Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Penyakit infeksi di Indonesia yang banyak menimbulkan kematian adalah
saluran pernafasan baik itu pernafasan atas maupun bawah yang bersifat akut maupun
kronis. Infeksi saluran nafas atas (ISPA) ialah infeksi akut yang dapat terjadi disertai
tempat disepanjang saluran nafas dan adneksi selnya (telinga tengah, cavum pleura, dan
paranalisis. (Ngastiyah, 1997).
Bronchopneumonia merupakan penyakit saluran nafas bagian bawah yang
biasanya didahului dengan infeksi saluran nafas bagian atas, dan sering dijumpai dengan
gejala awal batuk, demam, dyspnea. Selain disebabkan oleh infeksi dari kuman atau
bakteri juga didukung oleh kondisi lingkungan dan gizi anak. Salah satu penyebab
bronchopneumonia pada anak adalah karena kebiasaan yang kurang bersih pada anak,
contohnya anak tidak mencuci tangan sebelum makan, suka memasukkan benda ke
dalam mulut dan kurang pengetahuan keluarga tentang kebersihan (Ngastiyah, 1997).
Infeksi saluran nafas bawah yang didalamnya termasuk bronchopneumonia
masih menjadi masalah kesehatan di Negara berkembang maupun maju. Dengan
meningkatnya presentasi dari tahun ke tahun ini jelaslah bahwa bronchopneumonia
sangat memerlukan penanganan dan perawatan yang lebih intensif, cepat dan tepat
dengan didukung penggunaan tekhnologi yang lebih menitik beratkan askepnya pada
pembebasan jalan nafas dari kotoran, pemberian O2, pemenuhan nutrisi dan hidrasi,
mencegah komplikasi serta masalah-masalah yang meliputi bio-psiko dan spiritual
dengan kerjasama sesame teman maupun kolaborasi dengan intalasi kesehatan lain
dalam mengatasi segala masalah kesehatan klien serta menekan terjadinya akibat yang
lebih buruk. (Badan litbang kesehatan, 2001).
Upaya yang penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat
merupakan tindakan utama dalam menghadapi pasien bronchopneumonia untuk
mencegah komplikasi yang lebih fatal dan diharapkan pasien dapat segera sembuh
kembali. Intervensi keperawatan utama adalah mencegah ketidak efektifan jalan nafas.
Agar keperawatan berjalan lancar maka diperlukan kerja sama yang baik dengan tim
kesehatan lainnya, serta dengan melibatkan pasien dan keluarganya. Berhubungan
dengan hal tersebut diatas kami tertarik untuk membuat asuhan keperawatan pada anak

dengan bronchopneumonia dengan metode masalah yang sistematis melalui proses


keperawatan

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa definisi Bronchopneumonia?
2. Apa etiologi Bronchopneumonia?
3. Bagaimana manifestasi klinis yang dapat menyebabkan
Bronchopneumonia?
4. Bagaimana proses perjalanan penyakit Bronchopneumonia?
5. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien Bronchopneumonia?
C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini antara lain adalah:
1. Tujuan Umum
Memberikan pengetahuan, dapat memberikan informasi dan
pemahaman mengenai asuhan keperawatan pada klien anak
dengan bronchopneumonia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk
mengetahui
pengertian
dari
penyakit
Bronchopneumonia
b. Untuk mengetahui etiologi terjadinya Bronchopneumonia
c. Untuk
mengetahui
manifestasi
klinis
pada
Bronchopneumonia
d. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan
Bronchopneumonia.
D. Manfaat
1. Penulis
Menambah pengetahuan tentang Bronchopneumonia dan memahami
asuhan keperawatan pada klien dengan Bronchopneumonia. Sebagai
tambahan reverensi belajar.
2. Pembaca
Menambah pengetahuan tentang Bronchopneumonia dan memahani
asuhan keperawatan pada klien dengan Bronchopneumonia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi

Bronchopneumoni adalah salah satu jenis pneumonia yang mempunyai


pola penyebaran berbercak, teratur dalam satu atau lebih area terlokalisasi di
dalam bronchi dan meluas ke parenkim paru yang berdekatan di sekitarnya.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572)
Bronchopneumonia adalah penyebaran daerah infeksi yang berbercak
dengan diameter sekitar 3 sampai 4 cm mengelilingi dan juga melibatkan
bronchi. (Sylvia A. Price & Lorraine M.W, 1995 : 710)
Menurut Whaley & Wong, Bronchopneumonia adalah bronkiolus
terminal yang tersumbat oleh eksudat, kemudian menjadi bagian yang
terkonsolidasi atau membentuk gabungan di dekat lobulus, disebut juga
pneumonia lobaris.
Bronchopneumonia adalah suatu peradangan paru yang biasanya
menyerang di bronkeoli terminal. Bronkeoli terminal tersumbat oleh eksudat
mokopurulen yang membentuk bercak-barcak konsolidasi di lobuli yang
berdekatan. Penyakit ini sering bersifat sekunder, menyertai infeksi saluran
pernafasan atas, demam infeksi yang spesifik dan penyakit yang melemahkan
daya tahan tubuh.(Sudigdiodi dan Imam Supardi, 1998)
Kesimpulannya bronchopneumonia adalah jenis infeksi paru yang
disebabkan oleh agen infeksius dan terdapat di daerah bronkus dan sekitar
alveoli.

B. Etiologi
Secara umun individu yang terserang bronchopneumonia diakibatkan
oleh adanya penurunan mekanisme pertahanan tubuh terhadap virulensi
3

organisme patogen. Orang

yang normal dan sehat mempunyai mekanisme

pertahanan tubuh terhadap organ pernafasan yang terdiri atas : reflek glotis dan
batuk, adanya lapisan mukus, gerakan silia yang menggerakkan kuman keluar
dari organ, dan sekresi humoral setempat.
Timbulnya bronchopneumonia disebabkan oleh virus, bakteri, jamur,
protozoa, mikobakteri, mikoplasma, dan riketsia. (Sandra M. Nettiria, 2001 :
682) antara lain:
1. Bakteri

Streptococcus,

Staphylococcus,

H.

Influenzae,

Klebsiella.
2. Virus

: Legionella pneumoniae

3. Jamur

: Aspergillus spesies, Candida albicans

4. Aspirasi makanan, sekresi orofaringeal atau isi lambung ke dalam paru-paru


5. Terjadi karena kongesti paru yang lama.
Sebab lain dari pneumonia adalah akibat flora normal yang terjadi pada
pasien yang daya tahannya terganggu, atau terjadi aspirasi flora normal yang
terdapat dalam mulut dan karena adanya pneumocystis cranii, Mycoplasma.
(Smeltzer & Suzanne C, 2002 : 572 dan Sandra M. Nettina, 2001 : 682)

C. Manifestasi Klinis
Bronchopneumonia biasanya didahului oleh suatu infeksi di saluran
pernafasan bagian atas selama beberapa hari. Pada tahap awal, penderita
bronchopneumonia mengalami tanda dan gejala yang khas seperti menggigil,
demam, nyeri dada pleuritis, batuk produktif, hidung kemerahan, saat bernafas
menggunakan otot aksesorius dan bisa timbul sianosis.
(Barbara C. long, 1996 :435)
Terdengar adanya krekels di atas paru yang sakit dan terdengar ketika
terjadi konsolidasi (pengisian rongga udara oleh eksudat).
(Sandra M. Nettina, 2001 : 683)
D. Patifisiologi

