada pasien yang
impulsif

dan

agresif.

Meningkatkan kadar serotonin dengan agen serotonergik seperti fluoxetine


(Prozac) dapat menghasilkan perubahan dramatis dalam beberapa karakter
kepribadian. Pada banyak orang, serotonin mengurangi depresi, impulsif,
dan dapat menghasilkan rasa kesejahteraan. Peningkatan konsentrasi
dopamin dalam sistem saraf pusat, yang diproduksi oleh psikostimulan
tertentu

(misalnya,

amfetamin)

dapat

menyebabkan

euforia.

Efek

neurotransmitter pada sifat kepribadian telah dihasilkan banyak perhatian


dan kontroversi tentang apakah sifat-sifat kepribadian bawaan atau
diperoleh.
4

3. JENIS-JENIS GANGGUAN KEPRIBADIAN


3.1 GANGGUAN KEPRIBADIAN PARANOID
Definisi: kecurigaan dan ketidakpercayaan pada orang lain bahwa orang lain
berniat buruk kepadanya, bersifat pervasif, awitan dewasa muda, nyata dalam
perlabagai konteks.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian paranoid adalah 0,5 2,5% dari seluruh
populasi. Orang dengan gangguan ini jarang sekali mencari pengobatan atas
kesadarannya sendiri; ketika diantar oleh pasangan atau kerabatnya, mereka
cenderung menarik diri dan tampak tidak menderita. Memiliki saudara kandung
yang skizofrenia menunjukkan insiden lebih tinggi dibandingkan kelompok
kontrol. Gangguan ini lebih sering pada pria dibanding wanita dan tampak tidak
berkaitan dengan model dalam keluarga. Diyakini bahwa lebih sering dialami
oleh kelompok minoritas, imigran, dan orang yang tuna rungu (tuli), atau orang
dengan budaya yang berperilaku sangat hati-hati atau defensif dibandingkan
dengan populasi umum.
Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian paranoid
seringkali kaku dan mengagalkan untuk mencari pertolongan dari ahli psikiatrik.
Ketegangan muskular, ketidakmampuan untuk rileks, dan keharusan untuk
mengamati lingkungan dapat memberi petunjuk sebagai bukti, dan siap pasien
cenderung kurang humoris dan sangat serius. Walaupun pernyataan dari argumen
mereka dapat salah, namun kemampuan berbicara itu memiliki tujuan terarah dan
logis. Isi pikiran menunjukkan adanya proyeksi, prejudice, dan kadang-kadang
ideas of reference.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian paranoid berdasarkan PPDGJ III:
Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:
1. Kepekaan berlebihan terhadap kegagalan dan penolakan
2. Kecenderungan untuk tetap menyimpan dendam, misalnya menolak untuk
memaafkan suatu penghinaan dan luka hati atau masalah kecil
3. Kecurigaan dan kecenderungan mendalam untuk mendistorsikan
pengalaman dengan menyalahartikan tindakan oranglain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan atau penghinaan.
4. Perasaan bermusuhan dan ngotot tentang hak pribadi tanpa memperhatikan
situasi yang ada.
5

5. Kecurigaan yang berulang tanpa dasar tentang kesetiaan seksual dari


pasangannya.
6. Kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan yang
bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri.
7. Preokupasi dengan penjelasan-penjelasan yang bersekongkol dan tidak
substantif dari suatu peristiwa baik yang menyangkut diri pasien sendiri

maupun dunia pada umumnya.


Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Tatalaksana
A. Psikoterapi
Psikoterapi adalah pengobatan pilihan untuk gangguan kepribadian paranoid.
Terapis harus jujur dalam menangani pasien ini. Apabila terapis melakukan
ketidaktetapan atau kesalahan, seperti terlambat, kejujuran dan permintaan
maaf lebih disukai untuk penjelasan defensif. Terapis harus ingat bahwa
kepercayaan dan toleransi keakraban adalah hal yang menjadi perhatian bagi
pasien dengan gangguan ini. Psikoterapi individual membutuhkan gaya yang
profesional dan hangat dari terapis. Pasien dengan gangguan ini kurang baik
dalam psikoterapi kelompok, walaupun hal ini dapat memperbaiki
kemampuan sosial dan mengurangi kecurigaan melalui role playing. Pasien
memiliki perilaku merasa terancam sehingga terapis harus mengatur atau
membatasi tindakan mereka. Tuduhan delusi harus ditangani dengan realistis
tapi lembut dan tanpa mempermalukan pasien. Pasien yang paranoid sangat
takut ketika merasa bahwa terapis yang berusaha untuk membantu mereka
(pasien) yang lemah dan tak berdaya, karena itu, terapis tidak harus
menawarkan untuk mengambil kontrol kecuali pasien bersedia dan mampu
melakukannya.
B. Farmakoterapi
Pada banyak kasus, agen anti-ansietas seperti diazepam (Valium) cukup.
Apabila diperlukan, dapat diberikan anti-psikotik seperti haloperidol (Haldol)
dalam dosis kecill dan untuk periode singkat untuk menangani kegelisahan
pasien yang buruk atau pemikiran seakan-akan delusi. Obat anti-psikotik

pimozide (Orap) berhasil mengurangi pemikiran paranoid pada beberapa


pasien.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Pada beberapa, gangguan kepribadian paranoid berlangsung seumur hidup; pada
yang lainnya dapat mendahului terjadinya skizofrenia. Sikap paranoid dapat
memberikan cara untuk pembentukan reaksi,

perhatian yang sesuai dengan

moralitas, dan sifat mengutamakan orang lain atau penghilang stress. Secara
umum, orang dengan gangguan kepribadian paranoid memiliki masalah berkaitan
dengan pekerjaan dan berhubungan dengan orang lain seumur hidup. Masalah
pekerjaan dan dalam kehidupan pernikahan juga umum terjadi.

