Anda di halaman 1dari 37

REFRAT

GAMBARAN RADIOLOGI ILEUS OSTRUKTIF

Oleh :
Akrim Permitasari
Diena Haniefa
Haris Hermawan
Nabila Exa Talita
Noviana Rahmawati
Putri Ayu W

G99141173
G99141174
G99141175
G99141176
G99141177
G99141178

Pembimbing
DR. JB. Prasodjo, dr., Sp.Rad (K)

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN RADIOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNS / RSUD DR MOEWARDI
SURAKARTA
2015
DAFTAR ISI
Judul

Daftar Isi.....................
Daftar Gambar
Daftar Tabel.
I.
Pendahuluan
II. Tinjauan Pustaka.
A.
Anatomi Usus...
B.
Fisiologi Usus..
C.
Gambaran Normal Foto Polos Abdomen.
D
Definisi Obstruksi Usus
E.
Klasifikasi Ileus Obstruktif..
F.
Patofisiologi Ileus Obstruktif..
G.
Manifestasi Klinis
H.
Faktor Risiko Ileus Obstruktif..
I.
Penegakkan Diagnosis.
J.
Pemeriksaan Penunjang
K.
Diagnosis Banding
L.
Penatalaksanaan
M. Prognosis..
III. Kesimpulan.
Daftar Pustaka.

2
3
4
5
6
6
10
13
14
15
16
19
21
21
22
29
30
32
33
34

DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Gambar 2.2
Gambar 2.3
Gambar 2.4
Gambar 2.5
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8
Gambar 2.9
Gambar 2.10
Gambar 2.11

Sistem pencernaan manusia.


Foto polos abdomen normal.
Patofisiologi ileus obstruktif
Distensi usus proksimal dari obstruksi.
Herring bone appearance..
Step ladder appearance.
Air fluid level
Ileus obstruktif letak tinggi
Ileus obstruktif letak rendah .
Barium enema pada ileus obstruktif..
CT scan ileus obstruktif

10
14
19
23
23
24
25
26
27
28
29

DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Tabel 2.2
Tabel 2.3
Tabel 2.4

Penyebab obstruksi menurut umur


Pemeriksaan fisik..
Perbedaan ileus obstruktif dan ileus paralitik
Perbedaan jenis ileus..

21
22
29
30

BAB I
PENDAHULUAN

Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan atau hambatan mekanis yang
disebabkan oleh adanya kelainan dalam lumen usus, dinding usus, atau luar usus
yang menekan, atau kelainan vaskularisasi pada suatu segmen usus yang
menyebabkan nekrosis pada segmen usus tersebut.1 Ileus obstruktif merupakan
salah satu kegawatdaruratan abdominal dengan tingkat mortalitas yang berkisar
antara 2-8% yang dapat meningkat hingga 25% bila terdapat iskemik dan
keterlambatan penanganan.2-7
Menurut letak sumbatannya, ileus obstruktif dibedakan menjadi ileus letak
tinggi dan ileus letak rendah dengan angka kejadian ileus letak tinggi lima kali
lebih banyak dibandingkan ileus letak rendah.8 Adanya peningkatan angka
kejadian operasi abdomen dan pelvis menciptakan penyebab baru dari ileus letak
tinggi, yakni adhesi paska operasi. Di negara-negara industri, adhesi menjadi
penyebab utama ileus letak tinggi (~70%) diikuti dengan keganasaan,
inflammatory bowel disease, dan hernia.9 Sedangkan penyebab utama ileus letak
rendah adalah keganasan (60%-80%), diikuti dengan volvulus (11-15%),
diverculitis (4-10%), dan <5% karena hernia, inflammatory bowel disease,
kompresi ekstrinsik, adanya feses yang terjepit, dan adanya massa asing.10
Diagnosis ileus obstruktif dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis,
pemeriksaan fisik, serta pemeriksaan penunjang. Khususnya untuk pemeriksaan
penunjang radiologis dapat mencari tahu etiologinya sehingga berpengaruh pada
penentuan penangannya. Oleh karena itu, pengetahuan dasar tentang gambaran
radiologi penting untuk dimiliki agar dapat menagani kasus ileus obstruksi dengan
cepat dan tepat. Penulisan ini bertujuan untuk mengenalkan, khususnya kepada
dokter umum, tentang gambaran radiologi untuk menegakkan diagnosis, mencari
etiologi, dan menentukan penanganan ileus obstruktif.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anatomi Usus
Usus terdiri dari usus halus dan usus besar. Usus halus memiliki 3
bagian yaitu duodenum, jejunum dan ileum. Sedangkan usus besar terdiri dari
caecum, appendix vermiformis, colon ascenden, colon descenden, colon
sigmoid dan rectum.11
1. Usus Halus
Dinding usus halus terdiri dari lapisan mukosa, submukosa, muskularis
dan serosa. Lapisan mukosa tebal dan sangat vaskular di bagian proksimal
namun tipis dan kurang vaskular di bagian distal. Bagian mukosa dan
submukosa membentuk lekukan-lekukan yang disebut vili intestinalis di
seluruh permukaannya.12
Usus

halus

merupakan

tabung

kompleks,

berlipat-lipat

yang

membentang dari pilorus sampai katup ileosekal. Pada orang hidup panjang
usus halus sekitar 12 kaki (22 kaki pada kadaver akibat relaksasi). Usus ini
mengisi bagian tengah dan bawah rongga abdomen. Ujung proksimalnya
bergaris tengah sekitar 3,8 cm, tetapi semakin ke bawah lambat laun garis
tengahnya berkurang sampai menjadi sekitar 2,5 cm.1
a. Duodenum
Duodenum terletak di regio epigastrium dan regio

umbilicalis.

Duodenum berbentuk huruf C dengan panjang 25 cm, menghubungkan


lambung dengan jejunum. Pada duodenum terdapat muara dari saluran empedu
(ductus choledochus dan saluran pankreas (ductus pancreaticus).11 Dinding
duodenum mempunyai lapisan mukosa yang banyak mengandung kelenjar
brunner untuk memproduksi getah intestinum.13 Duodenum diperdarahi oleh
arteri gastroduodenale serta arteri pancreaticoduodenale superior dan inferior.12
Sedangkan persarafannya merupakan saraf simpatis dan parasimpatis nervus
vagus.11

