Measurement Theory
Measurement Theory
THEORY
TEORI PENGUKURAN
2015
A. M. Yuqbal Sanusi
Gading Bagaskoro
Hasan Basri
Rifqi Akmal Syarif
Todo Filipi Anderson
A. PENTINGNYA PENGUKURAN
Pengukuran merupakan suatu bagian penting pada imu
pengetahuan. Pengukuran seperti dicontohkan pada akuntansi dilakukan
karena data kuantitatif dapat memberi lebih banyak informasi daripada
data kualitatif dalam banyak hal atau kejadian. Karena pengukuran
elemen-elemen yang dilaporkan pada laporan keuangan (seperti aset,
pendapatan, dan utang) ialah hal yang penting dalam akuntansi, akan
sangat bermanfaat bagi kita menguji teori pengukuran dan merangkum
sejumlah asumsi dasar pengukuran dalam akuntansi.
Menurut KBBI pengukuran adalah suatu proses, cara, perbuatan
mengukur. Sedangkan mengukur dapat berarti menghitung ukurannya
(panjang, besar, luas, tinggi, dsb) dengan alat tertentu atau menilai mutu
dengan cara membandingkan, menguji, mencoba, mengira, dsb. Menurut
Nunnally & Bernstein (1994) pengukuran dapat didefinisikan sebagai
suatu proses pemberian angka atau label terhadap atribut dengan aturanaturan
yang
terstandar
atau
yang
telah
disepakati
untuk
merepresentasikan atribut yang diukur.
Campbell, salah satu orang pertama yang mengurusi masalah
pengukuran, mendefinisikan pengukuran sebagai angka untuk mewakili
sifat-sifat sistem selain angka dalam hukum yang mengatur sifat-sifat ini.
Stevens, seorang ahli teori yang terkenal di bidang pengukuran dalam
ilmu-ilmu sosial, menyebut pengukuran sebagai penetapan angka pada
objek atau peristiwa sesuai dengan aturan. Campbell membuat perbedaan
antara sistem dan sifat-sifat sistem tersebut. Sistem dalam definisi
Campbell adalah apa yang disebut Stevens objek atau peristiwa. Hal ini
dapat mencakup rumah, meja, orang, juga berat, panjang, lebar atau
warna. Kita selalu mengukur sifat dan bukan sistem itu sendiri. Dalam hal
ini, definisi Campbell lebih tepat daripada definisi Stevens.
Definisi menurut Campbell membutuhkan angka untuk hal-hal
sesuai hukum yang mengaturnya, sedang definisi menurut Steven hanya
memerlukan semua dilakukan sesuai aturan. Terhadap luasnya definisi
Stevens, Sterling berpendapat bahwa perlu pembatasan pada jenis aturan
yang dapat digunakan. Dalacm pemahaman yang biasa mengenai
pengukuran, aturan semantik (definisi operasional) dirancang dan
digunakan untuk menghubungkan sistem angka dengan objek atau
peristiwa yang diukur. Ketika aturan semantik menetapkan angka pada
objek sedemikian rupa sehingga hubungan antara objek sesuai dengan
hubungan matematis, skala telah ditetapkan dan properti telah diukur.
Steven menyatakan saat korespondensi antara model formal dengan
empirisnya dekat dan ketat, kita dapat menemukan kebenaran tentang
masalah dengan menguji model itu sendiri.
B. SKALA
Tiap pengukuran dibuat dalam suatu skala. Skala ini menunjukkan
informasi yang diberikan oleh suatu angka sehingga memberi makna
pada angka tersebut. Tipe skala dibuat tergantung dengan aturan
semantik yang digunakan. Menurut Stevens skala dapat dijelaskan
sebagai skala nominal, ordinal, interval, dan rasio. Klasifikasi ini didapat
dengan menguji struktur kelompok matematis pada skala. Struktur
matematis ini ditentukan dengan mempertimbangkan jenis transformasi
yang meninggalkan struktur dari skala yang tidak berubah.
Skala Nominal
Pada skala nominal, angka hanya digunakan sebagai label.
Penomoran pemain bola ialah salah satu contoh yang diberikan oleh
Stevens.
Torgerson menyatakan: pada pengukuran, angka yang ditetapkan
mengacu pada jumlah relatif atau derajat properti yang dimiliki oleh
objek, dan tidak pada objek itu sendiri, sedang dalam skala nominal yang
berbeda, angka mengacu pada objek atau kelas objek: objek yang diberi
nama atau diklasifikasikan.
Skala nominal secara sederhana merepresentasikan klasifikasi,
dimana hal tersebut bukanlah pengukuran sebagaimana dimaksud dalam
penggunaan istilah biasa. Sebagaimana poin yang dikemukakan Torgeson,
pengukuran merujuk kepada sifat-sifat dari suatu objek, padahal dalam
skala nominal angka seringkali menunjukan objek itu sendiri,
sebagaimana penomoran atau pemberian nomor kepada pemain dalam
olahraga. Sifat terbesar dari angka dalam kasus tersebut adalah untuk
mengidentifikasi objek atau pemain. Dalam sistem akuntansi, yang paling
dekat dengan skala nominal dapat kita lihat dalam klasifikasi aset dan
kewajiban ke dalam kelompok yang berbeda.
