Oleh :
Akrim Permitasari
Diena Haniefa
Haris Hermawan
Nabila Exa Talita
Noviana Rahmawati
Putri Ayu W
G99141173
G99141174
G99141175
G99141176
G99141177
G99141178
Pembimbing
DR. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad (K)
Daftar Isi.....................
Daftar Gambar
Daftar Tabel.
I.
Pendahuluan
II. Tinjauan Pustaka.
A.
Anatomi Usus...
B.
Fisiologi Usus..
C.
Gambaran Normal Foto Polos Abdomen.
D
Definisi Obstruksi Usus
E.
Klasifikasi Ileus Obstruktif..
F.
Patofisiologi Ileus Obstruktif..
G.
Manifestasi Klinis
H.
Faktor Risiko Ileus Obstruktif..
I.
Penegakkan Diagnosis.
J.
Pemeriksaan Penunjang
K.
Diagnosis Banding
L.
Penatalaksanaan
M. Prognosis..
III. Kesimpulan.
Daftar Pustaka.
2
3
4
5
6
6
10
13
14
15
16
19
21
21
22
29
30
32
33
34
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11
10
14
19
23
23
24
25
26
27
28
29
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4
21
22
29
30
BAB I
PENDAHULUAN
Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanis yang
disebabkan oleh adanya kelainan dalam lumen usus, dinding usus, atau luar usus
yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrosis pada segmen usus tersebut.1 Ileus obstruktif merupakan
salah satu kegawatdaruratan abdominal dengan tingkat mortalitas yang berkisar
antara 2-8% yang dapat meningkat hingga 25% bila terdapat iskemik dan
keterlambatan penanganan.2-7
Menurut letak sumbatannya, ileus obstruktif dibedakan menjadi ileus letak
tinggi dan ileus letak rendah dengan angka kejadian ileus letak tinggi lima kali
lebih banyak dibandingkan ileus letak rendah.8 Adanya peningkatan angka
kejadian operasi abdomen dan pelvis menciptakan penyebab baru dari ileus letak
tinggi, yakni adhesi paska operasi. Di negara-negara industri, adhesi menjadi
penyebab utama ileus letak tinggi (~70%) diikuti dengan keganasaan,
inflammatory bowel disease, dan hernia.9 Sedangkan penyebab utama ileus letak
rendah adalah keganasan (60%-80%), diikuti dengan volvulus (11-15%),
diverculitis (4-10%), dan <5% karena hernia, inflammatory bowel disease,
kompresi ekstrinsik, adanya feses yang terjepit, dan adanya massa asing.10
Diagnosis ileus obstruktif dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Khususnya untuk pemeriksaan
penunjang radiologis dapat mencari tahu etiologinya sehingga berpengaruh pada
penentuan penangannya. Oleh karena itu, pengetahuan dasar tentang gambaran
radiologi penting untuk dimiliki agar dapat menagani kasus ileus obstruksi dengan
cepat dan tepat. Penulisan ini bertujuan untuk mengenalkan, khususnya kepada
dokter umum, tentang gambaran radiologi untuk menegakkan diagnosis, mencari
etiologi, dan menentukan penanganan ileus obstruktif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Usus
Usus terdiri dari usus halus dan usus besar. Usus halus memiliki 3
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri dari
caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon descenden, colon
sigmoid dan rectum.11
1. Usus Halus
Dinding usus halus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, muskularis
dan serosa. Lapisan mukosa tebal dan sangat vaskular di bagian proksimal
namun tipis dan kurang vaskular di bagian distal. Bagian mukosa dan
submukosa membentuk lekukan-lekukan yang disebut vili intestinalis di
seluruh permukaannya.12
Usus
halus
merupakan
tabung
kompleks,
berlipat-lipat
yang
membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya
bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.1
a. Duodenum
Duodenum terletak di regio epigastrium dan regio
umbilicalis.
b. Jejunum
Jejunum merupakan tabung yang panjangnya 2-3 meter dan berkelokkelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantara lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan keluar
masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke
ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya
lebih tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah. 13 Jejunum memiliki
diameter 4 cm dan diameter rongga 2,5 cm. Jejunum lebih tebal dan memiliki
lebih banyak vaskularisasi daripada ileum sehingga tampak lebih merah.
