Anda di halaman 1dari 24

Referat

Post Partum Depresi

Disusun Oleh:
Dafid Pratama
406147037
Pembimbing:
dr. Freddy Dinata , Sp. OG

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan


Rumah Sakit Umum Daerah Ciawi
Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
Jakarta

HALAMAN PENGESAHAN
Nama

: Dafid Pratama

Fakultas

: Kedokteran

Universitas

: Universitas Tarumanagara

Tingkat

: Program Pendidikan Profesi Dokter

Bidang pendidikan

: Ilmu Kebidanan dan Penyakit Kandungan

Periode Kepaniteraan Klinik

Judul Referat
Pembimbing

: Post Partum Depresi


: dr. Freddy Dinata, Sp.OG

Telah diperiksa dan disahkan tanggal :

Disetujui
Pembimbing,

dr. Freddy Dinata, Sp.OG

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya lah sehingga saya dapat menyelesaikan referat ini tepat pada
waktunya. Referat ini disusun dalam rangka memenuhi tugas Kepaniteraan Ilmu
Kebidanan dan Penyakit Kandungan Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara
di RSUD Ciawi. Dengan bekal pengetahuan dan pengarahan serta bimbingan yang
diperoleh sebelumnya dan selama menjalani kepaniteraan, penulis menyusun referat
berjudul Post Partum Depresi. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak
terimakasih kepada dr. Freddy Dinata, Sp.OG yang telah membimbing dan membantu
dalam melaksanakan kepaniteraan dan dalam menyusun referat ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik pada isi maupun format
referat ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran diterima dengan tangan terbuka.
Akhir kata, penulis berharap referat ini dapat berguna bagi rekan-rekan serta semua
pihak yang ingin mengetahui sedikit banyak mengenai Post Partum Depresi .

Ciawi, Agustus 2015

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................2
Kata Pengantar .......................................................................................................... 3
Daftar Isi ................................................................................................................... 4
BAB I

PENDAHULUAN ................................................................................. 1

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 6

2.1. Definisi

2.2. Epidemologi

2.3. Mikrobiologi

2.4. Patofisiologi

2.5. Manifestasi klinis ......................................................................................................10


2.6. Diagnosis

14

2.7. Diagnosis banding......................................................................................................15


2.8. Penatalaksanaan 16
2.9. Komplikasi

21

2.10.Prognosis

22

BAB III

KESIMPULAN .....................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

Secara umum sebagian besar wanita mengalami gangguan emosional setelah


melahirkan. Bentuk gangguan postpartum yang umum adalah depresi, mudah marah
dan terutama mudah frustasi serta emosional. Gangguan mood selama periode
postpartum merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada wanita
baik primipara maupun multipara.
Sebagian perempuan menganggap bahwa masamasa setelah melahirkan
adalah masamasa sulit yang akan menyebabkan mereka mengalami tekanan secara
emosional.

Gangguangangguan

psikologis

yang

muncul

akan

mengurangi

kebahagiaan yang dirasakan, dan sedikit banyak mempengaruhi hubungan anak dan
ibu dikemudian hari. Hal ini bisa muncul dalam durasi yang sangat singkat atau
berupa serangan yang sangat berat selama berbulanbulan atau bertahun tahun
lamanya.
Ada 3 tipe gangguan mood pascasalin, diantaranya adalah maternity blues,
postpartum depression dan postpartum psychosis.
Depresi postpartum pertama kali ditemukan oleh Pitt pada tahun 1988.
Depresi postpartum adalah depresi yang bervariasi dari hari ke hari dengan
menunjukkan kelelahan, mudah marah, gangguan nafsu makan, dan kehilangan libido
(kehilangan selera untuk berhubungan intim dengan suami). Tingkat keparahan
depresi postpartum bervariasi. Keadaan ekstrem yang paling ringan yaitu saat ibu
mengalami kesedihan sementara yang berlangsung sangat cepat pada masa awal
postpartum, ini disebut dengan the blues atau maternity blues. Gangguan postpartum
yang paling berat disebut psikosis postpartum atau melankolia. Diantara 2 keadaan
ekstrem tersebut terdapat kedaan yang relatif mempunyai tingkat keparahan sedang
yang disebut neurosa depresi atau depresi postpartum.

