1. Anatomi Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput Corpus dan
collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam
struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (Syaifudin,
B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar
pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang ini memiliki
karakteristik yaitu:
Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia terpisah
dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi deengan tulang
rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pegerakan yang bebas. Bagian
caput mengarah ke arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah
lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres menempel. Collum femur
membentuk sudut 1250 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut
yang patologis masing masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga.
Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat
trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor.
Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan
antara corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara
longitudinal sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian
bawah menjadi garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir
posterior patella.
Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x ray nya
adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat jelas, seperti
yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya transversal, spiral, atau
comminut fraktur, dengan variasi sudut dan bagian bagian yang tumpang tindih.
belakang,
kedua
bulatan
ini
dihubungkan
oleh
rigi
disebut
crista
yang
dibagian
proximalnya
terdapat
garis
disebut
linea
intercondyloidea
2. Perbedaan fraktur femoral pada anak dan dewasa
- Fraktur femoral pada anak sembuh lebih cepat karena adanya periosteum yang
aktif dan banyaknya vascular. Pembentukan kalus lebih cepat terjadi untuk
3. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatikY
Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista
2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture)
Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada
kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from
Diafisial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi
Gambar 2.2. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis, (B)Fraktur metafisis,
(C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.
Konfigurasi
Fraktur transversal
Faktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur
b. Menurut ekstensi
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick
Gambar 2.5
Klasifikasi Fraktur
1. FRAKTUR
Femur
PROXIMAL
FEMUR
Intracapsular
femoral head
Capital
fraktur
termasuk
Subcapital
: common
Transcervical : uncommon
Basicervical : uncommon
Gambar 2.6
Gambar 2.7
Gambar 2.8 Klasifikasi dari fraktur femur proksimal pada anak, berdasarkan klasifikasi
Colonna dan Delbet
merupakan suatu
kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering terjadi akhir akhir ini. insidensi
secara keseluruhan pada fraktur leher femur pada anak anak adalah kurang dari 1%.
Fraktur ini terjadi pada anak anak semua usia, tetapi insidensi tertinggi pada usia 11
tahun dan 12 tahun, dengan 60 70% terjadi pada anak laki laki. Pada Negara
berkembang penyebab paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan pada
negara maju umunya penyebabnya adalah jatuh dari ketinggian seperti dari pohon dan
atap rumah. 30% pasien pasien ini mengalami cedera yang berkaitan dengan dada,
kepala, dan abdomen. Cedera pada ekstremitas seperti fraktur femur, tibia fibula, dan
pelvik juga sering. Hal lain yang sering menyebabkan fraktur femur pada anak adalah
child
abuse.
Pada
neonatus,
cedera
lahir
dapat
menyebabkan
pemisahan
transipiphyseal.
Insidensi
8%
Penyebab
Trauma energi tinggi
Karakteristik Penting
50% kasus terjadi dengan
Child abuse
Diagnosis
artritis,
dislokasi
lepasnya
45%
Trauma berat
banding
septik
panggul,
kaput
femur
epifisis.
Variasi yang paling banyak
Pada
fraktur
displace,
Trauma berat
12%
Trauma
penempatan
saat
waktu cedera.
Nonunion dan AVN jarang
femur, dengan maturitas selanjutnya pada masa anak anak dan remaja, trauma
berkecepatan tinggi sering mengakibatkan fraktur pada femur.
Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan
pengecualian tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh arthrogryposis
multiplex congenital, myelomeningocele, dan osteogenesis imperfect. Kontraktur yang
kaku pada panggul dan lutut pada anak anak dengan arthtogrypotic dapat
menyebabkan fraktur batang femur selama proses persalinan atau selama penanganan
selanjutnya. Kelompok risiko lainnya adalah bayi baru lahir dengan penyakit
neuromuscular seperti myelomeningocele, osteopenia. Dan osteogenesis imperfect yang
menyebabkan fraktur multiple.