Bronchopneumonia selalu didahului oleh infeksi saluran nafas bagian


atas yang disebabkan oleh bakteri staphylococcus, Haemophillus influenzae atau
karena aspirasi makanan dan minuman.
Dari saluran pernafasan kemudian sebagian kuman tersebut masukl ke
saluran pernafasan bagian bawah dan menyebabkan terjadinya infeksi kuman di
tempat tersebut, sebagian lagi masuk ke pembuluh darah dan menginfeksi
saluran pernafasan dengan ganbaran sebagai berikut:
1. Infeksi saluran nafas bagian bawah menyebabkan tiga hal, yaitu dilatasi
pembuluh darah alveoli, peningkatan suhu, dan edema antara kapiler dan
alveoli.
2. Ekspansi kuman melalui pembuluh darah kemudian masuk ke dalam
saluran

pencernaan

dan

menginfeksinya

mengakibatkan

terjadinya

peningkatan flora normal dalam usus, peristaltik meningkat akibat usus


mengalami malabsorbsi dan kemudian terjadilah diare yang beresiko
terhadap gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
(Soeparman, 1991)

E. Pathway

Bakteri Stafilokokus aureus


Bakteri Haemofilus influezae

Penderita akit berat yang dirawat di RS


Penderita yang mengalami supresi
sistem pertahanan tubuh
Saluran
Kontaminasi peralatan
RS Pernafasan Atas

Kuman terbawa di saluran pencernaan


Infeksi Saluran Pernafasan Bawah
Kuman berlebih di bronkus

Proses peradangan

Infeksi saluran pencernaan


Dilatasi pembuluh darah
Peningkatan
Edema
suhu
antara kaplier dan alveoli

Akumulasi sekret di bronkus


Peningkatan flora normal dalam usus
Eksudat plasma masuk alveoli
Septikimia
Iritasi PMN eritrosit pecah

Gangguan difusi dalam plasma


Peningkatan peristaltik usus
Bersihan jalan nafas
Mukus
tidakbronkus
efektif meningkat
Peningkatan metabolisme
Edema paru
Gangguan pertukaran gas
Bau mulut tidak sedap Malabsorbrsi
Evaporasi meningkat
Pengerasan dinding paru

Anoreksia

Diare

Penurunan compliance paru

Intake kurang
Gangguan keseimbangan cairan dan eletrolit
Nutrisi kurang dari kebutuhan

Suplai O2 menurun

Hipoksia
Hiperventilasi

Metabolisme anaeraob meningkat


Dispneu
Akumulasi asam laktat
Retraksi dada / nafas cuping hidung
Fatigue
Gangguan pola nafas

Intoleransi aktivitas

F. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas.
Umumnya anak dengan daya tahan terganggu akan menderita pneumonia
berulang atau tidak dapat mengatasi penyakit ini dengan sempurna. Selain itu
daya tahan tubuh yang menurun, penyakit menahun, trauma pada paru,
anesthesia, aspirasi dan pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
b. Riwayat Keperawatan
Keluhan utama
Anak sangat gelisah, batuk produktif, dispnea, pernapasan cepat dan
dangkal, diserai pernapasan cuping hidung, serta sianosis sekitar hidung dan
mulut. Kadang disertai muntah dan diare, tinja berdarah dengan atau tanpa
lendir, anoreksia dan muntah.
Riwayat penyakit sekarang.
Bronkopneumonia biasanya

didahului

oleh

infeksi

saluran

pernapasan bagian atas selama beberapa hari. Suhu tubuh dapat naik sangat
mendadak sampai 39-40 C dan kadang disertai kejang karena demam yang
tinggi.
Riwayat penyakit dahulu.
Pernah menderita penyakit infeksi yang menyebabkan sistem imun
menurun, seperti morbili, pertusis, malnutrisi, imunosupresi
Riwayat kesehatan keluarga.
-

Anggota keluarga lain yang menderita penyakit infeksi saluran

pernapasan dapat menularkan kepada anggota keluarga yang lainnya.


- Pengetahuan keluarga dan psikososial
- Tingkat pengetahuan keluarga tentang penyakit bronchopneumonia
- Pengalaman keluarga dalam menangani penyakit saluran pernafasan.
- Kesiapan/kemauan keluarga untuk belajar merawat anaknya.
Koping keluarga dan tingkat kecemasan.
Riwayat kesehatan lingkungan.
Menurut Wilson dan Thompson, 1990 pneumonia sering terjadi pada

musim hujan dan awal musim semi. Selain itu pemeliharaan ksehatan dan
kebersihan lingkungan yang kurang juga bisa menyebabkan anak menderita sakit.