b. Jejunum
Jejunum merupakan tabung yang panjangnya 2-3 meter dan berkelokkelok, terletak di sebelah kiri atas intestinum minor. Dengan perantara lipatan
peritoneum yang berbentuk kipas (mesentrium) memungkinkan keluar
masuknya arteri dan vena mesentrika superior, pembuluh limfe, dan saraf ke
ruang antara lapisan peritoneum. Penampang jejunum lebih lebar, dindingnya
lebih tebal, dan banyak mengandung pembuluh darah. 13 Jejunum memiliki
diameter 4 cm dan diameter rongga 2,5 cm. Jejunum lebih tebal dan memiliki
lebih banyak vaskularisasi daripada ileum sehingga tampak lebih merah.
Jejunum divaskularisasi oleh arteri jejunalis dan vena.12
c. Ileum
Ileum merupakan usus halus yang terletak di sebelah kanan bawah
berhubungan dengan sekum dengan perantaraan lubang orifisium ileosekalis
yang diperkuat sfingter dan katup valvula ceicalis (valvula bauchini) yang
berfungsi mencegah cairan dalam kolon agar tidak masuk lagi ke dalam ileum.
Ileum tidak memiliki batas yang jelas dengan jejunum. Pada mukosa ileum
terdapat kelompokan limfonodi (agmen Peyer). Ileum divaskularisasi oleh
arteri ile.11
2. Usus besar
Usus besar merupakan tabung muscular berongga dengan panjang
sekitar 5 kaki (sekitar 1,5 m) yang terbentang dari sekum sampai ke anus.
Diameter usus besar sudah pasti lebih besar daripada usus kecil. Rata-rata
sekitar 2,5 inci (sekitar 6,5 cm), tetapi makin dekat anus diameternya semakin
kecil. Usus besar ditandai oleh adanya taeniae coli. Taeniae coli adalah lapisan
otot longitudinal yang melapisi usur besar colon dan caecum. Taeniae coli
terdiri dari 3 pita yang memanjang. Pita ini lebih pendek dari usus besar,
sehingga meyebabkan usus besar tertarik dan menimbulkan struktur berupa
kantong-kantong yang di sebut haustra.1 Usus besar mendapatkan vaskularisasi
dari arteri mesenterica superior dan arteri mesenterica inferior. Arteri
mesenterica superior mensuplai darah ke caecum, appendix, colon ascenden

dan 2/3 colon transversum melalui arteri ileocolica, arteri colica dekstra dan
arteri colica media. Sedangkan arteri mesenterica inferior memvaskularisasi
1/3 colon transversum, colon descenden, colon sigmoid dan rectum. Darah dari
usus besar kembali melalui vena mesenterica superior et inferior menuju vena
porta hepatica. Persarafan simpatis caecum, appendix, colon ascenden dan 2/3
colon transversum berasal dari segmen thorax 5-12. Sedangkan parasimpatis
dipersarafi oleh nervus vagus. Persarafan simpatis 1/3 colon transversum,
colon descenden, colon sigmoid dan rectum berasal dari segmen lumbal dan
segmen sacral atas. Sedangkan parasimpatis dipersarafi oleh nervus erigentes.12
Bagian-bagian usus besar terdiri dari :
a. Caecum
Caecum terletak di fossa iliaca panjang sekitar 6 cm dan
seluruhnya dilapisi oleh peritoneum. Ileus masuk ke dalam caecum
pada perbatasan caecum dengan colon. Lubang ini memiliki 2
katup disebut valvula ileocaecalis.11
b. Appendix
Appendix merupakan sebuah tabung kecil seperti cacing yang
terletak di posteromedial dari caecum sekitar 2 cm di bawah
valvula ileocaecalis. Ukurannya bervariasi antara 2-20 cm. Lebih
panjang pada anak-anak, dan kadang-kadang memendek atau atrofi
pada orang dewasa. Pada appendix terdapat banyak jaringan
limfoid.12
c. Colon Ascenden
Colon ascenden memiliki panjang sekitar 13 cm terletak di regio
iliaca dextra. Colon ascenden berjalan ke ats dari caecum sampai
permukaan inferior lobus kanan hepar. Selanjutnya colon
membelok ke kiri membentuk flexura coli dextra, dilanjutkan
sebagai colon transversum11.
d. Colon Transversum:

Colon transversum merupakan kelanjutan dari colon ascenden.


Colon transversum memiliki panjang sekitar 38 cm terletak di regio
umbilicalis dan hipogastrium. Colon transversum berjalan ke atas
sampai flexura coli sinistra tepat di inferior dari lien.11
e. Colon Desenden
Colon descenden memiliki panjang sekitar 25 cmdan terletak pada
regio iliaca sinistra. Colon descenden berjalan dari flexura coli
sinistra sampai pinggir pervis. Kemudian berlanjut menjadi colon
sigmoid yang berbentuk S dan bermuara di rectum.11
3. Rektum
Rectum merupakan kelanjutan dari colon descenden, terletak setinggi
vertebra sacralis 3. Saluran ini memiliki panjang 12-13 cm. Rektum berakhir
pada saluran anal dan membuka ke eksterior di anus.12

Gambar 2.1. Sistem pencernaan manusia14


B. Fisiologi Usus
Usus dan traktus gastrointestinal yang lain memiliki sistem persafaran
sendiri yang disebut dengan sistem saraf enterik. Sistem saraf enterik terdiri
dari 2 pleksus yaitu pleksus mienterikus atau pleksus Auerbach dan pleksus
submukosa atau pleksus Meissner. Pleksus mienterikus terletak di antara
lapisan otot sirkular dan longitudinal. Sedangkan pleksus submukosa terletak di
dalam sub mukosa. Pleksus mienterikus terutama berfungsi untuk mengatur
pergerakan gastrointestinal. Bila pleksus mienterikus dirangsang maka akan
terjadi peningkatan tonus dinding usus, peningkatan intensitas kontraksi,

10

sedikit peningkatan irama kontraksi dan peningkatan kecepatan konduksi


gelombang eksitatoris di sepanjang dinding usus, sehingga menyebabkan
pergerakan peristaltik usus lebih cepat. Pleksus submukosa terutama berfungsi
mengatur sekresi gastrointestinal dan aliran darah lokal.15
Pergerakan usus halus dibagi menjadi kontraksi pencampuran dan
kontraksi propulsif. Kontraksi pencampuran akan terjadi jika terdapat
rangsangan dari kimur yang meregangkan otot usus halus. Kontraksi
pencampuran berupa kontraksi segmentasi yang memotong kimus sekitar 2-3
kali per menit. Dengan cara ini membantu pencampuran kimus dengan sekresi
usus halus. Kimus didorong dalam usus oleh kontraksi propulsif atau
peristaltik. Kontraksi ini akan menyebabkan gerakan menuju anus dengan
kecepatan 0,5 sampai 2 cm/detik.15
Usus halus mempunyai dua fungsi utama yaitu pencernaan dan
absorbsi bahan bahan nutrisi, air, elektrolit dan mineral. Proses pencernaan
dimulai dalam mulut dan lambung oleh kerja ptialin, asam klorida, dan pepsin
terhadap makanan yang masuk. Proses pencernaan dilanjutkan di dalam
duodenum terutama oleh kerja enzim enzim pankreas yang menghidrolisis
karbohidrat, lemak, dan protein menjadi zat zat yang lebih sederhana. Adanya
bikarbonat dalam sekret pankreas membantu menetralkan asam dan
memberikan pH optimal untuk kerja enzim enzim. Sekresi empedu dari hati
membantu proses pencernaan dengan mengemulsikan lemak sehingga
memberikan permukaan yang lebih luas bagi kerja lipase pancreas.1
Proses pencernaan disempurnakan oleh sejumlah enzim dalam getah usus
(sukus enterikus). Banyak di antara enzim enzim ini terdapat pada brush
border vili dan mencernakan zat zat makanan sambil diabsorbsi. Isi usus
digerakkan oleh peristaltik yang terdiri atas dua jenis gerakan, yaitu segmental
dan peristaltik yang diatur oleh sistem saraf autonom dan hormone. Pergerakan
segmental usus halus mencampur zat-zat yang dimakan dengan sekret
pankreas, hepatobiliar, sekresi usus, dan pergerakan peristaltik mendorong isi
dari salah satu ujung ke ujung lain dengan kecepatan yang sesuai untuk
absorpsi optimal dan suplai kontinu isi lambung.1