3.2 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOID


Definisi: Pola perilaku berupa pelepasan diri dari hubungan sosial disertai
kemampuan ekspresi emosi yang terbatas dalam hubungan interpersonal. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks. Pasien
umumnya dilihat oleh orang lain sebagai orang yang aneh, terisolasi, dan
kesepian.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian skizoid belum dibuktikan secara jelas, tetapi
gangguan ini mempengaruhi 7,5% dari seluruh populasi. Ratio berdasarkan
gender juga belum diketahui; beberapa penelitian melaporkan ratio pria:wanita
adalah 2:1. Orang dengan gangguan ini tertarik pada pekerjaan yang sendirian
yang hanya mencakup sedikit bahkan tidak ada kontak dengan orang lain. Banyak
yang lebih memilih pekerjaan pada malam hari dibandingkan siang, sehingga
mereka tidak harus berhubungan dengan orang lain.
Diagnosis
Pada pemeriksaan psikiatrik, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid dapat
tampak sakit dalam keadaan istirahat di tempat. Mereka jarang mengadakan
kontak mata, dan pewawancara dapat menduga bahwa pasien ingin sekali
menyudahi wawancara. Afek terbatas, menyendiri, atau tidak tepat serius, tetapi
7

di balik sikap acuh tak acuh, dokter yang sensitif dapat mengenali ketakutan.
Pasien-pasien ini sulit untuk menjadi ceria. Upaya pada humor mungkin tampak
remaja dan melenceng. Kemampuan bicara mereka terarah, tetapi mereka
cenderung memberikan jawaban singkat untuk pertanyaan dan untuk menghindari
percakapan spontan. Mereka kadang-kadang dapat menggunakan kiasan yang
tidak biasa, seperti metafora aneh, dan mungkin terpesona dengan benda mati
atau konstruksi metafisik. Konten mental mereka dapat mengungkapkan rasa
yang tidak beralasan dari keintiman dengan orang-orang yang mereka tidak tahu
siapa mereka baik atau tidak dilihat untuk waktu yang lama. Kemampuan sensoris
utuh, fungsi memori baik, dan interpretasi pepatah mereka abstrak.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian skizoid berdasarkan PPDGJ:

Gangguan kepribadian yang memenuhi deskripsi berikut:


1. Sedikit (bila ada) aktivitas yang memberikan kesenangan
2. Emosi dingin, afek mendatar atau tidak peduli (detachment)
3. Kurang mampu untuk mengekspresikan kehangatan, kelembutan atau
kemarahan terhadap orang lain
4. Tampak nyata ketidakpedulian baik terhadap pujian maupun kecaman
5. Kurang tertarik untuk mengalami pengalaman seksual dengan orang lain
(perhitungkan usia penderita)
6. Hampir selalu memilih aktivitas yang dilakukan sendiri
7. Preokupasi dengan fantasi dan introspeksi yang berlebihan
8. Tidak mempunyai teman dekat atau hubungan pribadi yang akrab (kalau
ada hanya satu) dan tidak ada keinginan untuk menjalin hubungan seperti

itu.
9. Sangat tidak sensitive terhadap norma dan kebiasaan sosial yang berlaku.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Tatalaksana
A. Psikoterapi
Tatalaksana pasien dengan gangguan kepribadian skizoid mirip dengan
penanganan pada orang dengan gangguan kepribadian paranoid. Pasien
dengan skizoid cenderung mengarah introspeksi, bagaimanapun juga,
kecenderungan ini bersifat konsisten dengan harapan psikoterapis, dan pasien
menjadi sangat setia. Seiring berkembangnya kepercayaan, pasien dengan
skizoid dapat dengan kegaduhan yang hebat, menunjukkan fantasi yang
8

sangat banyak, teman imaginer, dan ketakutan atas ketergantungan yang tidak
tertahankan meskipun bersatu dengan terapis.
Dalam keadaan terapi kelompok, pasien dengan gangguan kepribadian skizoid
dapat diam untuk waktu yang lama; meskipun demikian, mereka nantinya
akan berpartisipasi. Pasien harus dilindungi terhadap serangan agresif dari
anggota kelompok karena kecenderungannya untuk diam. Seiring waktu,
anggota kelompok akan menjadi penting bagi pasien dengan skizoid dan
menumbuhkan satu-satunya interaksi sosial dalam kehidupannya yang
terisolasi.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi

dengan

dosis

kecil

anti-psikotik,

anti-depresan,

dan

psikostimulan memberikan keuntungan bagi beberapa pasien. Agen


serotonergik

membuat

pasien

kurang

sensitif

terhadap

penolakan.

Benzodiazepine dapat mengurangi kecemasan interpersonal.


Perjalanan Gangguan dan prognosis
Timbulnya gangguan kepribadian skizoid biasanya terjadi pada anak usia dini.
Seperti dengan semua gangguan kepribadian, gangguan kepribadian skizoid
adalah tahan lama, tetapi belum tentu seumur hidup. Proporsi pasien yang
dikenakan skizofrenia tidak diketahui.