BAB II
PEMBAHASAN
II.1. Definisi
Depresi postpartum merupakan istilah yang digunakan pada pasien yang
mengalami berbagai gangguan emosional yang timbul setelah melahirkan, khususnya
pada gangguan depresi spesifik yang terjadi pada 10%-15% wanita pada tahun
pertama setelah melahirkan. Pasien akan mengalami gejala affektive selama periode
postpartum, 4 sampai 6 minggu setelah melahirkan. Menurut Diagnostic and
Statistical Manual of Mental Disorders, edisi keempat (DSM-IV), sebuah depresi
dipertimbangkan sebagai postpartum jika dimulai selama empat minggu setelah
kelahiran. Pola gejala pada wanita dengan depresi postpartum sama pada wanita yang
mengalami masa depresi selama tidak hamil. Susah berinteraksi dengan perawat
dalam keadaan stres dan bayi meningkatkan resiko pendekatan yang tidak aman dan
terjadinya masalah kognitiv dan sifat pada anak1,3.
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul
mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum
sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya
melahirkan anak pertama (Minirth dan Meier, 2001). Namun dapat
terjadi pada anak kedua dan ketiga. Wanita yang mengalami depresi
postpartum memiliki risiko untuk mendapatkan episode berulang
pada persalinan selanjutnya (Tomb, 2004).
Depresi postpartum serupa dengan depresi mayor atau minor
lainnya yang dapat timbul kapan saja. Dianggap depresi postpartum
jika mulai dalam tiga sampai enam bulan setelah melahirkan
(Lenovo et al, 2009).
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan
bipolar postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup
(Strigtht, 2005). Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari
semua ibu baru (Curtis, 2000).
Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh
lebih besar mengalami depresi selama masa nifas. Remaja dan
6

wanita yang memiliki riwayat penyakit depresif memiliki risiko


depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70% wanita yang memiliki
riwayat depresi postpartum akan kembali mengalami gangguan ini.
Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi postpartum dan saat
ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita
depresi mayor akan meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).
2.3.2. Etiologi
Faktor-faktor

yang

berperan

dalam

terjadinya

depresi

riwayat

psikosis

postpartum adalah sebagai berikut:


1. Faktor-faktor

predisposisi

meliputi

puerperium, gangguan bipolar (sebelumnya disebut sebagai


manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana
hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri
atau membunuh anaknya.
2. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari
tiga perspektif, yaitu:

Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus,


kemungkinan berhubungan dengan pengaruh hormonal
yang berubah.

Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk,


stres psikologis atau memiliki hubungan yang kurang baik
dengan pasangannya.

Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang


rendah, dukungan, dan kontrol baik di rumah maupun
peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005).

3. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga


dapat menjadi faktor penyebab. Penyebab lain yang mungkin
adalah adanya riwayat keluarga tentang depresi, kurang
dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan
kronis (Curtis, 2000).

4. Faktor

demografi

yaitu

umur

ibu

saat

kehamilan

dan

melahirkan yang sering dikaitkan dengan kesiapan mental


untuk menjadi seorang ibu.
5. Faktor

pengalaman,

ditemukan

pada

depresi

perempuan

postpartum
yang

baru

lebih

sering

pertama

kali

melahirkan (primipara)
6. Faktor pendidikan, perempuan yang berpendidikan tinggi
menghadapi tekanan sosial dan konflik peran antara dorongan
untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah tangga yang
harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001 dalam Soep,
2009)
2.3.3. Gambaran Klinis
Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut
(Leveno et al, 2009; Syafrudin dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002):

Merasa sedih

Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir


sepanjang hari

Penurunan atau peningkatan berat badan

Kehilangan nafsu makan

Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

Rasa lelah dan tidak bersemangat

Iritabilitas dan kemurungan

Tidak memperhatikan bayi

Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

Berkurang

kemampuan

untuk

berpikir

dan

mengambil

keputusan

Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.3.4 Perjalanan penyakit

Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan


bertahap dalam waktu enam bulan setelah persalinan. Kemungkinan
untuk

pulih

sempurna

umumnya

baik.

