Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
PC's Self-installer
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
PC's Self-installer
Padmakumara (18)
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
Berbicara tentang seri ke 18 ini, buku ini termasuk agak sulit untuk dibaca bagi mereka yang
pengetahuan dharma Budha secara umum nya masih minim dan bagi mereka yang tingkat
intelektual nya tidak tinggi. Bila kami harus mengutip sebuah kalimat dari buku ini untuk
memberi gambaran umum tentang keseluruhan isi buku, maka kalimat yang kami kutip
adalah sebagai berikut: "Barangsiapa memahami Lu Sheng Yen, ia adalah seorang Budha."
Akhir kata, Namo Vajracarya Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen Maha Padmakumara Putih
Budha Sinar Bunga Yang Leluasa. Namo ke 18 Maha Padmakumara dari Maha Dwikolam
Teratai Alam Sukhawati. Om Guru Lian Shen Siddhi Hum.
Hum. Hum. Hum. Hum. Hum. Hum. Hum.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
Oktober 1993
Maha Acarya Lu Sheng yen
17102 NE 40th Ct.
Remond, WA 98052 U.S.A
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
*****************************
*****************************
Mengapa saya datang ke dunia ini? Mengapa para insan tinggal di dunia Saha ini? Ini adalah
pertanyaan pertanyaan yang tidak dipahami banyak orang. Banyak orang bahkan tidak
pernah memikirkan hal hal itu. Tapi saya tahu jawaban nya. Jawaban dari saya adalah
"Makan dan Tidur".
Sesungguhnya "makan dan tidur" hanyalah fenomena yang palsu. Tugas saya yang
sebenarnya adalah "membangun eksistensi supernatural." Tapi, apakah itu "membangun
eksistensi supernatural?" Jadi, jawaban ini juga sulit dimengerti karena "eksistensi
supernatural" berkaitan dengan "kekosongan sejati". Membangun eksistensi supernatural
adalah seperti mengikuti alam alam mimpi, mencapai sukses seperti pasir yang mengalir.
Membangun eksitensi supernatural adalah memainkan "permainan supernatural".
*****************************
Apa sih sebenarnya Budha itu? Sutra Maha Vairocana mengatakan bahwa orang yang telah
mencapai pencerahan disebut Budha. Samyuktagama mengatakan bahwa orang yang
mengetahui kemunculan dan lenyapnya berbagai hal, orang yang telah menjalankan semua
latihan yang diperlukan, dan orang yang telah membuang semua yang perlu dibuang, dialah
seorang Budha. Seorang Budha di dunia ini adalah bagaikan sebuah bunga teratai yang tidak
ternoda oleh kekotoran. Ia tinggal di dunia tapi tidak melekat pada dunia ini. Ia telah
melepaskan segala jenis kekuatiran dan menyadari bahwa kelahiran dan kematian adalah
sama belaka. Sutra Nirvana mengatakan bahwa Budha adalah seperti orang yang
menemukan pencuri dan menghentikannya dari perbuatan kriminal. Para Budha dan
Mahasattva dapat bertahan dalam menghadapi kekuatiran tanpa henti. Kekuatiran tak lagi
dapat mengganggu mereka. Itu sebabnya mereka disebut para Budha. Sutra Nirvana juga
mengatakan bahwa Budha adalah welas asih dan welas asih adalah Budha. Itu adalah
kutipan kutipan dari berbagai sutra.
Kata Kata Dharma Vajra saya adalah sebagai berikut:
*****************************
Seseorang bertanya kepada saya sambil tertawa, "Siapa yang bisa membuktikan bahwa kau,
Lian Shen Rinpoche, telah menjadi seorang Budha?"
Saya menjawab, "Hanya para Budha yang dapat mengenali Budha."
Menurut Sutra Teratai, sangat sulit bagi seorang awam untuk memahami seorang Budha.
Hanya para Budha yang dapat sepenuhnya memahami makna sebenarnya dari berbagai
Dharma.
Vairocana Budha mengenal saya, begitu pula Budha Locana, dan Padmakumara. Dan, saya
tahu bahwa saya sendiri mengenal saya. Begitu pula dengan Sakyamuni Budha, Maitreya,
dan Padmasambhava. Semua Budha di 10 penjuru, dari masa lampau, masa sekarang, dan
masa yang akan datang, mengenal saya. Begitu pula, semua Bodhisattva mengenal saya.
"Kebudhaan" adalah harta pribadi saya.
Saya sendiri yang menunjukkan sifat kebudhaan.
Saya dapat memahami keadaan semua insan. Tujuan saya menulis buku ke 107 ini adalah
untuk membuat mereka mencerahkan diri sendiri. Membuat para insan mencerahkan diri
sendiri adalah menyelamatkan mereka. Sesungguhnya, yang disebut "menyelamatkan
mereka" adalah "tidak menyelamatkan mereka", dan karena "tidak menyelamatkan mereka",
maka disebut "menyelamatkan mereka".
Saya adalah Vairocana Budha, Budha Locana, dan Padmakumara. Seorang Budha dari
masa lampau telah menjelma kembali menjadi seorang manusia biasa, Lu Sheng Yen. Saya
tidak mau jauh dari para insan. Saya telah terlahir banyak kali, kali ini sebagai Guru Akar dari
aliran Satyabudha.
*****************************
Orang yang bisa berenang dapat mengajarkan orang lain cara berenang. Orang yang bisa
baca tulis bisa mengajarkan orang lain cara menulis. Orang yang bisa seni dapat
mengajarkan orang lain cara melukis. Orang yang bisa memahat dapat mengajarkan orang
lain cara memahat.
Saya adalah seorang Budha. Jadi, saya dapat mengajar orang lain menjadi Budha. Di jaman
sekarang ini ada banyak orang yang menyebut diri sebagai Acarya Acarya Budhis namun
mereka tidak menunjukkan sifat Budha sama sekali dan tidak memiliki kebajikan. Apa yang
mereka lakukan adalah berusaha meninggikan diri sendiri diatas orang orang lain dengan
mengatas-namakan Dharma Budha dan dengan menggunakan nama yang enak didengar
seperti "Ajaran Yang lurus". Mereka hanya menipu diri mereka sendiri dan juga orang lain.
SAYA ADALAH SEORANG BUDHA, SEORANG BUDHA SEJATI.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
PC's Self-installer
Setelah melakukan pengamatan, kita akan sadar bahwa Mara muncul dari pikiran.
Kemelekatan pada Ego adalah sumber dari semua Mara dan awal dari segala kasus
tumimbal lahir.
Karena adanya Ego, maka ada cinta, benci, dan birahi. Jadi, selama ada Ego, maka akan
selalu ada Mara. Tanpa Ego, maka tanpa Mara. Tanpa Ego, tak ada takut, resah, atau kaget.
Dengan kata lain, tanpa berpikir, tak ada Mara.
Apakah saya, Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, mengejar hal duniawi di dunia Saha ini?
Jawabannya adalah tidak.
Karena segala macam pengejaran adalah rintangan. Manusia menjadi terikat oleh apa yang
ia inginkan. Dharma Budha juga tidak terkecuali. Hanya bila orang tidak mengejar sesuatu,
barulah ia dapat mencapai pembebasan sejati. Mereka yang mengejar ketenaran,
keuntungan, kenikmatan birahi, jabatan tinggi, rumah, mobil, dan sebagainya, pasti akan
terikat oleh hal hal tersebut. Bahkan sewaktu orang mencari Dharma Budha, ia juga bisa
menjadi terhalang olehnya. Ke 84 ribu pintu dharma berarti 84 ribu jenis rintangan.
Untuk mengulang, orang yang masih berpikir tentu masih mengundang Mara. Orang yang
tidak lagi berpikir tidak akan mengundang Mara. Bila tak ada W ujud (Rupa), maka tak ada
Mara. Mara tidak bisa menghampiri mereka yang tinggal dalam kekosongan.
Diantara ke 4 Mara, hanya Mara Langit yang seimbang dengan Budha. Ada yang berkata
bahwa Mara Langit adalah penjelmaan dari Bodhisattva tingkat tinggi. Ada lagi yang berkata
bahwa tak ada beda antara Budha dan Mara.
Menurut saya, "Mara Langit juga mempunyai sifat Budha."
Mara Langit juga mempunyai dharmakaya, sambhogakaya, dan nirmanakaya dan
mempunyai tingkat istimewanya tersendiri dalam pencapaian.
Juga, saya berpendapat:
Secara prinsip, semua kemunculan Mara disertai oleh adanya DIRI. Mara muncul dari ke 6
indra atau dari pikiran sendiri. Ini semua karena kemelekatan pada ego. Datang dan perginya
Mara adalah disebabkan oleh pikiran.
Bagi seorang sadhaka sejati, begitu ia tidak lagi melekat pada ego, ia tidak akan takut pada
Mara Langit. Asalkan ia tetap berada dalam kekosongan, ia tidak akan takut sewaktu Mara
datang. Ini adalah alam tertinggi dalam mengalahkan Mara Langit.
*****************************
Di berbagai alam yang telah saya kunjungi, ada pemandangan pemandangan yang
mencekam hati atau membuat orang pingsan.
Saya katakan,
Budha adalah Mara.
Mara adalah Budha.
Mereka sama tanpa ada perbedaan. Pernyataan ini membawa kita pada kekosongan sejati.
Pernyataan ini melancarkan ke 5 cahaya. Pernyataan ini melenyapkan semua kekuatiran.
Pernyataan ini membuat sinar sinar saling memancar. Pernyataan ini membuat seorang
Maha Guru. Pernyataan ini menyatukan semua alam Dharma. Pernyataan ini menunjukkan
kesempurnaan terbesar kepada masa lalu, masa sekarang, masa yang akan datang, di 10
penjuru, di langit dan di bumi.
Budha dan Mara adalah sama.
*****************************
Di alam tertinggi,
Seorang Budha bukanlah Budha.
Seorang Mara bukanlah Mara.
Dharma bukanlah Dharma.
Seorang manusia bukanlah manusia.
Karena saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen, telah mencapai kekosongan dari
semua bentuk, saya telah terbebaskan dan berada di alam keleluasaan. Saya mempunyai
pemahaman sempurna tentang semua Dharma dan saya dapat menembus semua bentuk
rintangan. Saya dapat memainkan semua permainan supernatural yang saya inginkan. Saya
sekarang berada dalam keadaan "bersahutan dengan kondisi".
Ada uraian yang sangat terperinci dalam Sutra Hati:
Ke 4 unsur yang meliputi tanah, air, api, dan angin termasuk dalam "kekosongan derita".
Panca Skandha yang terdiri dari Rupa, Sensasi, Persepsi, Pencerapan, dan Kesadaran
termasuk dalam "kekosongan Tanpa Ego". Rupa itu sendiri adalah Kekosongan. Kekosongan
itu sendiri adalah Rupa.
Kesimpulan nya, "Semua eksistensi fenomena adalah akibat dari kombinasi berbagai sebab.
Mereka adalah hal hal yang dihasilkan oleh sebab sebab. Tak ada sesuatupun sebelum
mereka dihasilkan dan setelah mereka dimusnahkan. Mereka ada diantara kelahiran dan
kematian. Mereka hanyalah sekedar kemunculan sementara berdasarkan kombinasi dari
berbagai sebab".
Di alam ini, benak saya tidak melekat pada apapun juga dimanapun juga. Saya tidak punya
cinta, marah, loba, keuntungan, kerugian, perbedan antara diri dan orang lain, tak ada pikiran
yang tidak sehat, tak ada diskriminasi. Dengan segala sesuatu ditinggalkan, segala sesuatu
menjadi tenang, terpuaskan, dan kosong. Di alam ini, kekosongan pikiran membawa pada
kekosongan Panca Skandha, ke 6 indra, ke 6 sensasi dan persepsi, kekosongan dari 18
alam, dan 12 Nidana.
Apa yang saya capai dalam alam ini adalah:
"Ia itu tidak muncul dan tidak musnah. Ia tidak menjadi kotor ataupun menjadi bersih. Ia tidak
bertambah ataupun berkurang." Itulah sifat Budha. Sutra Hati berkata, "Tak ada dukha, sebab
dukha, akhir dukha, atau jalan pembebasan, tak ada 8 Jalan Kebenaran, dan tak ada 12
Nidana".
Ini adalah "pelenyapan".
Sewaktu orang memasuki alam ini, ia dapat membuang bukan hanya ego nya, tapi juga
kemelekatan nya pada Dharma, dan bahkan kemelekatan pada kekosongan. Ia telah
mencapai alam "tanpa kebijaksanaan dan tanpa pencapaian".
Semuanya itu adalah penampilan dari sifat jati diri saya. Apakah ada kebijaksanaan atau
pencapaian di dalam nya? Hanya saya yang tahu makna dari "diam selamanya".
Dua kata ini berarti "Anuttara-samyak-sambodhi."
Saya ingin memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa alam ini tak terungkapkan
dengan kata kata dan karenanya kita hanya dapat berkata bahwa ia adalah:
Mantra Rohani yang besar; (Se Ta Sen Cou)
*****************************
Dalam Sutra Vajra, Sakyamuni berkata, "Sesungguhnya tidak ada dharma. Yang dimiliki
Tathagata adalah Anuttara-Samyak-Sambodhi."
Inilah makna dari kalimat "Dharma adalah bukan Dharma."
Dalam Sutra Vajra, Sakyamuni juga berkata, "Bila seorang Bodhisattva masih membedabedakan antara diri, orang lain, para insan, dan orang tua, maka ia bukanlah Bodhisattva
sejati."
Dan, itulah makna dari kalimat "Seorang manusia bukanlah manusia."
Sewaktu saya lanjutkan lebih jauh lagi, saya menyadari bahwa:
"Seorang Mara bukanlah Mara."
"Seorang Budha bukanlah Budha."
Bila seorang sadhaka bebas dari kekuatiran akan kelahiran dan kematian, bila ia dapat
melenyapkan kebodohan para insan, dan bila ia sepenuhnya memahami semua dharma
dengan mencapai "bukan dharma", tak ada seorangpun yang dapat dibandingkan
dengannya. Baginya, seorang Mara bukanlah Mara, seorang Budha bukanlah Budha.
Seorang Budha adalah seorang yang "telah mencerahkan dirinya sendiri" , yang "dapat
mencerahkan orang lain", dan yang telah mencapai kesempurnaan baik dalam pencapaian
maupun dalam latihan.
Karena hal ini tak dapat diungkapkan dengan kata kata, maka disebutkan sebagai berikut:
"Semenjak masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang, para Tathagata, dengan
bersandarkan pada kebijaksanaan, telah mencapai kebudhaan lewat bhavana. Mereka
mencapai kebijaksanaan Bodhi bahwa tak ada sesuatupun untuk disadari dan bahwa tak ada
sesuatupun yang didapat dan bahwa pencapaian terletak pada bukan pencapaian itu sendiri
dan bahwa pencapaian berakar pada bukan pencapaian itu sendiri. Alam ini hanya dapat
dimengerti oleh para Budha."
Tak ada orang lain yang dapat benar benar memahami alam saya. Sebagai sekedar wujud
fenomena, para Mara tidak ada di alam yang tak ber-ego.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Dharma Budha sesungguhnya adalah "obat". Dharma Budha adalah seperti menulis resep
obat yang cocok untuk penyakit tertentu. Ke 84000 Dharma adalah 84000 obat.
Mengapa saya, Budha Hidup Lu Sheng Yen, menjunjung Dharma Tantra Satyabudha?
Jawaban nya sederhana saja.
Saya mencapai pencerahan dan menjadi seorang Budha cukup dengan mempraktekkan
dharma Tantra Satyabudha.
Jadi, dharma Tantra Satyabudha adalah obat.
Menjapa mantra pembersihan adalah obat untuk mengatasi kekotoran tubuh, ucapan, dan
pikiran.
Menjapa mantra pengundangan adalah obat untuk mengatasi jauhnya jarak antara para
makhluk suci dengan para insan.
Melakukan Maha Namaskara adalah obat untuk menundukkan kesombongan diri.
Bercatur-sarana adalah obat untuk mengatasi keraguan.
Melakukan Mandala Puja adalah obat untuk mengatasi kekikiran dan keserakahan.
"Catur Brahma Vihara" adalah obat untuk mengatasi ketidak-seimbangan antara cinta dan
benci.
Perisai Pelindung Diri adalah obat untuk mengatasi pikiran pikiran yang tidak sehat.
Visualisasi Kekosongan adalah obat untuk mengatasi non-sunya dari diri.
Membentuk mudra adalah obat untuk mengatasi kemalasan (pasif).
Visualisasi adalah obat untuk mengatasi pikiran pikiran yang salah.
*****************************
*****************************
Saya tak lagi membedakan antara "benar dan salah". Mengapa demikian? Karena para insan
tentu saja masih mempunyai polusi, kemelekatan pada ego, loba, dosa, moha, keraguan,
kesombongan, perbuatan salah, kesukaan, kemarahan, kesedihan, kegembiraan, iri hati,
kebencian, cinta, dan keluh kesah. Para insan adalah insan. Mereka memang begitulah. Itu
sebabnya saya tidak mengeluh mengapa mereka demikian.
Karena memang ini merupakan warna asli dari para insan, maka normal saja mereka
bertingkah laku seperti demikian. Saya menganggap semua aspek kehidupan para insan
sebagai normal. Itu sebabnya saya tidak lagi membedakan antara "benar dan salah".
Saya mengajarkan para insan "Dharma Tantra Satyabudha".
Untuk mengajar mereka bagaimana menyucikan diri dari kotoran.
Untuk mengajar mereka bagaimana mengubah egoisme menjadi kekosongan.
Lewat ajaran saya, para insan dengan Loba, Dosa, dan Moha akan menjadi para Budha,
Vidyaraja (Dharmapala), dan Bodhisattva. "Mencapai dengan Aksi" akan menjadi "Mencapai
Tanpa Aksi" (U-Wei).
Kenikmatan, kemarahan, kesedihan, dan kegembiraan akan menjadi Upeksa, tak lagi
membedakan antara cinta dan benci.
*****************************
*****************************
*****************************
Alam (Tingkat) tertinggi dalam Dharma Tantra Satyabudha adalah "tanpa latihan" (nonlatihan).
Tak ada rupa, tak ada wujud, tak ada diri, tak ada kemelekatan, dan tak ada latihan.
Saya katakan kepada para pembaca dengan sejujurnya,
Sewaktu ada Maha Kebenaran, tak perlu ada latihan. Sewaktu tak ada kebenaran, latihan
diperlukan.
Ada sebuah ungkapan yang berbunyi,
"Untuk mendapatkan Maha Kebenaran, tak ada latihan yang diperlukan. Ia yang tidak berlatih
-- tidak berlatih dengan tidak berlatih. Ia juga tidak berlatih dengan berlatih. Ia juga bukan
tidak berlatih 'non-latihan' dengan latihan. Ia juga bukan tidak berlatih dalam 'non-latihan'
tanpa berlatih. Ada pencapaian dengan latihan dan ada pencapaian tanpa latihan. Itulah
makna dari non-latihan."
Bila orang dapat memahami paragrap diatas, maka ia akan paham makna dari "tanpa
latihan".
Sewaktu segala metode latihan untuk mengatasi telah "mengatasi" apapun yang perlu
diatasi, orang itu telah mencapai keadaan dimana tak lagi perlu "mengatasi" sehingga proses
'non-latihan' dimulai.
Pada saat itu, 'tanpa latihan' adalah juga latihan.
Pada saat itu, latihan adalah juga 'tanpa latihan'.
Sewaktu seseorang dapat mencapai keberhasilan baik dengan latihan maupun tanpa latihan,
maka tak ada lagi perbedaan antara pencapaian dan non-pencapaian!
Saya adalah Maha Kebenaran. Maha Kebenaran adalah saya.
Saya tentu saja dapat memahami alam tertinggi seperti ini. Berapa banyakkah sadhaka di
dunia ini yang dapat memahami ini semua?
*****************************
Ada sebuah kalimat dalam Sutra Teratai yang berbunyi, "Dharma ada di posisi Dharma."
Setelah merenungkan ini berulang kali, saya sadar bahwa Dharma Tantra Satyabudha ada di
posisi Dharma Tantra Satyabudha.
Dilihat semenjak masa lalu,
Guru Padmasambhava menggunakan "kenikmatan" (Sukha) untuk berlatih Dharma.
Milarepa menggunakan "penderitaan" (kesakitan) untuk berlatih Dharma.
Budha Hidup Chi-Kung (Dewa Pengemis) menggunakan "alkohol dan daging" untuk
berlatih Dharma.
Maitreya menggunakan "kantong kain" untuk berlatih Dharma.
Avalokitesvara menggunakan "welas asih" untuk berlatih Dharma.
Manjusri menggunakan "kebijaksanaan" untuk berlatih Dharma.
Para sadhaka dari Dharma Tantra Satyabudha menggunakan "kebenaran" untuk
berlatih Dharma.
Inilah yang kita sebut "setiap metode digunakan secara maksimal berdasarkan kegunaannya,
segala sesuatu diletakkan pada posisi nya yang seharusnya."
*****************************
3 kata yaitu "kebenaran, kebaikan, dan keindahan) dapat ditempatkan (diatur) pada posisi
mereka masing masing. Ke 3 kata ini juga bisa digabungkan untuk diatur kembali posisinya.
Diatur adalah tidak diatur. Tidak diatur adalah diatur.
Saya ingin mengatakan hal berikut ini:
Kebenaran adalah benar. Benar adalah kebaikan. Kebaikan adalah kesesuaian. Kesesuaian
Kebenaran adalah benar. Benar adalah kebaikan. Kebaikan adalah kesesuaian. Kesesuaian
adalah keindahan. Kebenaran, kebaikan, dan keindahan tak lain hanyalah penggunaan
penuh dari alam.
Saya ingin mengatakan hal berikut ini:
Gunung tak bergerak.
Air mengalir.
Burung terbang.
Ikan berenang.
Tumbuhan statis (tak bergerak).
Binatang bergerak.
Semuanya ada dalam keadaan yang sesuai, yang merupakan kebenaran, kebaikan, dan
keindahan.
Untuk berlatih Dharma Tantra Satyabudha adalah untuk kembali pada sifat asal diri yaitu
Yidam diri sendiri atau sumber eksistensi.
Ini adalah "kembali pada kesesuaian diri sendiri."
Ini bukan "menentang akal sehat dengan menyangkal diri."
Ada 8 Maha Yidam dalam Satyabudhagama. Metode latihan mereka tak lain adalah
"menaruh Dharma di posisi Dharma" yang berarti memanfaatkan alam secara penuh.
Amitabha menggunakan "pikiran nan-satu", Avalokitesvara menggunakan "welas asih",
Ksitigarbha menggunakan "penyelamatan", Cundi menggunakan "kebersihan dan
kemurnian", Jambhala Kuning menggunakan "amal", Padmasambhava menggunakan
"kenikmatan" (sukha), Padmakumara menggunakan "kebenaran", dan Bhaisajaguru
menggunakan "obat".