3.3 GANGGUAN KEPRIBADIAN SKIZOTIPAL


Definisi: pola defisit dalam hubungan sosial dan interpersonal; merasa tidak
nyaman dan kurang mampu untuk membina hubungan akrab, disertai distorsi
kognitif atau persepsi dan perilaku yang eksentrik, bersifat pervasif, awitannya
dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai konteks atau situasi kehidupan.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian skizotipal terjadi sekitar 3% dari populasi. Ratio
berdasarkan gender tidak diketahui. Hubungan yang lebih kuat pada kasus dengan
9

hubungan biologis anggoa keluarga pasien menderita skizofrenia dibandingkan


dengan kontrol.
Diagnosis
Gangguan kepribadian skizotipal didiagnosa berdasarkan keganjilan/keanehan
pada cara berpikir, perilaku, dan penampilan pasien. Dalam mengali informasi
mungkin ditemukan kesulitan karena cara komunikasi pasien yang tidak biasa.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian skizotipal berdasarkan PPDGJ III:

Tiga atau empat gejala khas harus sudah ada secara terus menerus atau
episodik sedikitnya untuk 2 tahun lamanya:
1. Afek yang tidak wajar atau yang menyempit/ constricted (individu
tampak dingin dan acuh tak acuh).
2. Perilaku atau penampilan yang aneh, eksentrik atau ganjil.
3. Hubungan sosial yang buruk dengan orang lain dan tendensi menarik diri
dari pergaulan social.
4. Kepercayaan yang aneh atau pikiran bersifat magik yang mempengaruhi
perilaku dan tidak serasi dengan norma budaya setempat.
5. Kecurigaan atau ide-ide paranoid.
6. Pikiran obsesif berulang-ulang yang tidak terkendali sering denga isi yang
bersifat dysmorphophobic (keyakinan tentang bentuk tubuh yang tidak
normal/buruk dan tidak terlihat secara obyektif oleh orang lain), seksual
atau agresif
7. Persepsi-persepsi panca indra yang tidak lazim termasuk mengenai tubuh
(somatosensory) atau ilusi-ilusi lain, depersonalisasi atau derealisasi.
8. Pikiran yang bersifat samar-samar (vague), berputar-putar (circumstantial),
penuh kiasan (metaphorical) sangat terinci dan ruwet (overelaborate) atau
stereotipik yang bermanifestasi dalam pembicaraan yang aneh atau cara
lain, tanpa inkoherensi yang jelas dan nyata.
9. Sewaktu-waktu ada episode menyerupai keadaan psikotik yang bersifat
sementara dengan ilusi, halusinasi auditorik atau lainnya yang bertubi-tubi

dan gagasan yang mirip waham biasanya terjadi tanpa provokasi dari luar.
Individu harus tidak pernah memenuhi kriteria skizofrenia dalam stadium

manapun.
Suatu riwayat skizofrenia pada salah seorang anggota keluarga terdekat
memberikan bobot tambahan untuk diagnosis ini, tetapi bukan merupan suatu
prasyarat.
10

Tatalaksana
A. Psikoterapi
Prinsip tatalaksana gangguan kepribadian skizotipal tidak berbeda dengan
penanganan skizoid, tetapi dokter harus bertindak secara sensitif dibanding
sebelumnya. Pasien ini memiliki keganjilan pada cara berpikir, dan beberapa
berkaitan dengan pemujaan, praktik keagamaan yang aneh, dan ilmu gaib.
Terapis tidak boleh mencemooh aktivitas terssebut dan menghakimi
kepercayaan atau akhtivitas tersebut.
B. Farmakoterapi
Medikasi anti-psikotik dapat berguna dalam menangani ideas od reference,
ilusi, dan gejala lain dan dapat digabungkan dengan pskoterapi. Anti-depresan
juga berguna ketika komponen depresif dari kepribadian ditemukan.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Penelitian jangka panjang oleh Thomas McGlashan dilaporkan bahwa 10 persen
dari orang dengan gangguan kepribadian skizotipal pada akhirnya bunuh diri.
Penelitian retospektif menunjukkan bahwa banyak pasien berpikir memiliki
skizofrenia yang sebenarnya mengalami gangguan kepribadian skizotipal dan,
menurut pemikiran klinis sekarang ini, skizotype merupakan kepribadian
permorbid untuk skizofrenia. Beberapa, bagaimanapun, memelihara kepribadian
skizotipal selama mereka hidup dan menikah dan bekerja, walaupun aneh.

3.4 GANGGUAN KEPRIBADIAN ANTISOSIAL


Definisi : pola perilaku pengabaian dan perlanggaran pelbagai hak orang lain,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda dan nyata dalam pelbagai
konteks.
Epidemiologi
Prevalensi gangguan kepribadian antisosial adalah 3% pada pria dan 1% pada
wanita. Hal ini paling umum ditemukan di daerah perkotaan miskin dan antara
penduduk yang sering berpindah-pindah. Timbulnya gangguan adalah sebelum
usia 15. Gadis biasanya memiliki gejala sebelum pubertas, dan anak laki-laki
11

bahkan lebih awal. Dalam populasi penjara, prevalensi gangguan kepribadian


antisosial dapat setinggi 75%. Apabila terdapat riwayat anggota keluarga yang
menderita gangguan yang sama, gangguan ini lima kali lebih umum di antara
tingkat pertama kerabat laki-laki dengan gangguan dari kelompok kontrol.
Diagnosa
Pasien dengan gangguan kepribadian antisosial bisa menipu bahkan dokter paling
berpengalaman. Dalam sebuah wawancara, pasien dapat tampak tenang dan dapat
dipercaya, tetapi di balik itu (atau menggunakan istilah Hervey Cleckley itu,
topeng kewarasan) mengintai ketegangan, permusuhan, mudah marah, dan
kemarahan.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian antisosial berdasarkan PPDGJ III:

Gangguan kepribadian ini biasanya menjadi perhatian disebabkan adanya


perbedaan besar antara perilaku dan norma social yang berlaku dan ditandai
oleh:
1. Bersikap tidak peduli dengan perasaan orang lain
2. Sikap yang amat tidak bertanggungjawab dan berlangsung terus menerus
serta tidak peduli terhadap norma, peraturan dan kewajiban social.
3. Tidak mampu memelihara suatu hubungan agar berlangsung lama,
meskipun tidak ada kesulitan untuk mengembangkannya.
4. Toleransi terhadap frustasi sangat rendah dan ambang yang rendah untuk
melampiaskan agresi termasuk tindakan kekerasan.
5. Tidak mampu mengalami rasa salah dan menarik manfaat dari
pengalaman, khususnya dari hukuman.
6. Sangat cenderung menyalahkan orang lain atau menawarkan rasionalisasi
yang masuk akal, untuk perilaku yang membuat pasien konflik dengan

masyarakat.
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Pengobatan
A. Psikoterapi
Jika pasien dengan gangguan kepribadian antisosial yang tidak dapat bergerak
(misalnya, ditempatkan di rumah sakit), mereka sering menjadi setuju untuk
psikoterapi. Ketika pasien merasa bahwa mereka dikelilingi rekan-rekan,
motivasi untuk berubah menghilang. Mungkin karena alasan ini, kelompok
12

untuk membantu diri sendiri lebih berguna daripada penjara dalam


mengurangi gangguan tersebut.
Sebelum pengobatan dapat dimulai, batas tegas sangat penting. Terapis harus
menemukan cara untuk berurusan dengan perilaku pasien yang merusak diri
sendiri. Dan untuk mengatasi ketakutan pasien akan keintiman, terapis harus
menggagalkan keinginan pasien untuk lari dari pertemuan yang nyata dengan
orang lain. Dengan demikian, terapis menghadapi tantangan memisahkan
kendali dari hukuman dan memisahkan bantuan dan konforntasi dari isolasi
sosial dan retribusi.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi digunakan untuk menangani gejala-gejala seperti kecemasan,
kemarahan, dan depresi, namun karena pasien sering menyalahgunakan zat,
obat-obatan harus digunakan secara bijaksana. Jika pasien menunjukkan bukti
gangguan

atensi

atau

gangguan

hiperaktif,

psikostimulan

seperti

methylphenidate (Ritalin) mungkin berguna. Upaya telah dilakukan untuk


mengubah metabolisme katekolamin dengan obat-obatan dan untuk
mengontrol

perilaku

impulsif

dengan

obat

antiepilepsi,

misalnya,

carbamazepine (Tegretol) atau valproate (Depakote), terutama jika bentuk


gelombang abnormal dicatat pada EEG. -adrenergic reseptor antagonis telah
digunakan untuk mengurangi agresi.
Perjalanan gangguan dan Prognosis
Setelah gangguan kepribadian antisosial berkembang, berjalan tak henti-hentinya,
dengan tingginya perilaku antisosial biasanya terjadi pada akhir masa remaja.
Prognosis bervariasi. Beberapa laporan menunjukkan bahwa gejala penurunan
seiring bertambahnya usia. Banyak pasien mengalami gangguan somatisasi dan
keluhan fisik. Gangguan depresif, gangguan penggunaan alkohol, dan
penyalahgunaan zat lainnya adalah umum terjadi.

3.5 GANGGUAN KEPRIBADIAN EMOSIONAL TIDAK STABIL


Definisi : bertindak impulsif tanpa mempetimbangkan dampaknya, afek atau
emosi tidak stabil atau kurang pengendalian diri, dapat menjurus kepada ledakan
13

kemarahan atau perilaku kekerasan. Dua varian dari gangguan kepribadian ini
telah ditentukan odan keduanya mempunyai persamaan motif umum berupa
impulsivitas dan kekurangan pengendalian diri.
F60.30 Tipe Impulsif
Ciri khas yang predominan adalah ketidakstabilan emosional dan kekurangan
pengendalian impuls (dorongan hati). Ledakan kekerasan atau perilaku
mengancam lazim terjadi, khususnya sebagai tanggapan terhadap kritik orang
lain.
F60.31 Tipe ambang (borderline)
Diagnosis
Menurut PPDGJ III:
1. Terdapat kecenderungan mencolok untuk bertindak secara impulsive tanpa
mempertimbangkan

konsekuensinya

bersamaan

denga

ketidakstabilan

emosional
2. Dua varian yang khas adalah berkaitan dengan impulsivitas dan kekurangan
pengendalian diri.
Tatalaksana
A. Psikoterapi
Pelatihan keterampilan sosial, terutama dengan pemutaran rekaman video,
membantu memungkinkan pasien untuk melihat bagaimana tindakan mereka
mempengaruhi orang lain dan dengan demikian meningkatkan perilaku
interpersonal mereka.
Pasien dengan gangguan kepribadian emosional tidak stabil sering
melakukannya dengan baik di rumah sakit di mana mereka menerima
psikoterapi intensif pada psikoterapi individual dan secara kelompok. Di
rumah sakit, mereka juga dapat berinteraksi dengan anggota staf terlatih dari
berbagai disiplin ilmu dan dapat diberikan dengan terapi okupasi, rekreasi,
dan profesi. Program-program tersebut sangat membantu ketika lingkungan
rumah merugikan rehabilitasi pasien karena konflik dalam keluarga atau
tekanan lain. Dalam lingkungan yang terlindung di rumah sakit, pasien yang
14