Hampir

15%

wanita

mengalami perjalanan penyakit monofasik disertai pemulihan total,


dan separuhnya memperlihatkan perjalanan multifasik dengan ratarata 2,5 episode depresi per pasien dan akhirnya pulih sempurna.
Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat
asimtomatik sampai berbulan-bulan, bahkan sampai bertahuntahun, keadaan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan antara
ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti kurang
berinteraksi sosial dan bermain dengan anaknya (Leveno et al,
2009)
2.3.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Antara

8-12%

wanita

tidak

dapat

menyesuaikan

peran

sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang


terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner
setelah melahirkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah
sebagai berikut (Syafrudin dan Hamidah, 2009):

Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang


mengalami depresi.

Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya


saudara kandung, di masa anak-anak atau remaja.

Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anakanak atau remaja.

Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan


setelah melahirkan.

Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan.

Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat


bayi dari waktu ke waktu.
9

Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan


alat pemeriksaan psikiatrik yang disebut Edinburgh Postnatal
Depression Scale (EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan
Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan
pada ibu yang sedang rawat inap, home visit, atau pada 6-8 minggu
setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression Scale terdiri
dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit
(Cox, Holden dan Sagovsky, 1987).
Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan
efisien untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk
depresi postpartum, mudah dijalankan dan telah terbukti menjadi
alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap
pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari
0 sampai 3. Nilai skor maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah
maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor EPDS 9-10 maka
direkomendasikan

untuk

menjalani

skrining

selanjutnya.

Pada

wanita yang mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko
tinggi untuk terjadinya depresi postpartum (Wisner, Parry, dan
Piontek, 2002).
Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate
dalam berbagai bahasa dan di validasi di berbagai negara
diantaranya

Arab,

Cina,

Belanda,

Perancis,

Jerman,

Jepang,

Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale


dalam bahasa Indonesia sudah diterjemahkan (Department of
Health Government of Western Australia, 2006).
Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah
dilakukan dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut
membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih
dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi,
Sari, 2009).

10

2.3.6 Penatalaksanaan
Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):
Talk Therapy
Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial
untuk belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
Terapi Medis
Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat
membantu meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti
bekerja untuk pengobatan depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat
ini akan mempengaruhi ASI yang dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa
antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek samping minimal pada bayi.
Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan.
Jika ibu mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya. Pengobatan
yang ditangani dengan segera sangat penting bagi ibu maupun bayi.
Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja
memerlukan terapi kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga
membutuhkan asupan nutrisi yang dapat membuat pemulihan tubuh ibu berlangsung
lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu hamil di Amerika kekurangan lemak
omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau docosahexaenoic acid yang dapat
ditemukan umumnya pada ikan tuna dan salmon, maupun ganggang laut.
Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti
mendorong perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi
karena lemak tersebut diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga pada
wanita pasca melahirkan perlu mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh. Hal ini
mejeleaskan bagaimana penurunan depresi dapat dilakukan dengan menaikkan asupan
DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI berhubungan dengan depresi postpartum
dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat (Joy, Saju. 2010).
Tanda-tanda yang perlu diawasi selama dan setelah melahirkan
Ketika hamil, atau setelah melahirkan, mungkin saja ibu merasa depresi tapi
tidak menyadarinya. Beberapa perubahan normal selama dan setelah melahirkan dapat

11

menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Namun jika ibu mengalami gejala
berikut lebih dari 2 minggu, maka harus dihubungi dokter untuk penanganan segera.
Beberapa wanita tidak memberitahu siapa pun tentang gejala-gejala mereka.
Mereka merasa malu atau bersalah karena merasa tertekan ketika mereka seharusnya
bahagia. Mereka khawatir akan dipandang sebagai orang tua tidak layak (Joy, Saju.
2010).

BAB III
KESIMPULAN
Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam
gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi
12

dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan
berpikir tentang kematian atau bunuh diri.
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul
mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum
sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya
melahirkan anak pertama.
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan
bipolar postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup.
Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru.
Antara

8-12%

wanita

tidak

dapat

menyesuaikan

peran

sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang


terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner
setelah melahirkan

DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.

13

Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan).


