PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
16 8 bayi per 1000 kelahiran menderita penyakit jantung bawaan (PJB)
(Hoffman, 1978). Sepertiga dari bayi-bayi tersebut akan menunjukkan gejala pada
minggu-minggu awal kehidupannya, 1/3 akan menunjukka n gejala pada masa
neonatal. Jadi 0.5% bayi baru lahir kemungkinan akan menunjukkan tanda adanya
kelainan jantung dan nya akan menunjukkan gejala pada minggu-minggu awal
kehidupannya (Fyler, 1980).
Seorang anak yang dilahirkan sebagai bayi prematur memang sering kali
bermasalah dengan kesehatan tubuhnya. Banyak faktor yang mendasari hal tersebut
misalnya sistem imun yang belum sempurna atau keadaan organ-organ tubuh yang
dapat diibaratkan belum siap pakai. Salah satu yang cukup sering bermasalah pada
bayi prematur adalah pada organ jantung. Manifestasi klinik yang dirasakan bisa
muncul pada saat masih kecil saja, besar saja atau bahkan sepanjang kehidupannya.
Kelainan pada jantung yang dialami dapat berupa penyakit jantung bawaan (PJB)
atau penyakit jantung didapat. Penyakit jantung bawaan dapat bersifat sianotik
(tetralogi
of
fallot,
dextroposisi
aorta,
atresia
pulmonal,
dll)
dan
non-
tersebut,
maka
dalam
makalah
ini
akan
dibahas
mengenai
PJB,
khususnya Ventricle Septal Defect (VSD) & Atrium Septal Defect (ASD).
B.
TUJUAN PENULISAN
Adapun tujuan penulisan dari makalah ini adalah :
1. Memperoleh gambaran mengenai penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) &
Atrial Septum Defect (ASD);
2. Untuk mengetahui bagaimana terjadinya penyakit Ventrikel Septum Defect
(VSD) & Atrial Septum Defect (ASD) pada anak;
3. Untuk mengetahui tanda dan gejala yang timbul pada penyakit Ventrikel
Septum Defect (VSD) & Atrial Septum Defect (ASD), pembagian serta
bagaimana memberikan penanganan yang tepat.
C.
MANFAAT PENULISAN
1. Agar kita dapat mengetahui penyebab Ventrikel Septum Defect (VSD) &
Atrial Septum Defect (ASD).
2. Agar kita dapat mengetahui cara pemberian asuhan keperawatan yang tepat
pada klien dengan penyakit Ventrikel Septum Defect (VSD) & Atrial Septum
Defect (ASD)
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A.
1.
Defenisi
Atrial septal defeck ( ASD ) adalah penyakit jantung bawaan lubang (defek)
pada septum interatrial (sekat antar serambi) yang terjadi karena kegagalan fungsi
interatrial semasa janin, atrial septal defect adalah suatu lubang pada dinding
(septum) yang memisahkan jantung bagian atas ( atrium kiri dan kanan ).
Atrial Septal Defect (ASD) adalah terdapatnya hubungan atrium kanan
dengan atrium kiri yang tidak ditutup oleh katup.
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Atrial Septal Defect ( ASD ) penyakit jantung bawaan dimana terdapat lubang (defek)
pada sekat atau septum interatrial yang memisahkan atrium kiri dan kanan yang
terjadi karena kegagalan fusi septum interatial semasa janin.
2.
mediastinum. Apeks jantung menghadap ke kiri depan bawah. Besar jantung lebih
kurang sebesar kepalan tangan pemiliknya.Pada bayi ukurannya relatif lebih besar
daripada dewasa.Pada bayi, perbandingan jantung terhadap rongga dada (rasio
kardiotoraks) mencapai 60%, pada anak besar sampai dewasa muda mencapai 50%.