Fraktur batang femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang
terjadi. Kebanyakan 30 50% merupakan non accidental dari child abuse. Penyebab ini
sering terlewatkan dan penilaian awal oleh dokter adalah perlindunagn terhadap anak
merupakan hal yang penting.
Klasifikasi
Fraktur shaft femoralis pada anak anak antara lain spiral, oblik, atau transversal,
fraktur ini umumnya dapat pecah atau tidak pecah, tertutup atau terbuka. Diagnosis
termasuk perbedaan antara fraktur pada epifisis (E), metafisis (M), atau diafisis (D)
menampilkan identifikasi yang khas pada anak. Klasifikasi pediatrik pada anak yang baru
memungkinkan dokumentasi dan pembanding terhadap metode pengobatan pada
praktek klinik yang sama dengan penelitian klinis prospektif
Penatalaksanaan
Fratur batang femur diterapi menurut usia dan besar anak, seiring cedera
cedera tersebut seperti cedera kepala atau politrauma, atau tampak adanya lesi terbuka
dengan cedera pada pembuluh darah dan saraf. Penyesuaian dengan pengobatan dan
faktor sosioekonomik harus dipertimbangkan.
Traksi masih digunakan secara luas untuk fraktur batang femur pada anak anak
pra sekolah dan anak tahun pertama sekolah. Hospitalisasi selama 4 6 minggu
dirasakan sudah memadai. Traksi kulit overhead (overhead skin traction) memiliki risiko
berupa efek yang merugikan pada sirkulasi ekstremitas.Traksi kulit sebaiknya dipilih
bahan yang hipoalergenik (ex, Elastoplast) untuk pasien yang alergi dengan bahan yang
biasa atau pada orang tua dimana kulitnya telah rapuh.
realignment anatomis.
SH IV: Fraktur berjalan oblik melewati metafisis, fisis, dan epifisis.
SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit untuk mendiagnosis pada saat cidera. Tidak
tampak garis fraktur pada awal rontgen; jarang terjadi; Risiko besar terjadi gangguan
pertumbuhan.
4. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.
b. Pemeriksaan Lokal
1. Inspeksi (Look)
2. Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,
pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu
utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
3. Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur
untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
4. Pergerakan (Movement)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal
cedera.
5. Pemeriksaan neurologis
6. Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta
gradasi
kelainan
neurologis
yaitu
neuropraksia,
aksonotmesis
atau
neurotmesis.
c. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelainan
tulang dan sendi :
1) Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun
demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta
pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.
CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau
sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan
pesawat khusus.
Gambar 5.2. Fraktur femur
3) MRI
MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan jaringan
lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot,
tulang rawan, dan tulang.
Gambar 5.3. Fraktur collum femur.
5. Proses Penyembuhan
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya tahan
pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya diikuti
kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang kompleks karena
pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam mereposisi fraktur
tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar tidak timbul komplikasi selama
reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and
screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang
patah ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan terjadi
proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995). Stadium
penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.1 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang
Hematoma
Tulang Tulang patah
mengenai
Proliferasi
Sel-sel
Kalsifikasi
Jaringan
Konsolidasi
Callus yang
Remodeling
Tulang
periosteum
seluler yang
belum
menyambung
pembuluh
dan
keluar dari
masak akan
atau
darah
endosteum
masing-
membentuk
membentuk
paling
masing
callus
Terbentuk
menonjol
fragmen
hematoma di
pada tahap
yang sudah
Berlangsun
dalam canalis
sekitar
proliferasi
matang
g bertahap
medularis.
pepatahan
maupun dari
dan
Proliferasi
Sel-sel
berubah-
Osteoblast
Hematoma
dari sel-sel
memberi
ubah
mengabsorbsi
dibentuk
dalam
perlengkapa
jaringan
periosteum
n untuk
Adanya
tulang yang
lunak di
yang
osteoblast.
aktivitas
lebih.
sekitarnya
menutupi
pembentukan
osteoblast
fraktur, sel-
Condoblast
menjadi
Berlangsung
Permukaan
sel ini
membentuk
tulang lebih
selama 24
tulang yang
merupakan
callus yang
kuat dan
minggu sampai
patah tidak
tumbuhnya
belum masak
masa
1 tahun
mendapatka
osteoblast
dan
strukturnya
membentuk
berlapis-
jendolan.