Jadi, ke 8 Maha Yidam hanyalah sekedar memanfaatkan alam secara penuh.
*****************************
Tantra Satyabudha sesungguhnya adalah "intisari dari ajaran Tantrayana" dengan kata
"intisari" merupakan kata kunci.
Urutan dimulai dengan Catur Prayoga, kemudian Guru Yoga, Yidam Yoga, pernapasan botol,
yoga api kundalini, membuka nadi tengah, membuka 5 cakra, Vajra Yoga, Anuttarayoga
Tantra, dan akhirnya Dzogchen (Maha Sempurna). Ini sesungguhnya adalah tahap tahap
dalam Tantrayana yang dimulai dengan Tantra Luar, lalu Tantra Dalam, Tantra Rahasia, dan
akhirnya Tantra Maha Rahasia.
Dharma Tantra Satyabudha bukan hanya telah mengambil "intisari pelajaran" tapi juga telah
mengambil "sifat mendalamnya" yang menunjuk pada kedalaman pikiran karena sadhaka
harus menggunakan pikiran yang paling mendalam untuk terus maju dalam berlatih.
Dharma Tantra Satyabudha bukan hanya menekankan "intisari dan kedalaman" tapi terutama
sekali "jangkauan luasnya" karena ada begitu banyak metode latihan (sadhana) dan berbagai
jenis penjelasan. Jumlah buku saya saja sudah mencapai 107. Bukankah itu cukup
menjangkau luas?
Jadi, saya berkata bahwa kunci dari berlatih Dharma Tantra Satyabudha adalah "intisari,
kedalaman, dan jangkauan luas".
*****************************
Tujuan akhir dari berlatih Dharma Tantra Satyabudha adalah untuk mengatasi hal kelahiran
dan kematian dan untuk "menerangkan pikiran anda dan untuk melihat jati diri anda." Tak
ada yang salah tentang hal ini. Ia yang dapat mengontrol kelahiran dan kematian nya adalah
seorang Budha. Ia yang dapat mencerahkan pikiran nya dan melihat jati diri nya adalah
seorang Budha karena ia telah memahami sifat kekosongan dan telah mencapai tubuh
dharmakaya.
Namun, ungkapan "mengontrol kelahiran dan kematian diri sendiri", "mencerahkan pikiran
dan melihat jati diri sendiri", "sifat kekosongan", dan "dharmakaya" terdengar terlalu teknis
dan terlalu akademis. Maka, saya akan menggunakan kata kata yang lebih umum untuk
menjelaskan hal ini.
Tujuan akhirnya adalah:
1. Alamiah dan Merdeka.
2. Permainan.
3. Sanggup mengatasi kenikmatan.
Saya, Budha Hidup Lian Shen, memberitahu para pembaca sejujurnya untuk mengikuti saya.
Saya tidak akan menipu kalian.
Saya adalah seseorang yang sangat merdeka, seorang pecinta permainan yang sanggup
mengatasi kenikmatan. Saya telah mencapai alam kebersihan dan kemurnian dan alam
Maha Sempurna (Dzogchen).
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
PC's Self-installer
4. Rahasia Zen
Ada banyak orang seperti misalnya Hu Shi dan Suzuku Osetsu membicarakan tentang
meditasi. Tapi, semua pembahasan nya tanpa isi karena mereka sendiri belum mencapai
alam yang cukup tinggi.
Saya akan gunakan dua kata untuk menyimpulkan tentang meditasi:
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
1. Ketenangan
2. Pengamatan
Di jaman dahulu, Sakyamuni "mengangkat sekuntum
menunjukkan "sebuah senyum".
*****************************
Saya datang ke dunia manusia ini untuk memahami hati semua insan, memenuhi keinginan
semua insan, mengisi pikiran semua insan, dan membahagiakan semua insan.
Saya datang ke dunia manusia ini bukan untuk mencari ketenaran ataupun kekayaan.
Kedatangan saya ke dunia manusia dapat disimpulkan dengan kata kata "untuk para insan".
Saya tidak menggunakan tongkat jalan dari Acarya Deshan Xuan Jian. Saya tidak
mempunyai auman dari Acarya Lini Yi Xuan. Saya tidak mempunyai kepretan sayap dari
Biksu Yuan Xiu (alias Sarang Burung). Saya tidak mempunyai "pembunuhan kucing" dari
Acarya Nanquan Pu Yuan. Ini semua adalah metode metode aneh yang diajarkan oleh
berbagai Guru Zen di dalam sejarah manusia.
"Rahasia rahasia Zen" ini penuh dengan perincian yang tak penting dan bahkan hal hal
sepele sehingga membuat guru guru di generasi lanjutan mengeluh dan membuat orang
orang memikirkan hal hal yang tak ada gunanya.
Semua itu hanyalah sekedar "permainan dan mimpi" yang hanya akan mengelabui mata
saja.
Saya memahami rahasia Zen, tapi saya tidak ingin membicarakannya. Ini karena rahasia Zen
tak dapat diungkapkan dengan kata kata. Sewaktu diungkapkan dengan aksi "mengangkat
sekuntum bunga" dan "tersenyum", maka rahasia Zen menjadi terlalu panjang dengan
adanya 1 kata dan terlalu pendek dengan 1 kata dihilangkan terlalu merah bila dicat dengan
adanya 1 kata dan terlalu pendek dengan 1 kata dihilangkan, terlalu merah bila dicat dengan
sedikit warna coklat dan terlalu putih bila dilukis dengan sedikit bubuk.
Mengapa saya meng-altar-kan patung (rupang) Padmakumara (Maha Acarya Lu Sheng Yen)
dan menganjurkan para siswa untuk juga meng-altar-kan patung Padmakumara?
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa jawaban sesungguhnya terletak
pada "mengangkat sekuntum bunga" untuk para insan. Tak ada hal lainnya.
*****************************
Ada yang bertanya kepada Budha Hidup Chi-Kung: "Apakah rahasia meditasi?"
Beliau menjawab, "Meditasi adalah Serakah (Nafsu/Loba). Rahasia nya adalah
lapar." (Kedua kata ini mempunyai ejaan yang sama dalam bahasa Mandarin.) Rahasia
meditasi adalah keadaan lapar dan ingin makan.
Sungguh perkataan yang bagus!
Seseorang bertanya kepada Maitreya (Biksu Gendut), "Apakah rahasia meditasi?"
Maitreya yang selalu membawa buntalan tidak menjawab, hanya meletakkan buntalan nya di
tanah.
"Apakah itu rahasia nya?" orang itu bertanya lagi.
Tanpa menjawab, Maitreya mengangkat buntalan nya dan menaruh nya di pundak sebelum
berjalan pergi.
Tak ada aksi yang lebih benar dari aksi ini.
"Menaruh" adalah "ketenangan" (kesucian).
"Mengangkat" adalah "pengamatan".
Penjelasan lain yang lebih baik adalah:
"Menaruh" adala "keleluasaan".
"Mengangkat" adalah penyelamatan para insan.
*****************************
Sepanjang hidup, saya selalu mengagumi Avalokitesvara. Ke 32 tubuh penjelmaan Nya, rasa
welas asih Nya yang tak terhingga, dan Mantra 6 Aksara nya yang Terang Cemerlang dikenal
oleh banyak orang di banyak tempat!
Di masa muda saya, Avalokitesvara pernah muncul sebagai seorang wanita tua yang
memberi saya obat untuk mengobati "penyakit mata" saya. Mata saya langsung menjadi
jelas dan jernih, penyakit tersembuhkan.
Avalokitesvara telah banyak menampakkan diri di Tantrayana Tibet seperti sebagai "Tara
Putih" dan "Tara Hijau" (yang diwujudkan dari air mata welas asih Nya), "Avalokitesvara 1000
Tangan dan 1000 Mata" dan "Avalokitesvara dengan 11 W ajah" yang diwujudkan dari
Tangan dan 1000 Mata dan Avalokitesvara dengan 11 W ajah yang diwujudkan dari
kesaktian Nya, "Vidyaraja dengan Kepala Kuda" (Hayagriva-Tamdin) dan "Mahakala dengan
6 Tangan" yang diwujudkan sebagai Dharmapala Nya, dan sebagainya.
Mengapa saya mengagumi Avalokitesvara dan rahasia meditasi Nya?
Bahkan suara dapat diamati (divisualisasikan).
Karena kesaktian Nya tidak bertambah ataupun berkurang, tidak diciptakan pun tidak
musnah, tidak menjadi kotor pun tidak menjadi bersih, kebijaksanaan itu adalah Maha
Prajna.
*****************************
Sekarang saya akan membahas rahasia meditasi saya. Pada hari ulang tahun saya atau
sewaktu saat saya digunduli atau sewaktu saya memimpin semacam upacara, selalu ada
sinar pelangi di angkasa.
Di lapangan sepakbola yang luas di Hongkong, sewaktu saya memimpin upacara
pemberkahan dan penyembuhan penyakit, muncul sinar putih, merah, dan biru di angkasa.
Sewaktu saya memasang singa batu di depan gerbang Rainbow Villa, geledek besar
bergemuruh dari jauh diikuti dengan hujan badai.
Sewaktu papan horizontal dipasang di depan pintu gerbang Vihara Vajragarbha, DI
SELURUH DUNIA, ada semacam petir (bahkan sewaktu cuaca sedang terang) yang disertai
dengan bunyi bel yang lantang dan pemukulan tambur.
Apa rahasianya?
"Ini adalah tanda tanda turunnya Sang Budha Sejati di dunia!"
*****************************
Ke 4 mudra dalam Tantrayana Tibet adalah Mudra Besar, Mudra Kebijaksanaan, Mudra Karir,
dan Mudra Dharma. Saya hafal dengan semua jenis mudra ini. Biasanya seorang Rinpoche
akan merahasiakan Mudra Karir dan tidak akan mengajarkannya.
Namun, Maha Acarya Sakya Zhengkung dari aliran Sakyapa mengajarkan saya Mudra ini
dengan semua penjelasannya. Ini sungguh merupakan pengecualian.
Mengapa beliau lakukan hal ini?
Inilah rahasia Zen.
Salah satu sajak yang ditulis Maha Acarya Sakya Zhengkung kepada saya yang berbunyi:
- Pelangi, Terang Benderang, Petir, dan Badai semuanya muncul.
- Menandakan Kau adalah Guru Akar yang Maha Bajik dan Kuasa.
- Dengan ini saya mewariskan ke 4 Mudra sebagai Susu Dharma.
- Kau sendiri menjadi Vajradhara.
*****************************
*****************************
*****************************
Sewaktu Sakyamuni Budha hidup di dunia Saha dengan tubuh fisik manusia, beliau
mengajarkan tentang "6 Jenis Mengenang":
1. Mengenang Kebajikan Budha
2. Mengenang Kebajikan Dharma
3. Mengenang Kebajikan Sangha
4. Mengenang Sila
5. Mengenang Dana Paramita
6. Mengenang Kebajikan Dewa
Menurut saya, ada rahasia Zen dalam hal mengenang kebajikan Dewa. Di jaman sekarang,
tak banyak guru dharma (biksu) yang mengenang kebajikan dewa karena mereka
beranggapan bahwa kebajikan dewa tidaklah besar.
Sesungguhnya, dalam ungkapan Budhisme "Hindarilah Kejahatan, Berbuatlah Kebajikan,
dan Sucikanlah Pikiran", dua hal yang pertama adalah kebajikan dewa.
Pancasila dan 10 Perbuatan Kebajikan adalah kebajikan dewa.
Para dewa adalah Dharmapala dari Dharma Budha. Mereka patut dihormati. Itu sebabnya
Sakyamuni Budha menasihati kita untuk mengenang kebajikan dewa.
Manfaat yang saya dapat dari mengenang kebajikan Dewa meliputi:
1. Kemajuan bhavana yang pesat
2. Memperoleh kesaktian
3. Melenyapkan berbagai keraguan
4. Melindungi Satyabudhagama
5. Memutar Roda Dharma
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa dengan mengenang kebajikan
dewa, dengan menyenangkan hati dewa, kita mendapat perlindungan, rejeki, makanan,
kesanggupan menundukkan Mara, kemampuan untuk menolong insan lebih cepat, dan
mengikuti Dharma Budha yang benar.
Saya harap para biksu juga menghormati kebajikan dewa dan tidak mengabaikan mereka.
Orang yang mengabaikan dewa jarang berhasil. Sebaliknya, orang yang menghormati
kebajikan dewa akan memperoleh perlindungan sampai mencapai kebudhaan. Ini adalah
juga sebuah kunci untuk menjadi Budha.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Biksu Iblis
Kesabaran membuat sungai berlimpah air musim semi,
yang menjadi Iblis Salju Tebal di musim dingin.
Sebuah hutan yang menghijaukan gunung,
menjadi api yang bergejolak luas dan lebar.
Kesabaran berkaitan dengan Iblis,
menghasilkan sadhaka yang berdaya-tahan luar biasa.
Kayu digabungkan dengan api,
menimbulkan sinar yang luar biasa terang.
(Saya membaca kedua sajak diatas berulang-ulang kali. Bila anda dapat benar benar
meresapinya, anda akan sanggup mengatasi segalanya.)
*****************************
Saya, Budha Hidup Lu Sheng Yen, yang tinggal di dunia Saha ini, dapat dibandingkan
dengan hal hal berikut ini:
Seekor ikan yang memerlukan air.
Seekor rusa yang terluka.
Seekor domba dengan leher terjerat.
Seekor burung dalam sangkar.
Seekor singa dalam kerangkeng.
Itu adalah penampilan luar saya. Secara internal, saya:
Tak gentar.
Leluasa.
Aktif.
Itulah "daya tahan" saya.
*****************************
Di dunia ini, saya mendapatkan "dukungan negatif" yang tanpa tanding, tapi saya pasti dapat
mengatasinya
mengatasinya.
Orang yang paling saya hormati, paling saya kagumi, paling saya layani, paling saya berikan
persembahan, paling saya puja, tiba tiba menikam saya dari belakang.
Apakah ini melukai saya?
Tentu.
Namun, saya sering merindukan nya. Saya ingat akan kebajikannya, dan bukan kesalahan
nya. Ia adalah cermin dari saya. Lewat nya saya dapat mengamati diri sendiri.
Cacat cacat saya dapat bertumpuk setinggi gunung, sedangkan cacat cacat nya sungguh tak
berarti.
Saya melihat Budha di dalam diri nya dan sering merindukannya.
Sang Budha menikam saya dari belakang.
Ini berarti:
"Saya menerima warisan kekuatan yang besar dari Budha."
Tikaman ini membuat saya lebih sering bertobat, membuat saya lebih berhati-hati, membuat
saya lebih yakin, membuat saya lebih sering berpuja bakti, membuat saya sangat sabar,
membuat saya bertekad kuat, membuat saya lebih mempunyai keyakinan dan kekuatan
kemauan, membuat saya memperoleh pahala besar, dan membuat saya mencapai
keberhasilan besar.
Sewaktu orang yang paling saya hormati dan paling saya junjung di seluruh dunia ingin
membunuh saya, masih tetap tidak akan ada keraguan sama sekali muncul dalam diri saya.
Terbongkar sudah. Lewat sudah.
Inilah kekuatan supernatural yang nyata. Bila orang menyakiti saya satu tingkat, itu adalah
satu tingkat kebajikan. Bila orang menyakiti saya 10 tingkat, itu adalah 10 tingkat kebajikan.
*****************************
*****************************
Menyangkut hal "daya tahan terhadap penderitaan", penjelasan saya adalah sebagai berikut:
Alasan seseorang tidak sanggup menahan hinaan adalah karena ia masih membedabedakan antara diri sendiri dan orang lain. Kebanyakan orang yang masih melekat pada ego
tidak mempunyai daya tahan. Jadi, persyaratan pertama untuk memiliki "daya tahan" adalah
"tidak melekat pada diri dan tidak mementingkan diri" atau "tanpa ego".
Seorang suci pernah berkata, "Penyucian para insan, diri, dan pikiran, penyucian semua
dharma adalah ksanti (daya tahan)."
Saya berkata, "Dengan non-eksistensi orang lain, diri, dan pikiran, semua kekosongan
dharma adalah ksanti."
Ada beberapa siswa mengecam saya.
Ada beberapa guru mengecam saya.
Ada beberapa kerabat dekat mengecam saya.
Saya dapat makan semua hinaan itu.
Saya bertingkah laku seperti berikut ini.
Saya sadar bahwa tak ada gunanya membela diri.
Kecaman tak akan ada habisnya.
Pengamatan bijaksana membuat saya tetap tenang dan sejuk.
Jauh diatas, saya membiarkan segala sesuatu berjalan alamiah.
*****************************
Sudah umum bahwa dunia Saha ini penuh dengan "kecaman dan hinaan". Saya teringat
pada alam surga, alam asura, alam naga, dan alam garuda. Ada perang dan pertikaian
keluarga antara alam dewa dan alam asura. Ada pertikaian keluarga dan saling bantai antara
alam naga dan alam garuda.
Sakyamuni suatu kali harus merukunkan konflik antara dewa, asura, naga, dan garuda.
Beliau berkata,
"Teruslah berlatih dan mengumpulkan pahala.
Dapatkan Maha-Sukha dan kebijaksanaan.
Buatlah kemajuan besar demi memperagung negri Budha.
Ceburkan diri ke dalam Dharma yang luar biasa, dan
Belajarlah tentang Daya Tahan."
Seperti dalam kalimat diatas, mempunyai daya tahan (ksanti) adalah memasuki
kebijaksanaan tertinggi yaitu 'non-insan, non-diri, dan non-pikiran'.
*****************************
Saya sering bertanya kepada diri sendiri apakah saya adalah seorang Vajra Acarya sejati.
Saya menjawab,
"Ya, saya adalah Vajra Acarya sejati."
Kata "Vajra" berarti tak berubah warna, tak berubah bentuk.
Saya berpendapat bahwa makna kata "vajra" sangat mendalam karena 'vajra' berarti 'tak
terhancurkan', 'teguh', 'tak tergoyahkan', dan 'pikiran yang jelas'.
Sebagai seorang Vajra Acarya sejati, saya harus mempunyai benak yang jernih.
Harus sanggup mengatasi segala sesuatu.
Maka kau akan memperoleh maha prajna.
Sebagai "Vajra" Acarya Acarya, kita harus sanggup menahan kecaman dan hinaan dalam
melaksanakan misi penting kita, kita harus betul betul tekun berlatih, kita harus berkemauan
keras, kita harus rela dihina, kita harus menghargai waktu untuk cepat memperoleh
keberhasilan, kita harus mempunyai keyakinan dalam menyelamatkan para insan yang tak
terhitung banyaknya. Hanya dengan demikianlah kita pantas diberi julukan "Vajra" Acarya.
Dengan daya tahan nya yang luar biasa, Sakyamuni kembali ke Istana untuk menyelamatkan
ayah nya, sang Raja, dan istri nya, meskipun ia pernah dikecam oleh mereka.
Daya tahan ini adalah semacam kesanggupan yang agung. Tersirat didalamnya dharma yang
sangat mendalam. Ini adalah kebijaksanaan pikiran yang luas dan penguasaan diri.
*****************************
Ajaran ajaran dari sang Budha berbeda dengan ajaran agama agama lain, terutama sekali
dalam hal "kemampuan mengatasi segala sesuatu", bukan hanya di benak, tapi juga dalam
"pemahaman" dan dalam hal hal yang berkaitan dengan "kelahiran dan kematian".
Agama agama lain percaya akan "eksistensi".
*****************************
Guru Silsilah Tantrayana dari aliran Kargyupa, Milarepa, suatu kali mempunyai pengalaman
berikut ini. Ia berhadapan dengan Lima Mara (Iblis) di sebuah gua.
Ia berusaha mengusir mereka, tapi para Mara itu tidak mau pergi. Ia berusaha memuji
mereka, tapi mereka tetap tidak mau pergi. Ia menjapa mantra diarahkan kepada mereka,
tapi mereka tetap tidak mau pergi. Ia berusaha marah kepada mereka, tapi mereka tetap
tidak mau pergi. Akhirnya, Milarepa tiba tiba mencapai pencerahan dan menyadari bahwa
Dharma Budha mengajarkan kita bahwa segala sesuatu adalah kosong belaka. Karena
segala fenomena di dunia ini kosong adanya, ke 5 Mara itu tidak terkecuali sehingga tak ada
alasan untuk takut terhadap mereka. Begitu pikiran ini muncul di benak nya, ke 5 Mara itu
lenyap.
Dua kata, "Non-Eksistensi" dan "Kekosongan", mempunyai kemampuan untuk:
Membangkitkan rasa welas asih yang tanpa batas.
Membangkitkan Kebijaksanaan Yang Besar.
Membangkitkan Keberanian Yang Besar.
Mengenali Sifat Budha Diri Sendiri.
Betapa luar biasanya mereka.
Itulah "kemampuan untuk mengatasi segalanya".
*****************************
*****************************
g y g
p p
p
gg p
untuk mengatasi segalanya" hanyalah "mengikuti segala sesuatu secara
alamiah".
*****************************
*****************************
Sebagai seseorang yang telah mengatasi keduniawian dan telah mencapai kesucian,
saya masih bertingkah laku sebagai orang awam tapi dengan alasan alasan yang
sangat mendalam dibalik semua tingkah laku saya. Setelah membuktikan sifat ilusi
dan kekosongan dari segala sesuatunya, saya sekarang berada dalam
'kecemerlangan luar biasa' dan memiliki 'kekuatan supernatural'. Benak saya selalu
berada dalam kekosongan.
Barangsiapa dapat memahami Lu Sheng Yen, orang itu adalah seorang Budha.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
*****************************
Saya telah menulis sebuah buku berjudul "Maha Cemerlang Tantrayana" di dalam mana
saya menjelaskan secara terperinci sadhana sadhana Tantrayana. Karena saya sangat
menghargai buku ini yang mencakup pemahaman saya dan rahasia rahasia sadhana yang
mendalam, saya menulis syair berikut ini:
Buku ini menjelaskan perincian terpenting dari perincian,
Rahasia paling rahasia dari rahasia.
Muncul tubuh emas dengan sifat kekosongan dan sinar murni.
Pemahaman membawa kita pada pemberkatan dari Tathagata.
Saya membahas dari "kemurnian dan kesucian" alam ke "pengundangan" para Budha, ke
"penjapaan mantra yang sempurna". Maha Cemerlang Tantrayana adalah ilham pertama
saya di Rainbow Villa di Amerika. Saya membuka rahasia rahasia sadhana Tantrayana tanpa
sungkan sungkan lagi. (Ini belum pernah terjadi sebelumnya.)
Saya telah mengatakan bahwa saya adalah seorang sadhaka yang berlatih tekun. Hanya
orang yang berlatih tekun yang dapat membahas semua perincian dan semua rahasia
mendalam secara lengkap dan menyeluruh.
Para pembaca (semua orang) harus menghargai munculnya Budhisme Esoterik (Tantrayana)
di dunia ini untuk menyelamatkan semua insan. Para pembaca harus berusaha semaksimal
mungkin untuk jangan sampai kehilangan kesempatan diselamatkan oleh Dharma Tantra
Satyabudha.