Jantung
tersusun
atas
lapisan-lapisan:
perikardium,
miokardium,
d. Katup Semilunar
balik
pada waktu
sebagian tubuh bagian atas, vena kava inferior membawa kembali darah dan tubuh
bagian bawah. Sinus koronarius membawa kembali darah yang telah dipakai untuk
metabolisme otot jantung. Vena pulmonalis merupakan pembuluh balik yang
membawa darah bersih kaya oksigen kembali dari paru. Aliran pirau kiri ke kanan
melewati defect septum atrium mengakibatkan kelebihan beban volume pada atrium
kanan ventrikel kanan dan sirkulasi pulmonal.Volume pirau dapat dihitung dari curah
jantung dan jumlah peningkatan saturasi O2 pada atrium kanan pada stadium awal
tekanan dalam sisi kanan jantung tidak meningkatkan dengan berlalunya waktu dapat
terjadi perubahan vascular pulmonal.Arah aliran yang melewati pirau dapat terjadi
pada hipertensi pulmonal berat.
3.
Etiologi
Penyebabnya belum dapat diketahui secara pasti, tetapi ada beberapa faktor
Faktor Prenatal
1)
2)
3)
4)
5)
b. Faktor genetic
1)
2)
3)
4)
4.
Klasifikasi
5.
umum terjadi, yaitu ditemukan pada 30-60% pada bayi baru lahir dengan penyakit
jantung bawaan atau sekitar 2 sampai 6 dari 1000 kelahiran. Sebagian besar VSD
menutup secara spontan. Sebuah studi mengatakan bahwa 2 sampai 5 dari 100
kelahiran bayi dengan VSD, 80-90% kasus akan menutup secara spontan tidak lama
setelah kelahiran.
Tidak dapat disimpulkan mengenai adanya perbedaan ras terhadap distribusi
kejadian VSD, namun VSD lebih umum terjadi pada populasi Asia, 5% dari angka
kecacatan di USA, dan 30% dilaporkan di Jepang. VSD sedikit lebih sering terjadi
pada perempuan yaitu dengan perbandingan 56% : 44% dari laki-laki.
1.
Embrio Jantung
Jantung terbentuk pada masa embrio usia tiga minggu sampai tujuh minggu
terjadi penutupan bagian sekat ventrikel, bisa juga pasca lahir melalui penutupan
spontan (Praagh, 1996).
2.
mempunyai
ukuran bermacam-macam.
Pada defek yang berukuran tidak lebih dari 1 cm, terdapat perbedaan tekanan
antara ventrikel kanan dan kiri. Tekanan ventrikel kiri yang lebih besar menyebabkan
arus kebocoran berlangsung dari kiri ke kanan (L to R Shunt). Volume darah dari
ventrikel kiri ini setelah melalui defek lalu masuk ke dalam arteri pulmonalis
bersama-sama darah yang berasal dari ventrikel kanan. Biasanya pada defek yang
kecil ini tidak terjadi kebocoran, dengan demikian ventrikel kanan tidak
mengalami beban volume dan tidak menjadi dilatasi. Jumlah darah yang mengalir
melalui arteri pulmonalis akan bertambah, demikian pula vena-vena pulmonalis
isinya akan bertambah dan mengalirkan darah ke atrium kiri. Kelebihan darah ini
menyebabkan dilatasi dari atrium kiri. Ventrikel kiri, disamping volume darahnya
yang bertambah, juga harus bekerja keras sehingga terjadi hipertrofi. Dengan kata
lain arteri pulmonalis, atrium kiri, dan ventrikel kiri yang mengalami kelainan pada
saat ini, sehingga jantung kiri yang membesar. Bila defek itu makin besar, maka
volume darah yang mengalir ke ventrikel kanan juga bertambah. Dengan
bertambahnya volume darah ini, maka ventrikel kanan manjadi dilatasi, dan arteri
pulmonalis juga bertambah lebar. Selama sirkulasi ini berjalan lancar, tidak ada
peningkatan tekanan di dalam arteri pulmonalis.