11

Absorpsi adalah pemindahan hasil-hasil akhir pencernaan karbohidrat,


lemak, dan protein (gula sederhana, asam-asam lemak dan asam-asam amino)
melalui dinding usus ke sirkulasi darah dan limfe untuk digunakan oleh sel-sel
tubuh. Selain itu, air, elektrolit dan vitamin juga diabsorpsi.1
Lemak dalam bentuk trigliserida dihidrolisa oleh enzim lipase pankreas,
hasilnya bergabung dengan garam empedu membentuk misel. Misel kemudian
memasuki membran sel secara pasif dengan difusif, kemudian mengalami
disagregasi, melepaskan garam empedu yang kembali ke dalam lumen usus,
dan asam lemak serta monogliserida ke dalam sel. Sel kemudian membentuk
kembali trigliserida dan digabungkan dengan kolesterol, fosfolipid dan
apoprotein untuk membentuk kilomikron, yang keluar dari sel dan memasuki
lacteal. Asam lemak kecil dapat memasuki kapiler dan secara langsung menuju
ke vena porta. Garam empedu diabsorpsi ke dalam sirkulasi enterohepatik
dalam ileum distalis. Dari kumpulan 5 gram garam empedu yang memasuki
kantung empedu, sekitar 0,5 gram hilang setiap hari; kumpulan ini bersirkulasi
ulang 6 kali dalam 24 jam.16
Protein oleh asam lambung di denaturasi, pepsin memulai proses
proteolisis. Enzim protease pankreas (tripsinogen yang diaktifkan oleh
enterokinase menjadi tripsin, dan endopeptidase, eksopeptidase) melanjutkan
proses pencernaan protein, menghasilkan asam amino dan 2 sampai 6 residu
peptida. Transport aktif membawa dipeptida dan tripeptida ke dalam sel untuk
diabsorpsi.16
Karbohidrat, metabolisme awalnya dimulai dengan menghidrolisis pati
menjadi maltosa (isomaltosa), yang merupakan disakarida. Kemudian
disakarida ini, bersama dengan disakarida utama lain, laktosa dan sukrosa,
dihidrolisis menjadi monosakarida glukosa, galaktosa, dan fruktosa. Enzim
laktase, sukrase, maltase, dan isimaltase untuk pemecahan disakarida terletak
di dalam mikrovili brush border sel epitel. Disakarida ini dicerna menjadi
monosakarida sewaktu berkontak dengan mikrovili ini atau sewaktu mereka
berdifusi ke dalam mikrovili. Produk pencernaan, monosakarida, glukosa,
galaktosa, dan fruktosa, kemudian segera diabsorpsi ke dalam darah porta.15

12

Air dan elektrolit, cairan empedu, cairan lambung, saliva, dan cairan
duodenum menyokong sekitar 8-10 L/hari cairan tubuh, kebanyakan
diabsorpsi. Air secara osmotik dan secara hidrostatik diabsorpsi atau melalui
difusi pasif. Natrium dan klorida diabsorpsi dengan pemasangan zat telarut
organik atau secara transport aktif. Kalsium diabsorpsi melalui transport aktif
dalam duodenum dan jejenum, dipercepat oleh hormon parathormon (PTH)
dan vitamin D. Kalium diabsorpsi secara difusi pasif .16
Usus besar mempunyai berbagai fungsi yang semuanya berkaitan dengan
proses akhir isi usus. Fungsi usus besar yang paling penting adalah
mengabsorpsi air dan elektrolit, yang sudah hampir lengkap pada kolon bagian
kanan. Kolon sigmoid berfungsi sebagai reservoir yang menampung massa
feses yang sudah dehidrasi sampai defekasi berlangsung.1
Kolon mengabsorpsi air, natrium, khlorida, dan asam lemak rantai pendek
serta mengeluarkan kalium dan bikarbonat. Hal tersebut membantu menjaga
keseimbangan air dan elektrolit serta mencegah dehidrasi. Gerakan retrograd
dari kolon memperlambat transit materi dari kolon kanan dan meningkatkan
absorpsi. Kontraksi segmental merupakan pola yang paling umum, mengisolasi
segmen pendek dari kolon, kontraksi ini menurun oleh antikolinergik,
meningkat oleh makanan, kolinergik.
Sepertiga berat feses kering adalah bakteri; 10-10/gram dimana bakteri
Anaerob lebih banyak dari bakteri aerob. Bacteroides paling umum,
Escherichia coli berikutnya. Gas kolon berasal dari udara yang ditelan, difusi
dari darah, dan produksi intralumen. Bakteri membentuk hidrogen dan metan
dari protein dan karbohidrat yang tidak tercerna.16
C. Gambaran Normal Foto Polos Abdomen17
Udara akan terlihat hitam karena meneruskan sinar-X yang dipancarkan
dan menyebabkan kehitaman pada film sedangkan tulang dengan elemen
kalsium yang dominan akan menyerap seluruh sinar yang dipancarkan
sehingga pada film akan tampak putih. Diantara udara dengan tulang
misalnya jaringan lunak akan menyerap sebagian besar sinar X yang

13

dipancarkan sehingga menyebabkan keabu-abuan yang cerah bergantung dari


ketebalan jaringan yang dilaluisinar X.
Udara akan terlihat relatif banyak mengisi lumen lambung dan usus
besar sedangkan dalam jumlah sedikit akan mengisi sebagian dari usus kecil.
Sedikit udara dan cairan juga mengisi lumen usus halus dan air fluid level
yang minimal bukan merupakan gambaran patologis. Air fluid level juga
dapat dijumpai pada lumen usus besar, dan tiga sampai lima fluid levels
dengan panjang kurang dari 2,5 cm masih dalam batas normal serta sering
dijumpai di daerah kuadran kanan bawah. Dua air fluid level atau lebih
dengan diameter lebih dari 2,5 cm panjang atau kaliber merupakan kondisi
abnormal dan selalu dihubungkan dengan pertanda adanya ileus baik
obstruktif atau paralitik.