Saya berani menyatakan hal berikut ini:
Budhisme Esoterik dan Budhisme Exoterik adalah satu keluarga.
Tantrayana adalah intidari dari Sutrayana.
Kecemerlangan Tantrayana adalah sari dari intisari.
*****************************
Sadhaka yang mentaati ajaran dan rahasia rahasia mendalam yang saya uraikan dalam
"Maha Cemerlang Tantrayana" sungguh merupakan orang orang paling beruntung dalam
dunia Saha ini. Saya memberitahu para pembaca sejujurnya bahwa mereka akan:
Bergemerlapan dalam sinar maha kebijaksanaan.
Mencapai tahap keberhasilan yang besar.
Mencapai Kebudhaan yang sungguh luar biasa.
Berkeyakinan teguh pada Dharma yang benar tanpa kemelekatan.
Mendapatkan kebahagiaan dan hormat dari seluruh dunia.
Membuang semua malapetaka.
Memperoleh dukungan dari semua Budha.
*****************************
*****************************
Sebagai hasil dari pelatihan prana, nadi, dan bindu di dalam tubuh, saya memperoleh ke 8
jenis keberhasilan besar berikut ini:
j
1. 6 Goncangan Besar
Semua cakra (dimana nadi nadi bertemu di seluruh tubuh), dapat digoncangkan oleh
prana sehingga menjadi terbuka dan leluasa. Dengan prana mengalir lancar di
seluruh tubuh, orang akan mendapatkan kesehatan yang sangat baik. Perasaan
prana yang mengalir di sekujur tubuh adalah keadaan sejati dari kesadaran alam
semesta.
2. Adanya sensasi api di Tan-Tien
Lewat pelatihan prana, api kundalini dapat dinyalakan sehingga membuat dirinya
penuh dengan tenaga dan kehangatan dan menunjukkan tanda tanda tulang vajra dari
Budha.
3. Air Ginjal yang cukup
Ada banyak sadhaka yang latihannya menguras air ginjal sehinggal menimbulkan
kebocoran. Latihan Tantra Dalam membuat air ginjal cukup serta mengalir lancar
sehingga membuat Tantrika bertenaga, dapat membabarkan Dharma dengan penuh
semangat.
4. Mata memancarkan sinar keemasan.
Karena adanya sensasi api di Tan-tien dan cukupnya air ginjal, penyatuan air dan api
membuat mata Tantrika memancarkan sinar keemasan dan seluruh tubuh Tantrika
bersinar sebagai hasil pengubahan api menjadi sinar. Memancarnya sinar ini adalah
hasil dari pelatihan Tantra Dalam. (Sinar dapat muncul dengan 2 cara: sinar eksternal
(luar) dan sinar dari dalam (internal). Sinar luar diberikan oleh para Budha dan
Bodhisattva sebagai pemberkatan (pemberian semangat dan dukungan). Sinar dari
dalam adalah sinar yang dihasilkan oleh Tantrika sendiri lewat pelatihan Tantra
Dalam.)
5. Terbukanya Telinga Gaib
Dengan terbukanya telinga gaib, maka kesaktian yang berkaitan dengan telinga akan
muncul. Sadhaka tersebut akan dapat mendengar Dharma dan pelajaran dari para
Budha dan Bodhisattva. Mata dan telinga nya akan menjadi jernih bersinar. Ada
sadhaka sadhaka yang semakin berlatih semakin tertutup mata dan telinganya. Itu
karena mereka hanya berlatih bagian luar saja, tidak bagian dalam.
6. Mengaktifkan Otak
Sadhaka tersebut akan merasa bahwa benak nya makin hari makin jernih. Daya ingat
nya menjadi makin hari makin baik. Kecerdasan nya makin hari makin baik.
7. Tubuh yang kuat
Tubuh kuat bertenaga, suara yang lantang dan dalam, lengan yang berotot. Kaki
dapat mendaki gunung tinggi dan berlari cepat.
8. Kemampuan Gaib
Karena semua indra nya menjadi jelas lancar, si sadhaka akan dapat berkomunikasi
dengan kesadaran alam semesta dan akhirnya menyatu dengan nya tanpa perbedaan
sama sekali.
Ke 8 jenis keberhasilan ini sungguh benar benar ada dan hanya dapat diperoleh lewat
pelatihan internal (Tantra Dalam).
*****************************
Orang yang berlatih sadhana internal (Tantra Dalam) akan sehat, kuat, dan jarang sakit
karena prana mengalir lancar, nadi nadi nya terbuka, dan tidak mengalami kebocoran.
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa sadhana internal (Tantra Dalam)
memberikan keberhasilan yang dapat diamati/dibuktikan. Keberhasilan ini dapat dibuktikan
dan diukur.
Penampilan dari seorang sadhaka yang berhasil melatih Tantra Dalam mencakup:
Pipi yang merah, bibir yang merah, kulit yang halus, mata yang cemerlang, terlihat cerdas,
emosi yang lemah lembut, memancarkan kesucian, langkah kaki yang mantap terkontrol.
Karakteristik internal dari sadhaka yang berhasil dalam Tantra Dalam mencakup:
kemampuan berkomunikasi dengan para roh, penyatuan antara kenikmatan dan
kekosongan, penyatuan antara dharma dan tubuh nya, leluasa menggunakan ke 6 jenis
kesaktian, pikiran yang cerah, dan kesadaran akan sifat asal nya, penguasaan akan hal
kelahiran dan kematian dirinya sendiri, pencapaian seketika dari tahap kebudhaan dan sinar
pelangi yang abadi.
*****************************
Dalam Tantrayana, orang dapat "menjadi Budha dalam tubuh sekarang" lewat pelatihan
dalam, sedangkan dalam Sutrayana, orang hanya dapat "menjadi Budha lewat bimbingan
Budha". Para biksu Sutrayana tidak membicarakan hal "menjadi Budha dalam tubuh
sekarang" karena mereka tidak tahu tentang pelatihan dalam. Dalam Tantrayana, orang
dapat mengubah dirinya menjadi seorang Budha karena di dalam tubuhnya:
Nadi terhubungkan dengan nadi.
Hawa mengalir dengan lancar.
Bindu terhubungkan dengan bindu.
Sinar terhubungkan dengan sinar.
Bila sadhaka tidak melatih "bindu" dan belum membuang loba, dosa, moha, maka ia sudah
pasti mengalami kebocoran:
Kebocoran dalam hal keringat dan kencing.
Kebocoran dalam hal air mata.
Kebocoran dalam hal pori pori kulit.
Kebocoran dalam hal hati dan pikiran.
Kebocoran dalam hal air mani.
Bagaimana bisa seorang sadhaka yang tidak mempunyai cukup prana, yang nadi nadinya
tersumbat, yang cairan dalam tubuh terkuras, yang sinarnya lemah, yang giginya rapuh, yang
gusinya ciut, yang air maninya habis, yang tak bersemangat, bagaimana bisa orang seperti
ini dapat melanjutkan latihan?
*****************************
semesta dan
tubuh
Rahasia rahasia ini mengandung tiga makna besar. Pertama adalah turunnya arus energi
dari alam semesta. Kedua, mengalir (bersirkulasi) nya energi di dalam nadi di dalam tubuh
manusia. Ketiga, kombinasi dari energi ini membawa sadhaka menjadi seorang Vajra Budha
(Vajradhara).
Sungguh luar biasa!
Biksu Zhao Zhou merenungkan kata "tak ada".
Acarya Huiyuan berzikir "Amitabha Budha".
Patriak 6 Zen, Hui Neng, "tidak memikirkan baik dan buruk".
Semua metode ini berpahala.
Namun, hanya Dharma Tantrayana yang mencakup tahap permulaan (pembangkitan) sampai
tahap kesempurnaan (penyelesaian) serta praktis.
*****************************
Ada kebocoran kebocoran dalam tubuh manusia, bukan hanya kebocoran dari organ organ
tubuh fisik, tapi juga kebocoran dalam arti semangat (roh) dan pikiran. Namun, roh dan
pikiran memang berkaitan dengan organ organ tubuh. Jadi, roh dan materi menjadi berbeda
sewaktu dipisahkan dan menjadi sama sewaktu digabungkan. Roh (shen) mempengaruhi
materi, sedangkan materi juga mempunyai dampak pengaruh terhadap roh.
Dalam Tantrayana, tubuh dan pikiran dilatih kedua-duanya. Sebaliknya, Sutrayana hanya
melatih pikiran sehingga mengabaikan tubuh.
Ke 4 jenis kebocoran pikiran adalah:
Birahi : Kebocoran karena mabuk sex.
Loba : Kebocoran roh.
Kebocoran dari ucapan.
*****************************
*****************************
Saya, Lian Shen Rinpoche, memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa di dunia
ini, hanya ada sedikit sadhaka yang telah berhasil dan bahkan lebih sedikit lagi yang berlatih
dengan tekun sampai memperoleh keberhasilan nyata. Karenanya, mereka sungguh sangat
berharga.
Saya berani mengatakan bahwa saya adalah seorang yang telah berlatih tekun selama lebih
dari 20 tahun tanpa putus-putusnya, sama seperti saya menulis buku buku saya selama
tahun tahun tersebut.
Saya mendirikan aliran Satyabudha atas dasar semangat Bodhisattva untuk menanamkan
"keyakinan" di hati para insan. Dari keyakinan, mereka tertarik untuk mengambil jalan
bhavana, dan kemudian memutuskan untuk berlatih secara sepenuh hati, sebelum akhirnya
memperoleh pencapaian dalam ajaran ajaran Tathagata.
Saya menekankan baik praktek maupun teori. Mulai dari "membangunkan potensi tubuh dan
pikiran", ke "munculnya kesaktian", ke "kemampuan penyembuhan penyakit yang sangat
efektif", saya akhirnya menjadi "Guru Utama diantara Langit dan Bumi."
Saya berani mengatakan bahwa saya adalah sadhaka sejati, saya bukan sadhaka palsu.
Saya tidak mengejar kekayaan maupun ketenaran.
Sekarang saya telah mendapatkan kekayaan.
Sekarang saya telah mendapatkan ketenaran.
Namun, kekayaan dan ketenaran adalah semacam rintangan. Hanya sewaktu keduanya
dilepaskan, barulah akan ada praktek nyata. Dengan kata lain, hanya mereka yang dapat
mengatasi kekayaan dan ketenaran yang dapat dikatakan sebagai sadhaka sejati.
Karenanya, saya tidak menginginkan ketenaran maupun kekayaan. Hanya kalau ketenaran
dibuang dan kekayaan hanya sekedar digunakan untuk tujuan tujuan Budhisme, barulah
orang dapat mencapai kekosongan yang sempurna yang merupakan "pandangan benar dan
tubuh dharma" dari Satyabudha (Budha Sejati).
Saya adalah seorang Budha.
Apa gunanya ketenaran bagi saya?
Apa gunanya kekayaan bagi saya?
Sebagai seorang Budha yang sempurna, saya memiliki "sifat Budha" dan "posisi Budha".
Selain itu, saya tidak punya apa apa. Darah dan daging saya telah diubah menjadi sinar
kebijaksanaan. Masa depan saya telah diatur dengan jelas. Segala sesuatu tentang saya tak
ada. (Tak ada yang datang. Tak ada yang pergi.)
*****************************
Saya menjelaskan prinsip penyatuan antara pengetahuan dan aksi seperti yang dianjurkan
oleh Wang Yang Ming dengan kata kata berikut ini:
Aksi dengan pengetahuan membawa pada pembuktian pengetahuan.
Mengejar pengetahuan dalam aksi mencegah penyimpangan.
Beraksi tanpa pengetahuan adalah latihan yang membabi-buta.
Tahu tanpa beraksi tidak membawa manfaat.
(Ini adalah penjelasan terbaik tentang hubungan antara latihan yang tekun dan keberhasilan.)
*****************************
Saya sering mengutip sebuah sajak lainnya dari W ang Yang Ming yang berjudul "Sifat
Kosong":
Mengetahui bahwa dunia ini bagaikan mimpi,
Membuat saya tidak mengejar,
Membuat hati saya kosong dan damai.
Menggunakan mimpi di dalam alam mimpi,
Orang dapat melakukan banyak perbuatan kebajikan.
Sajak ini mirip dengan kata kata dari Sutra Intan:
Hidup ini bagaikan mimpi, ilusi, kabut, dan kilat.
Mencapai keberhasilan berarti tidak mencapai apa apa
*****************************
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa saya adalah Budha Sinar Bunga
Yang Leluasa. Sakyamuni Budha sendiri yang menamai saya.
Waktu : Di malam tanggal 6 Mei 1992
Tempat : Sebuah Cafe di Taipeh (Taiwan)
Metode : Perjalanan Astral (Roh keluar badan)
Saya sudah pernah katakan bahwa saya minum minum kopi dengan Sakyamuni Budha.
Sesungguhnya, tak ada yang perlu ditertawakan tentang hal ini. Sepanjang hidup saya, saya
hanya berbicara dan menulis hal hal yang sungguh sungguh terjadi. Bila saya tidak berjumpa
dengan Sakyamuni Budha, maka saya pun tidak akan menulis dan berbicara hal diatas.
Karena bila saya berbicara dan menulis hal hal yang tidak pernah terjadi, maka itu berarti
saya berbohong besar dan melanggar sila. Sekarang, saya nyatakan sekali lagi bahwa saya
berjumpa Sakyamuni Budha yang memberi saya nama "Budha Sinar Bunga Yang Leluasa".
Bila ada "Maha Maha Biksu" yang menertawakan saya, biarlah karena mereka memang tak
mengerti sama sekali.
Sakyamuni Budha sungguh luar biasa.
Saya sungguh luar biasa.
Saya suatu kali minum minum kopi bersama Sakyamuni Budha.
Itu "wajar". Itu "alamiah".
Apakah para biksu itu memahami apa yang dimaksud dengan "wajar" dan "alamiah"?
Keanehan segala sesuatu terletak pada "kewajaran dan kealamiahan nya". Ini tak dapat
dimengerti pikiran mereka. Minum kopi bersama Sakyamuni adalah wajar dan aneh pada
saat yang sama.
*****************************
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Saya adalah seorang sadhaka yang telah memperoleh warisan silsilah dalam Tantrayana.
Untuk mendapatkannya, saya harus mengalami banyak penderitaan. Tapi, saya akhirnya
dapat menguasai semua metode istimewa dari Tantrayana. Saya menyebut metode metode
ini "hati dari hati" (pusat dari hati) yang mempunyai makna mendalam.
"Hati dari Hati" (pusat dari hati): Hati dari dharma sudah sangat istimewa sehingga "hati dari
hati dharma" adalah rahasian di dalam rahasia, rahasia tertinggi.
Saya akhirnya memahami hati dari hati semua Budha dan Bodhisattva Mahasattva di 10
penjuru di masa lampau, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Dengan memahami
hati dari hati ini, saya mencapai pencerahan dan menjadi jelas akan segala hal.
Jadi, ada hati dari hati dalam hal mantra.
Jadi, ada mati dari hati dalam hal mudra.
Jadi, ada hati dari hati dalam hal visualisasi.
Ada hati dari hati dalam metode metode Tantra Dalam.
Anuttarayoga Tantra hampir seluruhnya dipenuhi dengan teknik teknik rahasia yang dianggap
sebagai rahasia tertinggi oleh para Rinpoche yang menguasainya. Bagian ini dilenyapkan
dari semua tulisan dalam Tantrayana karena bagian paling rahasia adalah hati dari hati.
*****************************
Saya, Budha Hidup Lu Sheng Yen, akan memberi contoh untuk menjelaskan secara ringkas
berbagai jenis mudra yang mencakup: mudra radikal, mudra umum (universal), mudra karir,
mudra menyenangkan, dan sebagainya.
Saya mengetahui "mudra dari mudra hati" dari semua Budha dan Bodhisattva di 10 penjuru
di masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang. Mudra ini dianggap sebagai
paling rahasia karena begitu mudra ini dibentuk, seseorang dapat menyentuh hati dari hati
semua Budha dan Bodhisattva di 10 penjuru di 3 masa.
"Hati dari mudra hati" adalah semacam teknik istimewa yang tak dapat diajarkan kepada
siapapun tanpa alasan yang kuat karena kalau semua orang memahami mudra ini, mereka
bisa sembarang bermain mudra yang dapat membuat seluruh alam dharma menjadi kacau.
Begitu mudra ini dibentuk, maka para Budha dan Bodhisattva pasti turun (datang). Akan
salah sekali mengajarkan teknik ini secara sembrono kepada sembarang orang.
*****************************
Mantra mantra Tantrayana terdiri dari "mantra besar", "mantra menengah", dan "mantra
kecil". Mantra besar adalah mantra radikal. Mantra menengah adalah mantra hati. Mantra
kecil adalah hati dari mantra hati. Juga ada benih mantra, mantra menyenangkan, dan
sebagainya.
Mantra juga bisa dikelompokkan sebagai mantra yang diucapkan Budha, mantra yang
diucapkan Bodhisattva, dan mantra yang diucapkan sadhaka.
Hati dari mantra hati yang saya miliki bukanlah sembarang mantra kecil namun diajarkan
secara lisan oleh para Guru Tantra saya.
Hati dari mantra hati mempunyai 3 makna besar yang meliputi: abhiseka dari Budha dan
Bodhisattva, menyerap dan mempertahankan, dan silsilah. Biasanya mantra ini dijapa di
dalam hati (tidak keluar suara).
Hati dari mantra hati sudah pasti tidak dapat diajarkan kepada semua orang dan tidak dapat
ditulis dalam buku.
Ada "hati dari mantra hati" dalam semua mantra Budha, mantra Bodhisattva, mantra
berbagai alam surga dan dewa.
Hati dari mantra hati di aliran Satyabudha adalah warisan paling rahasia nya.
*****************************
"Membuka nadi tengah" dalam Tantrayana adalah sebuah keharusan dalam Tantra Dalam.
Namun, kebanyakan sadhaka di dunia ini, bahkan sebagian Acarya Tantrayana sendiri, tidak
tahu bahwa ada "jurang atas" dan "jurang bawah" di nadi tengah.
Jurang atas: Ada jurang di nadi tengah antara daerah tenggorokan dan cakra dahi.
Jurang bawah: Ada jurang di nadi tengah antara Tan-tien dan alat kemaluan.
Untuk menyambung nadi tengah, Tantrika harus memasang jembatan di jurang atas dan
jurang bawah ini. Metode memasang jembatan ini merupakan metode rahasia, rahasia dari
rahasia.
Para guru Tantra saya memberitahu saya, "Untuk menjembatani nadi tengah, jurang atas dan
jurang bawah harus dijembatani sehingga nadi tengah menjadi tersambung. Untuk membuka
nadi tengah, sadhaka harus meluruskan nadi tengahnya. Ini adalah metode rahasia yang
hanya dipahamai oleh Vajra Acarya sejati. Hanya ada sedikit sadhaka di dunia ini yang
memahaminya dan kebanyakan dari mereka akan tetap merahasiakannya."
Banyak orang berkata bahwa nadi tengah mereka sudah terbuka. Juga ada banyak orang
yang berkata bahwa mereka dapat membantu orang lain membuka nadi tengah mereka.
Namun, kalau mereka bahkan tidak tahu bagaimana membuat jembatan di jurang atas dan
jurang bawah, bagaimana mereka membuka nadi tengah?
*****************************
*****************************
Tantrika yang melatih Anuttarayoga Tantra akan memperoleh 3 macam keberhasilan besar:
1. Membuat bindu dari Cakra Dahi turun.
2. Membuat prana biasa menjadi prana kebijaksanaan.
3. "Tubuhnya" berubah menjadi tubuh Budha. Menjadi Budha dalam tubuh sekarang.
Para Tantrika yang telah berlatih di tahap ini tidak boleh mengucapkan sepatah katapun
tentang teknik teknik rahasia ini karena semua itu merupakan rahasia dari rahasia. Mereka
sudah sangat dekat menjadi Budha.
Saya sungguh kagum dengan metode metode istimewa dari Tantrayana yang betul betul tak
terbayangkan oleh umat Sutrayana. Kehebatan Tantrayana tidak terletak pada kemudahan
namun pada latihan tekun dan pencapaian, bukan pada omong besar dan omong kosong.
Saya sering berkata bahwa Tantrayana adalah:
Mengamati pikiran dengan pikiran.
Mengganti ilusi dengan ilusi.
Mengubah racun dengan racun.
*****************************
kata.
Jadi,
saya
hanya akan
*****************************
Dalam Tantrayana, ada "hati dari mudra hati", "hati dari mantra hati", "hati dari hati
visualisasi" "hati dari teknik hati" "hati dari hati kesaktian" "hati dari hati sadhana" "hati dari
visualisasi , hati dari teknik hati , hati dari hati kesaktian , hati dari hati sadhana , hati dari
hati tubuh", ...
Dengan melatih gabungan ini semua, Tantrika bertujuan untuk "menjadi Budha dalam tubuh
sekarang".
Bahkan Tantra Luar (yang mencakup Catur Prayoga, Guru Yoga, dan Yidam Yoga) adalah
juga sadhana sadhana rahasia di jaman dahulu yang tidak boleh dibeberkan kepada umum.
Untuk menyadarkan orang orang jaman modern dan untuk menyebarkan ajaran Tantrayana,
saya dengan berani membuka rahasia Tantrayana dalam buku "Maha Cemerlang
Tantrayana".
Itu sebabnya, "Maha Cemerlang Tantrayana" sungguh sangat berharga. Saya bukan hanya
mengetahui doktrin nya, tapi saya telah melatih setiap metode tersebut yang merupakan
intisari dari Dharma Budha paling rahasia.
*****************************
*****************************
Metode metode dari Anuttarayogatantra harus dirahasiakan karena metode metode yang
menggunakan nafsu nafsu kuat manusia ini bisa dengan mudah dikecam oleh orang orang
awam yang tidak mengerti. Anuttarayoga menggunakan nafsu sebagai latihan dan
mengubah nafsu menjadi "kebijaksanaan maha sukha".
Saya akan gunakan 3 kata untuk menguraikan alam seperti ini:
Nafsu -- Kekosongan -- Kenikmatan
Metode metode rahasia dari Anuttarayogatantra tak dapat dilatih oleh orang orang awam
karena metode metode ini sangat halus dan terperinci (sangat sulit). Bila orang ingin
melatihnya, ia harus memperoleh ajaran lisan dari seorang Vajra Guru dan peragaan
(demonstrasi) langsung dari sang Guru
*****************************
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa saya telah melatih metode
metode istimewa dari Tantrayana yang telah memberikan saya "kedamaian dan kenikmatan"
dan telah melepaskan saya dari "pikiran pikiran yang tidak sehat", "keresahan", dan "kilesa".
Saya telah mendapatkan "ketenangan pikiran sejati", "maha sukha tubuh", "pencerahan
abadi". Mereka yang ingin mendapatkan "ketenangan pikiran", "maha sukha tubuh",
"pencerahan" dapat mengikuti jejak langkah saya dalam berlatih!
