Anda di halaman 1dari 20

TINJAUAN PUSTAKA

1. Anatomi Femur
Merupakan tulang panjang dalam tubuh yang dibagi atas Caput Corpus dan
collum dengan ujung distal dan proksimal. Tulang ini bersendi dengan acetabulum dalam
struktur persendian panggul dan bersendi dengan tulang tibia pada sendi lutut (Syaifudin,
B.AC 1995). Tulang paha atau tungkai atas merupakan tulang terpanjang dan terbesar
pada tubuh yang termasuk seperempat bagian dari panjang tubuh. Tulang ini memiliki
karakteristik yaitu:
Artikulasi kaput femoralis dengan acetabulum pada tulang panggul. Dia terpisah
dengan collum femoris dan bentuknya bulat,halus dan ditutupi deengan tulang
rawan sendi. Konfigurasi ini memungkinkan area pegerakan yang bebas. Bagian
caput mengarah ke arah medial, ke atas, dan kedepan acetabulum. Fovea adalah
lekukan ditengah caput, dimana ligamentum teres menempel. Collum femur
membentuk sudut 1250 dengan corpus femur. Pengurangan dan pelebaran sudut

yang patologis masing masing disebut deformitas coxa vara dan coxa valga.
Corpus femur menentukan panjang tulang. Pada bagian ujung diatasnya terdapat
trochanter major dan pada bagian posteromedialnya terdapat trochanter minor.
Bagian anteriornya yang kasar yaitu line trochanteric membatasi pertemuan
antara corpus dan collum. Linea aspera adalah tonjolan yang berjalan secara
longitudinal sepanjang permukaan posterior femur, yang terbagi, pada bagian
bawah menjadi garis- garis suprakondilar. Garis suprakondilar medial berakhir

pada adductor tubercle.


Ujung bawah femur teridiri dari condilus femoral, medial dan lateral femur
epicondilus medial. Bagian tersebut menunjang permukaan persendian dengan
tibia pada sendi lutut. Lateral epycondilus lebih menonjol dari medila epycondilus,
hal ini untuk mencegah pergeseran lateral dari patella. Kondilus kondilus itu
didipisahkan bagian posteriornya dengan sebuah intercondylar notch yang dalam.
Femur bawah pada bagian anteriornya halus untuk berartikulasi dengan bagian

posterior patella.
Anatomi normal osseus pada femur cukup jelas. Proyeksi normal x ray nya
adalah AP dan lateral. Jika terdpat Fraktur femur sebenarnya sangat jelas, seperti
yang biasa diperkirakan, mungkin saja frakturnya transversal, spiral, atau
comminut fraktur, dengan variasi sudut dan bagian bagian yang tumpang tindih.

Gambar 2.1. Anatomi Femur


Tulang paha terdiri dari 3 bagian, yaitu epiphysis proximalis, diaphysis, dan
epiphysis distalis.
- Epiphysis Proksimalis
Ujung membuat bulatan 2/3 bagian bola disebut caput femoris yang punya facies
articularis untuk bersendi dengan acetabulum ditengahnya terdapat cekungan
disebut fovea capitis. Caput melanjutkan diri sebagai collum femoris yang kemudian
disebelah lateral membulat disebut throcantor major ke arah medial juga membulat
kecil disebut trochantor minor. Dilihat dari depan, kedua bulatan major dan minor ini
dihubungkan oleh garis yang disebut linea intertrochanterica (linea spiralis). Dilihat
dari

belakang,

kedua

bulatan

ini

dihubungkan

intertrochanterica. Dilihat dari belakang pula,


-

oleh

rigi

disebut

crista

maka disebelah medial trochantor

major terdapat cekungan disebut fossa trochanterica.


Diaphysis
Merupakan bagian yang panjang disebut corpus. Penampang melintang merupakan
segitiga dengan basis menghadap ke depan. Mempunyai dataran yaitu facies
medialis, facies lateralis, facies anterior. Batas antara facies medialis dan lateralis
nampak di bagian belakang berupa garis disebut linea aspera, yang dimulai dari
bagian proximal dengan adanya suatu tonjolan kasar disebut tuberositas glutea.
Linea ini terbagi menjadi dua bibit yaitu labium mediale dan labium laterale, labium
medial sendiri merupakan lanjutan dari linea intertrochanrterica. Linea aspera bagian
distal membentuk segitiga disebut planum popliseum. Dari trochantor minor terdapat
suatu garis disebut linea pectinea. Pada dataran belakang terdapat foramen

nutricium, labium medial lateral disebut juga supracondylaris lateralis/medialis.


