Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Struktur kekuatan Keluarga, kemampuan Mempengaruhi dan mengendalikan orang lain untuk
kesehatan
Ciri - Ciri Struktur Keluarga
Menurut Anderson Carter , dikutip Nasrul Effendy (1998), dibagi menjadi 3 yaitu:
Ada Keterbatasan: Setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga mempunyai
keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing -masing.
3.
Ada perbedaan dan kekhususan: Setiap anggota keluarga mempunyai peranan dan fungsinya
masing - masing.
Struktur Keluarga (Ikatan Darah) :
1.
Patrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan Itu berasal dari jalur ayah
2.
Matrilineal, keluarga sedarah terdiri sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana
hubungan Itu berasal dari jalur ibu
Keluarga kawinan, hubungan Suami istri sebagai dasar bagi pembinaan keluarga dan sanak
saudara baik dari pihak suami dan istri
Pemegang Kekuasaan
1. Patriakal, dominan dipihak ayah
2. Matriakal, dominan di pihak ibu
3. Equalitarian, ayah dan ibu
D. PERAN KELUARGA
Berbagai peranan yang terdapat didalam keluarga menurut Nasrul Effendy (1998), adalah
sebagai berikut :
1.
Peran ayah: Ayah sebagai suami dari istri dan anak anak, berperan sebagai pencari
nafkah,pendidik, pelindung, dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.
2. Peran ibu: Sebagai istri dan ibu dari anak anaknya. Ibu mempunyai peranan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak anaknya, pelindung dan sebagai salah satu
kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya,
disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya.
3.
Peran anak: Anak anak melaksanakan peranan psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual.
E. TIPE KELUARGA
Secara tradisional keluarga dikelompokan menjadi dua, yaitu: (Suprajitno, 2004)
1. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunannya atau adopsi atau keduanya.
2.
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang
masih mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
Namun, dengan berkembangnya peran individu dan meningkatnya rasa individualisme,
pengelompokan tipe keluarga selain kedua keluarga di atas berkembang menjadi: (Suprajitno,
2004)
2. Keluarga bentukan kembali (dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan
yang telah cerai atau kehilangan pasangannya.
3. Orang tua tunggal (single parent family) adalah keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua
dengan anak-anak akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
Keluarga dengan anak tanpa pernikahan sebelumnya (the nonmarital heterosexual cohabiting
family).
7. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis kelamin sama (guy and lesbian family).
Sedangkan Menurut Nasrul Effendy (1998), tipe keluarga terdiri dari :
1. Keluarga inti (Nuclear Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak- anak.
2. Keluarga besar (Extended Family)
Adalah keluarga inti di tambah sanak saudara, misalnya ; nenek, kakek, keponakan, saudara
sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
3. Keluarga berantai (Serial Family)
Adalah keluarga yang terdiri dari pria dan wanita yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan suatu keluarga inti.
4. Keluarga duda atau janda (Single Family)
Adalah keluarga yang terjadi karena perceraian atau kematian.
5. Keluarga berkomposisi (Compocite)
Adalah keluarga yang berpoligami yang hidup bersama.
6. Keluarga kabitas (Cahabitation)
Adalah keluarga yang terdiri dari dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk
satu keluarga.
F. FUNGSI KELUARGA
Friedman (1998) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, sebagai berikut:
1.
Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga yang utama untuk mengajarkan
segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Fungsi
ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan psikososial anggota keluarga.
2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and social placement function) adalah
fungsi mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum
meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi untuk mempertahankan generasi dan
menjaga kelangsungan keluarga.
4. Fungsi ekonomi (the economic function), yaitu keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan
keluarga secara ekonomi dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu meningkatkan
penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
5.
Fungsi perawatan/ pemeliharaan kesehatan (the health care function). Keluarga juga berperan
atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya
gangguan kesehatan dan atau merawat anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam
memberikan asuhan kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan.
Keluarga
yang
dapat
melaksanakan
tugas
kesehatan
berarti
sanggup
I.
1. Prasejatera
belum dapat memenuhi kebutuhan dasar minimal: pengajaran agama, sandang, papan, pangan,
kesehatan atau keluarga belum dapat memenuhi salah satu / lebih indikator KS tahap I.
2. Keluarga Sejahtera I (KS I)
Telah dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal, tetapi belum dapat sosial psikologis,
pendidikan, KB, interaksi lingkungan.
Indikator : ibadah sesuai agama, makan 2 kali sehari, pakaian berbeda tiap keperluan, lantai
bukan tanah, kesehatan : anak sakit, ber-KB, dibawa kesarana kesehatan
3. Keluarga Sejahtera II (KS II)
Indikator : belum dapat menabung, ibadah (anggota keluarga ) sesuai agama, makan 2 kali sehari,
pakaian berbeda, lantai bukan tanah, kesehatan (idem), daging/ telur minimal 1 kali seminggu, Pakaian
baru setahun sekali, Luas lantai 8m2 per orang, Sehat 3 bulan terakhir, Anggota yang berumur 15 tahun
keatas punya penghasilan tetap, Umur 10, 60 tahun dapat baca tulis, Umur 7-15 tahun bersekolah,
Anak hidup 2/lebih, keluarga PUS saat ini berkontrasepsi.
4. Keluarga Sejahtera III (KS III)
Indikator : belum berkontribusi pada masyarakat, ibadah sesuai agama,
pakaian berbeda tiap keperluan, lantai bukan tanah, kesehatan idem, anggota melaksanakan ibadah,
daging / telur seminggu sekali, memperoleh pakaian baru dalam satu tahun terakhir, luas lantai 8 m2
perorang, anggota keluarga sehat dalam 3 bulan terakhir, keluarga berumur 15 th punya penghasilan
tetap, baca tulis latin 10 60 th, usia 7-15 bersekolah, anak hidup 2/ lebih, pus saat ini ber kb,
upaya meningk agama, keluarga punya tabungan, makan bersama sehari sekali, ikut keg.
Masyarakat, rekreasi 6 bl sekali, informasi dari mass media, menggunakan transportasi,
5. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
dapat memenuhi seluruh kebutuhannya: dasar, sosial, pengembangan, kontribusi pada
masyarakat, indikator KS III + (ditambah), memberikan sumbangan.