Lingkungan pabrik atau banyak asap dan debu ataupun lingkungan dengan
anggota keluarga perokok.
Imunisasi.
Anak yang tidak mendapatkan imunisasi beresiko tinggi untuk mendapat
penyakit infeksi saluran pernapasan atas atau bawah karena system pertahanan
tubuh yang tidak cukup kuat untuk melawan infeksi sekunder. Imunisasi yang
dianjurkan sesuai dengan pemberian imunisasi nasional yaitu BCG (pada usia 011 bulan), DPT I-III (pada usia 2-11 bulan), polio I-IV (pada usia 2-11 bulan),
hepatitis B I-III (pada usia 0-9 bulan), dan campak (pada usia 9-11 bulan).
Riwayat pertumbuhan dan perkembangan.
-

Usia
Tingkat perkembangan
Toleransi / kemampuan memahami tindakan
Koping
Pengalaman berpisah dari keluarga / orang tua
Pengalaman infeksi saluran pernafasan sebelumnya

Nutrisi.
Riwayat gizi buruk atau meteorismus (malnutrisi energi protein = MEP).
c. Pemeriksaan persistem.
Sistem kardiovaskuler.
Takikardi, iritability.

Sistem pernapasan.
Sesak napas, retraksi dada, melaporkan anak sulit bernapas,
pernapasan cuping hdidung, ronki, wheezing, takipnea, batuk produktif
atau non produktif, pergerakan dada asimetris, pernapasan tidak
teratur/ireguler, kemungkinan friction rub, perkusi redup pada daerah
terjadinya konsolidasi, ada sputum/sekret. Orang tua cemas dengan
keadaan anaknya yang bertambah sesak dan pilek.
Sistem pencernaan.
Anak malas minum atau makan, muntah, berat badan menurun,
lemah. Pada orang tua yang dengan tipe keluarga anak pertama, mungkin
8

belum memahami tentang tujuan dan cara pemberian makanan/cairan


personde.
Sistem eliminasi.
Anak atau bayi menderita diare, atau dehidrasi, orang tua
mungkin belum memahami alasan anak menderita diare sampai terjadi
dehidrasi (ringan sampai berat).
Sistem saraf.
Demam, kejang, sakit kepala yang ditandai dengan menangis
terus pada anak-anak atau malas minum, ubun-ubun cekung.
Sistem muskuloskeletal.
Tonus otot menurun, lemah secara umum,
Sistem endokrin.
Tidak ada kelainan
Sistem integumen.
Turgor kulit menurun, membran mukosa kering, sianosis, pucat,
akral hangat, kulit kering
Sistem penginderaan.
Tidak ada kelainan.
d. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran radiologis mempunyai bentuk difus bilateral dengan
peningkatan corakan bronkhovaskular dan infiltrat kecil dan halus yang tersebar
di pinggir lapang paru. Bayangan bercak ini sering terlihat pada lobus bawah
(Bennete, 2013).
2. Pemeriksaan Laboratorium
Gambaran darah tepi menunjukkan leukositosis (15.000-40.000
mm)
Urine biasanya berwarna lebih tua, mungkin terdapat albuminuria
ringan karena peningkatan suhu.
AGD arteri terdapat asidosis metabolik dengan atau tanpa retensi
CO2
2. Diagnosa
1.
Ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d. produk mukus berlebihan dan
kental, batuk tidak efektif.
2.
Gangguan pertukaran gas b. d. peerubahan membrane alveolar.

3.

Risiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake

inadekuat.
4.
Hipertermi b.d proses inflamasi paru

3. Intervensi
Diagnosa
Keperawatan
Ketidak efektifan
bersihan
jalan
napas
b.d.
produk mukus
berlebihan dan
kental,
batuk
tidak efektif.

Gangguan
pertukaran gas b.
d.
peerubahan
membrane
alveolar.
Perubahan
nutrisi
kurang
dari kebutuhan
tubuh b.d intake
inadekuat.