Jejunum divaskularisasi oleh arteri jejunalis dan vena.12
c. Ileum
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang
berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
Ileum tidak memiliki batas yang jelas dengan jejunum. Pada mukosa ileum
terdapat kelompokan limfonodi (agmen Peyer). Ileum divaskularisasi oleh
arteri ile.11
2. Usus besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai ke anus.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil. Usus besar ditandai oleh adanya taeniae coli. Taeniae coli adalah lapisan
otot longitudinal yang melapisi usur besar colon dan caecum. Taeniae coli
terdiri dari 3 pita yang memanjang. Pita ini lebih pendek dari usus besar,
sehingga meyebabkan usus besar tertarik dan menimbulkan struktur berupa
kantong-kantong yang di sebut haustra.1 Usus besar mendapatkan vaskularisasi
dari arteri mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior. Arteri
mesenterica superior mensuplai darah ke caecum, appendix, colon ascenden
dan 2/3 colon transversum melalui arteri ileocolica, arteri colica dekstra dan
arteri colica media. Sedangkan arteri mesenterica inferior memvaskularisasi
1/3 colon transversum, colon descenden, colon sigmoid dan rectum. Darah dari
usus besar kembali melalui vena mesenterica superior et inferior menuju vena
porta hepatica. Persarafan simpatis caecum, appendix, colon ascenden dan 2/3
colon transversum berasal dari segmen thorax 5-12. Sedangkan parasimpatis
dipersarafi oleh nervus vagus. Persarafan simpatis 1/3 colon transversum,
colon descenden, colon sigmoid dan rectum berasal dari segmen lumbal dan
segmen sacral atas. Sedangkan parasimpatis dipersarafi oleh nervus erigentes.12
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Caecum
Caecum terletak di fossa iliaca panjang sekitar 6 cm dan
seluruhnya dilapisi oleh peritoneum. Ileus masuk ke dalam caecum
pada perbatasan caecum dengan colon. Lubang ini memiliki 2
katup disebut valvula ileocaecalis.11
b. Appendix
Appendix merupakan sebuah tabung kecil seperti cacing yang
terletak di posteromedial dari caecum sekitar 2 cm di bawah
valvula ileocaecalis. Ukurannya bervariasi antara 2-20 cm. Lebih
panjang pada anak-anak, dan kadang-kadang memendek atau atrofi
pada orang dewasa. Pada appendix terdapat banyak jaringan
limfoid.12
c. Colon Ascenden
Colon ascenden memiliki panjang sekitar 13 cm terletak di regio
iliaca dextra. Colon ascenden berjalan ke ats dari caecum sampai
permukaan inferior lobus kanan hepar. Selanjutnya colon
membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra, dilanjutkan
sebagai colon transversum11.
d. Colon Transversum:
10
11
12
Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan
diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui
difusi pasif. Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut
organik atau secara transport aktif. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif
dalam duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH)
dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif .16
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian
kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa
feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.1
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd
dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan
absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi
segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik.
Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10-10/gram dimana bakteri
Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob. Bacteroides paling umum,
Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi
dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan
dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.16
C. Gambaran Normal Foto Polos Abdomen17
Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan
dan menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen
kalsium yang dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan
sehingga pada film akan tampak putih. Diantara udara dengan tulang
misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian besar sinar X yang
13
14
15
3. Menurut etiologinya21
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chrons disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu
F. Patofisiologi ileus obstruktif
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada
gambar 1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh
atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke
dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.1
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah
mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus
16
17
18
Ileus obstruktif
Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi
Distensi
Tekanan intralumen
Proliferasi bakteri
yang berlangsung cepat
Volume ECF
bakteri dari toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistematik
Peritonitis septikemia
volemik
19
Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang
kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
3. Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan
terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi
atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih
sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian
dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada
keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan
distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien
yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri
yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.
20
Penyakit
Anak-anak
Dewasa
Orang tua
I. Penegakkan Diagnosis
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan
buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bersifat kolik, umunya
berlokasi di sekitar umbilikus atau suprapubik dan dapat disertai dengan
peningkatan suara peristaltik usus.25
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat
kembali menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului
oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c.
peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap.
21
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Hipertimpani.
Auskultasi
Rectal
Toucher
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi. Pada urinalisa, berat jenis dapat meningkat dan
ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan
sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto Polos Abdomen
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
i. Posisi terlentang (supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri
22
ii. Posisi
27,28
Gambar 2.5. Herring bone appearance
duduk atau
setengah
( Erect)
Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level dan
step ladder appearance.
23
24
25
Ileus
26
Barium
Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya
digunakan dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium
sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat
27
dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air
dalam perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi
tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan esophagus, lambung
dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan
kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut,
sehingga menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien
meminum suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti
kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto
foto dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan
Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan
obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali
bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen.
28
Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.