Skala Ordinal
Skala Interval
Skala interval memberikan lebih banyak informasi daripada skala
ordinal. Tidak hanya peringkat dari suatu objek dengan sifat yang
diberikan tapi juga jarak diantara interval dalam skala adalah sama dan
diketahui. Suatu titik nol juga ada dalam skala ini. Sebagai contoh adalah
skala Celcius dalam temperatur. Interval temperatur yang sama
dinotasikan dengan ekspansi volume yang sama dengan sebuah titik nol
yang disetujui. Diferensiasi suhu terbagi antara membeku dan mendidih
menjadi 100 derajat, dengan titik beku ditetapkan sebagai nol derajat. Jika
suhu dua ruangan diukur menggunakan termometer Celcius dan
memberikan nilai 22 dan 30 derajat, kita dapat mengatakan tidak hanya
ruangan kedua lebih panas, tapi juga delapan derajat lebih panas
suhunya. Perbedaan dalam angka dapat diterjemahkan secara langsung
sebagai perbedaan karakteristik antar objek.
Kelemahan dari skala interval adalah ketika titik nol ditetapkan
secara sewenang-wenang. Sebagai contoh, andaikan kita harus mengukur
tinggi sekelompok laki-laki dalam skala interval dan menyematkan sebuah
Skala Rasio
Skala rasio adalah suatu skala dimana :
Urutan kedudukan objek atau peristiwa dengan ukuran yang spesifik
diketahui
Interval diantara objek sama dan diketahui
Sumber yang unik, titik nol alami, ada saat jaraknya paling tidak dari satu
objek diketahui.
Skala rasio menyampaikan paling banyak informasi.
Pengukuran panjang adalah salah satu contoh dari skala rasio.
Ketika A panjangnya 10 meter dan B 20 meter, kita dapat berkata tidak
hanya B itu lebih panjang tapi juga panjangnya dua kali panjang A. Rasio
dari angka-angka juga dapat diinterpretasikan secara langsung sebagai
rasio dari kuantitas sifat yang diukur. Dengan begitu masuk akal jika
mengatakan A itu setengah panjang B atau B dua kali A, padahal kita
tidak bisa bilang bahwa suhu 40 derajat dua kali lebih panas dari 20
derajat. Dalam skala rasio, titik nol harus punya kualitas yang unik. Dalam
pengukuran suhu di atas misalnya tidak ada titik nol yang unik. Suhu 0
derajat tidak mencerminkan ketiadaan suhu, sedang panjang 0
menunjukkan bahwa tidak ada panjang sama sekali.
Sebagai contoh penggunaan skala rasio dalam akuntansi terdapat
pada penggunaan dollar sebagai representasi biaya dan nilai. Jika asset
A berharga $10.000 dan asset B $20000, kita dapat mengatakan bahwa B
harganya dua kali lipat dari A. Sebuah titik nol alami terbentuk, karena 0
menunjukan ketiadaan nilai/biaya, sama seperti panjang 0 yang artinya
tidak ada panjang sama sekali.
D.JENIS-JENIS PENGUKURAN
Pengukuran Fundamental
Pengukuran fundamental merupakan pengukuran dimana angkaangka dapat diterapkan pada hal dengan mengacu pada hukum alam dan
tidak bergantung pada pengukuran variabel apapun. Seperti panjang,
hambatan listrik, nomor, dan volume merupakan hal-hal yang dapat
diukur. Sebuah skala rasio bisa diformulasikan pada tiap-tiap benda
sebagai hukum dasar yang dihubungkan dengan pengukuran
yang berbeda (jumlah) pada benda-benda yang sudah ada.
Seperti dijelaskan sebelumnya, sifat yang mendasar dalam
pengukuran adalah yang berkaitan dengan penjumlahan karena dapat
dengan mudah dipahami dengan operasi aritmatika atau ilmu hitung.
Sebagai contoh, penjumlahan panjang objek X pada panjang objek Y
dapat disamakan dengan operasi penempatan dua balok pada kedua
ujungnya, meski hanya satu balok yang sama panjang seperti halnya
dengah X dan yang lainnya juga sama panjang seperti Y. Secara fisik kita
dapat menentukan berapa total panjang X dan Y.
Pengukuran Turunan
Menurut Campbell, pengukuran turunan merupakan pengukuran
yang bergantung dari pengukuran dua atau lebih besaran lain. Contohnya
adalah pengukuran masa jenis, yang bergantung pada pengukuran massa
dan volume. Operasi pengukuran yang dilakukan bergantung pada
hubungan yang sudah diketahui dengan sifat-sifat mendasar lainnya.
Adanya hubungan seperti ini didasarkan pada teori emperis yang telah
disepakati dan dikaitkan dengan sifat-sifat tertentu dengan sifat-sifat
lainnya. Operasi matematika dapat dilakukan pada bilanganbilangan yang berasal dari pengukuran.