terlalu impulsif, merusak diri sendiri, atau mutilasi diri dapat dibatasi, dan
tindakan mereka dapat diamati. Dalam situasi yang ideal, pasien tetap di
rumah sakit sampai mereka menunjukkan tanda perbaikan, sampai dengan 1
tahun di beberapa kasus.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi berguna untuk menangani dengan fitur kepribadian tertentu
yang mengganggu fungsi keseluruhan pasien. Antipsikotik telah digunakan
untuk mengendalikan kemarahan, permusuhan, dan episode psikotik singkat.
Antidepresan meningkatkan mood depresi umum pada pasien dengan
gangguan kepribadian ini. MAO inhibitor (MAOI) dapat digunakan pada
beberapa pasien dengan perilaku impulsif. Benzodiazepin, khususnya
alprazolam (Xanax), membantu kecemasan dan depresi, tetapi beberapa
pasien menunjukkan disinhibisi dengan kelas obat ini. Antikonvulsan, seperti
carbamazepine, dapat meningkatkan fungsi global untuk beberapa pasien.
Agen serotonergik seperti serotonin reuptake inhibitor (SSRI) telah membantu
dalam beberapa kasus.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Gangguan kepribadian borderline cukup stabil, pasien sedikit perubahan dari
waktu ke waktu. Studi longitudinal tidak menunjukkan perkembangan ke arah
skizofrenia, tetapi pasien memiliki insidensi tinggi dari episode depresi utama..

3.6 GANGGUAN KEPRIBADIAN HISTRIONIK


Definisi: pola perilaku berupa emosionalitas berlebih dan menarik perhatian,
bersifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai
konteks.
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, data terbatas dari studi populasi umum menunjukkan
prevalensi gangguan kepribadian histerik sekitar 2-3%. Sekitar 10-15 % telah
dilaporkan di rawat inap dan rawat jalan pusat kesehatan mental saat penilaian
terstruktur digunakan. Kelainan ini didiagnosis lebih sering pada wanita

15

dibandingkan pada pria. Beberapa studi telah menemukan hubungan dengan


gangguan somatisasi dan gangguan penggunaan alkohol.
Diagnostik
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian histrionik umumnya
kooperatif dan ingin memberikan sejarah rinci. Isyarat dan tanda baca yang
dramatis dalam pembicaraan mereka adalah umum. Tampilan afektif adalah
umum, namun, saat ditekan untuk mengakui perasaan-perasaan tertentu
(misalnya, kemarahan, kesedihan, dan keinginan seksual), mereka mungkin
merespon dengan kejutan, kemarahan, atau penolakan. Hasil pemeriksaan
kognitif biasanya normal, meskipun kurangnya ketekunan dapat ditampilkan pada
aritmatika atau tugas konsentrasi.
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian histrionik berdasarkan PPDGJ III:

Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:


1. Ekspresi emosi yang dibuat-buat

(self-dramatization)

seperti

bersandiwara (theatricality) yang dibesar-besarkan (exaggerated)


2. Bersifat sugestif, mudah dipengaruhi oleh orang lain atau keadaan
3. Keadaan afektif yang dangkal dan labil
4. Terus-menerus mencari kegairahan, penghargaan dari orang lain atau oleh

keadaan
5. Penampilan atau perilaku merangsang yang tidak memadai
6. Terlalu peduli dengan daya tarik fisik
Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Tatalaksana
A. Psikoterapi
Pasien dengan gangguan kepribadian histrionik seringkali tidak menyadari
perasaan mereka sendiri yang nyata; klarifikasi dari perasaan batin mereka
adalah proses terapeutik penting. Psikoterapi dengan orientasi psikoanalitik,
baik kelompok atau individu, mungkin adalah pilihan perawatan untuk
gangguan kepribadian histerik.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi dapat adjunctive bila gejala ditargetkan (misalnya, penggunaan
antidepresan untuk depresi dan keluhan somatik, agen anti ansietas untuk
kegelisahan, dan antipsikotik untuk derealisasi dan ilusi).
16

Perjalanan gangguan dan prognosis


Seiring bertambahnya usia, orang dengan gangguan kepribadian histrionik
menunjukkan gejala yang lebih sedikit. Orang dengan gangguan ini adalah
pencari sensasi, dan mereka mungkin mendapatkan masalah dengan hukum,
penyalahgunaan zat, dan bertindak sembarangan.

3.7 GANGGUAN KEPRIBADIAN NARSISTIK


Definisi : terdapatnya pola rasa kebesaran diri (dalam fantasi atau perilaku),
kebutuhan untuk dikagumi atau disanjung, kurang mampu berempati. Bersifat
pervasif, berawal sejak dewasa muda dan nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi
Menurut DSM-IV-TR, perkiraan prevalensi gangguan kepribadian narsistik
berkisar 2-16 % dalam populasi klinis dan kurang dari 1 % di populasi umum.
Orang dengan gangguan dapat memberikan rasa yang tidak realistis tentang
kemahakuasaan, kemegahan, keindahan, dan bakat untuk anak-anak mereka,
dengan demikian, keturunan dari orang tua tersebut mungkin memiliki resiko
lebih tinggi daripada biasanya untuk mengembangkan gangguan itu sendiri.
Jumlah kasus gangguan kepribadian narsistik yang dilaporkan terus meningkat.
Diagnosa
Kriteria diagnostik gangguan kepribadian narsistik berdasarkan DSM-IV:
Sebuah pola bersifat pervasif tentang kebesaran (dalam khayalan atau perilaku),
membutuhkan kekaguman, dan kurangnya empati, dimulai dengan awal masa
dewasa dan hadir dalam berbagai konteks, seperti yang ditunjukkan oleh lima
(atau lebih) sebagai berikut:
1. secara berlebih merasa dirinya sangat penting (misalnya, melebih-lebihkan
prestasi dan bakat, mengharapkan untuk diakui sebagai yang unggul tanpa
prestasi sepadan)
2. sibuk dengan fantasi kesuksesan tak terbatas, kekuasaan, kecerdasan,
kecantikan, atau kekasih ideal