Bandung: PT. Refika Aditama.
Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported
Postpartum Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361366.
Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry:
Detection of Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh
Postnatal Depression Scale. Volume 150: 782-786.
Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.
Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh
Postnatal Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than
English.
Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada
Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available
from: http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].
Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from: http://emedicine.
medscape.com/article/286759-overview. [Accesed 22 April 2013].
Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com
[Accesed April 2013].
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care,
Education (18th ed). Philadelpia: Lippincott.
Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010.
Employment, income, and education and risk of postpartum depression: The
Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorder.
Volume: 130 h-133-137.
Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum
depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal
of Obstetrics & Gynaecology, 107: 12101217.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit
Umum
Pusat
Haji
Adam
Malik
Medan.
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].

14

Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara
Dengan Multipara Di RSIA Aisyiyah Klaten. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/ [Accesed Maret 2013].
Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume:
287. No. 6.
Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.
Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine:
Postpartum Depression.Volume 347:194-199.

Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul


mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum
sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya
melahirkan anak pertama (Minirth dan Meier, 2001). Namun dapat
terjadi pada anak kedua dan ketiga. Wanita yang mengalami depresi
postpartum memiliki risiko untuk mendapatkan episode berulang
pada persalinan selanjutnya (Tomb, 2004).
Depresi postpartum serupa dengan depresi mayor atau minor
lainnya yang dapat timbul kapan saja. Dianggap depresi postpartum
jika mulai dalam tiga sampai enam bulan setelah melahirkan
(Lenovo et al, 2009).
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan
bipolar postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup
(Strigtht, 2005). Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari
semua ibu baru (Curtis, 2000).
Beberapa kelompok wanita memiliki kemungkinan yang jauh
lebih besar mengalami depresi selama masa nifas. Remaja dan
wanita yang memiliki riwayat penyakit depresif memiliki risiko
depresi postpartum sekitar 30%. Hampir 70% wanita yang memiliki
riwayat depresi postpartum akan kembali mengalami gangguan ini.
Jika seorang wanita memiliki riwayat depresi postpartum dan saat
15

ini mengalami blues, kemungkinan wanita tersebut menderita


depresi mayor akan meningkat menjadi 85% (Leveno et al, 2009).
2.3.2. Etiologi
Faktor-faktor

yang

berperan

dalam

terjadinya

depresi

riwayat

psikosis

postpartum adalah sebagai berikut:


7. Faktor-faktor

predisposisi

meliputi

puerperium, gangguan bipolar (sebelumnya disebut sebagai


manik-depresif), delirium dan halusinasi, perubahan suasana
hati yang cepat agitasi atau bingung dan potensial bunuh diri
atau membunuh anaknya.
8. Depresi postpartum dengan atau tanpa psikosis dilihat dari
tiga perspektif, yaitu:

Teori biologis, meliputi perubahan fungsi hipotalamus,


kemungkinan berhubungan dengan pengaruh hormonal
yang berubah.

Teori psikologis, meliputi sistem pendukung yang buruk,


stres psikologis atau memiliki hubungan yang kurang baik
dengan pasangannya.

Teori sosiokultural, meliputi tingkat kepuasan sosial yang


rendah, dukungan, dan kontrol baik di rumah maupun
peran sebagai sebagai orang tua (Strigtht, 2005).

9. Sensitivitas individual ibu terhadap perubahan hormon juga


dapat menjadi faktor penyebab. Penyebab lain yang mungkin
adalah adanya riwayat keluarga tentang depresi, kurang
dukungan keluarga setelah melahirkan, isolasi dan keletihan
kronis (Curtis, 2000).
10.

Faktor demografi yaitu umur ibu saat kehamilan dan

melahirkan yang sering dikaitkan dengan kesiapan mental


untuk menjadi seorang ibu.

16

11.

Faktor pengalaman, depresi postpartum lebih sering

ditemukan

pada

perempuan

yang

baru

pertama

kali

perempuan

yang

berpendidikan

melahirkan (primipara)
12.