Gambar 2.2. Foto polos abdomen normal17


D. Definisi Obstruksi Usus18-21
Ileus Obstruktif disebut juga Ileus Mekanis (Ileus Dinamik).19 Suatu
penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh peristaltik baik
sebahagian maupun total. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia
stragulata atau kronis akibat karsinoma yang melingkari.18,20,22

14

Tipe obstruksi usus terdiri dari :


1. Mekanis (Ileus Obstruktif)
Suatu penyebab fisik menyumbat usus dan tidak dapat diatasi oleh
peristaltik. Ileus obstruktif ini dapat akut seperti pada hernia stragulata
atau kronis akibat karsinoma yang melingkari. Misalnya intususepsi, tumor
polipoid dan neoplasma stenosis, obstruksi batu empedu, striktura,
perlengketan, hernia dan abses.
2. Neurogenik/fungsional (Ileus Paralitik)
Obstruksi yang terjadi karena suplai saraf otonom mengalami
paralisis dan peristaltik usus terhenti sehingga tidak mampu mendorong isi
usus. Contohnya amiloidosis, distropi otot, gangguan endokrin seperti
diabetes mellitus, atau gangguan neurologis seperti penyakit Parkinson.

E. Klasifikasi Ileus Obstruktif


1. Menurut sifat sumbatannya21
Menurut sifat sumbatannya, ileus obstruktif dibagi atas 2 tingkatan :
a. Obstruksi biasa (simple obstruction) yaitu penyumbatan mekanis di
dalam lumen usus tanpa gangguan pembuluh darah, antara lain karena
atresia usus dan neoplasma.
b. Obstruksi strangulasi yaitu penyumbatan di dalam lumen usus disertai
oklusi pembuluh darah seperti hernia strangulasi, intususepsi, adhesi,
dan volvulus.
2. Menurut letak sumbatannya22
Menurut letak sumbatannya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 2 :
a. Obstruksi tinggi, bila mengenai usus halus
b. Obstruksi rendah, bila mengenai usus besar

15

3. Menurut etiologinya21
Menurut etiologinya, maka ileus obstruktif dibagi menjadi 3 :
a. Lesi ekstrinsik (ekstraluminal) yaitu yang disebabkan oleh adhesi
(postoperative), hernia (inguinal, femoral, umbilical), neoplasma
(karsinoma), dan abses intraabdominal.
b. Lesi intrinsik yaitu di dalam dinding usus, biasanya terjadi karena
kelainan kongenital (malrotasi), inflamasi (Chrons disease,
diverticulitis), neoplasma, traumatik, dan intususepsi.
c. Obstruksi menutup (intaluminal) yaitu penyebabnya dapat berada di
dalam usus, misalnya benda asing, batu empedu
F. Patofisiologi ileus obstruktif
Perubahan patofisiologi utama pada ileus obstruktif dapat di lihat pada
gambar 1. Lumen usus yang tersumbat secara progresif akan teregang oleh
cairan dan gas (70% dari gas yang ditelan) akibat peningkatan tekanan
intralumen, yang menurunkan pengaliran air dan natrium dari lumen ke
darah. Oleh karena sekitar 8 liter cairan diekskresikan ke dalam saluran cerna
setiap hari, tidak adanya absorpsi dapat mengakibatkan penimbunan
intralumen dengan cepat. Muntah dan penyedotan usus setelah pengobatan
dimulai merupakan sumber kehilangan utama cairan dan elektrolit. Pengaruh
atas kehilangan ini adalah penciutan ruang cairan ekstrasel yang
mengakibatkan syok hipotensi, pengurangan curah jantung, penurunan
perfusi jaringan dan asidosis metabolik. Peregangan usus yang terus menerus
mengakibatkan penurunan absorpsi cairan dan peningkatan sekresi cairan ke
dalam usus. Efek lokal peregangan usus adalah iskemia akibat distensi dan
peningkatan permeabilitas akibat nekrosis, disertai absorpsi toksin-toksin
bakteri ke dalam rongga peritoneum dan sirkulasi sistemik untuk
menyebabkan bakteriemia.1
Segera setelah timbulnya ileus obstruktif pada ileus obstruktif sederhana,
distensi timbul tepat di proksimal dan menyebabkan muntah refleks. Setelah
mereda, peristaltik melawan obstruksi dalam usaha mendorong isi usus

16

melewatinya yang menyebabkan nyeri episodik kram dengan masa relatif


tanpa nyeri di antara episode. Gelombang peristaltik lebih sering timbul setiap
3 sampai 5 menit di dalam jejunum dan setiap 10 menit di didalam ileum.
Aktivitas peristaltik mendorong udara dan cairan melalui gelung usus, yang
menyebabkan gambaran auskultasi khas terdengar dalam ileus obstruktif.
Dengan berlanjutnya obstruksi, maka aktivitas peristaltik menjadi lebih
jarang dan akhirnya tidak ada.23
Jika ileus obstruktif kontinu dan tidak diterapi, maka kemudian timbul
muntah dan mulainya tergantung atas tingkat obstruksi. Ileus obstruktif usus
halus menyebabkan muntahnya lebih dini dengan distensi usus relatif sedikit,
disertai kehilangan air, natrium, klorida dan kalium, kehilangan asam
lambung dengan konsentrasi ion hidrogennya yang tinggi menyebabkan
alkalosis metabolik. Berbeda pada ileus obstruktif usus besar, muntah bisa
muncul lebih lambat (jika ada). Bila timbul, biasanya kehilangan isotonik
dengan plasma. Kehilangan cairan ekstrasel tersebut menyebabkan penurunan
volume intravascular, hemokonsentrasi dan oliguria atau anuria. Jika terapi
tidak diberikan dalam perjalanan klinik, maka dapat timbul azotemia,
penurunan curah jantung, hipotensi dan syok.23
Pada ileus obstruktif strangulata yang melibatkan terancamnya sirkulasi
pada usus mencakup volvulus, pita lekat, hernia dan distensi. Disamping
cairan dan gas yang mendistensi lumen dalam ileus obstruksi sederhana,
dengan strangulasi ada juga gerakan darah dan plasma ke dalam lumen dan
dinding usus. Plasma bisa juga dieksudasi dari sisi serosa dinding usus ke
dalam cavitas peritonealis. Mukosa usus yang normalnya bertindak sebagai
sawar (penghambat) bagi penyerapan bakteri dan produk toksiknya,
merupakan bagian dinding usus yang paling sensitif terhadap perubahan
dalam aliran darah. Dengan strangulasi yang memanjang maka timbul
iskemik dan sawar rusak. Bakteri (bersama dengan endotoksin dan
eksotoksin) bisa masuk melalui dinding usus ke dalam cavitas peritonealis.23
Disamping itu, kehilangan darah dan plasma maupun air ke dalam lumen
usus cepat menimbulkan syok. Jika kejadian ini tidak dinilai dini, maka dapat