Hipertermi b.d
proses inflamasi

Tujuan dan kriteria hasil


Intervensi
Jalan napas pasien akan paten
- Auskultasi bunyi napas
dengan kriteria hasil jalan
- Kaji karakteristik secret
napas bersih, batuk hilang, x
- Beri
posisi
untuk
ray bersih, RR 15 35
pernapasan yang optimal
X/menit.
yaitu 35-45 0
- Lakukan nebulizer, dan
fisioterapi napas
- Beri antiinfeksi sesuai
order
- Berikan cairan per oral
atau iv line sesuai usia
anak.
Pertukaran gas normal bagi
- Kaji tingkat kesadaran
pasien dengan criteria PaO2 =
- Observasi warna kulit dan
80-100 mmHg, pH darah 7,35capillary refill
7,45 dan bunyi napas bersih.
- Monitor ABGs
- Atur oksigen sesuai order
- Kurangi aktivitas anak
Status nutrisi dalam batas
- Auskultasi bunyi usus
normal dengan criteria BB
- Kaji kebutuhan harian
bertambah 1 kg/minggu, tidak
anak
pucat, anoreksia hilang, bibir
- Ukur lingkar lengan,
lembab
ketebalan trisep
- Timbang berat badan
setiap hari.
- Berikan diet pada anak
sesuai kebutuhannya
Suhu tubuh dalam batas
- Ukur suhu tubuh setiap 4
normal dengan criteria hasil
jam

10

paru

suhu 372 0C, kulit hangat dan


lembab, membrane mukosa
lembab.

11

Monitor jumlah WBC


Atur agen antipiretik
sesuai order.
Tingkatkan
sirkulasi
ruangan dengan kipas
angina.
Berikan kompres air biasa

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan beberapa pengertian dapat disimpulkan bahwa Bronkopneumonia
adalah radang paru-paru yang mengenai satu atau beberapa lobus paru-paru yang ditandai
dengan adanya bercak-bercak infiltrat yang disebabkan oleh bakteri,virus, jamur dan benda
asing.
Etiologi terjadinya bronchopneumonia diantaranya adalah bakteri, virus, jamur dan
faktor lain yang mempengaruhi timbulnya Bronchopnemonia adalah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat malnutrisi energi protein (MEP), penyakit menahun,
pengobatan antibiotik yang tidak sempurna.
Pemeriksaan yang dilakukan selain pengkajian secara spesifik dimulai dari riwayat
keperawatan yang didalamnya terdapat keluhan utama, riwayat penyakiit sekarang, riwayat
penyakit dahulu, riwwayat kesehatan keluarga, riwayat kesehatan lingkungan, imunisasi,
riwayat tumbang, nutrisi dan pemeriksaan persistem.
Diagnose keperawatan yang mungkin timbul pada anak dengan bronchopneumonia
adalah bersihan jalan nafas tidak efektif, gangguan pertukaran gas, gangguan pola nafas,
resty injury dan resti kekurangan volume cairan tubuh
B. Saran
Dengan tersusunnya askep ini diharapkan dapat mengetahui apa masalah yang
dapat ditimbulkan oleh penyakit Bronchopneumonia. Sehingga diharapkan sebagai
tenaga medis dapat memberikan penanganan yang tepat, pencegahan serta edukasi yang
sesuai bagi klien tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

12

Doenges,Marilyn E.(1999).Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta :EGC
Kampusdokter.blogspot.com/2012/12/bronchopneumonia.html?m=1
Patofisiologi Konsep Klinis Proses Proses Penyakit. Jakarta :EGC
Kampusdokter.blogspot.com/2012/12/bronchopneumonia.html?m=1
Kepustakaan Ngastiah. (2008). Perawatan anak sakit.
Jakarta: penerbit buku kedokteran :EGC speirs,A.L.(1992)
Long, B.C.(1996). Perawatan Medikal Bedah. Jilid 2.

13

Anda mungkin juga menyukai