Selanjutnya seperti pada kelainan ASD, lambat laun pada penderita ini pun
akan
terjadi
perubahan-perubahan
pada
pembuluh
darah
paru-paru,
yaitu
yang semula dilatasi kini berkurang isinya dan kembali normal. Pada saat ini yang
berperan dalam kelainan ini adalah ventrikel kanan, arteri pulmonalis dengan cabangcabangnya yang melebar terutama bagian sentral. Jadi sekarang yang membesar
terutama adalah jantung kanan. Keadaan ini mirip dengan kelainan ASD dengan
Hipertensi pulmonal.
Defek pada septum yang besar menyebabkan keseimbangan antara tekanan
pada kedua ventrikel. Ada kalanya defek itu sangat besar sehingga kedua ventrikel itu
menjadi satu ruangan (Single Ventricle). Arah kebocoran pada keadaan ini tergantung
pada keadaan dari arteri pulmonalis dan aorta. Bila tekanan di dalam arteri
pulmonalis tinggi karena adanya kelainan pada pembuluh darah paru maka darah dari
ventrikel kanan akan mengalir ke dalam ventrikel kiri. Bila di dalam aorta terdapat
tekanan yang tinggi, kebocoran berlangsung dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan (L
to R Shunt).
Darah arterial dari atrium kiri masuk ke atrium kanan. Aliran tidak deras
karena perbedaan tekanan atrium kiri dan kanan tidak besar (tekanan atrium kiri lebih
besar dari tekanan atrium kanan. Beban pada atrium kanan, atrium pulmonalis kapiler
paru, dan atrium kiri meningkat, sehingga tekanannya meningkat. Tahanan katup
pulmonal naik, timbul bising sistolik karena stenosis relatif katup pulmonal. Juga
terjadi stenosis relatif katup trikuspidal, sehingga terdengar bising diastolik.
Penambahan beban atrium pulmonal bertambah, sehingga tahanan katup pulmonal
meningkat dan terjadi kenaikan tekanan ventrikel kanan yang permanen. Kejadian ini
berjalan lambat.
3.
Murmur
Dipsnea
Anoreksia ( penurunan nafsu makan )
Takipnea ( napas cepat )
Ujung-ujung jari hiperemik dan diameter dada bertambah
Pada anak yang kurus terlihat impuls jantung yang hiperdinamik
Pada palpasi dan auskultasi tekanan arteri pulmonalis yang tinggi dan
penutupan katup pulmonalis teraba jelas pada sela iga ketiga kiri dekat
sternum, dan mungkin teraba getaran bising pada dinding dada.
4.
Pemeriksaan Diagnostik
(a)
berlebihan dengan adanya ventrikel dan atrium kanan yang membesar, dan kadangkadang tampak defeknya itu sendiri.
(b) Echo transesofageal dapat meningkatkan sensitivitas akan adanya pirau yang
kecil dan foramen ovale paten.
(c) Aliran radionuklir menilai besarnya pirau dari kiri ke kanan.
(d) MRI untuk menjelaskan anatominya.
(e)
menunjukkan dengan jelas adanya peningkatan saturasi oksigen antara vena cava dan
ventrikel kanan akibat bercampurnya darah mengandung oksigen dari atrium kiri,
menilai beratnya pirau dan mengukur tahanan vascular darah pulmonary.
(f)
peningkatan
curah jantung dan kerja jantung.Bayi dengan gagal jantung kronik mungkin
memerlukan pembedahan lengkap atau paliatif dalam bentuk pengikatan / penyatuan
arteri pulmonary.Pembedahan tidak ditunda sampai melewati usia prasekolah.
Pasien dengan defek kecil tidak memerlukan pengobatan apapun, kecuali
pemberian profilaksis terhadap terjadinya endokarditis infektif terutama bila akan
dilakukan tindakan operaktif di daerah rongga mulut atau tindakan pada traktus
gastrointestinal /urogenital.Tidak diperlukan pembatasan aktivitas pada pasien dengan
defek kecil namun perlu dipertimbangkan pada defek yang sedang dan besar sesuai
dengan derajat keluhan yang timbul.Gagal jantung pada pasien dengan defek septum
ventrikel sedang atau besar biasanya diatasi dengan digoksin ( dosis rumat 0,01
mg/kgBB/hari, dalam 2 dosis ), kaptopril ( ACE inhibitor ), dan diuretic seperti
furosemid atau spironolakton.