17

menyebabkan kematian.23 Ileus obstruktif gelung tertutup timbul bila jalan


masuk dan jalan keluar suatu gelung usus tersumbat. Jenis ileus obstruktif ini
lebih bahaya dibandingkan ileus obstruksi yang lainnya, karena ia berlanjut
ke strangulasi dengan cepat sebelum terbukti tanda klinis dan gejala ileus
obstruktif. Penyebab ileus obstruktif gelung tertutup mencakup pita lekat
melintasi suatu gelung usus, volvulus atau distensi sederhana. Pada keadaan
terakhir ini, sekresi ke dalam gelung tertutup dapat menyebabkan peningkatan
cepat tekanan intalumen, yang menyebabkan obstruksi aliran keluar ke
vena.23
Ileus obstruktif kolon biasanya kurang akut (kecuali bagi volvulus)
dibandingkan ileus obstruksi usus halus. Karena kolon bukan organ
pensekresi cairan dan hanya menerima sekitar 500 ml cairan tiap hari melalui
valva ileocaecalis, maka tidak timbul penumpukan cairan yang cepat.
Sehingga dehidrasi cepat bukan suatu bagian sindroma yang berhubungan
dengan ileus obstruksi kolon. Bahaya paling mendesak karena obstruksi itu
karena distensi. Jika valva ileocaecalis inkompeten maka kolon terdistensi
dapat didekompresi ke dalam usus halus. Tetapi jika valva ini kompeten,
maka kolon terobstruksi membentuk gelung tertutup dan distensi kontinu
menyebabkan ruptura pada tempat berdiameter terlebar, biasanya di sekum.
Hal didasarkan atas hukum Laplace, yang mendefinisikan tegangan di dalam
dinding organ tubular pada tekanan tertentu apapun berhubungan langsung
dengan diameter tabung itu. Sehingga karena diameter kolon melebar di
dalam sekum, maka area ini yang biasanya pecah pertama.23

18

Ileus obstruktif

Akumulasi gas dan cairan di dalam lumen sebelah proksimal dari letak obstruksi

Distensi

Kehilangan H2O dan elektrolit

Tekanan intralumen

Proliferasi bakteri
yang berlangsung cepat

Iskemia dinding usus

Kehilangan cairan menuju ruang peritoneum

Volume ECF

bakteri dari toksin dari usus yang nekrotik ke dalam peritoneum dan sirkulasi sistematik

Peritonitis septikemia

volemik

Gambar 2.3. . Patofisiologi ileus obstruktif1


G. Manifestasi Klinis24
1. Obstruksi sederhana
Pada obstruksi usus halus proksimal akan timbul gejala muntah yang
banyak, yang jarang menjadi muntah fekal walaupun obstruksi
berlangsung lama. Nyeri abdomen bervariasi dan sering dirasakan
sebagai perasaan tidak enak di perut bagian atas.
Obstruksi bagian tengah atau distal menyebabkan kejang di daerah
periumbilikal atau nyeri yang sulit dijelaskan lokasinya. Kejang hilang
timbul dengan adanya fase bebas keluhan. Muntah akan timbul
kemudian, waktunya bervariasi tergantung sumbatan. Semakin distal
sumbatan, maka muntah yang dihasilkan semakin fekulen. Obstipasi
selalu terjadi terutama pada obstruksi komplit.

19

Tanda vital normal pada tahap awal, namun akan berlanjut dengan
dehidrasi akibat kehilangan cairan dan elektrolit. Suhu tubuh bisa normal
sampai demam. Distensi abdomen dapat minimal atau tidak ada pada
obstruksi proksimal dan semakin jelas pada sumbatan di daerah distal.
Peristaltik usus yang mengalami dilatasi dapat dilihat pada pasien yang
kurus. Bising usus yang meningkat dan metabolic sound dapat didengar
sesuai dengan timbulnya nyeri pada obstruksi di daerah distal.
2. Obstruksi disertai proses strangulasi
Gejalanya seperti obstruksi sederhana tetapi lebih nyata dan disertai
dengan nyeri hebat. Hal yang perlu diperhatikan adalah adanya bekas
operasi atau hernia. Bila dijumpai tanda-tanda strangulasi berupa nyeri
iskemik dimana nyeri yang sangat hebat, menetap dan tidak menyurut,
maka dilakukan tindakan operasi segera untuk mencegah terjadinya
nekrosis usus.
3. Obstruksi pada kolon
Obstruksi mekanis di kolon timbul perlahan-lahan dengan nyeri
akibat sumbatan biasanya terasa di epigastrium. Nyeri yang hebat dan
terus menerus menunjukkan adanya iskemia atau peritonitis.
Borborygmus dapat keras dan timbul sesuai dengan nyeri. Konstipasi
atau obstipasi adalah gambaran umum obstruksi komplit. Muntah lebih
sering terjadi pada penyumbatan usus besar. Muntah timbul kemudian
dan tidak terjadi bila katup ileosekal mampu mencegah refluks. Bila
akibat refluks isi kolon terdorong ke dalam usus halus, akan tampak
gangguan pada usus halus. Muntah fekal akan terjadi kemudian. Pada
keadaan valvula Bauchini yang paten, terjadi distensi hebat dan sering
mengakibatkan perforasi sekum karena tekanannya paling tinggi dan
dindingnya yang lebih tipis. Pada pemeriksaan fisis akan menunjukkan
distensi abdomen dan timpani, gerakan usus akan tampak pada pasien
yang kurus, dan akan terdengar metallic sound pada auskultasi. Nyeri
yang terlokasi, dan terabanya massa menunjukkan adanya strangulasi.

20

H. Faktor Risiko Ileus Obstruktif


Obstruksi usus yang sering ditemukan, tergantung pada umur pasien
(Tabel 2.1). Pada bayi/neonatus obstruksi usus disebabkan atresia ani, atresia
pada usus halus dan penyakit Hirschsprung. Obstruksi pada anak-anak sering
disebabkan oleh intususepsi, penyakit Hirschsprung dan hernia strangulasi
inguinalis kongenital. Pada orang dewasa, obstruksi usus sering disebabkan
tumor di dalam usus, perlengketan dinding usus, hernia strangulasi pada
kanalis inguinalis, femoralis ataupun umbilikalis dan penyakit Crohn.
Obstruksi pada pasien umur lanjut sering disebabkan karsinoma usus besar,
divertikel, hernia strangulasi, tinja membatu, perlengketan dinding usus dan
volvulus.21
Tabel 2.1. Penyebab Obstruksi Menurut Kelompok Umur21
Kelompok
umur
Bayi/neonates

Penyakit

Anak-anak

Intususepsi, hernia strangulasi inguinalis, kelainan


kongenital, penyakit Hirschsprung
Neoplasma usus besar, adhesi, hernia strangulasi
inguinalis, femoralis dan umblikalis, dan penyakit
Hirschsprung
Karsinoma usus besar, penyakit divertikulum kolon, hernia
strangulasi, fecalith (tinja membatu), adhesi dan volvulus

Dewasa
Orang tua

Atresia, Volvulus, penyakit Hirschsprung

I. Penegakkan Diagnosis
Gejala permulaan pada obstruksi kolon adalah perubahan kebiasaan
buang air besar terutama berupa obstipasi dan kembung yang kadang disertai
nyeri pada perut bagian bawah. Nyeri yang dirasakan bersifat kolik, umunya
berlokasi di sekitar umbilikus atau suprapubik dan dapat disertai dengan
peningkatan suara peristaltik usus.25
Adanya benjolan di perut, inguinal, dan femoral yang tidak dapat
kembali menandakan adanya hernia inkarserata. Invaginasi dapat didahului
oleh riwayat buang air besar berupa lendir dan darah. Pada ileus paralitik e.c.
peritonitis dapat diketahui riwayat nyeri perut kanan bawah yang menetap.