Faktor

pendidikan,

tinggi menghadapi tekanan sosial dan konflik peran antara


dorongan untuk bekerja dengan peran sebagai ibu rumah
tangga yang harus mengurus anak-anak (Kruckman, 2001
dalam Soep, 2009)
2.3.3. Gambaran Klinis
Gejala pada depresi postpartum adalah sebagai berikut
(Leveno et al, 2009; Syafrudin dan Hamidah, 2009; Stevens, 2002):

Merasa sedih

Suasana hati yang tertekan atau kehilangan minat hampir


sepanjang hari

Penurunan atau peningkatan berat badan

Kehilangan nafsu makan

Sulit tidur atau terlalu banyak tidur

Rasa lelah dan tidak bersemangat

Iritabilitas dan kemurungan

Tidak memperhatikan bayi

Merasa tidak berharga atau merasa bersalah

Berkurang

kemampuan

untuk

berpikir

dan

mengambil

keputusan

Pikiran bunuh diri atau membunuh bayi

2.3.4 Perjalanan penyakit


Perjalanan alami penyakit adalah dengan adanya perbaikan
bertahap dalam waktu enam bulan setelah persalinan. Kemungkinan
untuk

pulih

sempurna

umumnya

baik.

Hampir

15%

wanita

mengalami perjalanan penyakit monofasik disertai pemulihan total,


17

dan separuhnya memperlihatkan perjalanan multifasik dengan ratarata 2,5 episode depresi per pasien dan akhirnya pulih sempurna.
Pada sebagian kasus depresi postpartum dapat bersifat
asimtomatik sampai berbulan-bulan, bahkan sampai bertahuntahun, keadaan ini dapat mempengaruhi kualitas hubungan antara
ibu dan anaknya. Ibu yang mengalami depresi terbukti kurang
berinteraksi sosial dan bermain dengan anaknya (Leveno et al,
2009)
2.3.5. Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS)
Antara

8-12%

wanita

tidak

dapat

menyesuaikan

peran

sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang


terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner
setelah melahirkan (Syafrudin dan Hamidah, 2009).
Ibu yang rentan mengalami depresi postpartum adalah
sebagai berikut (Syafrudin dan Hamidah, 2009):

Mempunyai riwayat keluarga atau riwayat pribadi yang


mengalami depresi.

Tidak mempunyai pengalaman merawat orang lain; misalnya


saudara kandung, di masa anak-anak atau remaja.

Memiliki keluarga yang tidak stabil atau kasar di masa anakanak atau remaja.

Tidak memiliki dukungan positif dari suami selama dan


setelah melahirkan.

Pernah didiagnosis menderita depresi selama kehamilan.

Terputus dari saudara dekat atau teman yang dapat merawat


bayi dari waktu ke waktu.
Skrining rutin untuk depresi postpartum dapat menggunakan

alat pemeriksaan psikiatrik yang disebut Edinburgh Postnatal


Depression Scale (EPDS) yang didisain oleh Cox, Holden dan
18

Sagovsky. Edinburgh Postnatal Depression Scale dapat digunakan


pada ibu yang sedang rawat inap, home visit, atau pada 6-8 minggu
setelah melahirkan. Edinburgh Postnatal Depression Scale terdiri
dari 10 pertanyaan dan dapat diselesaikan dalam waktu 5 menit
(Cox, Holden dan Sagovsky, 1987).
Sepuluh pertanyaan pada EPDS adalah cara yang bernilai dan
efisien untuk mengidentifikasi pasien yang memiliki risiko untuk
depresi postpartum, mudah dijalankan dan telah terbukti menjadi
alat skrining yang efektif (Cox, Holden dan Sagovsky, 1987). Setiap
pertanyaan memiliki empat respon yang mungkin, yang dinilai dari
0 sampai 3. Nilai skor maksimum EPDS adalah 30, jika skor rendah
maka lebih baik. Di United Kingdom, jika skor EPDS 9-10 maka
direkomendasikan

untuk

menjalani

skrining

selanjutnya.