10
6.
Komplikasi VSD
(a)
Endokarditis infektif
Penyakit yang disebabkan infeksi mikroba pada lapisan endotel jantung
ditandai oleh vegetasi yang biasanya terdapat pada katup jantung namun dapat terjadi
endokardium di tempat lain,
(a)
sesak, fatique, baik dalam keadaan istirahat atau latihan, edema, dan tanda objektif
adanya disfungsi jantung dalam keadaan istirahat. Tanda-tanda gagal jantung; nafas
cepat, sesak nafas, retraksi.bunyi jantung tambahan (murmur), edema tungkai,
hepatomegali.
(b) Obstruksi pembuluh darah pulmonal (Adanya hambatan pada PD pulmonal ).
(c)
(f)
B.
1)
Pengkajian Umum
11
a.
Keluhan Utama
Keluhan orang tua pada waktu membawa anaknya ke dokter tergantung dari jenis
defek yang terjadi baik pada ventrikel maupun atrium, tapi biasanya terjadi sesak,
pembengkakan pada tungkai dan berkeringat banyak.
b.
Riwayat Kesehatan
1.
Prenatal History
Intra natal
Riwayat Neonatus
a)
b)
c)
d)
e)
3.
c.
12
b)
c)
d)
e)
f)
Anoreksia
Kelemahan
pening
Pola peran dan hubungan dengan sesama
2) Pengkajian Fisik
a.
Inspeksi
Pertumbuhan badan jelas terhambat, pucat dan banyak keringat bercucuran.
Ujung-ujung jari hiperemik, diameter dada bertambah, nafas pendek, retraksi pada
vena jugulum, sela interkostal dan region epigastrium. Pada anak kurus terlihat
impuls jantung yang hiperdinamik.
b.
Palpasi
Impuls jantung hiperdinamik kuat terutama yang timbul dari ventrikel kiri.
Teraba getaraa bising pada dinding dada, pada DSA getaran bising teraba di sela iga
ke II atau III kiri. Pada defek yang sangat besar sering tidak teraba getaran bising
karena tekanan di ventrikel kiri sama dengan tekanan di ventrikel kiri. Teraba tepi hati
tumpul di bawah lengkung iga kanan
c.
Auskultasi
13
Pada DSA terdapat split bunyi jantung 2 tanpa bising sering menunjukkan
gejala pertama dan salah satunya petunjuk akan DSA. Jarak antara komponen aorta
pulmonal bunyi jantung 2 pada inspirasi dan ekspirasi tetap sama sehingga disebut
fixed splitting . Bising sistolik dan pada pirau kiri ke kanan yang besar maka bising
mik diastolic berfrekuensi rendah terdengar pada sela iga ke IV kiri atau kanan.
3) Diagnosa Keperawatan
a.
b.
c.
d.
nutrisi ke jaringan.
e. Kerusakan integritas kulit b/d edema dan gangguan perfusi jaringan.
f. Ansietas b/d status hospitalisasi anak, kurang pengetahuan orang tua tentang
kondisi anaknya.
4) Intervensi Keperawatan
1.
Tujuan :
Klien menunjukkan tanda vital dalam batas yang normal yang ditandai
14
Rasional :
rentang terapeutik dan toksik. Digoxin harus dihentikan pada adanya kadar obat
toksik, frekuensi jantung lambat.
5) Berikan pengobatan untuk menurunkan after load.
Rasional :
Penurunan pre load paling banyak digunakan dalam mengobati pasien dengan
curah jantung relative normal ditambah dengan gejala kongesti.
2.
Tujuan :
jaringan serta tidak adanya peningkatan resistensi pembuluh paru, yang ditandai
dengan klien bebas dari gejala distress pernapasan.