Saya mengetahui kehidupan masa lampau saya.
Saya mengetahui kehidupan masa mendatang saya.
Saya mengetahui saya dapat pergi ke Maha Nirvana
Saya adalah orang yang "berlatih sampai sepenuhnya".
Saya berpendapat bahwa metode metode rahasia dari Tantrayana ditujukan untuk mencapai
kekosongan, yang hanya dapat diperoleh lewat latihan "kesadaran", dan yang pada akhirnya
membawa orang pada "menjadi Budha dalam tubuh sekarang".
*****************************
Saya mempunyai pengalaman dengan agama Kristen, Taoisme, Sutrayana, dan Tantrayana.
Saya dapatkan bahwa dalam Sutrayana, hanya ada teori tanpa metode metode untuk
berpraktek nyata. Sekedar melantunkan sutra dan meditasi yang kosmetik bukanlah "latihan
tekun".
Saya dapatkan bahwa metode metode rahasia dari Tantrayana adalah metode metode sejati
untuk dilatih. Hanya lewat latihan Tantrayana, orang dapat menjadi Budha dalam tubuh
sekarang.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
8. Rasa Dharma
Banyak orang bertanya kepada saya tentang "rasa dharma". Rasa Dharma adalah sekedar
rasa dari Dharma yang gaib. Mengunyah Dharma menimbulkan kenikmatan. Itu sebabnya
disebut Rasa Dharma.
Misalnya,
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Rasa Dharma seperti apa yang telah saya rasakan?"
Saya menjawab, "Rasa Dharma yang saya rasakan bukanlah rasa dari kenikmatan umum,
melainkan kenikmatan abadi yang tidak berlangsung sementara. Rasa Dharma seperti ini
sungguh nyaman, sungguh damai, sungguh sesuai. Rasa Dharma ini adalah perasan yang
dihasilkan dari pelatihan pikiran dan kesadaran."
Bagi saya, Rasa Dharma adalah "Kenikmatan" dan "Kemerdekaan" (Keleluasaan).
- Kenikmatan : Sewaktu prana mengalir lewat nadi nadi, ada kenikmatan luar biasa
yang me-rileks-kan. Ini sulit untuk diungkapkan. Ini adalah kenikmatan yang
dihasilkan dari konsentrasi meditasi.
- Keleluasaan : 10 Alam Dharma sungguh sangat leluasa. Saya cukup besar untuk
menyimpan langit dan bumi. Saya tidak lagi terganggu oleh kekuatiran.
Saya beritahukan para pembaca dengan sejujurnya bahwa satu bagian dari Rasa Dharma
(yaitu kenikmatan) berasal dari tubuh, sedangkan bagian lainnya dari Rasa Dharma (yaitu
keleluasaan) berasal dari pikiran, dimana tubuh dan pikiran saling terkait satu sama lain.
*****************************
Seseorang bertanya kepada saya, "Kau telah memperoleh Rasa Dharma. Mengapa kau
masih minum arak?"
Saya menjawab bahwa meskipun jangan minum arak hanya ditempatkan di nomor 5 dalam
PancaSila Budhisme, sadhaka tidak boleh melanggarnya. Itulah wejangan/peringatan saya
kepada para siswa Satyabudhagama.
Alasan saya boleh minum arak adalah karena kekuatan konsentrasi saya telah melebihi
(mengalahkan) kekuatan arak sehingga tidak lagi dapat mengganggu saya. Saya dapat
minum dan juga bisa berhenti minum. Tak ada bedanya bagi saya antara minum dan tidak
minum. Karena minum tidak mengganggu saya, maka saya boleh minum.
Guru Guru Silsilah dalam Tantrayana seperti Milarepa, Saraha, dan lain lainnya, semuanya
pernah minum arak. Mereka menganggap arak sebagai nektar (cairan surgawi). Mereka
minum arak bukan karena kecanduan akan arak.
Bila ada siswa Satyabudhagama melihat saya minum begitu banyak sehingga saya tak lagi
dapat mengontrol diri, saya akan bersedia mengakui bahwa itu berarti saya telah melanggar
Sila, bahwa semua yang saya katakan ternyata hanyalah bualan belaka, dan bahwa saya
berarti adalah seorang biksu pelanggar sila.
Namun, kekuatan konsentrasi saya telah mengalahkan (melebihi) kekuatan arak. Rasa
Dharma saya ada disini.
Sewaktu melihat singa meloncat, kelinci jangan pernah coba-coba.
Saya beritahu para pembaca dengan terus terang bahwa di dalam dunia ini tak ada
sesuatupun yang dapat menakuti saya karena kekuatan konsentrasi saya selalu membuat
saya dalam keadaan sadar.
Itulah Rasa Dharma.
*****************************
Contoh lain adalah kehidupan perkawinan saya. Banyak orang berkomentar bahwa Lian
Shen Rinpoche Lu Sheng Yen mempunyai istri dan anak.
Sesungguhnya perkawinan saya dan lahirnya anak anak saya terjadi sebelum saya menjadi
biksu. (Sakyamuni juga menikah dan punya anak sebelum ia meninggalkan kehidupan
duniawi.)
Setelah saya menjadi seorang biksu, saya tidak punya istri dan tidak punya anak.
Misalnya, saya suka berguyon bahwa saya akan kawin dengan 108 istri dimana mereka
semua adalah para rekan rekan sedharma saya.
(Tentu saja, ini hanyalah guyon.)
Namun, bolehkah saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen, melakukan hal tersebut?
Sesungguhnya, jawabannya adalah "Ya".
Mengapa?
Karena tubuh saya adalah tubuh Vajra. Pikiran saya ada di kekosongan. Saya memiliki sinar
dari sifat Budha
*****************************
*****************************
*****************************
Rasa Dharma yang saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen, alami berbeda dengan
yang dialami orang lain. Pencapaian saya dalam Dharma, Kebudhaan, dan kebenaran juga
unik.
Saya mengubah ke 5 racun menjadi ke 5 kebijaksanaan:
Rasa Dharma nya terletak pada kata "diubah".
"Pembunuhan" diubah menjadi "Penyeberangan".
"Perzinahan" diubah menjadi "sinar pelangi."
"Berdusta" diubah menjadi "mantra".
"Mencuri" diubah menjadi "simpati dan amal".
"Arak" diubah menjadi "cairan surgawi".
Dalam proses "ubah" ini, ada kebijaksanaan yang luar biasa. "Transformasi" (Perubahan) ini
tidaklah mudah dilakukan oleh sembarang sadhaka. Kalau upaya "transformasi" gagal
dilakukan dengan baik, si sadhaka sangat mungkin masuk ke dalam neraka vajra. Jadi,
mereka yang tidak sanggup melakukan "transformasi" harus tahu diri dan tidak mencoba.
It
b b
tid k
b d b d k
t l
Itu sebabnya, saya tidak pernah membeda-bedakan orang orang yang akan saya tolong.
Diantara para siswa saya, bahkan ada tahanan tahanan hukuman mati, yang setelah
dihukum mati dan dikremasi, meninggalkan sarira.
Saya menolong tukang masak karena mereka telah banyak membunuh makhluk hidup.
Saya menolong pelacur karena mereka telah banyak melakukan perbuatan sex yang tidak
baik.
Saya menolong penipu karena mereka telah banyak berdusta.
Saya menolong penjahat karena mereka telah banyak mencuri dan merampok.
Saya menolong pemabuk karena mereka telah banyak terbuai oleh arak.
Saya beritahukan para pembaca dengan sejujurnya bahwa dalam upaya menolong yang
saya lakukan, tak ada perbedaan kelas. Saya tidak akan mengabaikan satupun makhluk
hidup. Banyak orang gila (tidak waras) di dunia ini yang telah menjadi siswa
Satyabudhagama. Saya menolong para insan berdasarkan kondisi yang berkembang dan
berdasarkan Dharma. Bahkan bila orang masuk ke dalam neraka sekalipun, saya akan pergi
kesana untuk menolongnya. Ini adalah mengubah ke 5 racun menjadi ke 5 jenis
kebijaksanaan.
*****************************
Dalam Tantrayana, ada 2 jenis Rasa Dharma berikut ini yang tidak ada dan tidak dibicarakan
dalam aliran aliran lain (termasuk Budhisme Exoterik):
1. Tubuh Yidam
2. Menjadi Budha dalam tubuh sekarang.
Ini adalah Rasa Dharma khusus dari Budhisme Esoterik (Tantrayana) dimana anda harus
setiap saat memvisualisasikan tubuh sendiri sebagai tubuh Yidam.
Sebenarnya ada 3 jenis Yoga:
1. Bakti Yoga: Menghormati Budha, bersujud kepada Budha, memuji dan memuliakan
Budha.
2. Karma Yoga: Melakukan berbagai tugas dan pelayanan.
3. Yidam Yoga: Senantiasa membayangkan diri sebagai Budha.
Untuk melatih "tubuh Budha" setiap hari setiap menit setiap saat, sadhaka harus melupakan
ide bahwa ia adalah manusia yang berdarah dan berdaging dan harus mengingat bahwa ia
adalah tubuh Budha. Setelah berlatih lama, sadhaka akan menjadi teguh dan dapat menyatu
kapan saja dengan Budha dan dapat menjadi Budha secara instan. Inilah jenis Rasa Dharma
yang paling luar biasa dalam Budhisme Esoterik. Dalam Bakti Yoga dan Karma Yoga, Budha
berada di luar. Dalam Yidam Yoga, Budha ada didalam.
*****************************
Apakah yang dimaksud Tantrayana dengan "menjadi Budha dalam tubuh sekarang"?
Sederhana sekali.
Jadikan pikiran Budha sama dengan pikiran mu.
Jadikan ucapan Budha sama dengan pikiran mu.
Jadikan tubuh Budha sama dengan tubuh mu.
Itulah "menjadi Budha dalam tubuh sekarang".
Metode "menjadi Budha dalam tubuh sekarang" terdiri dari "metode Vajradhatu" dan "metode
Garbhadhatu" dimana gabungan keduanya membawa sadhaka untuk "menjadi Budha dalam
tubuh sekarang".
*****************************
Sekarang ini, banyak biksu (guru dharma) dari aliran Budhisme Exoterik (Sutrayana) menolak
doktrin dimungkinkannya "menjadi Budha dalam tubuh sekarang" karena mereka tidak
memahami prinsip dibalik doktrin ini yang sesungguhnya sangat sederhana. Namun, teknik
teknik latihan untuk menjadi Budha dalam tubuh sekarang terlalu sulit bagi para pemula.
Teknik tekniknya rumit dan memakan waktu untuk menjadi mahir.
Karena banyak guru dharma dari Sutrayana tidak memahami teknik teknik istimewa dari
Tantrayana dan tidak berlatih tekun untuk membuktikannya sendiri, tentu saja mereka
menolak dimungkinkannya menjadi Budha dalam tubuh sekarang. Namun, saya ingin
bertanya kepada mereka apakah Sakyamuni menjadi Budha dalam tubuh sekarang?
Mereka akan terdiam. Biasanya, mereka akan menambahkan komentar ini, "Sakyamuni yah
Sakyamuni. Ia berbeda dari kita."
Sesungguhnya sang Budha berlatih seperti halnya orang awam sebelum menjadi Budha di
dunia Saha ini. Ini menunjukkan bahwa semua orang dapat menjadi Budha di dunia Saha ini.
Kenyataan bahwa sangat sulit untuk menjadi Budha tidak berarti bahwa mustahil untuk
menjadi Budha.
Siapakah Shun (seorang legendaris Raja di jaman Cina Kuno)? Siapakah Yao (seorang
legendaris Raja lainnya di jaman Cina Kuno)? Siapapun bisa melakukan hal hal yang mereka
lakukan. Semua orang bisa menjadi Shun atau Yao. Semua orang bisa menjadi Budha.
*****************************
Saya, Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, memberitahu para pembaca dengan sejujurnya,
"Saya adalah Budha Sinar Bunga Yang Leluasa yang telah menjadi seorang Budha dalam
tubuh yang sekarang ini juga."
Urutan Latihan untuk menjadi Budha dalam kehidupan sekarang juga adalah sebagai berikut:
1. Catur Prayoga
2. Guru Yoga
3. Yidam Yoga
4. Pernapasan Botol
5. Yoga Api Kundalini
6. Membuka Nadi Tengah
7. Membuka Lima Cakra
8. Vajra Yoga (Vidyaraja Yoga)
9. Anuttarayoga Tantra
10. Dzogchen (Maha Sempurna)
Keberhasilan saya "menjadi Budha dalam tubuh sekarang" tidak datang dengan sendirinya.
Saya mendapatkannya lewat latihan yang teratur dan berkesinambungan tanpa penundaan
sama sekali. Dampak dari penyucian "tubuh, ucapan, dan pikiran" dalam Tantrayana begitu
kompleks nya sehingga sulit dipahami oleh orang awam dan bahkan oleh para biksu (guru
dharma). Memang begitulah teknik teknik dari Tantrayana. Diantara teknik teknik itu, metode
"Yidam masuk ke diri dan Diri masuk ke Yidam" adalah yang paling penting.
Saya adalah seorang yang telah benar benar mendapatkan pikiran Budha, pikiran Bodhi,
pikiran Vajra, tubuh Vajra, dan Maha Bodhi.
Bila anda ingin mendapatkan "tubuh Yidam" dan "rasa Dharma dari menjadi Budha dalam
tubuh sekarang", maka anda harus bercatur-sarana (mengangkat guru) kepada
Satyabudhagama yang merupakan pintu gerbang Dharma yang menekankan "berlatih tekun".
Dalam aliran Budhisme Sutrayana, bernamaskara kepada Budha, memuja Budha,
menghormati Budha, menjalankan tugas tugas Dharma, dan menjadi Budha berdasarkan
bimbingan, semua teknik ini menaruh "Budha" diluar. Hanya Dharma Tantra Satyabudha
yang dapat membuat orang menjadi Budha dalam tubuh sekarang. Yang kurang di aliran
Budhisme Sutrayana adalah "latihan yang tekun".
*****************************
Ada orang bertanya kepada saya tentang sebab akibat dari tumimbal lahir.
Saya menjawab, "Orang sudah pasti mendapat apa yang ia pantas dapat."
Seseorang naik ke surga karena ia pantas naik ke surga. Orang lain lagi masuk ke neraka
karena ia pantas masuk ke neraka. Hanya dengan pertobatan lah karma buruk dapat
dilepaskan.
Prinsip dibalik sebab akibat tumimbal lahir sesungguhnya sangat sederhana. Kita mudah
memahaminya. Namun, justru karena sederhana, maka mudah pula mengabaikannya.
Menurut saya, ada 3 prinsip dibalik sebab akibat tumimbal lahir:
1. Ada alasan (sebab) untuk setiap hal.
2. Ada kebenaran dalam setiap hal.
3. Ada urutan tertentu dalam terjadinya peristiwa.
"Urutan tertentu dalam terjadinya peristiwa" perlu diteliti lebih jauh. Ada orang bertanya,
"Mengapa kebaikan tidak dibalas dengan kebaikan dan kejahatan tidak dibalas dengan
Mengapa kebaikan tidak dibalas dengan kebaikan dan kejahatan tidak dibalas dengan
kejahatan?"
Kebaikan tidak dibalas dengan kebaikan: karena akibat dari kejahatan belum berakhir,
sedangkan akibat dari kebaikan belum dimulai, dimana saat penghakiman belum datang.
Kejahatan tidak dibalas dengan kejahatan: karena akibat dari kebaikan belum berakhir,
sedangkan akibat dari kejahatan belum dimulai, dimana saat penghakiman belum datang.
"Urutan tertentu dalam terjadinya peristiwa" adalah Rasa Dharma dari "sebab akibat
tumimbal lahir".
*****************************
Ada orang bertanya kepada saya apakah ada yang disebut "Latihan Berpasangan Sex". Saya
menjawab,
"Memang ada, tapi latihan ini sangat sulit."
Prinsip dari "latihan berpasangan sex" adalah seperti ungkapan kalimat sebuah Sutra yang
berbunyi, "Sewaktu semua sifat termurnikan, bahkan hubungan sex menjadi murni." Pendek
kata, "sifat asli dari hubungan sex adalah juga kekosongan."
Prinsip prinsip dalam Latihan Berpasangan Sex dalam Tantrayana adalah:
1. Benak (pikiran) adalah kosong.
2. Tubuh diubah menjadi sinar.
Mengapa saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, berkata bahwa latihan ini sulit?
Maksud saya adalah bahwa diantara semua sadhaka sekarang ini, hanya ada sangat sedikit
orang yang memenuhi syarat untuk berlatih metode ini karena untuk berlatih metode ini,
seseorang harus terlebih dahulu mencapai keberhasilan dalam "non-bocor" dan leluasa
dalam "mengangkat" dan "menurunkan" serta harus terus berlatih untuk mencapai sifat
kekosongan.
Kedua hal diatas sangat penting karena merupakan persyaratan dasar untuk boleh berlatih
metode berpasangan sex ini.
1. Berhasil mencapai "non-bocor".
2. Berhasil mencapai sifat kekosongan.
Tidaklah mudah memenuhi persyaratan persyaratan ini karena ia yang berhasil memenuhi
persyaratan persyaratan ini adalah seorang yang hampir Budha. Itu sebabnya saya berkata
bahwa sangat sulit melatih metode berpasangan sex.
Rasa Dharma dari Latihan Berpasangan Sex adalah "Maha Sukha dan Maha Sunya."
*****************************
sebagai berikut:
1.
Identitas
Tak ada perbedaan antara diri dan Budha. Ini adalah perasaan menyatunya Budha
dan diri. Saya adalah Budha. Budha adalah saya.
2.
3.
4.
Kekuatan Dharma
Ia akan dapat memutar roda dharma dengan menggunakan kekuatan kesaktian nya
yang besar.
5.
*****************************
Setelah lama menyelidiki, saya dapatkan bahwa semua aliran agama di dunia ini mempunyai
beberapa persamaan sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
Puja Bakti
Menghormati
Memberi persembahan
Amal
Berbuat Baik
Agama Kristen, Katolik, Islam, dan Budhisme Sutrayana semuanya termasuk dalam kategori
ini. Tentu saja kita tidak dapat menyangkal bahwa ada rasa dharma dalam berpuja bakti,
menghormati, memberi persembahan, beramal, dan berbuat baik.
Namun, rasa dharma dalam Tantrayana lebih ditekankan pada latihan meditasi yang
menyatukan roh (semangat) dan pikiran.
Dari meditasi, sadhaka memperoleh kebijaksanaan, konsentrasi terfokus, terang benderang,
dan tanpa ego.
Lalu, ia akan memasuki "tanpa wujud" dan "anitya" dimana ada rasa dharma yang lebih lagi
disini.
Dalam Tantrayana, kekuatan meditasi Tathagata dan kekuatan meditasi sadhaka tergabung
berkat penyucian tiga rahasia. Dan ini akan mengakibatkan ekspresi spontan yang rasa
dharma nya tak tertandingkan. Tantrayana menekankan latihan yang tekun dan praktek
nyata. Itu sebabnya Tantra sangat berbeda dengan aliran aliran agama lain bagaikan langit
dan bumi saja.
Rasa Dharma dalam Tantrayana terletak pada
*****************************
Karena ada banyak pertanyaan dari para siswa tentang "lulus ujian", saya ingin memberi
penjelasan berikut ini.
Sewaktu baru mulai berlatih Dharma Tantra Satyabudha, sebagian siswa mengalami
berbagai bencana (kenaasan) dan berbagai rintangan yang muncul satu per satu sehingga
membuat mereka mundur ketakutan.
Menurut saya, kejadian munculnya rintangan rintangan ini disebabkan oleh pemunculan
rintangan karma buruk, YANG TIDAK MUNCUL KALAU ANDA TIDAK BERLATIH BUDHISME
TAPI AKAN SEGERA MUNCUL BEGITU ANDA MULAI BERLATIH.
Sebagai pelatih diri (sadhaka), anda harus bersikap pantang mundur dan harus yakin akan
manfaat berlatih Dharma Tantra Satyabudha. Anda harus terus berlatih sampai semua
rintangan karma buruk ini lenyap.
Sewaktu rintangan rintangan karma buruk ini usai, itulah saat dimana dapat dikatakan si
siswa telah lulus dalam "ujian awal" sehingga ia akan menyadari pentingnya berlatih Dharma
tanpa menguatirkan lagi tentang bencana apapun.
*****************************
Sebagian siswa mengalami berbagai macam kegaiban begitu mereka mulai berlatih
sehingga mereka menjadi penuh semangat untuk berlatih tekun. Namun, setelah beberapa
lama, kegaiban sepertinya semakin menghilang (berkurang) sampai akhirnya malah tak ada
sama sekali. Ini membuat para siswa ini bertanya-tanya dalam hati mengapa demikian.
Menurut pendapat saya, bagi seorang siswa pemula, kenyataan bahwa ia mengalami
berbagai kegaiban begitu mulai berlatih adalah disebabkan oleh dukungan (pemberian
semangat) dan perhatian besar dari para Budha dan Bodhisattva. Kenyataan bahwa
kemudian kemunculan kegaiban menjadi semakin berkurang adalah karena si siswa telah
menjadi cukup yakin (cukup bersemangat) untuk dapat melaksanakan pelatihan diri secara
berdikari. Tak perlu lagi bagi para Budha, para Bodhisattva, dan para Dharmapala untuk
terlalu sering memberinya semangat. Perasaan si siswa bahwa sepertinya tak ada lagi
"kemajuan" (kegaiban) adalah justru merupakan fakta yang menunjukkan bahwa ia telah
menjadi cukup teguh.
Saya sering berkata,
Latihan itu mirip dengan rumput yang sedang bertumbuh.
Sewaktu berlatih Dharma setiap hari,
Orang tidak begitu melihat pertumbuhan rumput tersebut,
Yang sebenarnya sedang bertumbuh setiap saat.
Saya juga pernah berkata,
Kemajuan itu seperti air yang terus mengalir sehingga sepertinya tidak mengalir sama sekali.
*****************************
Sebagian siswa mengalami banyak kegaiban. Sebagian siswa lainnya jarang mengalami
kegaiban. Namun, ini tidak menjadi soal.
Ini seperti apa yang terjadi sewaktu seorang anak kecil bermain layangan.
Sewaktu masih rendah, layangan nya naik dengan cepat.
Sewaktu sudah tinggi, layangan itu sepertinya tak bergerak.
Adalah baik mengalami kegaiban, tapi juga tidak jelek bila tidak mengalami kegaiban.
Dalam proses latihan, bila anda merasakan kemunculan semacam "rasa welas asih yang
besar", "terangnya pikiran", dan "lapangnya hati (pikiran)", maka anda telah "lulus suatu
tahap ujian" yang sesungguhnya merupakan semacam Rasa Dharma yang lebih berharga.
*****************************
Melihat sinar.
Melihat para Budha dan Bodhisattva.
Para Dharmapala menampakkan diri untuk memberi ramalan.