Epiphysis distalis
Merupakan bulatan sepasang yang disebut condylus medialis dan condylus lateralis.
Disebelah proximal tonjolan ini terdapat lagi masing-masing sebuah bulatan kecil

disebut epicondylus medialis dan epicondylus lateralis. Epicondylus ini merupakan


akhir perjalanan linea aspera bagian distal dilihat dari depan terdapat dataran sendi
yang melebar disebut facies patelaris untuk bersendi dengan os. patella.
Intercondyloidea

yang

dibagian

proximalnya

terdapat

garis

disebut

linea

intercondyloidea
2. Perbedaan fraktur femoral pada anak dan dewasa
- Fraktur femoral pada anak sembuh lebih cepat karena adanya periosteum yang
aktif dan banyaknya vascular. Pembentukan kalus lebih cepat terjadi untuk

menopang fraktur femoral pada anak. (Murugappan, 2011)


Fraktur leher femur pada anak terjadi karena trauma yang besar, berbeda
dengan dewasa yang terjadi karena trauma kecil, seperti jatuh ke lantai.
(Murugappan, 2011)
- Pemisahan transepifisis merupakan cedera yang terjadi pada

pembentukan tulang yang imatur. (Murugappan, 2011)


Deformitas tulang dapat terjadi jika terjadi pertumbuhan yang abnormal karena

kerusakan lempeng pertumbuhan. (Skinner, 2003)


Permukaan sendi pada anak biasanya lebih tolerir terhadap iregularitas daripada
orang dewasa. (Skinner, 2003)

3. Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat terbagi menjadi 3 klasifikasi, yaitu:
1. Klasifikasi etiologis
Fraktur traumatikY
Yang terjadi karena trauma yang tiba-tiba
Fraktur patologis
Terjadi karena kelemahan tulang sebelumnya akibat kelainan patologis di dalam
tulang, misalnya tumor tulang primer atau sekunder, mieloma multipel, kista

tulang, osteomielitis dan sebagainya.


Fraktur stres
Terjadi karena adanya trauma yang terus menerus pada suatu tempat tertentu.

2. Klasifikasi klinis
Fraktur tertutup (simple fracture)
Adalah suatu fraktur yang tidak mempunyai hubungan dengan dunia luar.
Fraktur terbuka (compound fracture)
Adalah fraktur yang mempunyai hubungan dengan dunia luar melalui lika pada
kulit dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari dalam) atau from

without (dari luar)


Fraktur dengan komplikasi (complicated fracture)
Adalah fraktur yang disertai dengan komplikasi, misalnya malunion, delayed

union, nonunion, infeksi tulang.


3. Klasifikasi radiologis
Klasifikasi ini berdasarkan atas:
a. Lokalisasi

Diafisial
Metafisial
Intra-artikuler
Fraktur dengan dislokasi

Gambar 2.2. klasifikasi fraktur menurut lokalisasi. (A)Fraktur diafisis, (B)Fraktur metafisis,
(C)Dislokasi dan fraktur, (D)Fraktur intra-artikule.

Konfigurasi
Fraktur transversal
Faktur oblik
Fraktur spiral
Fraktur Z
Fraktur segmental
Fraktur komunitif, fraktur lebih dari dua fragmen
Fraktur baji biasanya pada vertebra karena trauma kompresi
Fraktur avulsi, fragmen kecil tertarik oleh otot atau tendo misalnya fraktur

epikondilus humeri, fraktur patela


Fraktur depresi, karena trauma langsung misalnya pada tulang tengkorak
Fraktur impaksi
Fraktur pecah (burst) dimana terjadi fragmen kecil yang berpisah pada fraktur

vertebra, patela, talus, kalkaneus


Fraktur epifisis.