Seperti telah dijelaskan sebelumnya, terdapat beberapa jenis
pengukuran, seperti pengukuran suhu yang hanya bergantung pada satu
bahkan dua atau lebih besaran. Untuk mengukur suhu kita hanya perlu
mengukuran tekanan, volume atau resistansi elektrik. Meski demikian,
pengukuran selalu didasarkan pada hukum alam.
Saat ini, ilmuan menaruh perhatian lebih terhadap banyaknya
hubungan yang sudah diketahui dengan adanya di antara sifat-sifat yang
berbentuk fisik. Namun cara berpikir seperti ini tidak dapat dikatakan
sebagai cara berpikir ilmuwan sosial, sebab tidak ada kesepakatan
terhadap hal-hal yang berhubungan dengan apa yang disebut sifat-sifat
yang mendasar seperti yang terdapat dalam ilmu-ilmu sosial. Dalam
akuntansi misalnya, contoh pengukuran turunan adalah keuntungan,
diturunkan dari penjumlahan dan pengurangan atas pendapatan dan
beban.
Pengukuran Formal
Sumber Kesalahan
Operasi Pengukuran tidak tetap. Ketentuan di dalam menentukan jumlah
sifat-sifat tertentu biasanya terdiri dari serangkaian operasi. Serangkaian
operasi tidak dapat dijelaskan secara akurat dan oleh karenanya dapat
juga diinterpretasikan secara tidak akurat oleh pengukur. Sebagai contoh
misalnya, penghitungan pendataan mencakup berbagai operasi seperti
klasifikasi dan alokasi antara aset dan pengeluaran yang sering
diinterpretasikan secara beragam oleh akuntan yang lain. Salah satu
alasan lainnya adalah tidak jarang kesesuaian operasi matematik tidak
selaras dengan hubungan aktual sifat-sifat yang diukur.
Perdebatan ini bisa dianggap sebagai cikal bakal dari pendekatan nilai
wajar untuk pengukuran akuntansi.
Akibatnya, terdapat sejumlah sistem pengukuran akuntansi.
Perspektif yang berbeda ini merefleksikan bermacam-macam batasan
akuntansi
dan
kurangnya
kesepakatan
tentang
prinsip-prinsip
pengukuran, tetapi dengan sistem alokasi historical cost sebagai model
yang konvensional dan dominan. Tambahan dalam hal ini sejumlah
makalah akuntansi akademik yang menyarankan nilai relevan dari laba
(profit) konvensional telah menurun secara signifikan dari waktu ke waktu,
tetapi item-item pada neraca dan aset tidak berwujud telah menjadi lebih
penting. Baru-baru ini, International Accounting Standards Board (IASB)
telah mengambil pandangan bahwa globalisasi bisnis mendukung
kebutuhan untuk satu set standar akuntansi yang akan digunakan di
seluruh dunia untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat
dibandingkan.
Hal ini menyebabkan dua perkembangan penting dalam standar
akuntansi internasional yg diisyaratkan melalui standar akuntansi seperti
IAS 39/AASB 139 Financial Instruments: Recognisition and Measurement
dan proyek bersama IASB / FASB mengenai pelaporan kinerja keuangan (1) bahwa pengukuran laba dan pengakuan pendapatan harus dikaitkan
dengan pengakuan tepat waktu, dan (2) bahwa pendekatan fair value
harus diadopsi sebagai prinsip kerja pengukuran. Dengan demikian, dari
tahun 2005 kita melihat penggunaan (sebagian) dari prinsip pengukuran
yang berfokus pada perubahan nilai aset dan kewajiban daripada
penyelesaian proses pendapatan. Singkatnya, ini berarti bahwa
perubahan fair value dari aset dan liabilitas segera diakui setelah
terjadinya dan dilaporkan sebagai bagian dari pendapatan. Selanjutnya,
fokus telah bergeser ke arah konsep penilaian, dengan neraca sebagai
repositori utama dari nilai-relevan informasi, dan pengguna utama
informasi akuntansi dinyatakan adalah pemegang saham dan investor.
Tetapi konsep pengukuran ini masih menimbulkan beberapa perdebatan.
Pada beberapa perusahaan berpendapat bahwa fair value
accounting secara fundamental mengubah fokus dalam manajemen risiko.
Karena perusahaan akan mengurangi aktivitas lindung nilai (hedging)
karena mereka khawatir akan dampak dari akuntansi dari keuntungan
yang diatur dalam IAS 39/AASB 139. Konsekuensi lainnya adalah dana
pensiun perusahaan menjadi disajikan sebagai kewajiban dalam neraca
(IAS 19/AASB 119 Employee Benefits) dan hal tersebut perlu dilakukan
lindung nilai. Jenis derivatif yang perusahaan gunakan untuk melakukan
lindung nilai dari kewajibannya tergantung kepada skema pensiun yang
diterapkan, apakah sebagai surplus atau defisit. Dengan demikian,
standar akuntansi internasional dapat mengurangi aktivitas lindung nilai
jika aktivitas tersebut menghasilkan peningkatan volatilitas dari