21

Riwayat operasi sebelumnya dapat menjurus pada adanya adhesi usus.25


Onset keluhan yang berlangsung cepat dapat dicurigai sebagai ileus letak
tinggi dan onset yang lambat dapat menjurus kepada ileus letak rendah.26
Tabel 2.2 Pemeriksaan Fisik
Perut distensi, dapat ditemukan darm kontur dan darm
steifung. Benjolan pada regio inguinal, femoral dan skrotum
menunjukkan suatu hernia inkarserata. Pada invaginasi dapat
terlihat massa abdomen berbentuk sosis. Adanya adhesi dapat
dicurigai bila ada bekas luka operasi sebelumnya.

Inspeksi

Palpasi

Kadang teraba massa seperti pada tumor, invaginasi, hernia.

Perkusi

Hipertimpani.

Auskultasi

Rectal
Toucher

Hiperperistaltik, bising usus bernada tinggi. Pada fase lanjut


bising usus dan peristaltik melemah sampai hilang.
Isi rektum menyemprot : Hirschprung disease
Darah (+) : strangulasi, neoplasma
Feses mengeras : skibala
Feses (-) : obstruksi usus letak tinggi
Ampula rekti kolaps : curiga obstruksi
Nyeri tekan : lokal atau general peritonitis

J. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan laboratorium
Nilai laboratorium pada awalnya normal, kemudian akan terjadi
hemokonsentrasi. Pada urinalisa, berat jenis dapat meningkat dan
ketonuria yang menunjukkan adanya dehidrasi dan asidosis metabolik.
Leukosit normal atau sedikit meningkat , jika sudah tinggi kemungkinan
sudah terjadi peritonitis. Kimia darah sering adanya gangguan elektrolit.
2. Pemeriksaan radiologis
a. Foto Polos Abdomen
Pada kasus abdomen akut diperlukan pemeriksaan 3 posisi, yaitu :
i. Posisi terlentang (supine)
Gambaran yang diperoleh yaitu pelebaran usus di proksimal
daerah obstruksi, penebalan dinding usus, gambaran seperti duri

22

ikan (Herring Bone Appearance). Gambaran ini didapat dari


pengumpulan gas dalam lumen usus yang melebar.

Gambar 2.4: Distensi usus proksimal dari obstruksi26

ii. Posisi

27,28
Gambar 2.5. Herring bone appearance
duduk atau

setengah

duduk atau tegak

( Erect)
Gambaran radiologis didapatkan adanya air fluid level dan
step ladder appearance.

23

Gambar 2. Distensi usus


proksimal dari obstruksi

Gambar 2.6. Step-ladder appearance 29


iii. Posisi tiduran miring ke kiri ( left lateral dekubitus)
Gambaran radiologis digunakan untuk melihat air fluid level
dan kemungkinan perforasi usus. Dari air fluid level dapat
diduga gangguan pasase usus. Bila air fluid level pendek berarti
ada ileus letak tinggi, sedangkan jika panjang-panjang
kemungkinan gangguan di kolon. Gambaran yang diperoleh
adalah adanya udara bebas infra diafragma dan air fluid level.
Pada foto polos abdomen, 60-70% dapat dilihat adanya
pelebaran usus dan hanya 40% dapat ditemukan adanya air fluid
level. Walaupun pemeriksaan radiologi hanya sebagai pelengkap
saja, pemeriksaan sering diperlukan pada obstruksi ileus yang

24

sulit atau untuk dapat memperkirakan keadaan obstruksinya


pada masa pra-bedah.

Gambar 2.7. Air Fluid Level21


Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi tampak
dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan paling distal di
iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian distal sumbatan.
Penebalan dinding usus halus yang terdilatasi memberikan gambaran
herring bone appearance, karena dua dinding usus halus yang menebal
dan menempel membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan
muskulus yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air
fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti tangga disebut
juga step ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang mengalami distensi.
-

Ileus obstruktif letak tinggi


Pada foto abdomen 3 posisi ileus obstruktif letak tinggi
tampak dilatasi usus di proksimal sumbatan (sumbatan
paling distal di iliocecal junction) dan kolaps usus dibagian
distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus yang
terdilatasi memberikan gambaran herring bone appearance,
karena dua dinding usus halus yang menebal dan menempel
membentuk gambaran vertebra (dari ikan), dan muskulus
yang sirkular menyerupai kostanya. Tampak gambaran air

25

fluid level yang pendek-pendek yang berbentuk seperti


tangga disebut juga step ladder appearance karena cairan
transudasi berada dalam usus halus yang mengalami
distensi.

Gambar 2.8. Ileus obstruktif letak tinggi30

Ileus

obstruktif letak rendah


Pada ileus obstruktif letak rendah tampak dilatasi usus
di proksimal sumbatan (sumbatan di kolon) dan kolaps usus
di bagian distal sumbatan. Penebalan dinding usus halus
yang mengalami dilatasi memberikan gambaran herring
bone appearance, karena dua dinding usus halus yang
menebal dan menempel membentuk gambaran vertebra dan
muskulus yang sirkuler menyerupai kosta dan gambaran
penebalan usus besar yang juga distensi tampak pada tepi
abdomen. Tampak gambaran air fluid level yang pendekpendek yang berbentuk seperti tangga disebut juga step
ladder appearance karena cairan transudasi berada dalam
usus halus yang terdistensi dan air fluid level yang panjangpanjang di kolon.

26

Gambar 2.9. Ileus obstruktif letak rendah30


b.

Barium
Enema
Barium enema adalah sebuah pemeriksaan radiologi dengan
menggunakan kontras positif. Kontras positif yang biasanya
digunakan dalam pemeriksaan radiologi alat cerna adalah barium
sulfat (BaSO4). Bahan ini adalah suatu garam berwarna putih, berat

27

dan tidak mudah larut dalam air. Garam tersebut diaduk dengan air
dalam perbandingan tertentu sehingga menjadi suspensi. Suspensi
tersebut diminum oleh pasien pada pemeriksaan esophagus, lambung
dan usus halus atau dimasukkan lewat kliasma pada pemeriksaan
kolon (lazim disebut enema).
Sinar rontgen tidak dapat menembus barium sulfat tersebut,
sehingga menimbulkan bayangan dalam foto rontgen. Setelah pasien
meminum suspensi barium dan air, dengan fluroskopi diikuti
kontrasnya sampai masuk ke dalam lambung, kemudian dibuat foto
foto dalam posisi yang di perlukan. Pemeriksaan radiologi dengan
Barium Enema mempunyai suatu peran terbatas pada pasien dengan
obstruksi usus halus. Pengujian Enema Barium terutama sekali
bermanfaat jika suatu obstruksi letak rendah yang tidak dapat pada
pemeriksaan foto polos abdomen.