Gambar 2.3. klasifikasi fraktur sesuai konfigurasi. (A)Transversal, (B)Oblik, (C)Spiral,


(D)Kupu-kupu, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi.

b. Menurut ekstensi
Fraktur total
Fraktur tidak total (fraktur crack)
Fraktur buckle atau torus
Fraktur garis rambut
Fraktur green stick

Gambar 2.4. Beberapa gambaran radiologik konfigurasi fraktur (A)Transversal, (B)Oblik,


(C)Segmental, (D)Spiral dan segmental, (E)Komunitif, (F)Segmental, (G)Depresi
c. Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya (gambar 2.4)
Tidak bergeser (undisplaced)
Bergeser (displaced)
Bergeser dapat terjadi dalam 6 cara :
a) Bersampingan
b) Angulasi
c) Rotasi
d) Distraksi
e) Over-riding
f) Impaksi

Gambar 2.5
Klasifikasi Fraktur
1. FRAKTUR

Femur
PROXIMAL

FEMUR
Intracapsular
femoral head
Capital

fraktur

termasuk

dan leher femur


: uncommon

Subcapital
: common
Transcervical : uncommon
Basicervical : uncommon

Gambar 2.6

Entracapsular fraktur termasuk trochanter


Intertrochanteric
Subtrochanteric

Gambar 2.7

Gambar 2.8 Klasifikasi dari fraktur femur proksimal pada anak, berdasarkan klasifikasi
Colonna dan Delbet

2. Fraktur Leher Femur


Frekuensi dan Mekanisme Cedera
Fraktur disekitar sendi panggul merupakan akibat paksaan seperti trauma energi
tinggi atau pada keadaan yang yang jarang yang sering dikaitkan dengan kondisi
patologis. Fraktur leher femur pada gambaran yang tidak khas

merupakan suatu

kekerasan terhadap anak (child abuse) yang juga sering terjadi akhir akhir ini. insidensi
secara keseluruhan pada fraktur leher femur pada anak anak adalah kurang dari 1%.
Fraktur ini terjadi pada anak anak semua usia, tetapi insidensi tertinggi pada usia 11
tahun dan 12 tahun, dengan 60 70% terjadi pada anak laki laki. Pada Negara
berkembang penyebab paling sering adalah kecelakaan lalu lintas sedangkan pada
negara maju umunya penyebabnya adalah jatuh dari ketinggian seperti dari pohon dan
atap rumah. 30% pasien pasien ini mengalami cedera yang berkaitan dengan dada,
kepala, dan abdomen. Cedera pada ekstremitas seperti fraktur femur, tibia fibula, dan

pelvik juga sering. Hal lain yang sering menyebabkan fraktur femur pada anak adalah
child

abuse.

Pada

neonatus,

cedera

lahir

dapat

menyebabkan

pemisahan

transipiphyseal.

Gambar 2.9 Fraktur Leher Femur


Tipe

Insidensi
8%

Penyebab
Trauma energi tinggi

Karakteristik Penting
50% kasus terjadi dengan

Child abuse

dislokasi kaput epifisis

Persalinan letak sungsang


yag sulit

Risiko tinggi AVN (Avaskular


Nekrosis) (20 100%) jika
dikaitakan dengan dislokasi
epifisis

Diagnosis
artritis,

dislokasi

lepasnya
45%

Trauma berat

banding

septik
panggul,

kaput

femur

epifisis.
Variasi yang paling banyak

70 80% terjadi displace

Risiko tinggi AVN (sampai


50%)

Pada

fraktur

displace,

hilangnya reduksi, malunion,


35%

Trauma berat

non- union, deformitas varus,


AVN 20 25% tergantung
pada

12%

Trauma

penempatan

saat

waktu cedera.
Nonunion dan AVN jarang

Prinsip penatalaksanaan termasuk di antaranya :

Minimalkan komplikasi yang potensial pada avascular necrosis (AVN).

Hindari cedera pada lempeng fisis.

Reduksi fragmen fragmen secara anatomis

Stabilisasi dengan pin atau sekrup mengakibatkan protesi dini menahan


berat.