lapis
n supplay
Akan
Berlangsung
melepaskan
selama24
unsur-unsur
Adanya
Berlangsun
jam setelah
intraseluler
rigiditas pada
g setelah
terjadi
dan
fraktur
12-14
perpatahan
kemudian
minggu
menjadi
Berlangsung
fragmen lain
selama 6-12
Berlangsun
minggu
g selama 34 hari
Peradangan
Radang adalah
Proliferasi
Terjadinya perbaikan jaringan
Remodeling
Terjadi
mekanisme
pembentukan
pertahanan diri
penghubung (connectifity).
matrik jaringan
connective dan
terluka.
sebagai fase
Reaksi radang
penguatan
menyebabkan
mukosa.
jaringan parut,
musnahnya agen
jaringan kolagen
yang
dilepaskan oleh
membahayakan
fibriosis serta
dan mencegah
jaringan
penyebaran yang
connective
luas.
peradangan dengan
masih bersifat
Radang juga
lunak.
menyebabkan
Organisasi
jaringan yang
sejajar masih
cidera diperbaiki
terbentuk pada
permukaan luka
baru.
sehingga akan
Tanda-tanda
memelihara
radang: Bengkak
tensil strength.
(tumor), berwarna
Namun
kemerahan
kekuatan
(rubon), panas
maximum dari
(kalor), gangguan
phagocytic.
jaringan parut
gerak (fungsiolesi)
berpindah.
jaringan normal.
Radang
Pada 24 jam pertama
Poliferasi
Setelah 3-9 hari epitel
Cicatrik
Merupakan
fase
radang yang
pembentukan
mendadak.
jaringan parut
Hal-hal di bawah
berkembang.
permanen
merupakan kejadian
Epidermis yang
jaringan parut
berhubungan dengan
tersebut akan
jam pertama
selokan berkurang
berkonstruksi
penyembuhan luka.
dan pembuluh
perpindahan, dari
darah yang
jaringan yang
terdapat
mengalami nekrosis
jaringan granulasi,
didalamnya
jaringan granulasi
akan
sayatan.
tersusun dari
dilenyapkan,
epitelialossel.
sehingga
Fibroblast yang
jaringan parut
melepaskan collagen
berubah putih,
dengan jaringan
colagen
nekrotik mengalami
pembentukan bekas
menjadi kuat,
penebalan 24 jam ke 2,
bekas luka
membantu
tidak bisa
terbentuknya jaringan
dihilangkan.
Berlangsung
berinvasi mendekatkan
beberapa
ke 2 ujungnya.
terbentuk berdasarkan
minggu
40 sampai 48 jam
terjadinya luka.
sampai
Sebelum permukaan
beberapa
epitel tersebut
bulan
membuang nekrotik
terbentuk, jaringan
bergabung dengan
keduanya bergabung
luka dengan
memutuskan hubungan
bertujuan
dipermukaan epitelium.
mengeluarkan
perompeng.
Jaringan lunak
Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.
proses
ini
tidak
terlewati
akan
terjadi
degenerasi.
Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah
oedem dan kadang disertai hemorage.
Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada
nyeri dan protektif spastik
Pembekuan
Reconstitutio
Dengan
mempercepat
communty
of
istirahat
dan
terapi
penanganan
yang
adekuat
sehingga
akan
respon
terhadap
perbaikan,
regenerasi,
jaringan
normal,
perbaikan
kekuatan,
Jaringan lunak
Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera
menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus
berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf
akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan,
lama waktu penyembuhan
DAFTAR PUSTAKA
Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of Radiology and
Orthopedics. The University of Rochester Medical Center Roschester, New York.
1997. Page 23 - 29
Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku Kedokteran
[Cited
August
12].
Available
http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
Douglas F Aukerman. Femur injuries and Fractures.[online].2008.[Cited August 10].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview
from.