Pada

wanita yang mendapatkan total skor EPDS lebih dari 10, berisiko
tinggi untuk terjadinya depresi postpartum (Wisner, Parry, dan
Piontek, 2002).
Edinburgh Postnatal Depression Scale sudah di-translate
dalam berbagai bahasa dan di validasi di berbagai negara
diantaranya

Arab,

Cina,

Belanda,

Perancis,

Jerman,

Jepang,

Norwegia, Vietnam, Malaysia. Edinburgh Postnatal Depression Scale


dalam bahasa Indonesia sudah diterjemahkan (Department of
Health Government of Western Australia, 2006).
Penerjemahan EPDS ke dalam bahasa Indonesia sudah
dilakukan dan telah divalidasi di Jakarta. Hasil studi tersebut
membuktikan bahwa instrumen dalam bahasa Indonesia lebih sahih
dan reliable untuk digunakan pada wanita Indonesia (Kusumadewi,
Sari, 2009).

2.3.6 Penatalaksanaan
Secara umum ada dua jenis pengobatan untuk depresi (Joy, Saju. 2010):
Talk Therapy
19

Melibatkan pembicaraan dengan seorang psikolog, terapis, atau pekerja sosial


untuk belajar mengubah cara pasien depresi dalam berpikir, merasa, dan bertindak.
Terapi Medis
Dokter akan memberikan resep obat antidepresan. Obat-obatan ini dapat
membantu meredakan gejala depresi. Pemberian obat antidepresan juga terbukti
bekerja untuk pengobatan depresi postpartum, tetapi penting untuk dicatat bahwa obat
ini akan mempengaruhi ASI yang dikonsumsumsi oleh si bayi. Ada beberapa
antidepresan yang tersedia saat ini dengan efek samping minimal pada bayi.
Metode-metode pengobatan dapat digunakan sendiri atau secara bersamaan.
Jika ibu mengalami depresi, maka akan sangat memengaruhi bayinya. Pengobatan
yang ditangani dengan segera sangat penting bagi ibu maupun bayi.
Menyembuhkan ibu hamil dari depresi pasca melahirkan, bukan saja
memerlukan terapi kelompok dengan panduan psikiater yang benar. Tapi juga
membutuhkan asupan nutrisi yang dapat membuat pemulihan tubuh ibu berlangsung
lebih cepat dan tepat. Menurut Jill Mallory, ibu hamil di Amerika kekurangan lemak
omega-3. Asam lemak omega-3 adalah DHA atau docosahexaenoic acid yang dapat
ditemukan umumnya pada ikan tuna dan salmon, maupun ganggang laut.
Dalam penelitian lain yang jauh sebelumnya dilakukan, plasenta terbukti
mendorong perpindahan DHA dari ibu pada bayi. Menurut Mallory, hal ini terjadi
karena lemak tersebut diserap bayi untuk pertumbuhan otak dan mata, sehingga pada
wanita pasca melahirkan perlu mengembalikan kadar tersebut dalam tubuh. Hal ini
mejeleaskan bagaimana penurunan depresi dapat dilakukan dengan menaikkan asupan
DHA pada ibu, dan jumlah DHA dalam ASI berhubungan dengan depresi postpartum
dan terutama mengkonsumsi ikan yang bermanfaat (Joy, Saju. 2010).
Tanda-tanda yang perlu diawasi selama dan setelah melahirkan
Ketika hamil, atau setelah melahirkan, mungkin saja ibu merasa depresi tapi
tidak menyadarinya. Beberapa perubahan normal selama dan setelah melahirkan dapat
menunjukkan gejala yang mirip dengan depresi. Namun jika ibu mengalami gejala
berikut lebih dari 2 minggu, maka harus dihubungi dokter untuk penanganan segera.
Beberapa wanita tidak memberitahu siapa pun tentang gejala-gejala mereka.
Mereka merasa malu atau bersalah karena merasa tertekan ketika mereka seharusnya

20

bahagia. Mereka khawatir akan dipandang sebagai orang tua tidak layak (Joy, Saju.
2010).