Dekompresi terhadap hemarthrosis dan fiksasi internal stabil merupakan aspek


penting terhadap treatment untuk semua fraktur dengan pergeseran. Fraktur yang tidak
mengalami pergeseran dapat ditangani secara konservatif dengan cast immobilisasi
menggunakan hip spica.
Berdasarkan studi yang dilakukan pada 71 kasus dari British Orthopedic
Association yang dilaporkan pada tahun 1962, Ratliff menyebutkan bahwa insidensi tinggi
non union terjadi pada fraktur tipe II atau tipe III yang diterapi secara konservatif. Canale
dan Bourland pada tahun 1974, melaporkan bahwa dengan operasi fiksasi yang diamati
menunjukan hasil yang lebih baik
Menurut Anil Arora (2006) penanganan fraktur leher femur traumatic pada anak
didasari oleh tipe dan jumlah pergesaran akibat fraktur, dan maturitas skeletal pada anak.
Untuk internal fiksasi pada fraktur leher femur tipe I, tipe II, dan tipe III, pin halus dapat
digunakan pada infant, sekrup kanul 4.0 mm pada anak anak; sekrup kanul 6.5 mm
pada remaja. Untuk fiksasi fraktur tipe IV, secara teori sekrip panggul pediatric (pediatric
hip screw) lebih baik pada anak anak dan sekrup panggul dewasa untuk anak remaja.
Hip spica cast yang digunakan untuk imobilisasi post operasi banyak terutama pada anak
anak < 10 tahun. Untuk anak anak yang lebih tua, imobilisasi dengan pin lebih
dianjurkan
3. Fraktur Batang Femur (Femoral Shaft Fracture)
Frekuensi dan Mekanime Cedera
Fraktur batang femur termasuk di antaranya subtrokanter dan suprakondilar yang
berkisar 1.6% pada semua fraktur pada anak. Rasio anak laki laki dan perempuan
adalah 2 : 1. Angka kejadian tahunan fraktur batang femur adalah 19 per 100.000 anak.
Etiologi fraktur batang femur bergantung pada usia. Pada infant, diaman tulang
femur relative lemah dan mungkin patah karena beban karena terguling. Pada usia anak
taman kanak kanak dan usia sekolah, sekitar setengah dari fraktur batang femur
disebabkan oleh kecelakaan berkecepatan rendah seperti terjatuh dari ketinggian,
misalnya dari sepeda, pohon, tangga atau sesudah tersandung dan terjatuh pada level
yang sama dengan atau tanpa tabrakan. Seiring dengan meningkatnya kekuatan tulang

femur, dengan maturitas selanjutnya pada masa anak anak dan remaja, trauma
berkecepatan tinggi sering mengakibatkan fraktur pada femur.
Fraktur pada batang femur jarang terjadi akibat trauma kelahiran, dengan
pengecualian tersebut, maka fraktur ini dapat juga disebabkan oleh arthrogryposis
multiplex congenital, myelomeningocele, dan osteogenesis imperfect. Kontraktur yang
kaku pada panggul dan lutut pada anak anak dengan arthtogrypotic dapat
menyebabkan fraktur batang femur selama proses persalinan atau selama penanganan
selanjutnya. Kelompok risiko lainnya adalah bayi baru lahir dengan penyakit
neuromuscular seperti myelomeningocele, osteopenia. Dan osteogenesis imperfect yang
menyebabkan fraktur multiple.
Fraktur batang femur yang terjadi selama 12 bulan pertama kehidupan jarang
terjadi. Kebanyakan 30 50% merupakan non accidental dari child abuse. Penyebab ini
sering terlewatkan dan penilaian awal oleh dokter adalah perlindunagn terhadap anak
merupakan hal yang penting.
Klasifikasi
Fraktur shaft femoralis pada anak anak antara lain spiral, oblik, atau transversal,
fraktur ini umumnya dapat pecah atau tidak pecah, tertutup atau terbuka. Diagnosis
termasuk perbedaan antara fraktur pada epifisis (E), metafisis (M), atau diafisis (D)
menampilkan identifikasi yang khas pada anak. Klasifikasi pediatrik pada anak yang baru
memungkinkan dokumentasi dan pembanding terhadap metode pengobatan pada
praktek klinik yang sama dengan penelitian klinis prospektif
Penatalaksanaan
Fratur batang femur diterapi menurut usia dan besar anak, seiring cedera
cedera tersebut seperti cedera kepala atau politrauma, atau tampak adanya lesi terbuka
dengan cedera pada pembuluh darah dan saraf. Penyesuaian dengan pengobatan dan
faktor sosioekonomik harus dipertimbangkan.
Traksi masih digunakan secara luas untuk fraktur batang femur pada anak anak
pra sekolah dan anak tahun pertama sekolah. Hospitalisasi selama 4 6 minggu
dirasakan sudah memadai. Traksi kulit overhead (overhead skin traction) memiliki risiko
berupa efek yang merugikan pada sirkulasi ekstremitas.Traksi kulit sebaiknya dipilih
bahan yang hipoalergenik (ex, Elastoplast) untuk pasien yang alergi dengan bahan yang
biasa atau pada orang tua dimana kulitnya telah rapuh.