Dan banyak hal gaib lainnya.
Kepada siapa kejadian kejadian ini sebaiknya diceritakan? Sebagian berkeyakinan bahwa
bila kejadian kejadian ini diceritakan kepada orang lain, maka kegaiban tak akan muncul lagi.
Ini bagaikan proses merebus air sepanci. Bila tutup panci sering dibuka, maka hawa panas
nya akan bocor.
Menurut saya, berbagai kejadian ini baik untuk diceritakan kepada Guru Akar (Maha Acarya)
ataupun para Acarya sehingga si siswa memperoleh informasi tentang apa yang harus
dilakukan. Juga, masih tak apa apa memberitahu para sadhaka sedharma untuk memberi
mereka semangat supaya mau berlatih dengan tekun. Namun, sungguh tak perlu
memberitahu orang orang yang tak ada hubungan nya sama sekali dengan pelatihan diri.
Dalam Dharma Tantra Satyabudha, orang bisa memperoleh perasaan tingkat tinggi,
menengah, atau tingkat rendah. Ini terutama sekali benar dalam latihan "prana, nadi, bindu"
yang memerlukan upaya yang lebih keras untuk berhasil.
(Catatan: Para pembaca dapat membandingkan cuplikan artikel ini dengan artikel pertama
berjudul sama di buku "Padmakumara" seri ke 12. Keduanya adalah tulisan Maha Acarya
Lian Shen. Gabungan kedua artikel ini akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang
sikap yang harus diambil oleh seorang siswa yang taat kepada Guru nya.)
*****************************
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa di saat saya mulai mendalami
*****************************
Di jaman sekarang ini, aliran Budhisme yang paling terkenal adalah aliran tanah suci.
Kalimat yang paling sering diucapkan adalah "Sebutlah nama Budha dengan tekun."
Saya, Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, memberitahu para pembaca sejujurnya bahwa
saya juga berzikir "Namo Amitabha Budha" setiap hari setiap saat.
Ada yang bertanya, "Sebagai Tantrika, mengapa kau juga mempraktekkan metode aliran
tanah suci?"
Jawab saya, "Pintu Dharma dari aliran tanah suci yang menggunakan penyebutan nama
Budha adalah versi sederhana dari penyucian ucapan yang dilakukan dalam Tantrayana.
Saya meminta semua umat Budha untuk merenungkan apakah metode penyucian ucapan
dalam Tantrayana berbeda dengan penyebutan nama Budha dalam Sutrayana dan apakah
keduanya menghasilkan manfaat yang sama baik.
Secara singkat, aliran tanah suci hanya menggunakan metode penyucian ucapan dari
Tantrayana.
Penyebutan nama Budha dari aliran tanah suci diterima oleh semua kalangan Budhisme
karena metode ini sederhana dan singkat. Bahkan orang yang tidak begitu memahami
semua Dharma Budha dapat melaksanakannya.
Aliran Tanah Suci menggunakan kekuatan sumpah dari Amitabha Budha untuk menjemput
umat Nya ke alam Sukhawati asalkan mereka menyebut nama Budha dengan pikiran yang
terkonsentrasi seperti terurai dalam Sutra Amitabha.
Ini adalah pintu dharma upaya kausalya.
Ini adalah metode menjadi Budha berdasarkan bimbingan Budha, bukan menjadi Budha
dalam tubuh sekarang.
*****************************
Sebenarnya, ada sebuah sutra klasik lain (Sutra Amitayus) dari aliran tanah suci yang lebih
mendalam dari Sutra Amitabha.
Sutra Amitabha berkaitan dengan penyucian ucapan. Sedangkan, Sutra Amitayus berkaitan
dengan penyucian pikiran.
Garis besar isi Sutra Amitayus adalah sebagai berikut:
"Karena ingin dirinya dan semua insan lainnya terlahir di alam Sukhawati,
Vaidehi menanyakan sang Budha tentang berbagai cara melatih diri. Sang
Budha memberitahunya 16 cara visualisasi (meditasi) berikut ini.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
Matahari
Air
Tanah
Pohon Berharga
Air yang mengandung 8 kebajikan
Pikiran Umum
Kursi yang mewah
Wujud
Tubuh sejati Budha
Avalokitesvara
Mahasthamaprapta
Pikiran Universal
Pikiran Lainnya
Kelahiran di alam tingkat tinggi
Kelahiran di alam tingkat menengah
Kelahiran di alam tingkat bawah
16 cara visualisasi ini jauh lebih mendalam dari sadhana biasa sehingga sulit bagi umat
awam untuk mempraktekkannya. Itu sebabnya, aliran tanah suci sekarang ini hanya
menganjurkan ketekunan dalam pelafalan nama Budha yang lebih sesuai untuk orang awam
dan orang sibuk di jaman modern ini.
Menurut saya, bila anda seorang yang mempunyai kecerdasan atau seorang yang
memahami Dharma Budha dengan baik, maka anda dianjurkan untuk melatih penyucian
pikiran disamping penyucian ucapan. Ini karena ke 16 Cara Visualisasi akan memberikan
tingkat keberhasilan tertinggi dari aliran Tanah Suci.
Ke 16 cara visualisasi ini penuh dengan rasa dharma. Ini adalah penyucian pikiran dalam
aliran tanah suci. Jadi, sudah ada penyucian ucapan dan pikiran. Bila digabung lagi dengan
penyucian tubuh (mudra), maka terbentuklah Budhisme Esoterik dengan 3 komponen nya.
Saya rasa kenyataan bahwa banyak biksu menganjurkan hanya pelafalan nama Budha
(penyucian ucapan saja) adalah karena latihan penyucian ucapan ini populer dan mudah
dijalankan. Cuma sedikit biksu yang menganjurkan metode latihan Sutra Amitayus (dengan
16 cara visualisasi nya) karena metode ini sulit. Kebanyakan guru suka hal yang sederhana
dan mengabaikan yang sulit.
*****************************
Pelafalan nama Budha dalam aliran tanah suci adalah metode "menjadi Budha
berdasarkan bimbingan para Budha."
Ketiga komponen dalam Tantrayana adalah metode "menjadi Budha dengan tubuh
g
p
sekarang".
Saya membuat penjelasan yang mudah ini sehingga orang dapat memilih metode Budhisme
yang paling mereka sukai. Bagi orang awam, tak ada salahnya melafal nama Budha dan
menunggu untuk menjadi Budha berdasarkan bimbingan Amitabha Budha.
Bagi orang yang sangat memahami Budhisme dan ingin bermeditasi serta mempelajari
berbagai teknik Tantrayana, mereka dianjurkan untuk bercatur-sarana kepada
Satyabudhagama. Mereka dapat mengubah ke 5 jenis kesadaran menjadi ke 5 jenis
kebijaksanaan dan menjadi Budha dalam tubuh sekarang.
Ada rasa dharma yang lebih besar dalam Tantrayana dibandingkan dalam aliran tanah suci:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Mengapa upacara upacara ulambana (penyeberangan
arwah) yang dipimpin oleh Lian Shen Rinpoche bisa begitu gaib?"
Dalam upacara upacara ulambana yang diadakan Satyabudhagama, banyak orang melihat
leluhur leluhur mereka muncul kembali ke dunia sehingga menjadi kaget dan menimbulkan
kegemparan dimana-mana.
Ada begitu banyak sukacita.
Ada yang melihat orang mati berjalan di atas laut karena dulu orang mati ini dulu tenggelam
di laut.
Ada yang melihat orang mati yang hitam semua karena dulu ia mati terbakar sampai mati.
Ada yang melihat orang mati tanpa kaki karena dulu ia menderita diabetes dan harus
dipotong kakinya dalam operasi.
Ada yang melihat orang mati tanpa kepala karena dulu ia dilindas kereta api sampai
terpenggal kepalanya.
Begitu banyak contoh.
Mengapa upacara upacara ulambana itu demikian gaib?
Saya menulis sajak berikut:
Latihlah pikiran di galaksi.
Ubahlah menjadi kekosongan.
Arwah arwah gentayangan yang tak terhitung banyaknya,
diseberangkan di Vihara Vajragarbha.
Biarlah para pembaca menikmati sendiri rasa dharma dalam sajak itu.
*****************************
Ada orang yang berkata bahwa saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, adalah seorang
sesat atau bukan manusia. Saya menjawab,
"Saya tidak berbeda dari orang lain kecuali bahwa saya telah banyak membaca Sutra
Budhis, telah banyak mengetahui tentang berbagai aliran Budhisme, dan telah
melaksanakan praktek nyata."
Saya mengerti tentang "Hu" Taoisme, mantra mantra nya, dan ilmu pengobatan Taoisme.
Saya tahu tentang ilmu ramalan nasib dan Hongshui.
Saya tahu tentang ilmu tubuh manusia dan mengerti prinsip nasib.
Ini semua adalah metode metode duniawi yang bukan digunakan dalam upaya upaya
terlepas dari tumimbal lahir.
Namun, saya juga telah mendalami intisari rahasia dari Budhisme dan intisari kekosongan.
Juga, saya telah mempelajari berbagai metode dari berbagai aliran Budhisme. Saya akhirnya
telah mempelajari rahasia Tantrayana, baik Tantra Luar maupun Tantra Dalam. Kekuatan
meditasi saya telah mencapai kesadaran yang teramat dalam. Saya telah berlatih
Mahamudra, Dzogchen, dan berbagai teknik dari Budhisme Exoterik maupun Esoterik.
Saya mau tidak mau menjadi seorang Budha.
Apakah saya seorang makhluk jenis lain?
Apakah saya sesat?
Bayangkanlah sendiri Rasa Dharma ini.
*****************************
Para sadhaka harus ingat untuk bersahabat (membuat senang) "ke 8 kelompok dewa dan
naga".
Mengapa?
Karena para Mara akan mengganggu anda bila "ke 8 kelompok dewa dan naga" tidak suka
kepada anda.
Saya, Lian Shen Rinpoche, memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa saya
sangat menghormati "ke 8 kelompok dewa dan naga". Saya sering memuji mereka sehingga
mereka mendukung saya dalam:
Menyembuhkan penyakit dan menghilangkan penderitaan.
Melenyapkan gangguan Mara.
Mengatasi ke 3 kesukaran.
Juga, "ke 8 kelompok dewa dan naga" membantu saya dalam hal kesehatan, rejeki,
kebijaksanaan, dan terlebih penting lagi, melindungi semua sadhana saya.
Para Tantrika harap ingatlah:
Yidam adalah penting untuk pencapaian anda.
Guru Akar adalah penting untuk mendapatkan adisthana silsilah.
Dharmapala adalah penting untuk melindungi bhavana anda.
*****************************
Ada seorang Maha Guru. Ia dikawal oleh banyak sekali "roh roh pelindung" yang berasal dari
kelompok roh roh gunung, raksasa, dan asura (jin).
Si Maha Guru ini sangat agresif dalam menyerang saya dan dalam berusaha
menghancurkan pembabaran Dharma Tantra Satyabudha. Ia sering main "gelap-gelapan"
untuk mendorong Lu Sheng Yen kepada jurang kehancuran.
Para "pelindung" dari Maha Guru itu tentu saja mentaati perintahnya. Roh roh gunung,
raksasa, dan asura (jin) itu mendatangi saya. Namun, begitu mereka melihat "ke 8 kelompok
dewa dan naga" yang mengawal Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, semuanya kaget,
membuang senjata mereka, dan lari ngibrit.
Kejadian kejadian seperti itu benar benar saya alami.
Ada satu alasan mengapa saya dapat bertahan terhadap segala gangguan dari para "Maha
Guru", para "Maha Biksu", para "Pertapa Besar", para "Upasaka Sakti", "Orang Orang Sesat
Sakti", dan "Orang orang hebat". Saya dapat bertahan terhadap semua hinaan dan kecaman
mereka.
Saya dilindungi oleh "ke 8 kelompok dewa dan naga".
Satu kelompok Dharmapala bertarung dengan kelompok dharmapala lainnya.
"Mereka bertarung untuk menentukan siapa yang lebih kuat."
Ada Rasa Dharma yang besar dalam hal tersebut.
*****************************
Masing masing tulisan (sutra) Budhisme yang sedemikian banyaknya mempunyai rasa
dharmanya masing masing.
Misalnya,
Rasa Dharma dari Sutra Prajnaparamita, Sutra Intan, dan Sutra Pikiran adalah
"Kekosongan".
Rasa Dharma dari "Bab Tentang Sumpah dan Bhavana Samantabhadra" adalah
"welas asih".
*****************************
Menurut saya, ada filsafat yang sangat mendalam pada Budhisme Esoterik (Tantrayana)
yang lebih super dibandingkan aliran aliran Budhisme yang biasa. Ada cendekiawan Budhis
yang hanya menaruh perhatian pada satu aliran saja atau satu jenis latihan saja. Ada
sadhaka yang hanya mementingkan "kesadaran" (vijnana) karena berpendapat bahwa hal
lainnya tak penting. Ada lagi yang hanya mementingkan "pikiran" karena mereka pikir ini
adalah satu satu nya jalan untuk menjadi Budha.
Tantrayana mengajarkan bahwa:
Tak ada perbedaan antara pikiran dan materi.
Tak ada perbedaan antara pikiran dan prana.
Tak ada perbedaan antara pikiran dan tubuh.
Hanya filsafat seperti inilah yang luas tak terhingga. Ini adalah prinsip meditasi yang agung
dan tidak membedakan untuk mencapai Maha Sempurna (Dzogchen).
*****************************
Ada orang bertanya kepada saya, "Karena loba, dosa, moha, keraguan, dan kesombongan
adalah ke 5 racun (kejahatan) dalam manusia, dapatkah kita melatih mereka untuk mencapai
keberhasilan dalam Tantrayana?"
Saya menjawab, "Ada metode seperti itu, tapi hanya boleh dilatih oleh mereka yang berbakat
besar. Orang orang yang masih sangat melekat pada nafsu birahi, kemarahan, kebodohan,
keraguan, dan kesombongan harus mempunyai fondasi yang cukup dulu dalam Tantrayana
dan harus memperoleh abhiseka dari Vajra Guru nya sebelum boleh melaksanakan latihan
latihan tersebut."
Nafsu birahi dilatih dalam tingkat Anuttarayoga Tantra. Kebencian (Kemarahan) dilatih di
tingkat Vajra Yoga. Moha (Kebodohan) dilatih di sadhana "tidur bersinar" (Yoga Mimpi).
Keraguan dilatih di tingkat Mahamudra Ganges dan Dzogchen. Kesombongan dilatih di
tingkat Yidam Yoga.
*****************************
Dalam buku "Rangkuman Budhisme" (Garis Besar Dharma Budha), saya menyebutkan
tentang ke 10 jenis kesaktian (Dasabala) Budha sebagai berikut:
1.
Kebijaksanaan untuk mengetahui alasan dan bukan alasan dari segala sesuatu.
(Sthanasthana-jnana)
2.
Kebijaksanaan untuk mengetahui sebab akibat karma semua insan di masa lalu,
masa sekarang, dan masa yang akan datang. (Karmavipaka-jnana)
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Kebijaksanaan untuk mengetahui kelahiran dan kematian para insan serta karma baik
dan karma buruk para insan. (Purva-nivasanusmrti-jnana)
9.
10.
Kebijaksanaan untuk meninggalkan keduniawian dan tak pernah lagi terlahir di dunia
Saha. (Asravaksaya-jnana)
Menurut saya, ke 10 jenis kesaktian ini bersumber dari kebijaksanaan yang sangat
mendalam dan halus. Dalam sebuah sutra Budhis, ada 2 kalimat sebagai berikut yang
mengandung banyak Rasa Dharma:
1.
Sulit memahami dan menembus kebijaksanaan Budha, yang sangat mendalam dan
tak terukur.
2.
*****************************
Menurut saya, "tak terungkapkan" adalah juga semacam Rasa Dharma. Mengapa "tak
terungkapkan"?
Ada kalimat berikut ini dalam sebuah Sutra, "Bila semua insan di dunia ini adalah Sariputra
dengan kebijaksanaan nya yang tinggi, gabungan mereka ini masih tidak bisa mengukur
kebijaksanaan Budha."
"Para Bodhisattva yang tak bertumimbal lahir ini adalah sebanyak butir pasir di sungai
Gangga Namun bahkan bila mereka menggabungkan diri masih tidak bisa menyelami
Gangga. Namun, bahkan bila mereka menggabungkan diri, masih tidak bisa menyelami
kebijaksanaan Budha."
Apalagi seorang awam, mustahil baginya untuk dapat mengukur dalam dan luasnya ajaran
sang Budha.
Sesungguhnya, bukan saja mustahil untuk menyelami dan mengungkapkan kebijaksanaan
sang Budha, tapi juga mustahil bagi orang awam untuk mengukur kebijaksanaan dari
Tantrayana yang juga luar biasa dan tak terungkapkan. Itu sebabnya saya berkata bahwa "tak
terungkapkan" adalah juga semacam rasa dharma.
Misalnya, semua tingkah laku saya, semua ucapan saya, semua tulisan saya, ... oleh Budha
Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen tak dapat dipahami oleh orang orang duniawi.
Meskipun saya telah banyak memberikan penjelasan, mereka masih tidak mengerti.
Itu sebabnya "mustahil bagi orang awam untuk menyelami luas dan mendalamnya ajaran
nya."
Saya tidak tahu cara apa lagi yang lebih baik untuk memberitahu mereka. Saya tak punya
apa apa lagi yang perlu dibicarakan. Bila saya telah menjelaskan berulang kali dan orang
masih tidak dapat mengerti, maka lebih baik saya menutup mulut. "Tak terungkapkan"
mengandung Rasa Dharma yang tak terukur dan tak terselami.
*****************************
Apa sih kebijaksanan yang dimiliki oleh Budha Sinar Bunga Yang Leluasa?
1.
2.
3.
4.
5.
Saya
Saya
Saya
Saya
Saya
Bila anda dapat meresapi maha kebijaksanaan saya, Budha Sinar Bunga Yang Leluasa,
maka anda akan dapatkan bahwa ternyata ini adalah sama dengan ke 5 jenis kebijaksanaan
Tathagata yaitu:
1.
2.
3.
4.
5.
Kebijaksanaan
Kebijaksanaan
Kebijaksanaan
Kebijaksanaan
Kebijaksanaan
Dharmadhatu
Sejernih Cermin.
Persamaan.
Untuk Membeda-bedakan.
untuk melaksanakan apa yang harus dilakukan.
*****************************
2.
3.
4.
5.
Tubuh
Tubuh
Tubuh
Tubuh
Setiap dari ke 5 jenis tubuh ini mempunyai 32 ciri ciri fisik utama dan 80 ciri ciri fisik minor.
Di dunia Saha ini, hanya ada sedikit orang yang memiliki kebijaksanaan sedalam ini. Salah
satunya adalah Budha Sinar Bunga Yang Leluasa. Namun, saya tak akan
mengungkapkannya. Saya mengalami rasa dharma yang tak terhingga dalam "tidak
mengungkapkan" dan "tak terungkapkan".
*****************************
Ada orang yang bertanya kepada saya tentang tanah suci Budha. Saya menjawab bahwa
tanah suci Budha adalah tempat tinggal para suciwan dan tempat dimana tak ada kekotoran.
Tanah suci jumlahnya sebanyak pasir di sungai Gangga yang tak terhitung banyaknya.
Saya membandingkan tanah suci Budha dengan pikiran yang murni dimana tak ada polusi
dari ke 5 nafsu. Sebaliknya, sebuah dunia yang kotor karena banyaknya loba, dosa, moha,
keraguan, kesombongan dan karena kuatnya nafsu akan harta, sex, makanan, ketenaran,
dan tidur adalah tempat yang penuh dengan penderitaan. Dengan istilah yang sederhana,
tanah suci Budha adalah murni dan bersih, sedangkan ke 3 alam samsara sangat
mengenaskan.
Dalam Budhisme, ada aliran tanah suci yang menganjurkan penyebutan nama Budha dan
yang menganggap Samantabhadra sebagai Guru Utama (Guru Akar). Maha Guru Huiyan di
jaman dinasti Chin terutama sekali menganjurkan aliran tanah suci. Begitu pula Daozhuo di
jaman Dinasti Tang juga mengkhususkan diri melatih metode ini. Juga, ada biksu biksu
agung yang telah berupaya keras mengembangkan aliran tanah suci di berbagai jaman
dalam sejarah.
Namun, tanah suci Budha bukan hanya satu, tanah suci Budha bukan hanya yang dianjurkan
oleh aliran tanah suci. Inilah pandangan saya.
Saya dapat memberikan beberapa contoh berikut ini. Ada "surga dimana dewa dan manusia
tinggal bersama". Ada "surga yang ditinggali sementara waktu oleh mereka yang telah
berhasil mengalahkan nafsu nafsu yang utama". Ada "surga tanpa rintangan sebagai pahala
sejati dari keberhasilan meditasi". Ada "surga yang bersinar damai dan abadi".
Budha Sinar Permata Guru Obat mempunyai tanah suci berlapiskan Lazuli di sebelah Timur.
Budha Budha lain juga mempunyai negri Budha (tanah suci) mereka sendiri.
Aula dalam di surga Tusita nya Maitreya (yang ada di alam Kamadhatu) juga merupakan
tanah suci.
Gunung Weizu dari MahaKahsyapa juga merupakan tanah suci.
Dalam Budhisme Esoterik, ada tanah suci "Shambala" dari Kalacakra, ada tanah suci
"Uddiyana-Camara" dari Guru Padmasambhava, dan ada "Maha Dwikolam Teratai" dari
Budha Sinar Bunga Yang Leluasa.
*****************************
Tinggal di tanah suci (negri Budha) didambakan oleh semua umat Budha aliran Sutrayana
Tinggal di tanah suci (negri Budha) didambakan oleh semua umat Budha aliran Sutrayana
(Exoterik) maupun Tantrayana (Esoterik). Dalam Budhisme Esoterik, ada berbagai metode
sadhana seperti "Dharma Amitabha", "Dharma Avalokitesvara", "Dharma Vajrapani",
"Dharma Amitayus", "Dharma Tara Putih dan Tara Hijau" yang dapat membawa umat untuk
terlahir di alam Sukhawati dari Amitabha Budha.
Di dunia Saha ini, alam Sukhawati dari Amitabha Budha adalah yang paling populer dan
paling dikenal umum. Meskipun latihan dari Budhisme Exoterik (yaitu dengan menyebut
nama Budha) bisa membawa orang ke negri Budha yang sama, namun ada perbedaan kelas
(tingkat). Latihan dari Budhisme Esoterik (Tantrayana) yang disertai dengan penyucian tubuh,
ucapan, dan pikiran, membawa umat ke negri Budha yang sama namun di tingkat tingkat
yang berbeda.
Saya juga beritahukan para pembaca dengan sejujurnya untuk tidak kaget bahwa ada pula
tanah suci di aula dalam di surga Tusita nya Maitreya, dan bahwa berbagai surga yang saya
kenal semuanya mempunyai tanah suci.
Ini adalah rahasia besar yang tidak diketahui orang lain.