Indicator Gakin :
Tak bisa makan 2 kali sehari atau lebih, Tdk daging/ikan /telur / minggu sekali, Tdk pakaian
beda tiap aktifitas, Tdk pakain baru, satu stel /tahun, Lantai mayoritas tanah, Lantai kurang dari 8
meter persegi untuk setiap penghuni, Tdk ada anggota umur 15 tahun berpenghasilan tetap, Anak
sakit/pus ingin kb tak mampu ke yankes, Anak 7-15 tahun tak berekolah
: 2 5 tahun
2. Usia sekolah
: 6 12 tahun
Kelompok teman sebaya mempengaruhi perilaku anak. Perkembangan fisik, kognitif dan sosial
meningkat. Anak meningkatkan kemampuan komunikasi.
a.
: 13 - 18 tahun
Anak usia sekolah disebut sebagai masa akhir anak-anak sejak usia 6 tahun dengan ciri-ciri
sebagai berikut :
1. Label yang digunakan oleh orang tua
a.
Usia yang menyulitkan karena anak tidak mau lagi menuruti perintah dan lebih dipengaruhi oleh
teman sebaya dari pada orang tua ataupun anggota keluarga lainnya
b. Usia tidak rapi karena anak cenderung tidak memperdulikan dan ceroboh dalam penampilan
c.
Usia bertengkar karena banyak terjadi pertengkaran antar keluarga dan membuat suasana rumah
yang tidak menyenangkan bagi semua anggota keluarga
2. Label yang digunakan pendidik/guru
a.
Usia sekolah dasar : anak diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan yang dianggap
penting untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan mempelajari perbagai
ketrampilan penting tertentu baik kurikuler maupu ekstrakurikuler
b.
Periode kritis dalam berprestasi : anak membentuk kebiasaan untuk mencapai sukses, tidak
sukses, atau sangat sukses yang cenderung menetap sampai dewasa
3. Label yang digunakan oleh ahli psikologi
a.
Usia berkelompok : perhatian utama anak tertuju pada keinginan diterima oleh teman-teman
sebaya sebagai anggota kelompok
b. Usia penyesuaian diri : anak ingin menyesuaikan dengan standar yang disetujui oleh kelompok
dalam penampilan, berbicara dan berperilaku
c.
Usia kreatif :suatu masa yang akan menentukan apakah anak akan menjadi konformis (pencipta
karya baru) atau tidak
d. Usia bermain : suatu masa yang mempunyai keinginan bermain yang sangat besar karena adanya
minat dan kegiatan untuk bermain
D. PERKEMBANGAN FISIK
1. Tinggi dan berat badan
Laju pertumbuhan selama tahun sekolah awal lebih lambat dari pada setelah lahir tetapi,
meningkat secara terus menerus. Pada anak tertentu mungkin tidak mengikuti pola secara tepat.
Anak usia sekolah lebih langsing dari pada anak usia prasekolah, sebagai akibat perubahan
distribusi dan kekebalan lemak (Edelmen dan Mandle, 1994)
Sekolah memberi peluang pada anak untuk membandingkan dirinya dengan kelompok
besar anak anak dengan usia yang sama. Pemeriksaan fisik yang biasanya diperlukan selama
kelas 1 merupakan kesempatan yang baik perawat untuk mendiskusikan dengan anak dan orang
tua tentang pengaruh genetic, nutrisi, dan olah raga terhadap tinggi dan berat badan. Anak laki
laki sedikit labih tinggi dan lebih berat dari pada anak perempuan selama tahun pertama sekolah.
Kira kira 2 tahun sebelum pubertas. Anak mengalami peningkatan pertumbuhan yang cepat.
2. Fungsi kardiovaskular
Fungsi kardiovaskular baik dan stabil selama tahun usia sekolah. Denyut jantung ratarata 70 90 denyut/menit, tekanan darah normal 110 / 70 mm Hg dan frekuensi pernafasan stabil
19 21, Pertumbuhan paru minimal dan pernafasan menjadi lebih lambat, lebih dalam, dan lebih
teratur. Akan tetapi pada akhir periode ini jantung 6 kali ukurannya saat lahir dan umumnya
sudah mencapai ukuran dewasa.
3. Fungsi neuromuscular
Anak usia sekolah menjadi labih lentur karena koordinasi otot besar meningkat dan
kekuatannya dua kali lipat. Banyak anak berlatih ketrampilan motorik kasar yaitu berlari,
melompat, menyeimbangkan gerak tubuh, dan menangkap selama bermain. Menghasilkan
peningkatan ketrampilan neuromuscular. Perbedaan individual dalam kecepatan pencapaian
penguasaan ketrampilan dasar mulai terlihat. Perbedaan individual dalam ketrampilan motorik
terbentuk dalam partisipasi anak dalam aktivitas yang membutuhkan pergerakan otot yang
terkoordinasi dan kemampuan motorik halus.
Ketrampilan motorik halus terlambat tertinggal oleh ketrampilan motorik kasar tetapi
berkembang kira- kira dalam kecepatan yang sama, saat kontrol jari dan pergelangan tangan
tercapai, anak menjadi pandai melakukan aktivitas. Ketrampilan meningkatkan motorik halus
pada anak dalam pertengahan masa kanak kanak membuat mereka menjadi sangat mandiri
dalam merawat kebutuhan personal lain.
Mereka mengembangkan keinginan personal yang kuat dalam proses kebutuhan ini
akan terpenuhi. Penyaklit dan hospitalisasi mengancam pengendalian anak dalam area ini. Maka
sangat
penting
mengizinkan
mereka
untuk
berpartisipasi
dalam
perawatan
dan
Periode usia sekolah merupakan salah satu masalah nutrisi secara relative. Jika terjadi
defisiensi biasany defisiensi zat besi, vitamin A, atau kalsium. Anak usia sekolah dapat belajar
banyak hal tentang piramida makanan dan diet yang seimbang dengan membantu menyiapkan
makanan. Perawat harus menganjurkan orang tua untuk menyediakan makanan dalam jumlah
yang adekuat bagi anak untuk mendukung pertumbuhan dan aktivitas.
E. PERKEMBANGAN KOGNITIF
Perubahan kognitif pada anak usia sekolah adalah pada kemampuan untuk berfikir
dengan cara yang logis. Pemikiran anak usia sekolah tidak lagi di dominasi oleh persepsinya dan
sekaligus kemampuan untuk memahami dunia secara luas. Sekitar 7 tahun, anak memasuki tahap
piaget ketiga yaitu perkembangan kognitif, yang di kenal sebagai operasional konkret, ketika
merewka mampu mengunakan symbol secara operasional (aktivitas mental) dalam pemikiran
bukan kerja Mereka mulai menggunakan proses pemikiran yang logis dengan materi konkret.