Gambar 2.3 Traksi Kulit


Kontraindikasi traksi kulit yaitu bila terdapat luka atau kerusakan kulit serta traksi
itu, itu, yang memerlukan beban > 5 kg. Akibat traksi kulit yang kelebihan beban di
antaranya adalah nekrosis kulit, obstruksi vaskuler, oedem distal, serta peroneal nerve
palsy pada traksi tungkai.
Selain itu, traksi kulit-Bryan traksi juga menjadi pilihan terapi pada fraktur batang
femur. Anak diposisikan dengan tidur terlentang di tempat tidur, kedua tungkai dipasang
traksi kulit, kemudian kedua tungkainya ditegakkan ke atas, ditarik dengan tali yang diberi
beban 1-2 kg, sampai kedua bokong anak tersebut terangkat dari tempat tidur.

Gambar 2.4 Bryan traksi


Komplikasi Bryan traksi adalah terjadi iskemik paralisis. Hal ini disebabkan karena
terganggunya aliran darah pada tungkai yang ditinggikan.
4. Fraktur Distal Femur
Klasifikasi
Klasifikasi Shalter Harris (SH), yang mendriskipsikan dalam 5 (lima) tipe, yaitu : (Arora,
2006)
- SH I: Fraktur pada zona hipertropi kartilago fisis, memisahkan epifisis dan metafisis
secara longitudinal; Prognosis baik, biasanya hanya dengan closed reduction, ORIF
-

dapat dilakukan jika stabilitas tidak tercapai atau tidak terjamin.


SH 2: Fraktur sebagian mengenai fisis dan fragmen segitiga metafisis; 75% dari

semua fraktur fisis.


SH 3: Fraktur pada fisis dengan diskontinuitas artikular. Mengenai sebagian fisis,
epifisis, dan permukaan sendi. Sering memerlukan ORIF untuk memastikan

realignment anatomis.
SH IV: Fraktur berjalan oblik melewati metafisis, fisis, dan epifisis.
SH V: Lesi kompresi pada fisis; sulit untuk mendiagnosis pada saat cidera. Tidak
tampak garis fraktur pada awal rontgen; jarang terjadi; Risiko besar terjadi gangguan
pertumbuhan.

Gambar 2.10. Fraktur Shelter Haris

4. PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
a. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan awal penderita, perlu diperhatikan adanya:
1. Syok, anemia atau pendarahan
2. Kerusakan pada organ-organ lain, misalnya otak, sumsum tulang belakang atau
organ-organ dalam rongga toraks, panggul dan abdomen
3. Faktor predisposisi, misalnya pada fraktur patologis.

b. Pemeriksaan Lokal
1. Inspeksi (Look)
2. Pembengkakan, memar dan deformitas (penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi,
pemendekan) mungkin terlihat jelas, tetapi hal yang penting adalah apakah kulit itu
utuh; kalau kulit robek dan luka memiliki hubungan dengan fraktur, cedera terbuka
3. Palpasi (Feel)
Terdapat nyeri tekan setempat, tetapi perlu juga memeriksa bagian distal dari fraktur
untuk merasakan nadi dan untuk menguji sensasi. Cedera pembuluh darah adalah
keadaan darurat yang memerlukan pembedahan
4. Pergerakan (Movement)
Krepitus dan gerakan abnormal dapat ditemukan, tetapi lebih penting untuk
menanyakan apakah pasien dapat menggerakan sendi sendi dibagian distal
cedera.
5. Pemeriksaan neurologis
6. Pemeriksaan neurologis berupa pemeriksaan saraf secara sensoris dan motoris
serta

gradasi

kelainan

neurologis

yaitu

neuropraksia,

aksonotmesis

atau

neurotmesis.
c. Pemeriksaan radiologi
Macam-macam pemeriksaan radiologi yang dapat dilakukan untuk menetapkan kelainan
tulang dan sendi :
1) Foto Polos
Dengan pemeriksaan klinik kita sudah dapat mencurigai adanya fraktur. Walaupun
demikian pemeriksaan radiologis diperlukan untuk menentukan keadaan, lokasi
serta ekstensi fraktur. Untuk menghindarkan bidai yang bersifat radiolusen untuk
imobilisasi sementara sebelum dilakukan pemeriksaan radiologis.
Tujuan pemeriksaan radiologis :
Untuk mempelajari gambaran normal tulang dan sendi
Untuk konfirmasi adanya fraktur
Untuk melihat sejauh mana pergerakan dan konfigurasi fragmen serta

pergerakannya
Untuk menentukan teknik pengobatan
Untuk menentukan apakah fraktur itu baru atau tidak
Untuk menentukan apakah fraktur intra-artikuler atau ekstra-artikuler
Untuk melihat adanya keadaan patologis lain pada tulang
Untuk melihat adanya benda asing, misalnya peluru.