Gambar 2.10. Barium enema pada ileus obstruktif31


c. CT-Scan Abdomen
CT (Computed Tomograhy) merupakan metode body imaging
dimana sinar X yang sangat tipis mengitari pasien. Detektor kecil
akan mengatur jumlah sinar x yang diteruskan kepada pasien untuk
menyinari targetnya. Komputer akan segera menganalisa data dan
mengumpulkan dalam bentuk potongan cross sectional. Foto ini juga
dapat disimpan, diperbesar maupun di cetak dalam bentuk film.

28

Pemeriksaan ini dikerjakan jika secara klinis dan foto polos abdomen
dicurigai adanya strangulasi. CTScan akan mempertunjukkan
secara lebih teliti adanya kelainan-kelainan dinding usus,
mesenterikus, dan peritoneum. CTScan harus dilakukan dengan
memasukkan zat kontras kedalam pembuluh darah. Pada
pemeriksaan ini dapat diketahui derajat dan lokasi dari obstruksi.

Gambar 2.11. CT Scan ileus obstruktif21


K. Diagnosis Banding31
1. Ileus obstruktif
2. Ileus paralitik
Tabel 2.3. Perbedaan Ileus Obstruktif dengan Ileus Paralitik
Perbedaan

Obstruktif

Paralitik

Nyeri perut

(+) hilang timbul, dapat

(-)

Riwayat pengobatan

memberat atau menetap


Obat antidiare

Riwayat operasi, tumor,

Kontur dan gerakan usus


Bising usus meningkat,

hernia
Distensi hebat
Bising usus menghilang

Inspeksi
Auskultasi

29

Gambar 2. Distensi usus


proksimal dari obstruksi

Palpasi

nada tinggi
Dapat ditemukan massa

Tidak ada massa

Foto Polos Abdomen

atau herniasi
Dilatasi usus disertai step

Distensi usus general

ladder dan air fluid level

disertai herring bone dan


air fluid level

Tabel 2.4. Perbedaan Jenis Ileus


Macam

Nyeri Usus Distensi

Ileus

Muntah

Bising

Ketegangan

borborigm

Usus

abdomen

+++

+ (lambat,

Tak tentu

i
Obstruksi

++ (kolik)

simple
tinggi
Obstruksi

+++ (kolik) +++

simple
rendah
Obstruksi

fekal)
++++

++

+++

strangulasi (terus-

(umum )

menerus,
Paralitik
Oklusi

terlokalisir)
+
++++
+++++
+++

+
+++

vaskuler
L. Penatalaksanaan

30

Tujuan penatalaksanaan ileus obstruktif adalah dekompresi bagian yang


mengalami obstruksi untuk mencegah perforasi serta menghilangkan
penyebab obstruksi.33
Terapi untuk ileus obstruktif adalah konservatif dan operatif. Terapi
konservatif berupa dekompresi dan rehidrasi, kemudian terapi operatif
diperlukan setelahnya.34
1. Obstruksi usus halus (letak tinggi)
Terapi operatif biasanya dilakukan karena adanya risiko strangulasi.
Selama masih terdapat obstruksi, kecurigaan akan adanya strangulasi
tidak dapat disingkirkan.
Persiapan sebelum operasi:
a. Pemasangan NGT (nasogastric tube) yang bertujuan untuk
mengurangi muntah, mencegah aspirasi serta mengurangi distensi
abdomen (dekompresi).
b. Resusitasi cairan dan elektrolit untuk mengganti cairan dan elektrolit
yang hilang akibat muntah dan memperbaiki keadaan umum pasien.
c. Pemberian antibiotik, terutama jika terdapat strangulasi.35
Operasi:
Tindakan ini dapat dilakukan bila rehidrasi sudah tercapai dan organorgan vital berfungsi secara optimal. Prosedur operasi yang akan
dilakukan tergantung dari penyebab obstruksi. Perlengketan dilepaskan
atau bagian yang menyebabkan obstruksi dibuang. Terkadang suatu
penyumbatan sembuh dengan sendirinya tanpa pengobatan, terutama jika
disebabkan oleh perlengketan. Usus yang mengalami strangulasi
dipotong. Berikut adalah indikasi operasi: (i) strangulasi (ii) Obstruksi
lengkap (iii) Hernia inkarserata serta (iv) Tidak ada perbaikan dengan
pengobatan konservatif (dengan pemasangan NGT, infus,oksigen dan
kateter).33,35,36,37
Pasca operasi:

31

Pengobatan pasca operasi sangat penting terutama dalam hal cairan dan
elektrolit. Gagal ginjal harus dihindari dan diberikan kalori yang cukup.
Perlu diingat bahwa pada pasca operasi, usus pasien masih dalam
keadaan paralitik. 35,39
2. Obstruksi usus besar (letak rendah)
Persiapan sebelum oerasi sama seperti persiapan pada obstruksi
usus halus. Operasi terdiri atas proses kolostomi dekompresi atau
hanya kolostomi transversal pada pasien yang sudah lanjut usia.
Perawatan pasca operasi ditujukan untuk mempersiapkan pasien
menjalani reseksi elektif berikutnya pada lesi obstruktif yang tidak
dibuang.35,39

M. Prognosis
Mortalitas ileus obstruktif dipengaruhi banyak faktor seperti umur,
etiologi, tempat dan lamanya obstruksi. Pada pasien yang sangat muda
ataupun terlalu tua penderita maka toleransinya terhadap penyakit maupun
tindakan operatif yang dilakukan sangat rendah sehingga meningkatkan
mortalitas. Pada obstruksi usus besar mortalitasnya lebih tinggi dibandingkan
obstruksi usus halus.38
Obstruksi usus halus yang tidak mengakibatkan strangulasi memiliki
angka kematian sebanyak 5%. Mayoritas pasien yang meninggal adalah
pasien yang sudah lanjut usia. Obstruksi usus halus yang mengalami
strangulasi memiliki angka kematian sekitar 8%, jika oeprasi dilakukan dalam
jangka waktu 36 jam sesudah timbulnya gejala dan meningkat hingga 25%
jika operasi dilakukan > 36 jam.35

32

Pada obstruksi usus besar, biasanya angka kematian berkisar antara 1530%. Perforasi caecum merupakan penyebab utama kematian yang masih
dapat dicegah.35,36

33

BAB III
KESIMPULAN
Dari penulisan referensi artikel ini, maka dapat ditarik kesimpulan:
1. Ileus obstruktif merupakan salah satu kasus kegawatdaruratan abdomen
2. Ileus obstruktif adalah keadaan dimana isi lumen saluran cerna tidak bisa
disalurkan ke distal karena adanya sumbatan mekanis.
3. Penyebab tersering kejadian obstruksi ileus letak tinggi adalah adhesi
sedangkan obstruksi ileus letak rendah adalah keganasan.
4. Pemeriksanan radiologi yang dapat dilakukan pada kasus ileus obstruktif
adalah foto polos abdomen 3 posisi, barium enema, dan CT-scan abdomen.