Intervensi :
1)
15
Rasional :
5)
3.
Tujuan :
berpartisipasi dalam aktivitas yang dilakukan oleh anak seusianya, yang ditandai
dengan menurunkan kelemahan dan kelelahan serta tanda vital dalam batas normal
selama beraktivitas.
Intervensi :
1)
Periksa tanda vital sebelum dan selama aktivitas, terutama bila pasien
menggunakan vasodilator atau diuretik.
Rasional :
2)
Ijinkan anak untuk beristirahat, dan hindarkan gangguan pada saat tidur.
Rasional :
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Ventrikel Septum Defek adalah kelainan jantung berupa lubang pada sekat
antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran aliran darah pada bilik kiri dan
kanan jantung. Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi atas 4 yaitu ; Defek
subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal; Defek membranous,
terletak dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular (AV),
disebabkan karena kekurangan komponen endokardial dari septum interventrikuler;
Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot. Berdasarkan
ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak didapatkan gejala dan
murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang, menyebabkan timbul gejala
17
pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan); Defek besar, gejala mulai
muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan adalah
dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang pada sekat antar ventrikel atau
menambah defek dengan sepotong dakron. Ventrikel Septum Defek adalah kelainan
jantung berupa lubang pada sekat antar bilik jantung yang menyebabkan kebocoran
aliran darah pada bilik kiri dan kanan jantung. Berdasarkan lokasi defek, VSD terbagi
atas 4 yaitu ; Defek subpulmonal, disebabkan oleh kekurangan septum conal; Defek
membranous, terletak dibelakang septum dari katup tricuspid; Defek Atrioventrikular
(AV), disebabkan karena kekurangan komponen endokardial dari septum
interventrikuler; Defek muscular, dapat terjadi dibagian manapun dari septum otot.
Berdasarkan ukuran defek, VSD terbagi atas 3 yaitu : Defek kecil, tidak didapatkan
gejala dan murmur jantung pada pemeriksaan rutin; Defek sedang, menyebabkan
timbul gejala pada bayi ( muncul pada bulan pertama kehidupan); Defek besar, gejala
mulai muncul pada minggu pertama kehidupan. Penanganan yang dapat dilakukan
adalah dengan tindakan bedah dengan cara menjahit lubang pada sekat antar ventrikel
atau menambah defek dengan sepotong dakron.
Defek sekat atrium adalah hubungan langsung antara serambi jantung kanan
dan kiri melalui sekatnya karena kegagalan pembekuan sekat. Defek ini dapat berupa
defek sinus venosus di dekat muara vena kava superior, foramen ovale terbuka pada
umumnya menutup spontan setelah kelahiran, defek septum sekunder yaitu kegagalan
pembentukan septum sekunder dan efek septum primum adalah kegagalan penutupan
septum primum yang letaknya dekat sekat antara bilik atau pada bantalan endokard.
Macam-macam defek sekat ini harus ditutupi dengan tindakan bedah sebelum
terjadinya pembalikan aliran darah melalui pintasan ini dari kanan ke kiri sebagai
tindakan timbulnya syndrome Eisemenger. Bila sudah terjadi pembalikan aliran
darah, maka pembedahan dikontraidikasikan. Tindakan bedah berupa penutupan
dengan menjahit langsung dengan jahitan jelujur atau dengan menambah defek
dengan sepotong dakron.
B.
Saran
Hendaknya dalam memberikan asuhan keperawatan, mahasiswa/i dapat
menerapkan teori dan keterampilan yang diperoleh dibangku kuliah sehingga dapat
terjadi kesinambungan dan keterikatan yang erat antara teori dan praktek nyata pada
18
Daftar Pustaka
Aziz Alimul. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Edisi 2. Jakarta: Salemba
Medika
Cecily & Linda. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 5. Jakarta: EGC.
Hidayat,Aziz Alimul A. 2008. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak. Cetakan Ketiga.
Jakarta: Salemba Medika
19
20