Gambar 5.1. Fraktur batang femur


2)

CT-Scan
Suatu jenis pemeriksaan untuk melihat lebih detail mengenai bagian tulang atau
sendi, dengan membuat foto irisan lapis demi lapis. Pemeriksaan ini menggunakan
pesawat khusus.
Gambar 5.2. Fraktur femur

3) MRI
MRI dapat digunakan untuk memeriksa hampir semua tulang, sendi, dan jaringan
lunak. MRI dapat digunakan untuk mengidentifikasi cedera tendon, ligamen, otot,
tulang rawan, dan tulang.
Gambar 5.3. Fraktur collum femur.
5. Proses Penyembuhan
Tulang bersifat terlalu rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya tahan
pegas untuk menahan tekanan, tulang yang mengalami fraktur, biasanya diikuti
kerusakan jaringan sekitarnya. Fraktur ini suatu permasalahan yang kompleks karena
pada fraktur tersebut tidak dilukai luka terbuka, sehingga dalam mereposisi fraktur
tersebut perlu pertimbangan dengan fiksasi yang baik agar tidak timbul komplikasi selama
reposisi. Penggunaan fiksasi yang tepat yaitu dengan internal fiksasi jenis plate and
screw. Dilakukan operasi terhadap tulang ini bertujuan mengembalikan posisi tulang yang
patah ke normal atau posisi tulang sudah dalam keadaan sejajar sehingga akan terjadi
proses penyambungan tulang, yang menurut (Appley, Ronald, 1995). Stadium
penyembuhan fraktur melalui beberapa tahap antara lain dapat dilihat pada tabel:
Tabel 2.1 Tahap-tahap atau proses penyembuhan tulang
Hematoma
Tulang Tulang patah
mengenai

Proliferasi
Sel-sel

Kalsifikasi
Jaringan

Konsolidasi
Callus yang

Remodeling
Tulang

periosteum

seluler yang

belum

menyambung

pembuluh

dan

keluar dari

masak akan

atau

darah

endosteum

masing-

membentuk

membentuk

paling

masing

callus

baik dari luar

Terbentuk

menonjol

fragmen

hematoma di

pada tahap

yang sudah

Berlangsun

dalam canalis

sekitar

proliferasi

matang

g bertahap

medularis.

pepatahan

maupun dari

dan
Proliferasi

Sel-sel

berubah-

Osteoblast

Hematoma

dari sel-sel

memberi

ubah

mengabsorbsi

dibentuk

dalam

perlengkapa

jaringan

periosteum

n untuk

Adanya

tulang yang

lunak di

yang

osteoblast.

aktivitas

lebih.

sekitarnya

menutupi

pembentukan

osteoblast

fraktur, sel-

Condoblast

menjadi

Berlangsung

Permukaan

sel ini

membentuk

tulang lebih

selama 24

tulang yang

merupakan

callus yang

kuat dan

minggu sampai

patah tidak

tumbuhnya

belum masak

masa

1 tahun

mendapatka

osteoblast

dan

strukturnya

membentuk

berlapis-

jendolan.

lapis

n supplay
Akan
Berlangsung

melepaskan

selama24

unsur-unsur

Adanya

Berlangsun

jam setelah

intraseluler

rigiditas pada

g setelah

terjadi

dan

fraktur

12-14

perpatahan

kemudian

minggu

menjadi

Berlangsung

fragmen lain

selama 6-12

Berlangsun

minggu

g selama 34 hari

Tabel 2.2 Tahap-tahap atau proses penyembuhan otot


Oto

Peradangan
Radang adalah

Proliferasi
Terjadinya perbaikan jaringan

Remodeling
Terjadi

mekanisme

epitelium dan jaringan

pembentukan

pertahanan diri

penghubung (connectifity).

matrik jaringan

pada otot yang

Epitelium adalah lapisan yang

connective dan

terluka.

membentuk epidemis kulit

sebagai fase

Reaksi radang

dan lapisan permukan

penguatan

menyebabkan

mukosa.

jaringan parut,

musnahnya agen

Jaringan penghubung adalah

jaringan kolagen

yang

jaringan yang terdapat pada

dilepaskan oleh

membahayakan

jaringan ekstra selular.