34

DAFTAR PUSTAKA

1)

Sylvia, A., Wilson L (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses


Penyakit. Edisi 4. EGC: Jakarta.

2)

Lopez-Kostner F, Hool GR, Lavery IC. Management and causes of acute largebowel obstruction. Surg Clin North Am 1997;77(6): 12651290.

3)

Sawai RS. Management of colonic obstruction: a review. Clin Colon Rectal


Surg 2012; 25(4):200203.

4)

Zalcman M, Sy M, Donckier V, Closset J, Gansbeke DV. Helical CT signs in


the diagnosis of intestinal ischemia in small-bowel obstruction. AJR Am J
Roentgenol 2000;175(6):16011607

5)

Rubesin SE, Gore RM. Small bowel obstruction. In: Gore RM, Levine MS, eds.
Textbook

of

gastrointestinal

radiology. 3rd ed. Vol

1. Philadelphia,

Pa: Saunders Elsevier, 2008; 871899


6)

Jeffrey RB. Small bowel obstruction. In: Federle MP, Jeffrey RB, Woodward PJ,
Borhani AA, eds. Diagnostic imaging: abdomen, 2nd ed. Salt Lake City,
Utah: Amirsys, 2010; 4447.

7)

Frager DH, Baer JW. Role of CT in evaluating patients with small-bowel


obstruction. Semin Ultrasound CT MR1995;16(2):127140

8)

Gore RM, Levine MS. Textbook of gastrointestinal radiology. 3rd ed.


Philadelphia, Pa: Saunders/Elsevier, 2008.

9)

Maung AA, Johnson DC, Piper GL, Barbosa RR, Rowel SE, Bokhari F, Collins
JN, et al. Evaluation and management of small bowel obstruction: an eastern
association for the surgery of trauma practice management guideline. J Trauma
Acute Care Surg 2012; 73(5):S362-S369.

10)

Jaffe T, Thompson WM. Large bowel obstruction in the adult: classic


radiographic and CT findings, etiology, and mimics. Radiology 2015;
275(3):651-663

11)

Snell (1995). Anatomi Klinik untuk Mahasiswa Kedokteran. Penerbit Buku


Kedokteran EGC: Jakarta.

35

12)

Standring S (2004). Grays Anatomy. Elsevier's Health Sciences Rights


Department: Philadelphia.

13)

Syaifuddin (2009). Anatomi Tubuh Manusia untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi


2. Salemba Medika: Jakarta

14)

Putz R, Pabst R (2006). Atlas anatomi sobotta Edisi 21 Jilid 2. EGC: Jakarta

15)

Guyton AC dan Hall JE (2006). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC: Jakarta.

16)

Scwarttz (2000). Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah Edisi 6. EGC: Jakarta.

17)

Irdam I, Sudarmo P (2008). Pemeriksaan radiografi polos abdomen pada kasus


gawat darurat. Majalah Kedokteran Indonesia Vol.58 (12)

18)

Suratun dan Lusianah.(2010). Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem


Gastrointestinal. Penerbit CV. Trans Info Medan, Jakarta

19)

WHO (2007). Report On Current Situation in Mortality Statistic in Nepal 2007.


http://www.searo.who.int/linkfiles2007_mortalitystatistic_nepair.en

20)

Pierce A., Neil R. (2006). At Glance Ilmu Bedah. Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga,
Jakarta

21)

Bani W. (1994). Patologi Gastroenterologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC:


Jakarta

22)

Mana. dkk. (1983). Obstruksi Ileus di Cermin Dunia Kedokteran. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

23)

Sabiston. (1992). Buku Ajar Ilmu Bedah Bagian Pertama. Penerbit Buku
Kedokteran EGC: Jakarta

24)

Mansjoer A, dkk (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 Jilid 2. FK UI: Jakarta

25)

Fiedberg B., Antillon M (2004). Small-Bowel Obstruction. Editor: Vargas, J.,


Windle,

W.L.,

Li,

B.U.K.,

Schwarz,

S.,

and

Altschuler,

S.

http://www.emedicine.com.
26)

Jackson, et.al (2011). Evaluation and Management of Intestinal Obstruction,


Am Fam Physician,
Washington

DC.

83 (2) : 159-165. Georgetown University Hospital,


Available

on:

www.aafp.org/afp/2011/0115/p159.html

(diakses : 26 Mei 2015)


27)

Basson, MD (2004). Colonic Obstruction. Editor: Ochoa, J.B., Talavera, F.,


Mechaber, A.J., and Katz, J. http://www.emedicine.com.

36

28)

Mann, Gary MD (2015). Bowel Obstruction, Departement of Surgery UWMP.


Available

on

www.med.unc.edu/surclerk/files/BowelObstruction.ppt

(diakses : 26 Mei 2015)


29)

Learningradiology

(2015).

Radiologic

sign.

Available

on:

http://learningradiology.com/radsigns/radsign
30)

Learningradiology

(2012).

Recognizing

Obstruction.

Available

on:

http://learningradiology.com/medstudents/recognizingseries/Recognizing
%20Obstruction-2012/Recognizing%20Obstruction-2012.html (diakses : 29
Mei 2015)
31)

Khan, Ali N, et.al. (2011). Small Bowel Obstruction Imaging. Available


on :http://emedicine.medscape.com/article/374962-overview (diakses : 29 Mei
2015)

32)

Pedoman Diagnosis dan Terapi. Lab/UPT Ilmu Bedah. Rumah Sakit Umum
Daerah Dokter Soetomo. Surabaya, 1994

33)

WHO (2007). Country Health Information Profiles. http:// www.int/WHO/en


(Diakses pada 27 Mei 2015)

34)

Loverock

MD.

(2008).

Ileus

Obstructive

Mechanic.

http://www.MyMedicalJourney.com/ileus%obstructive%mechanic%html
35)

Shrock TR. (1993). Obstruksi Usus. Dalam Ilmu Bedah (Handbook of Surgery).
Alih Bahasa: Adji Dharma, dkk. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
1993; 239-42

36)

Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. (2000). Ileus Obstruktif.


Dalam: Kapita Selekta Kedokteran Edisi Ketiga Jilid 2. Penerbit Media
Aesculapius. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta; 318-20

37)

WHO. (2008). Global Burden of Disease in 2002WHO Global Infobase.


http://www.wpro.who.int (Diakses pada 27 Mei 2015)

38

WHO(2007). Report on Current Situation in Mortality Statistic in Nepal 2007.


http://www.searo.who.int/linkfiles2007_mortalitystatistic_nepair.en

(Diakses

pada 27 Mei 2015)

37

Anda mungkin juga menyukai