Periode ini di tandai dengan tiga kemampuan atau kecakapan yaitu mengklasifikasikan,
menyusun, dan mengasosiasikan. Pada akhir masa ini anak sudah memiliki kemampuan
memecahkan masalah (problem solving) yang sederhana.
1. Perkembangan bahasa
Bahasa adalah sarana berkomunikasi dengan orang lain. Dalam pengertian ini tercakup
semua semua cara untuk berkomunikasi, dimana pikiran dan perasaan di nyatakan dalam bentuk
tulisan, lisan, isyarat, atau gerak dengan menggunakan kata-kata, kalimat bunyi, lambing,
gambar atau lukisan, dengan bahasa, semua manusia dapat mengenal dirinya, sesama manusia,
alam sekitar, ilmu pengetahuan, dan nilai-nilai moral atau agama.
Terdapat dua faktor penting yang mempengaruhi perkembangan bahasa, yaitu sebagai
berikut :
a.
Proses jadi matang, dengan perkataan lain anak itu menjadi matang (orang-orang suara / bicara
sudah berfungsi ) untuk berkata kata.
b.
Proses belajar yang berarti bahwa anak yang telah matang untuk berbicara lalu mempelajari
bahasa orang lain dengan jalan mengimitasi/ meniru ucapan atau kata-kata yang di dengarnya.
Perkembagan bahasa sangat cepat selama masa kanak-kanak tengah dan pencapaian
berbahasa tidak lagi sesuai dengan usianya. Rata-rata anak usia 6 tahun memiliki kosakata
sekitar 3000 kata yang cepat berkembang dengan meluasnya pergaulan dengan teman sebaya dan
orang dewasa serta kemampuannya membaca. Anak meningkatkan penggunaan berbahasa dan
mengembangkan pengetahuan strukturalnya. Mereka menjadi lebih menyadari aturan sintaksis,
aturan merangkai kta menjadi kalimat.
F. PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL
Selama masa ini anak berjuang untuk mendapatkan kompetensi dan ketrampilan yang
penting bagi mereka yang berfungsi sama sepertu dewasa. Anak usia sekolah yang mendapatkan
keberthasilan positif merasa adanya perasaan berharga. Anak-anak yang menghadapi kegagalan
dapat merasakan mediokritas (biasa saja ) / perasaan tidak berharga yang dapat mengakibatkan
menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.
1. Perkembangan moral
Kebutuhan kode moral dan aturan social menjadi lebih nyata sesuai kemampuan kognitif dan
pengalaman social anak sekolah, mereka memandang aturan sebagai prinsip dasar kehidupan,
bukan hanya perintah dari yang memiliki otoritas.
Anak mulai mengenal konsep moral pertama kali dari lingkungan keluarga. Usaha untuk
menanamkan konsep moral sejak dini merupakan hal yang seharusnya, karena informasi yang di
terima anak mengenai benar salah, baik buruk, akan menjadi pedoman pada tingkah lakunya.
2. Hubungan sebaya
Anak usia sekolah menyukai sebaya ssejenis dari pada sebaya lain jenis. Identitas jender yang
kuat dapat di lihat pada ikatan yang kuat dengan teman sejenis yang di pertahankan oleh anak
biasa di sebut geng. Umumnya anak laki-laki dan perempuan memandang jenis kelamin yang
berbeda secara negative. Pengaruh sebaya menjadi lebih berbeda selama tahap perkembangan
ini. Konformitas terlihat pada perilaku, gaya berpakaian, dan pola berbicara yang di dorong dan
dipengaruhi adanya kontak dengan sebaya. Identitas kelompok meningkat, seiring perubahan
anak sekolah menuju adolesens.
3. Identitas seksual
Freud menggambarkan usia sekolah sebagai periode laten karena ia merasa pada periode ini anak
memiliki sedikit ketertarikan dalam seksualitasnya. Sekarang ini banyak peneliti percaya bahwa
anak usia sekolah memiliki ketertarikan yang besar pada seksualitasnya.
5. Konsep diri dan kesehatan
Selama usia sekolah identitas dan konsep diri menjadi lebih kuat dan lebih individual. Persepsi
sehat sakit berdasarkan pada fakta yang mudah diobservasi seperti adanya atau tidak adanya
penyakit dan keadekuatan tidur atau makan. Kemampuan fungsional standar untuk kesehatan
personal dan kesehatan yang lain dinilai.
G. TUGAS PERKEMBANGAN ORANGTUA DENGAN ANAK USIA SEKOLAH
Ketika anak memasuki usia sekolah, orangtua sebenarnya merasa bahwa tahapan ini lebih
berkurang kadar sibuknya, karena pekerjaan rumah sudah dapat berjalan secara rutin. Anak
secara umum merasa puas mengenai hubungannya dengan orangtua dan mulai terlibat dalam
aktivitas rumah tangga.
1. Mensupport perkembangan anak
Mendukung perkembangan Anak dilakukan dengan cara membiarkan anak untuk pergi
dan bergabung dengan dunia di luar rumahnya. Semakin lama, akan semakin sedikit waktu anak
tersebut berada di rumahnya. Sejak pagi hingga siang anak harus bersekolah, kemudian setelah
itu tidak jarang anak mengikuti kegiatan olahraga atau klub-klub tertentu bersama dengan
grupnya, sehingga anak pulang ke rumah dalam keadaan lelah pada malam hari untuk
beristirahat. Belum lagi ajakan temannya untuk menginap di rumahnya, berlibur bersama, ikut
camp, mengunjungi kerabat pada hari libur, dsb. Semua kegiatan tersebut di atas sangat baik
untuk perkembangan anak dalam hal kemandirian, memperluas pengalaman dan untuk
perkembangan kepribadiannya.
Ketika anak mulai bergabung dengan teman sebaya mereka, orientasi mereka mulai
berkembang kearah peernya. Maka orangtua harus mendukung hubungan ini, karena penelitian
membuktikan bahwa anak dengan dukungan yang sangat baik dari anggota keluarganya akan
memgang teguh norma, nilai dan identifikasi terhadap keluarganya bahkan ketika mereka sedang
berinteraksi dengan orang lain (Bowerman&Kinch, 1959). Seorang ibu yang memiliki hubungan
pertemanan yang hangat akan lebih mudah untuk membiarkan anaknya bergabung dengan dunia
luar.