fibriosis serta

dan mencegah

Fibriobrasi akan berguna

jaringan

penyebaran yang

pada daerah yang mengalami

connective

luas.

peradangan dengan

masih bersifat

Radang juga

membentuk fibrin, lalu akan

lunak.

menyebabkan

membentuk jaringan parut

Organisasi

jaringan yang

yang akan menyokong tensil

sejajar masih

cidera diperbaiki

strength untuk perbaikan.

terbentuk pada

atau diganti yang

Disaat yang bersamaan sel

permukaan luka

baru.

endotel baru berkembang.

sehingga akan

Tanda-tanda

Setelah berlangsung selama

memelihara

radang: Bengkak

7 hari degenerasi protein

tensil strength.

(tumor), berwarna

miofibril akan berlangsung

Namun

kemerahan

secara perlahan-lahan yang

kekuatan

(rubon), panas

diikuti dengan serangan

maximum dari

(kalor), gangguan

phagocytic.

jaringan parut

gerak (fungsiolesi)

Sel-sel otot yang mati akan

hanya 70% dari

berpindah.

jaringan normal.

Tabel 2.3 Tahap-tahap atau proses penyembuhan kulit


Kuli

Radang
Pada 24 jam pertama

Poliferasi
Setelah 3-9 hari epitel

Cicatrik
Merupakan

akan mengalami reaksi

akan menutup kembali

fase

radang yang

keratin dan meluasnya

pembentukan

mendadak.

permukaan luka yang

jaringan parut

Hal-hal di bawah

berkembang.

permanen

merupakan kejadian

Epidermis yang

jaringan parut

hislogik yang terjadi 48

berhubungan dengan

tersebut akan

jam pertama

selokan berkurang

berkonstruksi

penyembuhan luka.

karena mutasi atau

dan pembuluh

8 jam, meluasnya area

perpindahan, dari

darah yang

jaringan yang

fibrobast dan terisi oleh

terdapat

mengalami nekrosis

jaringan granulasi,

didalamnya

pada kedua sisi

jaringan granulasi

akan

sayatan.

tersusun dari

dilenyapkan,

16 jam epitelium yang

epitelialossel.

sehingga

terletak antara jaringan

Fibroblast yang

jaringan parut

yang masih hidup

melepaskan collagen

berubah putih,

dengan jaringan

yang digunakan untuk

colagen

nekrotik mengalami

pembentukan bekas

menjadi kuat,

penebalan 24 jam ke 2,

luka dan kapiler

bekas luka

epitel yang berasal dari

membantu

tidak bisa

jaringan epitel yang

terbentuknya jaringan

dihilangkan.

masih hidup dan

parut yang kemerahan.

Berlangsung

berinvasi mendekatkan

Jarinan garnulasi akan

beberapa

ke 2 ujungnya.

terbentuk berdasarkan

minggu

40 sampai 48 jam

terjadinya luka.

sampai

kedua, epitel tersebut

Sebelum permukaan

beberapa

akan bertemu dan

epitel tersebut

bulan

membuang nekrotik

terbentuk, jaringan

dari lapisan jaringan

granulasi yang baru

yang keraktiosa, lalu

bergabung dengan

keduanya bergabung

fibroblast dan kapiler

dan menyatu di bawah

akan berangsur pulih.

luka dengan

Lalu secara berangsur-

memutuskan hubungan

angsur akan terjadi

pada luka yang

konstruksi pada luka

bertujuan

dipermukaan epitelium.

mengeluarkan
perompeng.

Tabel 2.4 Tahap-tahap atau proses penyembuhan jaringan lunak


Peradangan

Jaringan lunak
Siklus perlukaan menyebabkan reaksi dari jaringan
mengakibatkan merusak sel karena trauma, infeksi,
ischemia, sekunder atau agen fisik.

Reaksi radang untuk memulai proses healing, tetapi


proses healing tidak terjadi sampai reaksi peradangan
reda.
Dengan dimulainya respon peradangan maka siklus
perlukaan telah terlihat
Dalam persendian dan struktur peri artikuler reaksi
jaringan mengarah kepada reaksi yang berlebihan,
synovial menjadi hipertensi, kadang hematrosis dan
akhirnya

proses

ini

tidak

terlewati

akan

terjadi

degenerasi.
Jaringan lunak lainnya reaksi salah satunya adalah
oedem dan kadang disertai hemorage.
Perubahan ini membuat peradangan mengarah pada
nyeri dan protektif spastik
Pembekuan

Dengan adanya luka yang diikuti pendarahan dan


vasokontriksi pada pembuluh darah.
Mekanisme pembekuan, biasanya selesai selama 5 menit
tetapi dapat memakan 24 sampai 38 jam
Tromboplastin, tromboplastin (plasma protein) menjadi
trombin dibantu enzim trombo plastin dan lonca trombin
serta fibrinogen bergabung membentuk fibrin yang
akhirnya fibrin bersama platelest menjadi bekuan darah.