*****************************
Ada yang bertanya tentang pencerahan saya. Saya menjawab bahwa sebagian orang berpikir
bahwa kunjungan saya ke Maha Dwikolam Teratai adalah fantasi (buatan) belaka. Ada pula
yang berkata bahwa kunjungan itu hanya terjadi dalam mimpi saya. Ada lagi yang bahkan
berkata bahwa saya berbohong. Ada banyak kritik tentang ini. Namun, yang ingin saya
katakan dapat disimpulkan menjadi berikut ini:
Bukan khayalan. Bukan imaginasi. Bukan perasaan. Pencerahan adalah seperti ini.
Pencerahan adalah pencapaian nyata, bukan teori. Pencerahan dapat dibuktikan dan
merupakan pengalaman yang sudah dibuktikan.
Ada lagi orang yang berkata bahwa pertemuan saya dengan Sakyamuni hanyalah mimpi
atau kegilaan. Saya menjawab, "Bukan khayalan, bukan imaginasi, bukan perasaan." Bila
seorang sadhaka agung telah mencapai tubuh dharmakaya dengan sifat kekosongan, ia
akan tahu bahwa apa yang saya katakan adalah benar adanya. Demikianlah dengan
pencerahan saya.
*****************************
Sungguh mudah mengeritik orang dan aliran. Cukup dengan menggunakan kacamata
berwarna yang hanya akan membuat si pemakai kacamata tidak memandang dengan jelas.
Misalnya, ada orang yang membuat kritik sebagai berikut:
- Aliran Tantrayana : Sesat.
- Aliran Avatamsaka : Tipuan Palsu.
- Aliran Hinayana : Egois
- Aliran Mahayana : Bunga Palsu.
- Aliran Zen : Kesombongan Gila.
- Aliran Madhyamika : Menyimpang.
- Aliran Yoga-Chara : Kekosongan Absolut
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
9. Tanpa Pikiran
Sutra Satyabudha mengatakan, "Tanpa Pikiran adalah rahasia memperoleh pencerahan yang
benar". Mengapa? "Dengan tanpa kemunculan pikiran, ke 18 alam menjadi kosong, orang
akan memperoleh buah pencerahan yang cemerlang, pikiran nya akan memperoleh
kebijaksanaan yang misterius, yang juga disebut tahap mengatasi segalanya. Dengan satu
lintasan pikiran muncul, alam alam muncul kembali. Tanpa pikiran, alam alam dalam benak
akan menghilang tanpa jejak dengan sendirinya"
Dalam "Hal Hal Utama Tentang Pencerahan Seketika dan Memasuki Jalan" disebutkan,
"Apakah asal, prinsip, pencapaian, dan aplikasi dari pintu pencerahan seketika? Mereka
adalah tanpa pikiran, tak ada pikiran yang menyimpang, penyucian, dan kebijaksanaan."
Bila anda mengatakan bahwa tanpa pikiran dan tanpa ucapan adalah asal (sumber), pikiran
seperti apakah yang dimiliki oleh orang yang tanpa pikiran? Orang yang tanpa pikiran tidak
mempunyai pikiran jahat, tapi bukan tanpa pikiran yang baik. Apakah pikiran jahat dan pikiran
baik itu? Pikiran tentang eksistensi dan non-eksistensi adalah pikiran jahat. Pikiran yang
bukan tentang eksistensi dan bukan tentang non-eksistensi adalah pikiran yang benar.
Pikiran tentang baik dan buruk adalah pikiran yang jahat. Pikiran tentang bukan baik dan
bukan jahat adalah pikiran yang benar (baik). Pikiran tentang penderitaan, kenikmatan,
kelahiran, pemusnahan, mengambil, memberi, mengeluh, akrab, benci, cinta adalah pikiran
jahat. Sedangkan pikiran yang bukan hal hal tersebut adalah pikiran yang baik. Jadi, kita
harus berpikir apa untuk berpikir yang baik? Pikiran yang baik menunjuk pada pikiran Bodhi.
Apakah Bodhi bisa dihubungi (bisa diakses)? Bodhi tidak bisa diakses. Karena bodhi tidak
bisa diakses, mengapa kita harus memikirkan tentang bodhi? Bodhi hanyalah sekedar nama
yang sesungguhnya tidak dapat diakses dan yang tidak pernah didapatkan baik di masa lalu
maupun di masa yang akan datang. Karena bodhi tak dapat diakses, maka tanpa pikiran,
yang sesungguhnya adalah pikiran yang benar.
Kedua paragrap diatas yang bersumber dari Sutra adalah sederhana dalam kata namun
mendalam secara makna. Jelaslah bahwa tanpa pikiran adalah rahasia Budhisme untuk
mencapai pencerahan yang benar.
Satyabudhagama adalah aliran tanpa pikiran.
Satyabudhagama adalah aliran pikiran yang benar.
Saya menekankan,
"Tanpa pikiran adalah asalnya, tak ada kemunculan pikiran yang tidak sehat adalah
prinsipnya, penyucian adalah pencapaiannya, dan kebijaksanaan adalah aplikasinya."
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Bukankah orang yang tanpa pikiran itu seperti batu saja?"
"Apakah sebuah batu adalah Budha?"
"Apakah tanpa pikiran adalah kekosongan absolut?"
Saya menjawab,
"Manusia memilih 'roh' (semangat/kesadaran), sedangkan batu tidak." Kedua hal ini tidak
d
t dib di k
dapat dibandingkan.
Tanpa pikiran dari seorang manusia jangan disamakan dengan tak ada pikiran dari batu.
Penjelasan yang terperinci adalah sebagai berikut:
Sewaktu seorang sadhaka mencapai tahap tanpa pikiran, arus dharma alam semesta akan
memenuhi seluruh tubuhnya dan ia akan menjadi kebenaran, seorang Budha, Maha
Cemerlang, penyucian dengan kesempurnaan besar...
Ini semua adalah alam alam supernatural yang tak terungkapkan dengan kata kata.
Sekarang kita bertanya, "Apakah batu bisa melakukan hal hal tersebut?"
Berikut ini adalah penjelasan lainnya. Bila batu memiliki roh dan dapat memasuki tahap
tanpa pikiran, saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa batu pun bisa
menjadi Budha.
Mengenai pertanyaan yang meragukan apakah tanpa pikiran adalah kekosongan absolut,
saya menjawab:
Tanpa pikiran adalah pikiran yang benar. Orang yang tanpa pikiran tidak mempunyai pikiran
jahat tapi bukan tanpa pikiran yang baik. Ia tidak berpikir tentang apapun kecuali Bodhi.
Bagaimana ini bisa disebut kekosongan absolut?
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa:
Sewaktu saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen, memasuki tahap sesungguhnya dari
tanpa pikiran, maka arus prana, arus sinar, dan arus bindu dari seluruh tubuh berkumpul di
cakra dahi sehingga tubuh saya langsung menjadi Bodhi dan pikiran saya menjadi altar.
Inilah saat dimana Zen dan Tantrayana bertemu.
*****************************
Sudah umum diketahui bahwa satu dari ke 3 Mudra Dharma adalah Mudra Tanpa Ego. Para
Budha berbicara tentang prinsip tanpa ego untuk mencerahkan para insan yang percaya
bahwa ada ego yang kekal dan para insan yang tertipu oleh penampilan palsu dari tubuh
sehingga membuat berbagai karma buruk. Mudra Tanpa Ego tidak boleh diabaikan karena ini
merupakan batu pijakan yang membedakan kebenaran dan kesesatan.
Menurut saya, tanpa ego berkaitan dengan tubuh. Tanpa pikiran berkaitan dengan pikiran.
Hanya sewaktu ada "tanpa pikiran", barulah ada tanpa ego.
*****************************
Sekarang menyangkut hal Anitya. Semua dharma tidak memiliki sifat yang berdiri sendiri,
sehingga mereka tidaklah kekal. Mereka ada karena adanya hubungan karma.
Tathagata bukanlah eksistensi sebagai individu terpisah. (Tathagata berarti Tidak Datang dan
Tidak Pergi). Jadi, disinipun ada anitya. Ini adalah kesucian terbesar yang memenuhi seluruh
kekosongan.
Menurut saya, tanpa pikiran berkaitan dengan pikiran. Anitya berkaitan dengan tubuh.
Dharma hanyalah sekedar tanpa pikiran.
*****************************
Sewaktu Dharma dipraktekkan ke tingkat yang sangat mendalam, ini tak lagi terungkapkan
dengan kata kata. Ini dapat dikatakan sebagai "Buku Langit Tanpa Kata" dimana untuk
memahaminya, kata "tiada" adalah satu satunya kunci. Dan hanya ada satu jalan untuk
menjadi Budha.
Sutra Teratai berbunyi, "Di negri negri Budha di 10 penjuru, hanya ada satu kendaraan,
kendaraan Budha. Tak ada metode kedua atau metode ketiga kecuali untuk upaya kausalya."
Untuk mempelajari Budhisme, orang harus memahami Guru Akar dengan sepenuhnya.
Bagaimana caranya? Kata "sunyata" adalah rahasianya yang juga merupakan kunci dalam
aliran Zen. Itu sebabnya dikatakan tak ada kunci.
Kunci dari aliran Zen adalah sunyata. Tantrayana menekankan kekosongan. Kedua aliran
bertemu di titik ini.
*****************************
Pencerahan yang saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, dapatkan adalah kebudhaan
yang maha tahu, kebudhaan yang maha bijaksana yang dapat memahami semua Dharma.
Pencerahan saya jauh dari kejahatan, merupakan pemahaman benar tentang kebenaran,
yang dalam bahasa Sansekerta disebut sebagai Samyaksambodhi.
Budha Yang Maha Tahu ini sungguh luar biasa dan tak terungkapkan dengan kata kata. Ini
seperti diungkapkan dalam Sutra Penerangan Sempurna sebagai berikut, "Sewaktu
pencerahan yang maha gaib menyebar ke 10 penjuru, Tathagata akan muncul." Kunci untuk
membuat pencerahan yang maha gaib menyebar ke 10 penjuru adalah penyucian. Satu
satunya cara untuk mencapai penyucian adalah tanpa pikiran.
*****************************
Pada mulanya sadhaka harus berkonsentrasi pada satu titik. Setelah mahir, anda akan
mencapai tahap tanpa pikiran dan memasuki Samadhi.
Sutra Penerangan Sempurna berkata,
"Munculnya sedikitpun pikiran yang tidak sehat akan menimbulkan berbagai penderitaan. Ini
seperti seseorang yang terperangkap diantara tanduk tanduk. Ia tidak akan terluka selama ia
tidak bergerak. Dengan tanpa pikiran muncul, sadhaka akan selamanya berada di dalam
kebahagiaan dan ketenangan. Begitu ada semacam pikiran salah terlintas di benaknya, ia
akan terluka oleh berbagai macam eksistensi. Itu sebabnya Sutra Budhis berkata bahwa
pikiran membawa pada dukha sedangkan tanpa pikiran membawa pada sukha."
Dalam Dharma Tantra Satyabudha, rahasia pertama adalah mengubah semua pikiran yang
mengganggu menjadi satu pikiran. Rahasia kedua adalah mengubah satu pikiran ini menjadi
tanpa pikiran. Rahasia ketiga adalah membuat tanpa pikiran menjadi kekosongan.
*****************************
Tanpa pikiran juga terkait dengan "tanpa aksi" dan "tanpa melakukan". "Tanpa Aksi dan
tanpa melakukan" ini bukan berarti tidak melakukan sesuatu. Ini menunjuk pada aksi tanpa
sebab. Ini sangat mendalam.
Ini mirip dengan "pikiran yang tak beraksi" dalam filsafat Cina Kuno. "Melakukan tanpa
pamrih/tujuan" adalah aksi tanpa sebab. Saya sering berkata bahwa kita harus berupaya
keras untuk membabarkan Dharma tanpa memperdulikan hasilnya.
Itu sebabnya saya berkata,
Apakah Satyabudhagama hancur atau berhasil tak ada kaitannya dengan saya.
Jumlah orang yang saya selamatkan tak ada kaitannya dengan saya.
Apa masa depan saya tak ada kaitannya dengan saya.
Saya lakukan semua ini tanpa aksi yang sadar dan saya tidak perduli berapa besar
keberhasilan saya.
*****************************
Dalam Sutra Intan, ada kata "tanpa pencapaian". Begitu orang mencapai alam tanpa pikiran,
ia akan memahami kata "tanpa pencapaian" dalam Sutra Intan tersebut.
Dalam "tanpa pikiran", ada:
Tanpa kelahiran, tanpa ego, tanpa benak, tanpa aksi, tanpa melakukan.
Bagaimana bisa ada pencapaian? Karenanya, segala sesuatu berakhir dengan tanpa
pencapaian yang merupakan kebenaran sesungguhnya.
Tak ada kemelekatan pada pencapaian ataupun tanpa pencapaian di dalam benak
dan tak ada pembedaan antara keduanya. Jadi, "pikiran pencapaian adalah
berdasarkan rupa (wujud), sedangkan pikiran tanpa pencapaian adalah berdasarkan
kebijaksanaan tidak membedakan."
Saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen, memberitahu para pembaca dengan
sejujurnya bahwa tanpa pikiran sudah tentu membawa pada tanpa bentuk yang sama
halnya dengan prinsip "segala sesuatu adalah kosong belaka."
Tanpa pikiran membuat orang terhindar dari semua bentuk.
*****************************
Sutra Bab 24 berbunyi, "Memberi persembahan kepada 10 milyar Budha di 3 masa tidaklah
sebaik memberi persembahan kepada seorang yang tanpa pikiran, tanpa kemelekatan,
tanpa latihan, dan tanpa pencapaian."
Ada orang berkata, "Lian Shen Rinpoche menulis lebih dari 100 buku yang tak lain hanya
memberitahu kita tentang tanpa pikiran. Bila saya dapat memahami prinsip tanpa pikiran,
berlatih tanpa pikiran dengan tekun, dan mendapatkan tanpa pikiran, maka semua 100 buku
itu tak lain hanyalah sampah yang seharusnya dibakar sampai menjadi abu."
Sebagian siswa mungkin berpikir, "Keterlaluan berbicara seperti itu. Bagaimana boleh kita
membakar buku buku Maha Guru sampai menjadi abu!"
Saya tertawa.
"Orang bukan hanya boleh membakar ke 100 buku lebih itu sampai menjadi abu, tapi juga
boleh membuang sisa abunya di toilet. Bila orang dapat memahami prinsip tanpa pikiran dan
mencapainya, ia boleh mengambil patung Lian Shen Rinpoche dari meja altar, membacok
kepala, tangan, dan kaki patung itu dengan kampak besar dan membuangnya ke tong
sampah."
Orang yang tanpa pikiran adalah "orang yang memiliki kebajikan dan sifat non-aksi." Orang
yang tanpa pikiran adalah "seorang manusia sejati yang non-aksi yang tak lagi memerlukan
latihan dan pencapaian."
Saya ulangi, "Memberi persembahan kepada 10 milyar Budha di 3 masa tidak sebaik
memberi persembahan kepada seseorang yang tanpa pikiran, tanpa kemelekatan, tanpa
latihan, dan tanpa pencapaian."
*****************************
*****************************
Apakah asamasama itu? Sutra Vimalakirti Nirdesa berkata, "Para Budha mencapai
supernatural yang final yang tak dapat ditandingi. Ada persamaan diantara para Budha. Itu
sebabnya disebut Asamasama."
Sutra Teratai berkata, "Asamasama menunjuk pada kenyataan bahwa tak ada persamaan
pikiran di 9 alam dharma kecuali di alam dharma Budha. Jadi, non-persamaan membawa
pada persamaan." Juga dikatakan, "Asamasama menunjuk pada hal yang maha luar biasa."
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa "tanpa pikiran sesungguhnya
adalah asamasama." Ini bukanlah pintu alternatif melainkan dharmakaya dengan non-aksi.
*****************************
*****************************
'Tanpa Pikiran' ini tidak menunjuk pada ke 4 surga di alam Arupadhatu yang mencakup
"alam ruang tanpa batas", "alam kesadaran tanpa batas", "alam kekosongan", dan "alam
bukan pencerapan pun bukan bukan pencerapan".
"Tanpa Pikiran" adalah kunci sejati dari Satyabudhagama.
"Tanpa pikiran",
Satyabudhagama.
tanpa
kemelekatan,
tanpa
latihan,
tanpa
pencapaian
adalah
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa apa yang saya ingin katakan
dapat diringkas menjadi satu kata. Kata itu adalah "tanpa pikiran", yang merupakan cara
untuk mencapai pencerahan yang benar.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
10. Meditasi
Saya telah berlatih meditasi selama lebih dari 20 tahun. Apakah sebenarnya "meditasi" itu?
Apa manfaatnya? Bagaimanakah pelajaran dan latihan meditasi membawa orang pada
pencerahan?
Sekarang saya akan memberitahu para pembaca bahwa meditasi sejati dan mencapai
pencerahan dapat dianalisa sebagai berikut:
1. Memahami semua sebab. Orang yang telah mencapai pencerahan memahami
semua sebab akibat karma. Pemahaman ini jelas dan meyakinkan, bukan kabur atau
asal-asalan. Ini disebut "pemahaman akan pikiran diri sendiri" yang menunjuk pada
pemahaman penuh terhadap segala jenis sebab, asal, dan perkembangan. Segala
sesuatu menampakkan diri. Tak ada yang tersembunyi.
2. Tak ada pikiran yang tidak murni. Di bab terakhir, saya telah membahas banyak
tentang tanpa pikiran. Tanpa pikiran adalah tanda dari meditasi yang sangat
mendalam. Tanpa "tanpa pikiran", maka tak ada meditasi mendalam sama sekali. Di
tahap ini, dengan semua pikiran jahat dan tidak murni lenyap, maka sadhaka akan
memperoleh 3 macam perasaan: kenyamanan, luas, tanpa batas. Ini adalah
kedamaian dan rileks.
3. Kesaktian. Karena pikiran pada tahap ini telah menunjukkan sifat Dharma, secara
alamiah kesaktian akan menampakkan diri, dengan semacam sinar menembak ke
segala sudut. Kesaktian ini tidak secara sengaja dilakukan, tapi merupakan arus
alamiah dari kecemerlangan sifat Dharma yang datang secara alamiah.
4. Kemerdekaan. Kata "kemerdekaan" mencakup makna yang sangat luas. "Tak ada
yang dapat menghentikanmu" adalah kemerdekaan. "Tak ada yang dapat
mengikatmu" adalah kemerdekaan. Ke 10 jenis kemerdekaan yang diuraikan dalam
Sutra Avatamsaka meliputi:
(i) Kemerdekaan Hidup.
(ii) Kemerdekaan Pikiran.
(iii) Kemerdekaan dari rasa suka.
(iv) Kemerdekaan dari Karma.
(v) Kemerdekaan dari Kelahiran.
(vi) Kemerdekaan dari Pembebasan.
(vii) Kemerdekaan dari Sumpah.
(viii) Kemerdekaan dari Kesaktian.
(ix) Kemerdekaan dari Dharma.
(x) Kemerdekaan dari Kebijaksanaan.
Saya dinamakan Sakyamuni Budha sebagai Budha Sinar Bunga Yang Leluasa (yang
merdeka). Disini ada kata "merdeka". Latihan meditasi dapat membawa orang pada
kemerdekaan (keleluasaan). Itulah Maha Sempurna.
*****************************
Latihan meditasi sangatlah halus. Semenjak dahulu kala, ada banyak orang yang belajar
bermeditasi. Dalam tulisan tulisan kuno, meditasi sering diuraikan sebagai semacam
perasaan halus dan kabur, semacam pemahaman mendadak yang bagaikan kilat yang
menggelegar seketika. Dalam meditasi, pernapasan perlu dalam keadaan halus. Pernapasan
luar dihentikan. Pernapasan dalam harus dipertahankan.
Dengan cara ini, orang dapat mencapai kekosongan diri, pemahaman diri, kemunculan diri.
Apakah tulisan tulisan kuno ini benar? Saya pikir bisa saja benar. Setelah merenungkannya
dengan hati hati, orang akan mendapatkan bahwa prinsipnya sebenarnya sangat sederhana.
Namun, variasi variasi nya sangat rumit. Ada banyak metode untuk berlatih meditasi. Asalkan
sifat sejati dapat dibuka, metode apapun adalah baik.
*****************************
Latihan meditasi dapat menyimpang (salah jalan) karena hal hal berikut ini:
1. Kekosongan Absolut
Bila sadhaka berkonsentrasi pada "kekosongan absolut", ia akan menjadi seperti
pohon kering atau abu hangus, kehilangan semangat, dan mengidap berbagai
penyakit.
2. Tidak Sadar
Bila sadhaka berkonsentrasi pada kekusutan, ia akan kehilangan kesadaran dan akal
sehat, akan suka bergumam (berbicara) dengan diri sendiri.
3. Tidak menghormati para Budha
Bila sadhaka berkonsentrasi pada dirinya sendiri, ia akan menjadi sombong
sepertinya ia yang paling hebat dan tidak mau menaruh hormat kepada para Budha
dan Guru Akar nya.
4. Bayangan Hantu
Bila sadhaka berkonsentrasi pada dewa dan hantu, ia akan sering melihat bayangan
hantu yang menampakkan diri sehingga rumah nya menjadi angker.
5. Melekat pada suatu pandangan yang salah.
;Bila sadhaka terlalu melekat pada suatu pandangan salah, ia tidak akan pernah
mencapai pencerahan. Sebaliknya, ia menjadi sering marah, suka mengecam para
Budha, suka mengutuk biksu.
6. Tergila-gila pada kenikmatan
Bila sadhaka terlalu berkonsentrasi pada rasa dharma, ia bisa ketagihan akan
kenikmatan dharma dan lupa untuk membuat kemajuan yang lebih besar dalam
latihan.
7. Menjadi Gila
Bila sadhaka terlalu berkonsentrasi pada alam alam ilusi, ia bisa tertawa dan
menangis silih berganti karena alam alam ilusi itu berubah terus sehingga akhirnya ia
kehilangan penguasaan diri.
8. Melekat Pada Kesaktian
Bila sadhaka memperoleh kesaktian dan menjadi melekat pada kesaktian, ia bisa
kembali pada upaya pemuasan hal hal duniawi dan melupakan tujuan mencapai
pencerahan.
Ini adalah kesalahan kesalahan umum yang dibuat oleh para sadhaka, kesalahan kesalahan
yang saya, Budha Hidup Lian Shen, Lu Sheng Yen saksikan sendiri terjadi di dunia ini di
jaman sekarang ini. Para sadhaka yang menderita penyakit penyakit ini datang kepada saya
untuk minta disembuhkan. Latihan meditasi sangat rumit dan membawa sadhaka ke 101
alam dan 84000 jalan sesat. Jadi, anda harus hati hati.