Obstruktif
Paralitik
Nyeri perut
(-)
Riwayat pengobatan
hernia
Distensi hebat
Bising usus menghilang
Inspeksi
Auskultasi
29
Palpasi
nada tinggi
Dapat ditemukan massa
atau herniasi
Dilatasi usus disertai step
Ileus
Muntah
Bising
Ketegangan
borborigm
Usus
abdomen
+++
+ (lambat,
Tak tentu
i
Obstruksi
++ (kolik)
simple
tinggi
Obstruksi
simple
rendah
Obstruksi
fekal)
++++
++
+++
strangulasi (terus-
(umum )
menerus,
Paralitik
Oklusi
terlokalisir)
+
++++
+++++
+++
+
+++
vaskuler
L. Penatalaksanaan
30
31
Pengobatan pasca operasi sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal harus dihindari dan diberikan kalori yang cukup.
Perlu diingat bahwa pada pasca operasi, usus pasien masih dalam
keadaan paralitik. 35,39
2. Obstruksi usus besar (letak rendah)
Persiapan sebelum oerasi sama seperti persiapan pada obstruksi
usus halus. Operasi terdiri atas proses kolostomi dekompresi atau
hanya kolostomi transversal pada pasien yang sudah lanjut usia.
Perawatan pasca operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien
menjalani reseksi elektif berikutnya pada lesi obstruktif yang tidak
dibuang.35,39
M. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Pada pasien yang sangat muda
ataupun terlalu tua penderita maka toleransinya terhadap penyakit maupun
tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan
mortalitas. Pada obstruksi usus besar mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.38
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi memiliki
angka kematian sebanyak 5%. Mayoritas pasien yang meninggal adalah
pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami
strangulasi memiliki angka kematian sekitar 8%, jika oeprasi dilakukan dalam
jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala dan meningkat hingga 25%
jika operasi dilakukan > 36 jam.35
32
Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 1530%. Perforasi caecum merupakan penyebab utama kematian yang masih
dapat dicegah.35,36
33
BAB III
KESIMPULAN
Dari penulisan referensi artikel ini, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Ileus obstruktif merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan abdomen
2. Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan mekanis.
3. Penyebab tersering kejadian obstruksi ileus letak tinggi adalah adhesi
sedangkan obstruksi ileus letak rendah adalah keganasan.
4. Pemeriksanan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus ileus obstruktif
adalah foto polos abdomen 3 posisi, barium enema, dan CT-scan abdomen.
34
DAFTAR PUSTAKA
1)
2)
Lopez-Kostner F, Hool GR, Lavery IC. Management and causes of acute largebowel obstruction. Surg Clin North Am 1997;77(6): 12651290.
3)
4)
5)
Rubesin SE, Gore RM. Small bowel obstruction. In: Gore RM, Levine MS, eds.
Textbook
of
gastrointestinal
1. Philadelphia,
Jeffrey RB. Small bowel obstruction. In: Federle MP, Jeffrey RB, Woodward PJ,
Borhani AA, eds. Diagnostic imaging: abdomen, 2nd ed. Salt Lake City,
Utah: Amirsys, 2010; 4447.
7)
8)
9)
Maung AA, Johnson DC, Piper GL, Barbosa RR, Rowel SE, Bokhari F, Collins
JN, et al. Evaluation and management of small bowel obstruction: an eastern
association for the surgery of trauma practice management guideline. J Trauma
Acute Care Surg 2012; 73(5):S362-S369.
10)
11)
35
12)
13)
14)
Putz R, Pabst R (2006). Atlas anatomi sobotta Edisi 21 Jilid 2. EGC: Jakarta
15)
Guyton AC dan Hall JE (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.
16)
17)
18)
19)
20)
Pierce A., Neil R. (2006). At Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga,
Jakarta
21)
22)
Mana. dkk. (1983). Obstruksi Ileus di Cermin Dunia Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
23)
Sabiston. (1992). Buku Ajar Ilmu Bedah Bagian Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta
24)
Mansjoer A, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. FK UI: Jakarta
25)
W.L.,
Li,
B.U.K.,
Schwarz,
S.,
and
Altschuler,
S.
http://www.emedicine.com.
26)
DC.
on:
www.aafp.org/afp/2011/0115/p159.html
36
28)
on
www.med.unc.edu/surclerk/files/BowelObstruction.ppt
Learningradiology
(2015).
Radiologic
sign.
Available
on:
http://learningradiology.com/radsigns/radsign
30)
Learningradiology
(2012).
Recognizing
Obstruction.
Available
on:
http://learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/Recognizing
%20Obstruction-2012/Recognizing%20Obstruction-2012.html (diakses : 29
Mei 2015)
31)
32)
Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPT Ilmu Bedah. Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994
33)
34)
Loverock
MD.
(2008).
Ileus
Obstructive
Mechanic.
http://www.MyMedicalJourney.com/ileus%obstructive%mechanic%html
35)
Shrock TR. (1993). Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery).
Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
1993; 239-42
36)
37)
38
(Diakses
37