Reconstitutio

Dengan

mempercepat

communty

of

istirahat

dan

terapi

penanganan

yang

adekuat

sehingga

akan
respon

penyembuhan dapat terjadi.


Berpengaruh

terhadap

perbaikan,

regenerasi,

hypertrophy, pengurangan nyeri, pengembalian ROM,


menjadikan

jaringan

normal,

perbaikan pola gerakan normal

perbaikan

kekuatan,

Tabel 2.5 Tahap-tahap atau proses penyembuhan syaraf


Syaraf

Jaringan lunak
Proses penyembuhan neufibril bagian proksimal cidera
menuju distal.
Pembentukan selubung myelin dari selubung chutan terus
berkembang, neurofibril tumbuh di sekeliling protoplasma.
Pertumbuhan ini terjadi 1 mm/hari.
Bila selubung myelin sembuh sempurna maka fungsi syaraf
akan pulih.
Tanda awalnya bila disentuh akan terasa nyeri pada syaraf.
Proses perbaikan syaraf tergantung dari:
Panjang luas yang mengalami cidera, teknik pembedahan,
lama waktu penyembuhan

DAFTAR PUSTAKA

Harry J. Griffiths, M.D. Basic Bone Radiology. Associate Proffesor of Radiology and
Orthopedics. The University of Rochester Medical Center Roschester, New York.
1997. Page 23 - 29

Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Penerbit PT Yarsif Watampone,


Jakarta, 2009. Hal 82-85, 92-94, 355-361, 364
Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Patofisiologi Konsep Klinis Proses - proses penyakit
Volume 2. Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. 2005. Hal 1365
Omar Faiz, David Moffat. Anatomy at Glance. Cardiff University, 2002. Page 93.
Putz, R., Pabst. R. Atlas Anotomi Manusia Sobotta Jilid 2. Edisi 21. Jakarta. Penerbit
Buku Kedokteran. 2000. Hal. 276,278.
Fred A, Mettler, Jr., M.D., M.P.H. Essentials of Radiology. Univercity of New Mexico, 1996.
Page 337
Rasad, Sjahriar. Radiologi Diagnostik, Edisi Kedua, Iwan Ekayuda (editor), FK UI,
Jakarta, 2006. Hal 31
Weissleder, R., Wittenberg, J., Harisinghani, Mukesh G., Chen, John W. Musculoskeletal
Imaging in Primer of Diagnostic Imaging, 4th Edition. Mosby Elsevier. United
States. 2007. Page 408-410
Pradip R. Patel. Lecture Notes Radiologi, Edisi Kedua. Penerbit Erlangga Medical Series,
Jakarta, 2005. Hal 232
P.E.S. Palmer., W.P. Cockshott., V. Hegedus., E. Samuel. Manual of Radiographic
Interpretation for General Practitioners. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal
108-109
Holmes, Erskin J., Misra, Rakesh R. A-Z of Emergency Radiology. Cambridge University,
2004. Page 140-143
James E Keany, MD. Femur Fracture. [Online]. 2009. [Cited August 10]. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/824856-overview#showall
Adnan, M.

Tulang dan Sendi dalam: Diktat Radiologi IV. Bursa Buku Kedokteran

Aesculapius Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, 1983. Hal 2.


AO Foundation. Open Complete Articular Multifragmentary Distal Femoral Fracture.
[online]. 2009. [Cited August 16]. Available from http://www2.aofoundation.org
American Academy of Orthopaedic Surgeons. Hip Fracture. [online]. 2009. [Cited August
16]. Available from http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=A00392

The American Academy Of Orthopaedic Surgeons. Thigbone (Femur) Fracture.


[online].2008.

[Cited

August

12].

Available

http://orthoinfo.aaos.org/topic.cfm?topic=a00364
Douglas F Aukerman. Femur injuries and Fractures.[online].2008.[Cited August 10].
Available from http://emedicine.medscape.com/article/90779-overview

from.

Anda mungkin juga menyukai