Anak pada usia ini sering menjadikan orang yang lebih tua sebagai figur otoritas. Anak
akan sering berkata tapi kata bu guru begini pada orangtuanya. Hal ini mengindikasikan
bahwa anak sudah mulai keluar dari aturan rumahnya. Anak menemukan model baru, sikap baru,
dan pandangan baru melebihi yang didapat di keluarganya. Orangtua yang dapat berempati
terhadap minat anak dan dapat lebih melonggarkan aturannya pada anak akan lebih mudahuntuk
tidak terlalu mengikat anak tersebut pada masa remajanya.
Orangtua yang menanamkan minat selain dari urusan anaknya akan lebih mudah untuk
membiarkan anaknya bergabung dengan aktivitas luar rumahnya dibandingkan orangtua yang
memusatkan hidupnya hanya untuk anak mereka. Pada masa ini, suami dan istri lebih sering
bekerja bersama dalam sebuah proyek disbanding ketika usia anaknya masih preschool ataupun
remaja.(Feldman, 1961). Beberapa aktivitas bersama yang dilakukan dengan anak-anak juga,
seperti piknik keluarga mungkin dapat mengembangkan minat dari suami dan istri untuk
meneruskan hubungannya sebagai sebuah pasangan.
2. Mempertahankan hubungan pernikahan
Beberapa studi, termasuk data dari National Opinion Research Centre mengindikasikan
bahwa efek dari kehadiran anak pada sebuah pernikahan dapat membawa efek yang negatif. Hal
ini ditemukan pada semua ras, agama, level pendidikan, dan status pekerjaan (Davis, 1978).
Sebanyak 6 survey nasional sejak tahun 1973 sampai 1978 menemukan bahwa kehadiran anak
cenderung mengurangi kebahagiaan orangtua, dalam hal:
1. Ikut campur dalam hubungan pernikahan (marital companionship)
2. Mengurangi spontanitas hubungan seksual antara suami dan istri
3.
Meningkatkan potensi kecemburuan dan kompetensi untuk memperoleh afeksi, waktu dan
perhatian,
4.
Menjaga pasangan yang tidak bahagia dari perceraian, setidaknya untuk beberapa saat
(Glenn&Mc Lanchan,1982).
Permasalahan pernikahan pada keluarga dengan anak usia sekolah biasanya lebih sering
terjadi dibandingkan momen lainnya. Biasanya mereka mengalami 4 kali problem lebih sering.
Potensi problem terbesar bisanya mengenai pengaturan anak di rumah, sehingga mengurangi
ekspresi afeksi dari pasangan suami-istri, dan dijadikan nomor kedua (Swensen&Moore, 1979).
Ekspresi cinta dari pasangan mulai berkurang selama perjalanan pernikahan. Hal ini
biasanya terjadi pada pasangan yang menerapkan peran gender tradisional dalam berhubungan,
dimana hubungan keduanya kemudian hanya menjadi sebuah kebiasaan yang didasarkan pada
kebutuhan, perasaan, dan harapan dari satu pihak ke pihak lainnya. Model pernikahan seperti ini
lebih baik menggunakan metode diskusi daripada menghindar dalam penyelesaian konfliknya,
dan
yang
lebih
pentingberusaha
untuk
mengekspresikan
cintanya
secara
spontan
High stress neighborhoods ditandai dengan crowded, susunan, keluarga mengalami kesulitan
membuat suatu pertemuan
b. Low stress neighborhoods kebanyakan adalah keluarga-keluarga yang stabil, jalan-jalan yang
aman.
Dari sini dapat disimpulkan bahwa tak seorangpun yang ingin tinggal di area yang
tinggi tingkat kriminal yang sangat membahayakan anak-anak dan juga orang dewasa. Yang
sering tinggal di area seperti ini biasanya adalah keluarga yang tidak bekerja (pengangguran) dan
punya masala-masalah dalam perkawinan. Dapat dilihat bahwa menyediakan tempat tinggal
yang sesuai adalah suatu tugas yang berat dan memberi tantangan terutama dalam situasi
ekonomi yang sulit seperti sekarang.
Keluarga dengan young children kebanyakan menginginkan mempunyai rumah sendiri.
Akan tetapi, biaya untuk memiliki rumah sendiri selalu meningkat dari waktu ke waktu. Adanya
biaya pindah keluarga rata-rata meningkat begitu cepat, banyak keluarga yang tetap berada di
tempat tinggalnya tanpa mencoba untuk meningkatkan keadaan tempat tinggal mereka. Pada
waktu biaya untuk tempat tinggal semakin tinggi, beberapa keluarga muda mampu membeli
sebuah rumah tanpa bantuan dari kerabatnya. Hal itu tidak aneh karena biasanya keluarga muda
paling banyak menerima dukungan dari extended family
Menjaga kesehatan anak usia sekolah memerlukan suntikan untuk mencegah adanya
penyakit menular dan peduli pada anak yang sakit atau pemulihan dari kecelakaan. Banyak
sistem sekolah yang mengharuskan bukti imunisasi anak sebelum menerima mereka ke sekolah
tiap tahun. Dipteria, tetanus, pertusis, polio, campak, gondok dan rubella (MMR) adalah
imunisasi yang biasanya diperlukan bagi anak dari TK sampai SMA. Oleh karena itu, adalah
tanggung jawab keluarga untuk menemui dokter keluarga atau melalui Departemen Kesehatan
Negara atau klinik.
Kesehatan gigi pada anak dan orang dewasa juga merupakan tanggung jawab keluarga.
Pemberian fluoride secara rutin besar pengaruhnya dalam mengurangi kerusakan gigi pada anak.
Oleh karena itu, keluarga diharapkan untuk memeriksakan dan merapikan gigi anak pada dokter
gigi serta menggosok gigi secara teratur setelah makan yang sering memerlukan monitor dan
modeling dari orang tua.
Kecelakaan merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak usia sekolah.
Hasil penelitian bahwa anak laki-laki dua kali lebih banyak mengalami kecelakaan dibandingkan
anak perempuan dan biasanya kematian paling tinggi adalah karena kecelakan kendaraan motor.
Selain itu, kecelakaan juga menyebabkan kerusakan permanen, kelumpuhan serta kehilangan
waktu untuk sekolah.
Child abuse merupakan suatu masalah yang terdapat pada beberapa keluarga.