17

3. percaya bahwa ia adalah istimewa dan unik dan hanya dapat dipahami oleh,
atau harus bergaul dengan orang-orang khusus atau tinggi status lainnya (atau
lembaga)
4. membutuhkan pemujaan berlebihan
5. merasa dirinya mempunyai hak istimewa (contoh menuntut agar mendapat
perlakuan khusus, atau orang lain harus menurut kehendaknya)
6. tidak memiliki empati: tidak bersedia untuk mengenali atau mengidentifikasi
dengan perasaan dan kebutuhan orang lain
7. sering iri kepada orang lain atau percaya bahwa orang lain iri kepadanya
8. bersikap sombong
Pengobatan
A. Psikoterapi
Karena pasien harus meninggalkan narsisme mereka untuk membuat
kemajuan, pengobatan gangguan kepribadian narsisistik adalah sulit. Psikiater
seperti Kernberg dan Heinz Kohut menganjurkan menggunakan pendekatan
psikoanalitik untuk efek berubah, tetapi banyak penelitian diperlukan untuk
membuktikan diagnosis dan untuk menentukan pengobatan terbaik. Beberapa
dokter menganjurkan terapi kelompok bagi pasien mereka sehingga mereka
dapat belajar bagaimana berbagi dengan orang lain dan, dalam keadaan yang
ideal, dapat mengembangkan respon empatik kepada orang lain.
B. Farmakoterapi
Lithium (Eskalith) telah digunakan dengan pasien yang gambaran klinis
mencakup perubahan suasana hati. Karena pasien dengan gangguan
kepribadian narsistik mentoleransi penolakan secara buruk dan rentan
terhadap depresi, antidepresan, obat-obatan terutama serotonergik, juga dapat
digunakan.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Gangguan kepribadian narsisistik adalah kronis dan sulit untuk diobati. Pasien
dengan gangguan terus-menerus harus berurusan dengan pukulan narsisme
mereka yang dihasilkan dari perilaku mereka sendiri atau dari pengalaman hidup.
Penuaan ditangani buruk; pasien menilai keindahan, kekuatan, dan atribut muda,
yang mereka pegang teguh tidaklah tepat. Mereka mungkin lebih rentan
mengalami krisis setengah baya (midlife crises) daripada kelompok lain.

18

3.8 GANGGUAN KEPRIBADIAN MENGHINDAR


Definisi : adanya pola perasaan tidak nyaman serta keengganan untuk bergaul
secara sosial, rasa rendah diri, hipersensitif terhadap evaluasi negatif. Bersifat
pervasif, awitan sejak dewasa muda, nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian menghindar adalah umum. Prevalensi gangguan adalah 1
sampai 10 % dari populasi umum. Tidak ada informasi mengenai rasio
berdasarkan gender atau pola keluarga. Bayi diklasifikasikan sebagai memiliki
temperamen pemalu mungkin lebih rentan terhadap gangguan dibandingkan
mereka yang mendapat skor tinggi pada skala pendekatan aktivitas.
Diagnosa
Dalam wawancara klinis, aspek pasien yang paling mencolok adalah kecemasan
tentang berbicara dengan seorang pewawancara. Cara mereka gugup dan tegang
muncul pasang surut dengan persepsi mereka apakah pewawancara menyukai
mereka. Mereka tampaknya rentan terhadap komentar pewawancara dan saran
dan mungkin menganggap klarifikasi atau interpretasi sebagai kritik.
Kriteria diagnostik untuk gangguan kepribadian menghindar berdasarkan PPDGJ
III:

Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:


1. Perasaan tegang dan takut yang menetap dan pervasive
2. Merasa dirinya tak mampu, tidak menarik atau lebih rendah dari orang
lain.
3. Preokupasi yang berlebihan terhadap kritik dan penolakan dalam situasi
social.
4. Keengganan untuk terlibat dengan orang lain kecuali merasa yakin akan
disukai.
5. Pembatasan dalam gaya hidup karena alasan keamanan fisik.
6. Menghindari aktivitas social atau pekerjaan yang banyak melibatkan

kontak interpersonal karena takut dikritik, tidak didukung atau ditolak.


Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Pengobatan
A. Psikoterapi
Pengobatan psikoterapi tergantung pada memperkuat aliansi dengan pasien.
19