*****************************
Menurut saya pribadi, orang yang ingin berlatih meditasi harus mempunyai seorang guru
yang bijaksana serta harus menjalankan latihan secara bertahap (berurutan). Siswa pemula
harus terlebih dahulu membangun fondasi yang kokoh, misalnya, dengan berlatih Catur
Prayoga dalam Tantryana. Setelah fondasi menjadi kokoh, barulah siswa melanjutkan ke
tahap berikutnya sesuai dengan tingkat pencapaiannya.
Tanpa guru pembimbing yang bijaksana, orang yang berlatih meditasi adalah seperti orang
buta yang meraba-raba gajah, tak pernah bisa melihat gambar secara keseluruhan. Berlatih
meditasi dengan urutan latihan yang salah pasti akan menimbulkan kebingungan.
Karena saya telah bersumpah untuk menyelamatkan semua insan sepanjang hidup saya dan
tidak mengabaikan seorangpun, saya bersedia membabarkan secara terbuka metode latihan
dasar, metode Tantrayana, metode tingkat tinggi, dan metode kebudhaan, yang semuanya
telah saya latih selama lebih dari 20 tahun. Saya berharap supaya makna mendalam dari
metode metode ini menjadi jelas seperti matahari, memberi sinar bagi seluruh dunia.
*****************************
Ada orang berkata kepada saya, "Kau sendiri berlatih meditasi selama cuma 3 bulan
sebelum mengatakan mencapai pencerahan dan kemudian langsung membuat kelas dan
menerima murid. Murid murid mu mengikuti jejak langkahmu, membuka kelas dan menerima
murid." Saya menjawab, "Sakyamuni harus berlatih sampai 6 tahun untuk mencapai
pencerahan. Hui Neng harus berlatih sampai 9 tahun untuk mencapai pencerahan. Saya,
Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, berlatih sampai 13 tahun untuk mencapai pencerahan.
Saya tidak berbakat besar, tapi saya mempunyai ketekunan.
Kita tahu bahwa metode meditasi dari Mahamudra Tantra adalah melatih "kesadaran yang
paling mendalam", dan bahwa aliran "hanya kesadaran" dari Maitreya (dari Mahayana) juga
menggunakan kesadaran sebagai objek latihan. Saya menyatakan bahwa di dalam aliran
"hanya kesadaran", latihan dari "konsentrasi pikiran" sampai ke "pikiran Tathagata" mencapai
alaya vijnana (kesadaran ke 8). Tapi, Tantrayana malah mencapai kesadaran amala.
Meditasi dalam Tantrayana berbeda dengan Sutrayana. Misalnya, dalam Tantrayana, ada
"pendobrakan instan", "pergerakan bebas", "kekosongan tanah, air, api, angin", "lima jenis
besar dan lima jenis sinar", "Catur Sukha dan Catur Sunya".
Metode meditasi dapat dikategorikan sebagai berikut:
*****************************
Menurut saya, rahasia terbesar dalam Mahamudra di Tantrayana adalah ke "6 jangan" dari
Tilopa (pendiri aliran Kargyupa Tantrayana) yaitu "jangan berpikir, jangan merenung, jangan
melihat, jangan mengamati, jangan memegang, jangan mencari."
Ke "6 jangan" ini sangat mendalam maknanya. Sepertinya sangat sederhana, tapi faktanya
sangat sulit.
Sajak berikut ini mengungkapkannya:
Sifat pikiran adalah kekosongan.
Ia yang tahu ini pasti memperoleh kebijaksanaan.
Mentaati sifat asal membuat orang tak tergoyahkan.
Maka ia mengerti bahwa segala sesuatu memang begini.
Sungguh menarik membandingkan semua ini dengan "pendobrakan instan" dan "pergerakan
bebas" dalam Dzogchen Tantrayana. Bagaimana pula bila dibandingkan dengan kata "tanpa
pikiran" dalam Sutra Satyabudha?
*****************************
Bagi Tantrika, ada sebuah rahasia mendalam yang disebut "Saya adalah Budha" dimana ada
4 hal penting yang tercakup didalamnya:
1. Pikiran itu sendiri adalah Budha.
2. Tidak mencari di luar pikiran sendiri.
3. Pikiran dapat menjelmakan diri sebagai Budha.
4. Baik tubuh dan pikiran adalah Budha.
Ini adalah 4 rahasia besar bagi saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen sehingga saya
berkata, "Saya adalah Budha Sinar Bunga Yang Leluasa."
Orang lain tidak berani menyebut diri sebagai Budha, tapi saya berani. Adalah fakta bahwa
saya dinobatkan secara langsung oleh Sakyamuni. Mengapa saya tidak berani menyebut diri
sebagai Budha? Para sadhaka harus memahami rahasia mendalam "Saya adalah Budha"
sebagai Budha? Para sadhaka harus memahami rahasia mendalam Saya adalah Budha
dan mempraktekkan ke 4 rahasia besar diatas.
*****************************
Menurut saya, latihan meditasi sebaiknya mengikuti urutan. Ini adalah cara yang wajar.
Misalnya, urutan dalam Dharma Tantra Satyabudha adalah:
1. Catur Prayoga
2. Guru Yoga
3. Yidam Yoga
4. Pernapasan Botol
5. Yoga Api Kundalini
6. Membuka Nadi Tengah
7. Membuka 5 Cakra
8. Vajra Yoga
9. Anuttarayoga Tantra
10. Dzogchen.
Namun, memang ada sebagian orang yang berbakat besar, orang orang yang dalam
kehidupan lampau telah melatih diri sampai ke tingkat yang sangat tinggi, orang orang ini
tidak perlu berlatih berdasarkan urutan yang umum. Begitu mendapatkan instruksi
(bimbingan) dari sang Guru, mereka dapat langsung berlatih metode rahasia ataupun metode
sangat rahasia. Orang orang yang berbakat sangat istimewa ini adalah pengecualian diantara
pengecualian.
Kasus yang pertama disebut pelajaran umum.
Kasus yang kedua disebut pelajaran istimewa.
Sungguh sulit menemukan orang yang mempunyai bakat besar seperti ini. Bila ia ditemukan
dan diminta untuk berlatih dalam urutan yang umum, ia tidak akan betah. Hanya seorang
Maha Guru yang super yang dapat mendeteksi apakah siswa nya berbakat besar atau kecil,
tajam atau tumpul, serta karma masa lampau dari si siswa.
*****************************
"Pikiran biasa" menandakan kebenaran. Mengapa? Ini analisa saya: Menjaga pikiran dalam
keadaan alamiah dan damai adalah melatih pikiran. Bila pikiran melekat pada mengambil,
memberi, menghancurkan, dan mendirikan, itu bukan "pikiran biasa".
Ada banyak cendekiawan Budhis yang menganalisa dan menjelaskan ungkapan "pikiran
biasa menandakan kebenaran". Sebagian berkata bahwa "Itu berarti membiarkan segala
sesuatu berjalan alamiah". Sebagian lagi berkata "Itu berarti tidak memaksakan batasan
batasan pada segala sesuatu". Ada lagi yang berkata, "Itu berarti tidak bergembira, tidak
marah tidak sedih tidak terb ai" Ada lagi ang berkata "It berarti memb at metode dan
marah, tidak sedih, tidak terbuai". Ada lagi yang berkata, "Itu berarti membuat metode dan
doktrin nya alamiah, membuat pikiran tetap pada sifat dharma yang asli". Ada berbagai
pendapat.
Saya berkata, "Pikiran biasa ini bukanlah pikiran dalam arti biasa, tapi pikiran biasa dari
seorang yang telah mencapai pencerahan dan pikiran biasa yang tanpa polusi. Dalam
Tantrayana, ini disebut pikiran biasa dengan pencapaian."
*****************************
Dalam hal meditasi, saya menyukai "ke 3 prinsip dengan 9 hal penting" dari Acarya
Gampopa dari aliran Kargyupa sebagai berikut:
1. Ada 3 jenis keseimbangan: Rileks adalah rahasia tubuh. Pernapasan yang lambat
adalah rahasia ucapan. Tak melekat adalah rahasia pikiran.
2. Ada 3 jenis kenyamanan: Tubuh dalam keadaan sehat dan alamiah. Tak
tergoyahkan. Tak ada yang perlu diambil.
3. Ada 3 jenis kekurangan: Tak ada pemusnahan maupun penciptaan. Tak ada
usaha. Ke 6 jenis kesadaran bergerak leluasa.
Semuanya banyak mengandung rasa dharma.
*****************************
*****************************
*****************************
Ada 3 ungkapan yang mengungkapkan pikiran pikiran yang muncul sewaktu bermeditasi:
1. Pikiran di awal proses : Seperti air terjun.
2. Pikiran di proses menengah : Seperti arus.
3. Pikiran di proses akhir : Seperti danau yang tenang.
Pada akhirnya, semua pikiran lenyap sehingga sadhaka memasuki konsentrasi.
Dalam proses meditasi, kita juga memproses ke 5 unsur tubuh. Ini analisa saya:
1. Kestabilan tubuh : Unsur Tanah
2. Kehangatan dan panas : Unsur api
3. Kejernihan pikiran : Unsur air.
4. Ringan dan kedamaian tubuh dan pikiran : Unsur angin.
5. Penyatuan dengan kekosongan : Unsur Akasha
Saya memberitahu para sadhaka dengan sejujurnya bahwa mereka harus memahami kata
kata kunci "memasuki", "berdiam", dan "menyatu" dan bahwa harus ada penyatuan
sempurna antara luar dan dalam.
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Kapan dan dimana kau berlatih meditasi?"
Saya menjawab, "Kapan saja. Dimana saja."
Terus terang, orang yang telah mencapai pencerahan dapat bermeditasi kapan saja dimana
saja. Para sadhaka harus berusaha melakukan hal yang sama.
Sewaktu Tantrika telah mencapai tingkat "Yi W ei" (satu rasa), ia sesungguhnya ada dalam
meditasi kapan saja dimana saja.
Saya berkata,
Saya dapat bermeditasi selagi menonton film.
Saya dapat bermeditasi selagi mendengarkan musik atau menonton tarian.
Saya dapat bermeditasi selagi makan.
Saya dapat bermeditasi selagi berjalan.
Dan, saya dapat berkata pula,
Orang bahkan dapat bermeditasi selagi main mahjong.
Orang bahkan dapat bermeditasi selagi berhubungan sex.
*****************************
Suatu tingkat yang sangat tinggi dalam latihan meditasi adalah 'satu rasa'. Ungkapan yang
berbunyi "Kilesa adalah Bodhi" mengilustrasikan makna dari 'satu rasa'. Ungkapan bahwa 5
racun (loba, dosa, moha, keraguan, kesombongan) adalah 5 jenis kebijaksanaan Tathagata
menjelaskan pula ide tentang 'satu rasa'.
Sewaktu orang telah mencapai tingkat 'satu rasa', ia dapat masuk dalam Samadhi sewaktu
dalam kenikmatan, dalam derita, sewaktu diancam para setan, sewaktu dikelilingi para
dewa, sewaktu dikecam orang orang baik, sewaktu dimusuhi orang orang jahat, sewaktu
bersama orang orang lain, sewaktu sedang sendiri, sewaktu bersetubuh dengan 5 orang,
sewaktu berlatih dengan cara bervisualisasi sex, sewaktu menderita penyakit, atau sewaktu
sembuh dari penyakit, dan seterusnya.
Saya menggunakan ungkapan 'satu rasa' ini untuk mengekspresikan makna luas dari alam
ini.
Tak banyak orang yang bisa mencapai alam ini. Hanya ada sedikit orang pula yang dapat
berlatih 'satu rasa'.
Saya memberitahu para pembaca dengan sejujurnya bahwa di dunia ini, ada seseorang yang
boleh pergi berdansa, boleh pergi ke konser, boleh pergi ke toko arak untuk minum, boleh
kawin dengan 108 istri, dan boleh melakukan banyak hal lainnya, tanpa masalah. Orang itu
adalah saya. Mengapa?
Saya menjawab, "Karena saya telah mencapai tahap 'satu rasa'."
*****************************
sungguh
mungkin
orang awam
dapat
Orang yang berada di alam 'satu rasa' dapat menyelamatkan para insan sewaktu melakukan
apapun juga.
Sebagian orang yang membaca tulisan tulisan saya mungkin berpikir bahwa saya sudah gila.
Lian Shen Rinpoche sudah gila! Lu Sheng Yen sudah gila! Ia sudah tidak tahu lagi apa yang
ia bicarakan. Ia bilang ia bisa melakukan segalanya!
Saya tahu apakah saya gila atau waras.
Orang yang berada di alam "satu rasa" tinggal di kekosongan dan menaruh pikirannya di
kekosongan.
Ia tidak gentar terhadap apapun juga.
Saya pergi dengan leluasa dalam "dunia 5 racun ini".
Saya menggunakan dengan baik ke 5 racun dalam menyelamatkan para insan di dunia.
*****************************
Dalam dunia Saha ini, para sadhaka Budhisme harus mentaati banyak Sila untuk
mendapatkan konsentrasi (kestabilan), supaya bebas dari godaan, untuk mencegah
kekacauan.
Ada hal hal yang boleh dan tidak boleh mereka lakukan.
Sila Sila ini diperuntukkan bagi para sadhaka awam yang akan melanggar Sila bila mereka
tidak diikat dengan Sila.
Namun, sewaktu seorang sadhaka benar benar telah mencapai alam "Yi W ei" (satu rasa)
atau "latihan dengan tanpa berlatih", maka ia selalu berada dalam meditasi dalam
melakukan perbuatan apapun juga. Apapun yang ia lakukan adalah menyelamatkan para
insan.
Di mata orang awam, orang yang telah mencapai alam "penyatuan" tentu saja melanggar
Sila karena orang awam tidak dapat memahaminya sehingga ia akan dikecam oleh banyak
orang.
Ini adalah apa yang sang Budha sering sebut sebagai "tak terungkapkan dengan kata kata".
Menurut saya, orang yang telah mencapai "penyatuan" dapat memilih beberapa alternatif
berikut ini:
1. Menampilkan diri sebagai orang yang mentaati Sila.
2. Menjauhi dunia ramai dan hidup menyepi.
3. Berpura pura gila dan bertingkah laku seperti orang bego.
4. Pergi ke negri Budha untuk menikmati Maha Nirvana.
Orang yang telah mencapai alam "penyatuan" mempunyai kekuatan meditasi (samadhi) yang
besar sehingga tentu saja menunjukkan banyak keberhasilan yang nyata, jelas, dan abadi.
Keberhasilan keberhasilan nya bukanlah bohong, atau omong besar, dan tidak dapat ditiru
oleh para penipu.
*****************************
*****************************
Sewaktu orang mencapai alam 'satu rasa' atau "tanpa berlatih" dalam Samadhi nya, ia akan
memperoleh kesaktian. Dengan mengandalkan kesaktian dan kebajikan nya, ia dapat
dengan leluasa menggunakan panca indra nya untuk mencapai non-bocor. Semuanya
adalah sungguh sungguh nyata.
Setelah mendengar prinsip "satu rasa" atau "tanpa berlatih", sebagian orang di dunia
menyalah-gunakan ungkapan ini dan tanpa malu berani mengaku bahwa mereka telah
mencapai alam "tanpa berlatih", menjadi sangat sombong, padahal mereka tidak mencapai
apa apa sepanjang hidup mereka.
Jadi, bukti (manifestasi) pencerahan sangat penting. Setelah memahami prinsip prinsip
Dharma, sadhaka perlu berlatih tekun sampai memperoleh manifestasi manifestasi dari
pencerahan.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Para Budha dan Bodhisattva dapat memberikan adisthana kepada sadhaka. Jadi, sadhaka
bersarana (berlatih berdasarkan bimbingan) para Budha dan Bodhisattva. Para Acarya
Tantrayana juga dapat memberikan adisthana kepada sadhaka sehingga siswa juga
bersarana kepada Acarya. Itulah arti "bersarana".
Adalah hubungan karma yang dapat membuat seorang sadhaka mempunyai pemahaman
penuh tentang semua prinsip Dharma dan bahwa jati diri berasal dari tubuh dharmakaya.
Para siswa tidak boleh menyimpang dari ajaran Budha. Itulah arti "tingkah laku". Seorang
siswa tidak boleh terpisahkan dari Budha kapan saja dimana saja. Itulah arti dari "waktu" dan
"ruang". Itulah prinsip yoga.
*****************************
Tantrika yang dapat membangkitkan "rasa welas asih yang bersifat universal" dan "rasa
welas asih yang tanpa didasarkan pada ikatan karma" mempunyai kemampuan untuk
mencapai yoga (kontak batin).
"W elas asih yang universal": Semua insan adalah sama. Tak ada bedanya antara pikiran,
Budha, dan para insan.
"W elas asih yang tanpa didasarkan pada ikatan karma": Tak ada perbedaan antara
hubungan akrab dan hubungan jauh, tak ada perbedaan antara orang yang dicintai dan
musuh.
Saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, mempunyai pemahaman mendalam tentang
prinsip prinsip penting di bidang ini. Saya membuat sumpah terbesar bahwa saya tidak akan
mengabaikan seorang insanpun. Ini adalah "rasa welas asih yang universal" dan "rasa welas
asih yang tanpa didasarkan pada ikatan karma".
*****************************
Saya betul betul merasa bahwa pencapaian yoga (kontak batin) mempunyai 4 karakteristik:
1. Keteguhan
Kepercayaan dan keyakinan yang murni, tanpa persyaratan, dan tidak akan luntur.
2. Penyucian
Ke 3 rahasia Budha terdiri dari penyucian tubuh, ucapan, dan pikiran. Jadi, Tantrika
yang berhasil mencapai yoga akan mempunyai tubuh, ucapan, dan pikiran yang
termurnikan.
3. Pembebasan
Makna kata ini sangat luas. Dalam hal ini, kata ini berarti terbebas dari semua kilesa
(kekuatiran).
4 Kesemp rnaan
4. Kesempurnaan
Segalanya sempurna.
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya tentang bagaimana mencapai yoga (kontak batin) dengan
mudah. Jawaban saya: Tantrika harus menyadari tingkat nya sendiri dan harus memilih
Yidam dengan hati hati karena Yidam yang dipilih memegang peranan penting bagi
kesuksesannya.
Dalam Satyabudhagama, ada 8 Yidam utama yang mempunyai karakteristik masing masing
sebagai berikut:
1. Amitabha : Terlahir di negri suci Nya.
2. Kwan Im : Maitri Karuna Nya yang besar
3. Ksitigarbha : Penyelamatan para insan
4. Cundi : Murni
5. Padmasambhava : Pembabaran Dharma Sinar Pelangi
6. Jambhala Kuning : Berbuat amal
7. Padmakumara : Terlahir di Negri Suci Nya. Kekayaan yang besar.
8. Bhaisajaguru : Sumpah untuk menyembuhkan penyakit insan.
Siswa Tantra harus memilih Yidam yang paling mirip dengan sifat nya, yang tingkat
pencapaian dan sumpah Nya sesuai dengan aspirasi si siswa. Bila si Tantrika hanya
beraspirasi untuk terlahir di negri suci Budha, maka dianjurkan supaya ia memilih Yidam
yang berkaitan dengan tanah suci seperti Amitabha, Amitayus, Kwan Im, Tara, Vajrapani
(Vajrasattva), dan sebagainya. Dengan demikian, si Tantrika akan memperoleh kontak batin
dengan lebih mudah.
*****************************
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Dalam tulisan mu, ada begitu banyak ungkapan --------
Saya, Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, -------- apakah kau ini terlalu sombong (ego)?
apakah kau ini terlalu menyanjung-nyanjung dirimu sendiri?"
Jawaban saya adalah sebagai berikut,
Seorang Tantrika pertama tama harus belajar untuk "tidak berego". Hal pertama yang harus
dibuang adalah ego. Para insan di dunia terlalu melekat pada diri sendiri, selalu melekat
pada ego, memusatkan semua tindakan pada diri sendiri. Namun, kemelekatan pada ego ini
merupakan sumber dari kekuatiran. Semakin melekat pada ego (diri sendiri), semakin sulit
terbebaskan dari kekuatiran.
Sudah umum diketahui bahwa dalam Hinayana orang harus membuang kemelekatan pada
diri dan para insan. Sedangkan, dalam Mahayana, orang harus membuang kemelekatan
pada diri, para insan, dan pada Dharma. Jadi, diri (ego) harus dibuang baik dalam Hinayana
maupun Mahayana.
Namun, mengapa Sakyamuni berkata, "Diantara langit dan bumi, aku lah yang paling
utama"?
Sesungguhnya, kata "aku" disini adalah dalam arti yang luas dan menunjuk aku yang
menyatu dengan alam semesta. Sutra Mahanirvana menyebut 'aku' ini sebagai 'Aku yang
suci dan penuh kebahagiaan'.
Ungkapan "Saya, Lian Shen Rinpoche, Lu Sheng Yen" dalam tulisan tulisan saya
mempunyai 2 referensi. Kata pertama "Saya" (Aku) dalam ungkapan itu adalah dalam arti
luas yang menunjuk pada Aku Alam Semesta. Ungkapan lanjutannya ("Lian Shen Rinpoche
Lu Sheng Yen") menunjuk pada diri saya sebagai individu. Itu memang gaya tulisan saya
dimana Budha dan diri telah menyatu.
*****************************
Sebagian orang mengaku bahwa mereka telah mencapai keberhasilan dalam Guru Yoga. Ini
perlu diuji. Cara menguji nya sangat sederhana:
1. Apakah si siswa rela mengabdikan seluruh sisa hidup nya sepenuhnya untuk
berlatih dharma Tantra?
2. Apakah si siswa rela memberikan jiwa raga nya, harta nya, dedikasi nya, dan
waktu (umur) nya demi sang Guru Akar?
Seorang siswa yang telah mencapai Yoga dengan Guru Akar nya (Maha Acarya Lian Shen)
harus mengikuti jejak langkah Nya secara penuh. Tanpa memenuhi persyaratan ini, ia belum
mencapai Yoga sama sekali.
*****************************
*****************************
*****************************
Mengapa sebagian orang gagal mencapai kontak batin bahkan setelah lama sekali berlatih
Tantrayana?
Jawaban ny adalah:
Secara umum, seorang siswa Satyabudha yang mempunyai bakat besar akan mudah
memperoleh kontak batin dalam Tantrayana setelah menerima abhiseka. Alasan sebagian
orang gagal mencapai kontak batin meskipun telah berlatih lama adalah disebabkan
rintangan karma. Ini harus dicamkan oleh para siswa. Siswa seperti ini harus tekun dalam
berlatih. Ia juga harus lebih sering melaksanakan sadhana pertobatan.
Bila semakin berlatih, malah semakin tidak bersemangat, baik kebijaksanaan maupun
ketentraman nya malah menurun, serta banyak mengalami rintangan dan mimpi buruk, maka
ini adalah tanda tanda tidak mencapai yoga. Bila ini terjadi, si siswa dianjurkan untuk berlatih
"sadhana pertobatan" untuk bertobat atas segala karma buruk dari masa lampau yang tak
terhingga. Laksanakan "sadhana pertobatan" ini terus sampai mimpi buruk nya berubah
menjadi mimpi yang baik, semangatnya kembali, kebijaksanaan nya meningkat kembali,
pahalanya kembali beruntung. Sadhana pertobatan sangatlah penting.