Mendisiplinkan anak dengan cara memukul mungkin adalah sesuatu yang normal dalam
beberapa keluarga dan cukup banyak persentase orang tua yang mengaku menendang, menggigit,
memukul dengan tangan atau benda dan mengancam menggunakan pisau atau senjata. Hasil
penelitian bahwa 10 dari seribu anak tidak menerima cinta dan dukungan tetapi sering menerima
pukulan dari orang tua mereka. Orang dewasa yang mengalami abuse pada waktu anak-anak
lebih cenderung menjadi child abuser terhadap anak mereka sendiri. Physical abuse biasanya
terjadi pada keluarga miskin tetapi kebanyakan keluarga kaya menggunakan abuse sebagai
accident. Banyak keluarga ekonomi bawah yang stress dan melampiaskan rasa frustasi pada
anak mereka. Child abuse sering juga dipicu oleh respon anak yang membantah, menantang atau
mengabaikan orang tua sehingga orang tua frustasi dan kehilangan kontrol dan menggunakan
metode disiplin yang lebih keras dan meningkat menjadi abuse. Parents anonymous merupakan
organisasi nasional yang siap membantu mengatasi kekerasan dengan melakukan pertemuan
secara teratur dan menggunakan sarana telepon untuk orang tua yang membutuhkan bantuan.
Incest merupakan masalah kesehatan mental utama yang terjadi pada semua kelas sosek
serta etnis dan ras, biasanya saat anak berusia 6-12 tahun. Anak yang menjadi korban incest
biasanya takut untuk menceritakannya pada siapapun, yang bisa jadi petunjuk adalah penarikan
diri yang tidak jelas, kecemasan, mimpi buruk atau keluhan fisik khususnya masalah urine atau
pelvic yang sakit. Bantuan untuk korban incest dan keluarganya dapat ditemukan di tempat
layanan perlindungan anak, pusat krisis perkosaan atau womans centers. Untuk mencegah incest
dapat dilakukan dengan pemberian pendidikan seks di rumah dan di sekolah.
Health care cost (biaya kesehatan) cenderung meningkat, tetapi banyak keluarga yang
mempunyai asuransi kesehatan untuk membantu membiayai biaya rumah sakit dan membayar
dokter. Sebanyak 83 % dari pekerja di Amerika bekerja pada perusahaan yang memiliki asuransi
kesehatan.
2. Keuangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah
Pengeluaran keluarga yang paling besar biasanya adalah untuk makan, kemudian untuk
rumah, transport, dan kebutuhan rumah tangga. Keempat item utama tersebut kira-kira
membutuhkan 65,1 % dari semua uang yang dihabiskan tiap individu dalam sebuah keluarga.
Belum lagi untuk biaya pengobatan, pakaian, rekreasi, dan yang lainnya.
Ibu sering bekerja untuk membantu keuangan keluarga dan anak-anak. Kebanyakan ibu
bekerja pada pekerjaan apapun menginginkan pekerjaan yang sesuai dengan keterampilan yang
mereka miliki. Penghasilan mereka biasanya tidak sebesar penghasilan suaminya, tetapi mereka
dapat membantu menyediakan segala sesuatu yang dibutuhan keluarga.
Pekerjaan part time mungkin adalah pekerjaan yang baik untuk ibu ketika anakberada
di sekolah atau ketika ayah mereka dapat menemani anak-anak. Split shifts memungkinkan
banyak ibu yang bekerja sementara suami berada di rumah. Kesuksesan ibu bekerjatergantung
pada pendidikan dan training, pengalaman kerja sebelumnya, dukungan suami, usia anak,
kesehatan serta dukungan bantuan dari kerabat dekat dan orang lain. Pekerjaan ibu biasanya
harus disesuaikan secara efektif terhadap situasi yang terjadi dalam keluarga seperti ketika anak
sakit, mendapat kecelakaan atau situasi gawat lain yang menimpa keluarga.
Dual career familiesmerupakan keluarga dimana kedua suami dan istri yang
mempunyai karir dengan posisi yang penting, yang meminta serangkaian perkembangan dan
keahlian serta memerlukan kompetensi dan komitmen yang tinggi. Ketika salah satu dari mereka
mempunyai kesempatan mengambangkan karir di tempat lain, solusi tradisional untuk istri
adalah mendukung karir suaminya, mengorbankan dirinya dengan tinggal di rumah, mengakhiri
pekerjaannya atau memulai lagi semuanya di lokasi yang baru nanti.
Commuting merupakan jalan keluar yang diambil oleh pasangan yang keduanya
mempunyai karir dimana salah dari mereka tinggal si rumah sedangkan yang lain pulang pergi
kerja selama seminggu, kembali ke keluarga untuk weekends dan liburan. Keuntungan yang
besar adalah perkembangan yang profesional dengan memisahkan pekerjaan dan waktu untuk
keluarga sehingga tidak akan ada pengaruh negatif pada perembangan anak atau dalam masalah
perkawinan. Ini mungkin terjadi ketika ada kerja sama yang aktif dan kepercayaan antara suami
istri, komunikasi yang terbuka dalam keluarga, keteguhan hati untuk mengatasi masalah,
fleksibel, dan komitmen yang kuat untuk keluarga dan pekerjaan. (Farris 1978).
Mengkombinasikan antara peran dalam bekerja dan keluarga perlu menjaga
keseimbangan antara keduanya. Baik bu rumah tangga sepenuhnya atau istri yang bekerja
ditemukansama-sama puas secara dengan kehidupannya
Anak memberikan ketertarikan pada ibu ketika mereka terlibat dalam pekerjaan ibu,
mengunjungi tempat kerja ibu, bertemu dengan teman kerja ibu dan melihat apa yang ibu
kerjakan. Anak yang bekerja di samping orang tuanya dalam tugas-tugas rumah tangga seharihari merasa bahwa mereka penting ketika dipercaya untuk memulai mempersiapkan makan
malam dan melakukan tugas rumah tangga yang lain sementara menunggu orang tuanya pulang
ke rumah.
3. Pemberian Tanggung Jawab Dalam Memelihara Rumah
Dalam keluarga modern, dapur bukan lagi wilayah eksklusif ibu, tetapi juga bagi ayah
dan anak yang lebih tua.
a.
Partisipasi anak
Partisipasi anak dalam menjaga rumahdapat dipertimbangkan, tergantung bagaimana
keluarganya, usia dan jenis kelamin anak, dan apakah ibu mereka bekerja atau tidak. Anak lakilaki dan perempuan dapat saling membantu untuk memasak dan membersihkan rumah. Seperti
perempuan, laki-laki pun dapat melakukan pekerjaan rumah seperti mencuci piring, mengurus
pekarangan, mobil dan hewan peliharaan. Ibu yang bekerja full time, partisipasi anak dalam
mengurus rumah sangat tinggi, tapi ibu yang bekerja part-time, partisipasi anak rendah.
bahwa pembagian tugas tanpa mengubah asumsi dasar tentang peran-peran dari pasangan yang
menikah. Task sharing, suami membantu istrinya jika hanya seorang istri membutuhkan
pertolongan suaminya.