Sebagai kepercayaan berkembang, terapis harus menyampaikan sikap


menerima terhadap ketakutan pasien, terutama takut ditolak. Terapis akhirnya
mendorong pasien untuk pindah ke dunia untuk mengambil apa yang
dianggap sebagai risiko besar penghinaan, penolakan, dan kegagalan. Tetapi
terapis harus berhati-hati ketika memberikan tugas untuk latihan keterampilan
sosial baru di luar terapi; kegagalan dapat memperkuat pasien sudah miskin
harga diri. Terapi kelompok dapat membantu pasien memahami bagaimana
kepekaan mereka terhadap penolakan mempengaruhi mereka dan lain-lain.
Pelatihan ketegasan adalah bentuk terapi perilaku yang dapat mengajarkan
pasien untuk mengekspresikan kebutuhan mereka secara terbuka dan untuk
memperbesar harga diri mereka.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk mengelola kecemasan dan depresi
ketika mereka berhubungan dengan gangguan tersebut. Beberapa pasien yang
dibantu oleh -adrenergik reseptor antagonis, seperti atenolol (Tenormin),
untuk mengelola hiperaktivitas sistem saraf otonomik, yang cenderung tinggi
pada pasien dengan gangguan kepribadian menghindar, terutama ketika
mereka mendekati situasi takut. Agen serotonergik dapat membantu
sensitivitas penolakan. Secara teoritis, obat dopaminergik bisa menimbulkan
hal-hal baru-mencari perilaku pada pasien, namun pasien harus secara
psikologis siap untuk setiap pengalaman baru yang mungkin timbul.
Perjalanan gangguan dan prognosis
Banyak orang dengan gangguan kepribadian menghindar mampu berfungsi di
lingkungan yang terlindung. Beberapa menikah, memiliki anak, dan hidup mereka
dikelilingi hanya oleh anggota keluarga. Harus mendukung apabila mereka
mengalami kegagalan, namun, mereka cenderung mudah mengalami depresi,
kecemasan, dan kemarahan. Penghindaran fobia adalah umum, dan pasien dengan
gangguan dapat memberikan sejarah fobia sosial atau fobia sosial dikenakan
dalam perjalanan penyakit mereka.

3.9 GANGGUAN KEPRIBADIAN DEPENDEN

20

Definisi : suatu pola perilaku berupa kebutuhan berlebih agar dirinya dipelihara,
yang menyebabkan seorang individu berperilaku submisif, bergantung kepada
orang lain, dan ketakutan akan perpisahan dengan orang tempat ia bergantung,
Besifat pervasif, berawal sejak usia dewasa muda, dan nyata dalam pelbagai
situasi.
Epidemiologi
Gangguan kepribadian dependen lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan
pada pria. Satu studi didiagnosis 2,5% dari semua gangguan kepribadian jatuh ke
dalam kategori ini. Hal ini lebih umum pada anak-anak daripada yang lebih tua.
Orang dengan penyakit fisik kronis di masa kecil mungkin paling rentan terhadap
gangguan ini.
Diagnosa
Dalam wawancara, pasien tampak penurut. Mereka mencoba untuk bekerja sama,
menyambut pertanyaan spesifik, dan mencari bimbingan. Kriteria diagnostik
gangguan kepribadian dependen berdasarkan PPDGJ III:

Gangguan kepribadian dengan ciri-ciri:


1. Mendorong atau membiarkan orang lain untuk mengambil sebagaian besar
keputusan penting untuk dirinya.
2. Meletakkan kebutuhan sendiri lebih rendah dari orang lain kepada siapa ia
bergantung dan kepatuhan yang tidak semestinya terhadap keinginan
mereka.
3. Keengganan untuk mengajukan permintaan yang layak kepada orang
dimana tempat ia bergantung.
4. Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian karena ketakutan
yang dibesar-besarkan tentang ketidakmampuan mengurus diri srndiri.
5. Preokupasi dengan ketakutan akan ditinggalkan oleh orang yang dekat
dengannya dan dibiarkan untuk mengurus dirinya sendiri.
6. Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari tanpa

mendapat nasihat yang berlebihan dan dukungan dari orang lain.


Untuk diagnosis dibutuhkan paling sedikit 3 dari diatas.

Pengobatan
A. Psikoterapi
Pengobatan gangguan kepribadian dependen sering berhasil. Terapi perilaku,
21

pelatihan ketegasan, terapi keluarga, dan terapi kelompok semuanya telah


digunakan, dengan hasil yang sukses dalam banyak kasus.
B. Farmakoterapi
Farmakoterapi telah digunakan untuk menangani gejala-gejala spesifik,
seperti kecemasan dan depresi, yang merupakan fitur yang berhubungan
umum dari gangguan kepribadian dependen. Pasien yang mengalami serangan
panik atau yang memiliki tingkat kecemasan perpisahan dapat dibantu dengan
imipramine (Tofranil). Benzodiazepin dan agen serotonergik juga telah
berguna. Jika depresi pasien atau gejala penarikan menanggapi psikostimulan,
mereka dapat digunakan.
Perjalanan gangguan dan Prognosis
Sedikit yang diketahui tentang perjalanan gangguan kepribadian dependen.
Berfungsi kerja cenderung dirugikan, karena orang-orang dengan gangguan
tersebut tidak dapat bertindak secara independen dan tanpa pengawasan ketat.
Hubungan sosial terbatas pada orang-orang pada siapa mereka dapat bergantung,
dan banyak menderita pelecehan fisik atau mental karena mereka tidak dapat
menyatakan diri mereka sendiri. Mereka risiko gangguan depresi besar jika
mereka kehilangan orang pada siapa mereka bergantung, tetapi dengan
pengobatan, prognosis menguntungkan.

3.10 GANGGUAN KEPRIBADIAN OBSESIF-KOMPULSIF


Definisi: pola perilaku berupa preokupasi dengan keteraturan, peraturan,
perfeksionisme,

kontrol

mental

dan

hubungan

interpersonal,

dengan

mengenyampingkan: fleksibilitas, keterbukaan, efisiensi, bersifat pervasif, awitan


sejak dewasa muda nyata dalam pelbagai konteks.
Epidemiologi
Prevalensi obsesif-kompulsif gangguan kepribadian tidak diketahui. Hal ini lebih
sering terjadi pada pria dibandingkan pada wanita dan didiagnosis paling sering
pada anak tertua. Gangguan juga terjadi lebih sering pada tingkat pertama
keluarga biologis dari orang-orang dengan gangguan daripada populasi umum.
Pasien sering memiliki latar belakang disiplin yang keras.