BAB III
KESIMPULAN
Depresi merupakan suatu perasaan sedih tertekan. Depresi termasuk dalam
gangguan mood yang utama. Pada pasien depresi akan merasakan hilangnya energi
dan minat, perasaan bersalah, kesulitan konsentrasi, hilangnya nafsu makan dan
berpikir tentang kematian atau bunuh diri.
Depresi postpartum adalah depresi berat yang biasa timbul
mulai 1-2 dan 4 minggu setelah melahirkan. Depresi postpartum
21

sangat umum terjadi pada ibu yang baru melahirkan, khususnya


melahirkan anak pertama.
Insiden depresi postpartum sedang atau berat atau gangguan
bipolar postpartum berkisar dari 30-200 per 1000 kelahiran hidup.
Depresi postpartum mengenai sekitar 10% dari semua ibu baru.
Antara

8-12%

wanita

tidak

dapat

menyesuaikan

peran

sebagai orang tua dan menjadi sangat tertekan. Depresi yang


terdeteksi secara klinis biasa muncul pada 6-12 minggu pertama
postpartum. Dengan alasan itu, ibu diminta untuk mengisi kuesioner
setelah melahirkan

DAFTAR PUSTAKA
Bahiyatun., 2009. Buku Ajar Kebidanan Asuhan Nifas Normal. Jakarta: EGC.
Baihaqi, MIF.dkk, 2007. Psikiatri (Konsep Dasar dan Gangguan-Gangguan).
Bandung: PT. Refika Aditama.
Barclay, Laurie., 2008. Medscape Medical News: Prevalence of Self-Reported
Postpartum Depresisive Symptoms Ranges From 11,7to 20,4%, 57 (14); 361366.

22

Cox, J.L., Holden, J.M., & Sagovsky, R., 1987. British Journal of Psychiatry:
Detection of Postnatal Depression. Development of the 10-item Edinburgh
Postnatal Depression Scale. Volume 150: 782-786.
Curtis, Glade B., 2000. Kehamilan di Atas Usia 30. Jakarta: Arcan.
Department of Health, Government of Western Australia, 2006. Using the Edinburgh
Postnatal Depression Scale EPDS Translated into languages Other Than
English.
Dewi EP. 2008. Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Kejadian Depresi Pada
Ibu Postpartum Di Wilayah Kerja Puskesmas Ngemplak Boyolali. Available
from: http://etd.eprints.ums.ac.id/438/ [Accesed April 2013].
Halverson, Jerry L., 2011. Depression. Available from: http://emedicine.
medscape.com/article/286759-overview. [Accesed 22 April 2013].
Joy, Saju. 2010. Postpartum Depression. Available from: www.medscape.com
[Accesed April 2013].
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., & Grebb, J.A., 2010. Sinopsis Psikiatri. Tangerang:
Binarupa Aksara Publisher.
Kruckman., 2001. Maternity Nursing: Family, Newborn and Womens Health Care,
Education (18th ed). Philadelpia: Lippincott.
Miyake, Yoshihiro., Tanaka, Keiko., Sasaki, Satosi & Hirota, Yoshio. 2010.
Employment, income, and education and risk of postpartum depression: The
Osaka Maternal and Child Health Study. Journal of Affective Disorder.
Volume: 130 h-133-137.
Nielsen, D., Videbech, P., Hedegaard, M., Dalby, J. & Secher, N.J., 2000. Postpartum
depression: identification of women at risk. BJOG: An International Journal
of Obstetrics & Gynaecology, 107: 12101217.
Sadock, B.J., Sadock, V.A., 2003. Synopsis Psychiatry. Behavioral Sciences/ Clinical
Psychiatry. Ninth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Sari, Laila Sylvia., 2009. Sindroma Depresi Pasca Melahirkan Di Rumah Sakit
Umum
Pusat
Haji
Adam
Malik
Medan.
Available
from:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/6370 [Accesed April 2013].
Sari, Maya Eka., 2010. Perbedaan Risiko Depresi Postpartum Antara Ibu Primipara
Dengan Multipara Di RSIA Aisyiyah Klaten. Available from:
http://etd.eprints.ums.ac.id/9449/ [Accesed Maret 2013].
Seminum, Yustinus., 2006. Kesehatan Mental 2. Yogyakarta: Penerbit Kanisius.
Stevens, Lise M., 2002. The Journal of the American Medical Assosiation.Volume:
287. No. 6.

23

Syafrudin., Hamidah., 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: EGC.


Tomb, David A., 2004. Buku Saku Psikiatri. Jakarta: EGC
Wisner, K.L., Parry, B.L., & Piontek, C.M., 2002. New England Journal of Medicine:
Postpartum Depression.Volume 347:194-199.

24

Anda mungkin juga menyukai