Studi di Middletown 1978 menemumukan perbedaanantara keluarga business class &
working class. 45 persen keluarga yang menganggap istri memiliki tanggung jawab penuh
terhadap tugas rumah tangga, istri yang mengurus rumah tangga lebih banyak daripada suami
sekitar 40 persen pasangan, 7 persen pasangan suami istri saling berbagi tugas, laki-laki yang
lebih banyak mengurus rumah tangga sekitar 3 persen dan beberapa lagi masih termasuk dalam
studi keluarga.
Lewis (1972) menyatakan bahwa istri lebih aktif dalam membuat keputusan ketika anak
di rumah. Interaksi dengan ayah juga sangat penting, karena dapat membantu anak bersikap
disekolah seperti halnya hubungan dengan peers, orangtua, dan saudara kandung (Feldman &
Feldman, 1975). Hubungan antara suami-istri dapat ditingkatkan dengan saling berbagi tugas
dalam menjaga anak dan rumah tangga.
4. Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses dimana individu dibantu untuk:
a.
berinteraksi dengan orang lain dalam variasi peran, posisi, dan status
mereka belajar mengatasi situasi saat ini dan yang akan datang. undesirable friends menurut
orangtua
a.
bagaimana cara mengatasi jerawat dan tanda lain yang menunjukkan meningkatnya fungsi
glandular
6. kematangan tubuh apa yang terjadi pada saat sekarang dengan yang akan datang
Orang tua yang dapat menjawab pertanyaan dan terbuka dengan anaknya akan menjaga
komunikasi yang baik. Penerimaan orangtua terhadap perasaan real mereka sama baiknya pada
anak dapat memunculkan ekspresi yang sehat dari emosi seperti fear(takut), anxiety (cemas),
resentment, anger(marah), dan cemburu.
Siblings
Beberapa keuntungan memiliki siblings:
1. kakak dapat menjadi teladan bagi adiknya
2. seorang sibling mengidentifikasi dengan yang lain pada satu area
3. perbedaan antara sibling dapat mengembangkan sense
4. sibling dapat menjadi feedbacker
5. dapat saling tukar barang
6. jembatan untuk mengerti antara dunianya dan dunia orang dewasa
Sibling coalition dimana anak dikontrol secara kuat diawalnya sebagai mekanisme bagi
anak agar terikat bersama yang mungkin ikatan sepanjang hidup antar siblings. Anak yang
pertama lahir dapat memiliki orangtua yang seutuhnya dan terus berlanjut menjadi anak yang
unik dalam keluarga. Anak yang paling akhir, oleh orangtuanya cenderung diberikan banyak
toleransi. Anak tengah merasa bahwa orangtuanya lebih banyak menghukum daripada memberi
dukungan padanya dibandingkan anak tertua dan anak terakhir. Dalam studi tentang selfesteem
anak tengah memiliki tingkat yang rendah selfesteem-nya dibandingkan anak pertama dan
terakhir.
Fungsi dari rumah dapat juga melayani emosi-emosi yang dikondisikan kembali oleh
anggota keluarga pada saat ia berada di luar seperti sekolah dibandingkan ia harus meluapkan
emosi di luar rumah yang akan mengganggu ketenangan di sekitar rumah. Dengan adanya
komunikasi maka cinta akan mengalir dalam keluarga tersebut menggantikan rasa marah atau
energi negatif lainnya dengan energi yang positif.
I.
kebijakan nasional dengan menigkatkan kebiasaan gaya hidup yang sehat termasuk nutrisi. Anak
usia sekolah harus berpartisipasi dalam progam pendidikan yang memungkinkan mereka untuk
merencanakan, memilih dan menyajikan makanan yang sehat. Perawat juga mengikutsertakan
orang tua tentang peningkatan kesehatan yang tepatbagi anak usia sekolah. Orang tua perlu
mengenali pentingnya kunjungan pemeliharaan kesehatan.
Penyakit
Kegemukan
Bahaya kegemukan yang dapat terjadi :
Anak kesulitan mengikuti kegiatan bermain sehingga kehilangan kesempatan untuk keberhasilan
social
Teman-temannya sering mengganggu dan mengejek sehingga anak menjadi rendah diri
c.
Kecelakaan
Meskipun tidak meninggalkan bekas fisik, kecelakaan sering dianggap sebagai kegagalan dan
anak lebih bersikap hati-hati akan bahayanya bagi psikologisnya sehingga anak merasa takut dan
hal ini dapat berkembang menjadi rasa malu yang akan mempengaruhi hubungan social
d.
Kecanggungan
Anak mulai membandingkan kemampuannya dengan teman sebaya bila muncul perasaan tidak
mampu dapat menjadi dasar untuk rendah diri
e.
Kesederhanaan
Hal ini sering dilakukan oleh anak-anak dan orang dewasa memandangnya sebagai perilaku
kurang menarik sehingga anak menafsirkannya sebagai penolakan yang dapat mempengaruhi
konsep diri anak
2. Bahaya Psikologis
a.
Kosakata yang kurang dari rata-rata menghambat tugas-tugas di sekolah dan menghambat
komunikasi dengan orang lain
Kesalahan dalam berbicara, cacat dalam berbicara (gagap) akan membuat anak jadi sadar diri
sehingga anak hanya berbicara bila perlu saja
Anak yang kesulitan berbicara dalam bahasa yang digunakan dilingkungan sekolah akan
terhalang dalam usaha untuk berkomunikasi dan mudah merasa bahwa ia berbeda
Pembicaraan yang bersifat egosentris, mengkritik dan merendahkan orang lain, membual akan
ditentang oleh temannya
b. Bahaya emosi
Anak akan dianggap tidak matang bila menunjukan pola-pola emosi yang kurang menyenangkan
seperti marah yang berlebihan, cemburu masih sangat kuat sehingga kurang disenangi orang lain.
c.
Bahaya bermain
Anak yang kurang memiliki dukungan sosial akan merasa kekurangan kesempatan untuk
mempelajari permainandan olah raga untuk menjadi anggota kelompok, anak dilarang berkhayal,
dilarang melakukan kegiatan kreatif dan bermain akan menjadi anak penurut yang kaku.
lain. Karena konsepnya berbobot emosi dan cenderung menetap serta terus menerus akan
memberikan pengaruh buruk pada penyesuaian sosial anak
e.