22

Diagnosa
Dalam wawancara, pasien dengan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif
mungkin memiliki sikap kaku. Afek mereka tidak tumpul atau datar, tetapi dapat
digambarkan sebagai yang terbatas. Mereka kekurangan spontanitas, dan suasana
hati mereka biasanya serius. Pasien tersebut mungkin cemas tentang tidak
terkendali dalam wawancara. Jawaban mereka untuk pertanyaan luar biasa rinci.
Mekanisme pertahanan yang mereka gunakan adalah rasionalisasi, isolasi,
intelektualisasi, pembentukan reaksi, dan kehancuran. Kriteria diagnostik untuk
gangguan kepribadian obsesif-kompulsif :
1.
2.
3.
4.

Perasaan ragu dan hati-hati berlebihan


Terpaku pada rincian, peraturan, daftar, perintah, organisasi, jadwal
Perfeksionisme yang menghambat penyelesaian tugas
Teliti, berhati-hati berlebihan dan lebih mengutamakan produktivitas sehingga

5.
6.
7.
8.

mengenyampingkan kesenangan dan hubungan interpersonal.


Terpaku dan terikat secar berlebih pada norma sosial.
Kaku dan keras kepala
Memaksakan kehendak agar orang lain melakukan sesuatu menurut caranya.
Intrusi pikiran pikiran atau impuls yang tidak dikehendaki.

Pengobatan
A. Psikoterapi
Terapi kelompok dan terapi perilaku kadang-kadang menawarkan keuntungan
tertentu. Dalam kedua konteks, mudah untuk menginterupsi pasien di tengahtengah interaksi atau penjelasan maladaptif mereka. Mencegah penyelesaian
perilaku kebiasaan mereka menimbulkan kecemasan pasien dan membuat
mereka rentan terhadap strategi belajar mengatasi yang baru. Pasien juga
dapat menerima hadiah langsung untuk perubahan dalam terapi kelompok,
sesuatu yang kurang sering mungkin dalam psikoterapi individu.
B. Farmakoterapi
Clonazepam (Klonopin), benzodiazepin dengan penggunaan antikonvulsan,
telah mengurangi gejala pada pasien dengan obsesif-kompulsif berat.
Clomipramine (Anafranil) dan agen serotonergik seperti fluoxetine, biasanya
pada dosis 60 sampai 80 mg sehari, mungkin berguna jika tanda dan gejala
obsesif-kompulsif muncul. Nefazodone (Serzone) mungkin mendapat manfaat
beberapa pasien.

23

Perjalanan gangguan dan prognosis


Perjalanan gangguan kepribadian obsesif-kompulsif adalah bervariasi dan tak
terduga. Dari waktu ke waktu, orang dapat mengembangkan obsesi atau dorongan
dalam perjalanan gangguan mereka. Beberapa remaja dengan gangguan
kepribadian obsesif-kompulsif berkembang menjadi orang dewasa yang hangat,
terbuka, dan penuh kasih; pada orang lain, gangguan dapat berupa pertanda
skizofrenia pada dekade kemudian dan diperburuk oleh proses penuaan atau
gangguan depresi mayor.
Orang dengan gangguan obsesif-kompulsif kepribadian dapat berkembang
dalam posisi menuntut kerja metodis, deduktif, atau rinci, namun mereka rentan
terhadap perubahan yang tak terduga, dan kehidupan pribadi mereka mungkin
tetap tidak bertumbuh. Gangguan depresi, terutama onset terlambat, umum
terjadi.

24

KESIMPULAN
Gangguan kepribadian digambarkan sebagai gangguan berat kepribadian dan perilaku
yang dinilai sebagai suatu bentuk penyimpangan dari pola budaya yang normal.
Pedoman diagnostik gangguan kepribadian termasuk gangguan dengan durasi yang
lama pada beberapa fungsi, bersifat pervasif dan maladaptif, onset pada masa kecil atau
remaja; kelanjutan menjadi dewasa; kepribadian distres yang cukup besar (meskipun
kadang-kadang hanya terlihat pada akhir kursus gangguan itu); dan biasanya , tetapi
tidak selalu, masalah yang signifikan dalam pekerjaan dan dalam perilaku sosial. Pada
seorang individu dengan gangguan kepribadian, terjadi disfungsi dalam hubungan
keluarga, pekerjaan, fungsi sosial. Dapat pula berkaitan dengan tindak kriminal,
penyalahgunaan zat, pembunuhan, bunuh diri, kecelakaan, perceraian, dan lain-lain.
Tatalaksana biasanya sulit karena gangguan ini bersifat pervasif, egosintonik, awitannya
sejak dewasa muda (di atas 17 tahun) dan seringkali individu bangga dengan ciri
kepribadiannya. Tatalaksana terdiri dari 2 jenis, yaitu psikoterapi (terapi dengan prinsip
menyadarkan pasien mengenai dampak gangguan kepribadian yang ia derita) dan
psikofarmaka (penggunaan psikotropika yang bersifat pengobatan simptomatis).

25

DAFTAR PUSTAKA

Mangindaan, Lukas. Ed: Elvira, S. D., & Hadisukanto, G. (2010). Buku Ajar Psikiatri:
Gangguan Kepribadian. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. Hal 329-334.
Nevid, Jeffrey S., Rathus, Spencer A., Grenne Beverly. (2003). Psikologi Abnormal.
Edisi ke-v. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Departemen Kesehatan R.I. (1993). Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan
Jiwa di Indonesia III. Jakarta: Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Sadock, B. J., & Sadock, V. A. (2007). Kaplan & Sadock's Synopsis of Psychiatry:
Behavioral Sciences/Clinical Psychiatry, 10th Edition. New York: Lippincott
William&Wilkins.

26

Anda mungkin juga menyukai