Bahaya moral
Bahaya umum diakitkan dengan perkembangan sikap moral dan perilaku anak-anak :
Tidak berminat terhadap hal-hal yang dianggap penting oleh teman-teman sebaya
Mengembangkan sikap yang kurang baik terhadap minat yang dapat bernilai bagi dirinya, misal
kesehatan dan sekolah
g. Bahaya hubungan keluarga
Kondisi-kondisi yang menyebabkan merosotnya hubungan keluarga :
Sikap terhadap peran orang tua, orang tua yang kurang menyukai peran orang tua dan merasa
bahwa waktu, usaha dan uang dihabiskan oleh anak cenderung mempunyai hubungan yang
buruk dengan anak-anaknya
Harapan orang tua, kritikan orang tua pada saat anak gagal dalam melaksanakan tugas sekolah
dan harapan-harapan orang tua maka orang tua sering mengkritik, memarahi dan bahkan
menghukum anak
Metode pelatihan anak, disiplin yang otoriter pada keluarga besar dan disiplin lunak pada
keluarga kecil yang keduanya menimbulkan pertentangan dirumah dan meyebabkan kebencian
pada anak. Disiplin yang demokratis biasanya menghasilkan hubungan keluarga yang baik.
Status sosial ekonomi, bila anak merasa benda dan rumah miliknya lebih buruk dari temannya
maka anak sering menyalahkan orang tua dan orang tua cenderung membenci hal itu
Pekerjaan orang tua, pandangan mengenai pekerjaan ayah mempengaruhi persaan anak dan bila
ibu seorang karyawan sikap terhadap ibu diwarnai oleh pandangan teman-temannya mengenai
wanita karier dan oleh banyaknya beban yang harus dilakukan di rumah.
Perubahan sikap kepada orang tua, bila orang tua tidak sesuai dengan harapan idealnya anak,
anak cenderung bersikap kritis dan membandingkan orang tuanya dengan orang tua temantemannya.
Pertentangan antar saudara, anak-anak yang merasa orang tuanya pilih kasih terhadap saudarasaudaranya maka anak akan menentang orang tua dan saudara yang dianggap kesayangan orang
tua
Perubahan sikap terhadap sanak keluarga, anak-anak tidak menyukai sikap sanak keluarga yang
terlalu memerintah atau terlalu tua dan orang tua akan memarahi anak serta sanak keluarga
membenci sikap sianak
Orang tua tiri, anak yang membenci orang tua tiri karena teringat orang tua kandung yang tidak
serumah akan memperlihatkan sikap kritis, negativitas dan perilaku yang sulit.
PENGKAJIAN
A. MASALAH KEPERAWATAN KESEHATAN KELUARGA
1. Komunikasi keluarga disfungsional
Menurut Suprajitno (2004:29) pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus menerus tentang keluarga yang dibinanya. Pengkajian
merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan keperawatan keluarga . Agar diperoleh data
pengkajian yang akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga , perawat diharapkan menggunakan
bahasa ibu (bahasa yang digunakan sehari-hari), lugas dan sederhana (Suprajitno: 2004).
Kegiatan yang dilakukan dalam pengkajian meliputi pengumpulan informasi dengan
cara sistematis dengan menggunakan suatu alat pengkajian keluarga , diklasifikasikan dan
dianalisa (Friendman, 1998: 56).
a. Pengumpulan data
1) Identitas keluarga yang dikaji adalah umur, pekerjaan, tempat tinggal, dan tipe keluarga .
2) Riwayat dan Tahap Perkembangan keluarga
Tahap perkembangan keluarga saat ini Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan
a)
b)
perkembangan yang belum terpenuhi oleh keluarga serta kendala mengapa tugas perkembangan
tersebut belum terpenuhi.
Riwayat keluarga inti Menjelaskan mengenai riwayat kesehatan pada keluarga inti, yang
c)
Tingkat pendidikan keluarga mempengaruhi keluarga dalam mengenal suatu penyakit dan
pengelolaannya. Berpengaruh pula terhadap pola pikir dan kemampuan untuk mengambil
keputusan dalam mengatasi masalah dangan tepat dan benar.
b) Pekerjaan dan Penghasilan
Penghasilan yang tidak seimbang juga berpengaruh terhadap keluarga dalam melakukan
pengobatan dan perawatan pada angota keluarga yang sakit salah satunya disebabkan karena
suatu penyakit. Menurut (Effendy,1998) mengemukakan bahwa ketidakmampuan keluarga
dalam merawat anggota keluarga
Kekuasaan dalam keluarga mempengaruhi dalam kondisi kesehatan, kekuasaan yang otoriter
dapat menyebabkan stress psikologik.
c) Struktur peran
Menurut Friedman (1998), anggota keluarga menerima dan konsisten terhadap peran yang
dilakukan, maka ini akan membuat anggota keluarga puas atau tidak ada konflik dalam peran,
dan sebaliknya bila peran tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan harapan maka akan
mengakibatkan ketegangan dalam keluarga .
9) Fungsi keluarga
a) Fungsi afektif
Keluarga harus saling menghargai satu dengan yang lainnya agar tidak menimbulkan suatu
permasalahan maupun stressor tertentu bagi anggota keluarga itu sendiri.
b)
Fungsi sosialisasi
Keluarga
lingkungan sekitar. Bila keluarga tidak memberikan kebebasan pada anggotanya, maka akan
mengakibatkan anggota keluarga menjadi sepi. Keadaan ini mengancam status emosi menjadi
labil dan mudah stress.
c) Fungsi kesehatan
Menurut suprajitno (2004) fungsi mengembangkan dan melatih anak untuk berkehidupan sosial
sebelum meninggalkan rumah untuk berhubungan dengan orang lain diluar rumah.
Hal-hal yang perlu dikaji untuk mengetahui sejauh mana keluarga melakukan pemenuhan tugas
perawatan keluarga adalah :
(a) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengenal masalah kesehatan, yang perlu dikaji adalah
sejauhmana keluarga memahami fakta-fakta dari masalah kesehatan yang meliputi: pen gertian,
tanda dan gejala, faktor penyebab dan yang mempengaruhinya serta persepsi keluarga terhadap
masalah.
(b) Untuk mengetahui kemampuan keluarga mengambil keputusan mengenai tindakan kesehatan
yang tepat, hal yang perlu dikaji adalah ;
Sejauhmana kemampuan keluarga mengerti mengenai sifat dan luasnya masalah
Apakah masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
Apakah keluarga merasa menyerah terhadap masalah yang dialami
Apakah keluarga merasa takut akan akibat dari penyakit
1)
Stressor jangka pendek yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu kurang dari 6 bulan.
2)
Stressor jangka panjang yaitu stressor yang dialami keluarga yang memerlukan penyelesaian
dalam waktu lebih dari 6 bulan.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan terhadap semua anggota keluarga . Metode yang digunakan pada
pemeriksaan fisik tidak berbeda dengan pemeriksaan fisik di klinik.
c.
Pengkajian Lingkungan
1) Karakteristik rumah
Karakteristik rumah diidentifikasi dengan melihat luas rumah, type rumah, jumlah ruangan,
jumlah jendela, jarak septic tank dengan sumber air, sumber air minum yang digunakan serta
denah rumah.
2) Karakteristik tetangga dan komunitas RW
Menjelaskan mengenai karakteristik tetangga dan komunitas setempat yang meliputi kebiasaan,
lingkungan fisik, aturan/kesepakatan penduduk setempat, budaya setempat yang mempengaruhi
kesehatan.
3) Mobilitas geografis keluarga
Mobilitas geografis keluarga ditentukan dengan kebiasaan keluarga berpindah tempat.
Harapan keluarga
Pada akhir pengkajian, perawat menanyakan harapan keluarga terhadap petugas kesehatan yang
ada.
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan yang akan berhubungan dengan etiologi yang
berasal dari pengkajian fungsi perawatan keluarga. Diagnosa keperawatan mengacu pada PES
dimana untuk problem dapat digunakan rumusan NANDA.
Tipologi dari diagnosa keperawatan keluarga terdiri dari :
Aktual (terjadi defisit/gangguan kesehatan)
Resiko (ancaman kesehatan)
Keadaan sejahtera (wellness)
Contoh diagnosa keperawatan keluarga ;
a.
1) Contoh 1
a)
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga mengenal masalah kekurangan nutrisi.
b)
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmauan keluarga mengambil keputusan/tindakan untuk mengatasi
masalah kekurangan nutrisi.
c)
Gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan pada balita (Anak M), keluarga Bapak R
berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga dangan masalah
kekurangan nutrisi.
Pada contoh diatas, yang menjadi etiologi (tugas keluarga ) mengandung 3 unsur yaitu
ketidaktahuan (tidak mengenal masalah), ketidak mauan mengambil keputusan dan ketidak
mampuan merawat, maka dari 3 diagnosa tersebut cukup hanya menentukan 1 (satu) diagnosa
yaitu diagnosa yg ketiga, akan tetapi dalam metrumuskan tujuan dan intervensi harus melibatkan
ketiga etiologi tersebut
2) Contoh 2
Resiko terjadi konflik pada keluarga bapak B berhubungan dengan ketidaktahuan keluarga
mengenal masalah komunikasi
2) Resiko gangguan perkembangan pada Balita (Anak S) keluarga bapak B berhubungan dengan
ketidakmauan keluarga mellakukan stimulasi terhadap Balita.
c.
KRITERIA
Sifat masalah
Aktual (Tidak/kurang sehat)
Ancaman kesehatan
SKOR
BOBOT
3
2
Keadaan sejahtera
2
Kemungkinan masalah dapat diubah
Mudah
Sebagian
Tidak dapat
3
Potensi masalah untuk dicegah
Tinggi
Sedang
Rendah
4
Menonjolnya masalah
Masalah berat, harus segera ditangani
Ada masalah, tetapi tidak perlu segera
ditangani
Masalah tidak dirasakan
1
2
1
0
3
2
1
2
1
Skoring :
Kriteria 1
Sifat masalah ; bobot yang lebih berat diberikan pada tidak/kurang sehat karena yang pertama
memerlukan tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga
b. Kriteria 2
Kemungkinan masalah dapat diubah, perawat perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor
sebagai berikut :
Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk menangani masalah
Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga
Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan waktu.
Sumber daya masyarakat dalam bentuk fadsilitas, organisasi dalam masyarakat dan dukungan
masyarakat
c.
Kriteria 3
Potensi masalah dapat dicegah, faktor-faktor yang perlu diperhatikan :
Tujuan jangka pendek yang sifatnya dapat diukur langsung dan spesifik
Tujuan akhir atau jangka panjang yang sifatnya umum dan mempunyai tujuan
a.
Menstimulasi kesadaran atau penerimaan keluarga mengenai masalah dan kebutuhan kesehatan
dengan cara :
Memberikan informasi
Mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan
Mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah
b. Menstimulasi keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat dengan cara :
Mengidentifikasi konsekwensi tidak melakukan tindakan
Mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki keluarga
Mendiskusikan tentang konsekwensi tiap tindakan
c.
Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang sakit dengan cara :
Membantu keluarga untuk menemukan cara bagaimana membuat lingkungan menjadi sehat,
dengan cara ;
Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada dengan cara :
: Hal-hal yang dikemukakan oleh keluarga secara subjektif setelah dilakukan intervensi
keperawatan. Misal : keluarga mengatakan nyerinya berkurang.
: Hal-hal yang ditemui oleh perawat secara objektif setelah dilakukan intervensi keperawatan.
Misal : BB naik 1 kg dalam 1 bulan.
: Analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu kepada tujuan terkait dengan diagnosa
keperawatan.
: Perencanaan yang akan datang setelah melihat respon dari keluarga pada tahap evaluasi.
Tahapan evaluasi dapat dilakukan secara formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
DAFTAR PUSTAKA
Arlina. 2012. Keluarga Anak Usia Sekolah. Diakses pada tanggal 12 September 2012 di http:/www.scribd
Agustiansyah, Tri A. 2009. Asuhan Keperawatan keluarga Pasangan Baru Menikah dengan Masalah KB.
Dimuat dalam http://ners86.wordpress.com/2009/03/30/asuhan-keperawatan- keluarga/
Friedman, M., Marilyn. 1998. Family Nursing : Research, Theory & Practice. USE : Appleton And Lange.
_______.com/tika_arlina/d/50136705-Keluarga-Anak-Usia-Sekolah
_______.
12
September
2012
di
_______. 2012. Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Stroke. Diakses pada tanggal 12 September 2012
di http://blog.ilmukeperawatan.com/asuhan-keperawatan- keluarga -dengan-stroke.html