*****************************
*****************************
Sudah umum bahwa dalam proses berlatih Tantrayana, ada rintangan. Jadi, kita
harus tahu bagaimana:
1. Menundukkan Mara.
2. Melenyapkan penyakit.
3. Melenyapkan rintangan.
4. Menolak bencana.
5. Melindungi diri.
Sewaktu ke 5 hal ini dilakukan dengan bai, maka sadhaka akan mengalami
"pengembangan kekuatan dharma". Dalam proses berlatih, sadhaka harus
senantiasa mengingat Guru Akar, Yidam, dan dirinya sendiri menyatu. Ini adalah
persyaratan pertama untuk mencapai kontak batin.
*****************************
Para Dharmapala sangat penting bagi para Tantrika dalam mencapai keberhasilan
yoga (kontak batin). Berikut ini adalah syair doa memohon perlindungan dari
Dharmapala:
Memohon peningkatan kekuatan Sila sewaktu godaan datang.
Memohon peningkatan kekuatan anutpattika-dharma-ksanti sewaktu sebab
sebab yang tak beralasan muncul.
Memohon peningkatan kekuatan konsentrasi untuk menghentikan pikiran
pikiran ilusi sewaktu kebingungan dan gangguan muncul.
Memohon peningkatan kekuatan kecemerlangan dharmakaya sewaktu
kepusingan muncul.
Memohon peningkatan kekuatan untuk menyadari dan mengubah mimpi
sewaktu mimpi buruk muncul.
*****************************
*****************************
Orang yang telah mencapai yoga banyak berubah secara tubuh dan pikiran
dibandingkan sebelum ia mencapai yoga.
Perubahan perubahan pikiran nya meliputi:
1. Dari bodoh menjadi bijaksana.
2. Dari serakah menjadi murni.
3. Dari sombong menjadi rendah hati.
4. Dari suka marah menjadi welas asih.
5. Dari iri hati menjadi suka memuji.
6. Dari benci lingkungan menjadi penuh rasa syukur.
Itu adalah perubahan perubahan besar dalam pikiran nya.
Sewaktu orang yang telah mencapai yoga mencapai alam tertinggi, maka ia akan
seperti Budha dan Bodhisattva secara sifat yang meskipun sulit untuk dijelaskan
tentunya akan mencakup:
1. Tidak mengejar : Tidak pernah mementingkan diri.
2. Tanpa bentuk : Tanpa kebingungan
3. Teguh : Tak gentar dan tak membedakan
4. Leluasa : Kemerdekaan penuh
Setelah saya, Lian Shen Rinpoche Lu Sheng Yen, mencapai yoga, saya menjadi
sadar bahwa segala sesuatu di dunia ini adalah ilusi, termasuk pengejaran hal
duniawi. Saya juga menjadi sadar bahwa kekayaan dan ketenaran adalah ilusi belaka
karena segala sesuatu yang berbentuk adalah kosong. Saya tidak akan menjadi
bingung atau dibutakan oleh apapun. Saya teguh tak tergoyahkan, saya tak
membeda-bedakan dan tak gentar terhadap semua kecaman dan tuduhan. Yang
saya miliki adalah keleluasaan dalam melakukan permainan permainan supernatural.
Orang yang mencapai yoga minimalnya harus stabil secara tubuh, pikirannya
terkonsentrasi, prana nya mengalir lancar.
*****************************
terhubungkan.
3. Bindu sadhaka terhubungkan dengan bindu Yidam
4. Terang sadhaka terhubungkan dengan terang Yidam. Penyatuan sinar.
Sewaktu keberhasilan yoga muncul, bahkan nadi nadi akan berubah dari nadi yang
tebal menjadi nadi yang halus dan akhirnya menjadi nadi yang sangat halus
(transparan). Keberhasilan yoga seperti ini bersifat jelas dan meyakinkan.
Prana menjadi bersifat jernih, suci, dan halus.
"Tetesan sinar materi", "tetesan sinar kelabu", "tetesan sinar angin", "tetesan sinar
putih", "tetesan sinar merah" semuanya diubah menjadi "tetesan sinar
kebijaksanaan".
*****************************
Bahwa sebagian orang gagal mencapai yoga meskipun telah berlatih lama sekali
adalah disebabkan oleh berbagai macam alasan. Saya akan berikan beberapa contoh
khusus:
1. Ragu Ragu Terhadap sang Guru
Sedikit saja ada keraguan terhadap sang Guru akan mengakibatkan
terhentinya adisthana sehingga tidak berhasil mencapai yoga.
2. Ragu Ragu Terhadap Dharma
Ragu ragu tentang manfaat Dharma Tantra Satyabudha akan menghentikan
arus kekuatan silsilah.
3. Terlalu sibuk dengan tanggung jawab duniawi
Akibatnya, sulit untuk
berkesinambungan.
menghasilkan
keberhasilan
(kekuatan)
yang
gg
,
g
g
y g j
y
telah lengkap, bahwa ia tidak mempunyai berbagai pikiran liar, bahwa ia
berkonsentrasi pada satu sadhana utama saja, MAKA ia harus bertanya kepada diri
sendiri apakah ia telah mentaati urutan latihan dengan benar.
Urutan latihan dalam Dharma Tantra Satyabudha adalah Catur Prayoga, Guru Yoga,
Yidam Yoga, Tantra Dalam, Vajra Yoga, Anuttarayoga, dan Dzogchen.
Tanyalah diri sendiri apakah ia telah mencapai yoga di tingkat Catur Prayoga sebelum
ia melanjutkan ke tingkat selanjutnya. Begitu pula, sadhaka seharusnya tidak berlatih
Yidam Yoga sebelum mencapai yoga dengan Guru Akar nya. Bila kondisi kondisi ini
dipenuhi, maka ia sudah pasti akan mencapai keberhasilan.
Bila ini juga tidak berhasil, maka ia dapat datang ke saya untuk memohon pemberian
ulang abhiseka serta tambahan pemberkatan (adisthana). Saya akan mengalirkan
Dharma ke tubuh dan pikiran nya sehingga ia dapat memulai latihan lagi.
*****************************
Saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, membuat janji berikut ini dengan
setulusnya:
- Saya, Budha Hidup Lian Shen Lu Sheng Yen, adalah seorang Maha Guru
Utama yang luar biasa.
- Dharma Tantra Satyabudha adalah Dharma yang paling luar biasa.
- Ke 8 Yidam adalah Yidam Yidam yang paling luar biasa.
- Para Dharmapala nya adalah para Dharmapala yang paling luar biasa.
Di abad ini, saya adalah satu Guru yang telah mencapai Maha Sukha dan Sinar
Pelangi (pencapaian tertinggi dalam Nyingmapa). Dharma Tantra Satyabudha, yang
telah membuang yang tidak perlu dan mengambil intisari, adalah sungguh sebuah
metode luar biasa untuk mendapatkan kedamaian murni dan kebahagiaan.
Keberhasilan besar yang diwariskan oleh Yidam telah membuktikan betapa luar
biasanya ke 8 Yidam. Semua Dharmapala di angkasa melindungi dan mendukung
aliran Satyabudha. Daya adisthana silsilah yang luar biasa seperti ini dari Guru Akar,
Yidam, dan Dharmapala sungguh jarang di dunia ini. Saya berharap supaya semua
orang yang telah melihat atau mendengar tentang ini serta semua yang telah
mentertawakan atau mengecam ini dapat diselamatkan.
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
*****************************
Ada yang bertanya kepada saya, "Bagaimana kau mengungkapkan pencapaian mu?"
Saya berkata, "Biarlah saya menyanyikan sebuah lagu."
Dharmakaya adalah murni dan stabil tanpa kehilangan sesuatu dan tanpa penambahan
sesuatu. Ke 4 jenis Mara tidak berani menganggu saya dan bahkan para Mara akan menjadi
Budha sewaktu melihat saya. Dengan tanpa pikiran, tanpa aksi, tanpa dosa, segala sesuatu
tentang saya adalah Bodhi. Kebahagiaan besar akan berlangsun terus selamanya dan Maha
Sukha tak pernah berakhir. Kebijaksanaan saya mempunyai kecemerlangan luar biasa.
Kesaktian ku menyelamatkan insan dari tumimbal lahir. Seperti Tathagata, saya tak lahir dan
tak mati. Dengan ke 5 jenis kebijaksanaan, saya berwelas asih universal.
Namo Budha Sinar Bunga Yang Leluasa
Saya berharap supaya semua yang mendengar nama saya, semua yang pernah melihat
tubuh saya, semua yang pernah berkaitan dengan saya, semua yang sering memikirkan
saya, menjadi terbebaskan, mengubah tubuh nya menjadi kebijaksanaan dan mencapai
tahap kebudhaan.
*****************************
Dalam istilah istilah Dharma Budha, apa yang telah saya capai meliputi:
- Sifat kekosongan
- Kebenaran Sepenuhnya
- Kebenaran Mulia
- Wahyu Makna
- Intisari Samadhi
- Sifat Dharma
- Realitas Sepenuhnya
- Tak terungkapkan
- Luar Biasa
- Kebenaran
- Demikian Yang Sejati
- Budha Sejati
- Merdeka dan Leluasa
- Non-Aksi
- Bergerak Bebas
- Tanpa Berlatih
- Penyatuan
Saya menyediakan satu baris terpisah untuk setiap ungkapan karena setiap ungkapan itu
sendiri sudah cukup untuk mengekspresikan "makna luar biasa", "makna tanpa batas", dan
"sifat Budha".
Pencapaian saya adalah kosong dan sunyi dalam bentuk. Kita tidak dapat menyimpulkannya
dari ukurannya. Kita tidak dapat menebak kelahiran dan kematian nya dari waktu.
Ini seperti:
Sifat Dharma dalam segala sesuatu adalah kosong dan tenang. Tak ada yang terciptakan
dan tak ada yang terhancurkan.
*****************************
karma.
Ke 3 jenis kebijaksanaan pertama mempunyai sifat kekosongan. Sedangkan ke 2 jenis
terakhir bersifat upaya kausalya untuk menyelamatkan para insan.
Jadi, saya benar benar memahami bahwa seorang Budha yang telah mencapai pencerahan
tidak hanya mengerti tentang pencerahan sepenuhnya yang luar biasa tapi juga upaya
kausalya yang tidak demikian luar biasa. Saya benar benar memahami ajaran Dharma
bahwa "hubungan sebab muncul dari sifat kekosongan".
Sifat kekosongan dan "demikianlah yang sejati" bersifat final. Namun, orang yang telah
mencapainya akan menggunakannya untuk menjalin ikatan jodoh karma dan
menyelamatkan para insan. Dengan demikianlah saya memahami lebih jelas tentang kata
kata dharma yang berbunyi "menggunakan upaya kausalya sebagai yang final".
Latihan Tantrayana menganjurkan "penyatuan antara tubuh dan pikiran". Sesungguhnya,
pikiran bersifat "final" sedangkan tubuh (materi) bersifat non-final. Namun, seorang sadhaka
harus terus berlatih dari non-final menuju final. Saya sangat paham bahwa Tantra Luar (yaitu
Catur Prayoga, Guru Yoga, dan Yidam Yoga) bersifat non-final, bahwa Tantra Dalam
(abhiseka kedua yang meliputi pelatihan prana, nadi, dan bindu) bersifat non-final, bahwa
anuttarayogatantra (abhiseka ketiga) bersifat non-final, dan bahwa baru Dzogchen lah (dan
aliran Zen dan Ganges Mahamudra) yang dapat dikatakan bersifat final.
Budha yang telah mencapai final akan turun ke dunia Saha untuk menyelamatkan para
insan. Itu yang dimaksud dengan "menggunakan upaya kausalya sebagai yang final".
Berita
Peristiwa
Kesaksian
Upadesa/
Pengalaman
Buku
Pelatihan
Abhiseka Mula
Galleri I
Galleri II
Multimedia
Pusat Satyabudha
Para Acarya, para sadhaka sedharma, selamat malam. Sudahkah saya memperkenalkan
Ketua dan Wakil Ketua dari Pengurus Vihara Vajragarbha sewaktu saya menyampaikan kata
kata pembukaan pagi tadi? Kami sangat bersyukur kepada Ketua atas perhatian yang ia
berikan kepada Vihara Vajragarbha selama ini, atas perbaikan/renovasi Vihara Vajragarbha
oleh Wakil Ketua, dan atas bantuan dari para staff.
Pertama-tama, selamat datang kembali di vihara Vajragarbha. Vihara ini terlihat baru
terutama sekali dengan adanya perubahan di ruang kantor dan ruang dapur. Juga, akan ada
satu bangunan tambahan yang akan dibangun di tanah sebelah kanan dari gerbang utama.
Bagian bawah bangunan itu akan digunakan sebagai dapur. Bagian atas nya digunakan
sebagai perpustakaan. Ini adalah tanda kemajuan. Saya harap akan ada terus kemajuan
setiap hari setiap tahun.
Malam ini saya ingin membahas tentang "Berbagai Pandangan tentang Dharma Budha yang
benar". Mengapa saya ingin membahas topik ini? Karena aliran Satyabudha kita adalah
sebuah aliran Budhisme yang banyak dibicarakan dan yang mungkin paling terkenal. Jadi,
ada saja orang orang yang berusaha mencari-cari kesalahan kita untuk menyerang kita,
untuk menuduh kita sesat.
1. Menganalisa pandangan Hinayana dan Mahayana tentang Dharma Budha yang benar
Hari ini saya memilih untuk membahas tentang "berbagai pandangan tentang Dharma Budha
yang benar" untuk menunjukkan bahwa aliran Budhisme kita ini sungguh lurus dan benar.
Sudah diketahui umum bahwa Budhisme dapat dibagi menjadi 3 kendaraan (yana) yaitu
Hinayana (Kendaraan Kecil), Mahayana (Kendaraan Besar), dan Vajrayana (kendaraan Vajra)
yang merupakan kendaraan kita.
Apakah pandangan pandangan aliran Hinayana tentang dharma Budha yang benar? Mereka
adalah anitya (tidak kekal), meninggalkan keduniawian, tanpa ego, dan Sila/Disiplin.
Pertama, kita bahas "anitya". Ini sudah sering dibahas dalam ceramah dharma yang rutin.
Baru tadi saya mendengar Acarya Lianyin membuat kesalahan dalam pidato pembukaannya.
Saya pun menjadi bingung karenanya. Sebenarnya ia adalah seorang pembicara kelas wahid
dalam hal ceramah dharma. Namun, adakalanya orang kecipratan beberapa tetes saus
sewaktu makan kue bersaus. Bahkan di jaman dulu, adakalanya orang kehilangan sepatu
kuda sewaktu menunggangi kuda. Biasanya ceramah dharma dari Acarya Lianyin sangat
baik, dengan hanya sekali-kali salah ucap yang merupakan contoh contoh "anitya". Kita
semua tahu bahwa bunga bunga tidak dapat terlihat indah selamanya. Kita juga tahu bahwa
sinar bulan tidak selamanya cemerlang. Baik bunga maupun bulan juga menunjukkan
"anitya" (ketidak-kekalan). Begitu pula dengan cuaca. Misalnya, hari ini diramalkan akan
mendung dan hujan. Namun, karena adanya upacara Budhis kita, cuaca menjadi cerah.
Itulah anitya. [tawa pendengar].
Sesungguhnya, anitya adalah kebenaran. Saya rasa ini juga berlaku di tubuh semua orang.
Akhir akhir ini saya lebih memperhatikan kesehatan tubuh saya. Saya belum pernah begitu
sebelumnya. Saya dulu suka makan apa saja kecuali permata dan emas. [tawa pendengar].
Saya adalah orang yang biasanya tidak pernah perduli/memilih tentang makanan. Mengapa
sekarang saya membesar-besarkan urusan makanan? Karena saya dapatkan bahwa
kesehatan saya pun adalah anitya. Tekanan darah saya normal saja, tapi saya dengar bahwa
tekanan darah bisa berubah dari waktu ke waktu. Bisa berubah di pagi hari, siang hari, dan di
malam hari. Perasaan kita, olahraga, dan mandi juga membuat tekanan darah berubah. Jadi,
saya tidak bisa yakin bahwa tekanan darah saya selalu normal.
Juga, berat badan kita merupakan anitya. Akhir akhir ini saya sering menimbang berat badan
diri sendiri. Saya dapatkan bahwa berat badan saya berada pada 'rata rata' di jam makan
siang tapi 2 pound (sekitar 1 kg) lebih rendah di pagi hari dan 2 pound lebih berat di malam
siang, tapi 2 pound (sekitar 1 kg) lebih rendah di pagi hari dan 2 pound lebih berat di malam
hari. Dulu, sewaktu saya berlatih pernapasan botol, saya dapat menahan napas selama 2
menit. Namun, sewaktu saya mencobanya lagi beberapa hari terakhir ini, saya dapatkan
bahwa saya hanya dapat menahan napas selama 1 menit. Saya heran mengapa napas saya
menjadi begini pendek. Itu sebabnya saya berlatih pernapasan botol lagi sekarang untuk
mengembalikan kondisi saya yang semula. Anda juga boleh mencoba setelah anda pulang.
Bila anda bisa menahan napas selama satu setengah menit, saya akan membantu anda
membangkitkan api kundalini.
Kita tahu bahwa waktu manusia sungguh cepat berlalu. Saya teringat bahwa sewaktu saya
masih berumur 20-an, saya sering membantu menjawab pertanyaan pertanyaan orang
tentang nasib mereka. Diantara mereka, ada yang berusia 40 tahun, tapi terlihat sudah
sangat tua! Sekarang ternyata saya sudah berusia 50 tahun! Berapa lama lagi saya dapat
bertahan disini berbicara tentang Dharma? Saya dengar bahwa para makhluk surgawi juga
mengadakan rapat dan berdiskusi, "Lu Sheng Yen sungguh membuat kekacauan di dunia
Saha. Apakah kita sebaiknya memanggilnya balik?" [tawa pendengar]. Sewaktu saya
mendengarnya, saya juga menjadi sangat resah. Saya telah memikirkan apakah saya perlu
melanjutkan hidup di dunia ini. Bila memang perlu, saya harus berusaha berlatih metode
panjang umur untuk dapat memperpanjang umur saya. Banyak urusan mempunyai sebab
dan akibatnya sendiri yang tak dapat kita ubah. Ada banyak hal yang anitya (tidak kekal).
Sebagai orang yang memahami sebab dan akibat dari berbagai hal, saya tahu bahwa anitya
datang sangat cepat.
Karena para sadhaka Hinayana memahami prinsip bahwa anitya sangat cepat datangnya,
maka mereka mempunyai tekad yang kuat untuk "meninggalkan keduniawian". Pandangan
mereka adalah gunakan waktu hidup di dunia Saha ini sebaik-baiknya, menggundulkan
kepala secepat-cepatnya, dan meninggalkan keduniawian untuk melatih diri. Apa yang
dilatih? Mereka ingin terbebaskan dari kekuatiran. Bagaimana "tanpa insan dan tanpa diri"
dapat membuang kekuatiran? Anda renungkanlah. Bila tak ada diri dan tak ada insan lain di
dunia ini, kekuatiran tidak bisa menempel dan akan lenyap dengan sendirinya. Saya sering
berkata bahwa kekuatiran hanya muncul karena kemelekatan pada ego. Jadi, seorang biksu
(sadhaka) Hinayana terutama sekali berlatih "tanpa insan dan tanpa diri" dimana tak ada
"negri Budha" untuk dicapai dan tak ada insan di dunia untuk diselamatkan. Ia mengontrol
kelahiran dan kematian nya sendiri. Sewaktu ia telah berlatih sampai mencapai alam tanpa
ego, segala sesuatu menjadi kosong, dan ia menjadi seorang arahat.
Pernahkah anda berjumpa dengan biksu dari aliran Hinayana (Theravada)? Banyak diantara
mereka tidak melakukan apa apa dan hanya mentaati Sila dan Disiplin secara ketat. Sila dan
Disiplin mereka adalah sebagai berikut. Mereka dilarang sama sekali untuk memandang
wanita. Mengapa? Karena mata harus dijaga kebersihannya. Namun, mengapa kita boleh
melihat wanita? Karena kita akan menyelamatkan (menyadarkan) insan wanita. Asalkan
dalam benak anda tidak timbul perbedaan, asalkan anda menganggap bahwa pria dan
wanita adalah sama saja, maka tentu saja anda dapat menolong wanita. Tapi, bagi para
biksu Theravada, termasuk mereka yang ada di Thailand, bila ada seorang wanita yang tidak
paham tentang Sila Biksu duduk disamping biksu dalam sebuah bis, maka biksu itu harus
segera berdiri karena tidak boleh ada sentuhan antara mereka dan wanita. Bila seorang
wanita berjalan menuju mereka, si biksu harus segera menyingkir. Itu adalah salah satu Sila
dalam Theravada.
Ada sebuah Sila lainnya yaitu menghindari uang/kekayaan. Tangan biksu dilarang untuk
menyentuh uang. Biksu dilarang untuk menyimpan uang. Namun, saya dengar bahwa
mereka selalu menyimpan sumpit. Sewaktu seseorang memberi mereka persembahan uang
sebagai amal, mereka menggunakan sumpit untuk mengambilnya. [tawa pendengar].
Sepanjang hidup mereka, mereka dilarang minum arak/alkohol. Mereka lebih baik mati atau
bertahan haus daripada minum arak. Ini justru kebalikan dari apa yang saya lakukan. Namun,
sepanjang hidup saya, saya tidak pernah melakukan hal hal yang melanggar Sila setelah
saya minum arak. Ada suatu kali dimana Budha dan Bodhisattva berkata kepada saya, "Kau
lebih baik berhenti minum." Saya beritahu mereka sewaktu saya sedang sendiri, "Tidak bisa."
Saya berkata bahwa bila saya harus berhenti melakukan satu satunya kesenangan saya
dalam hidup, buat apa lagi saya hidup? [tawa pendengar]. Sebenarnya saya sudah berhenti
minum. Kapan? Istri saya berkata bahwa saya berhenti minum 8 bulan yang lalu. Namun,
saya mulai minum lagi beberapa hari terakhir ini karena saya berkata kepada para Budha
dan Bodhisattva, "Percuma saja kalian meminta saya untuk berhenti minum. Kalian minta
orang lain saja untuk berhenti minum." [tawa pendengar].
Yah, bagi saya, saya tidak tertarik akan kekayaan dan pesta pora. Yang saya suka hanyalah
sedikit mencicipi arak di malam hari yang merupakan cacat kecil saya. Dapatkah kalian
memikirkan kesenangan lain bagi saya? Bila anda menyebutkan tentang sila bahwa saya
tidak boleh minum, maka saya tidak mau hidup lagi. [tawa pendengar]. Namun karena sikap
terus terang saya seperti ini, yang dianggap sebagai cacat, saya membuka lubang
yang saya lakukan supaya orang lain tidak melihat apa yang saya lakukan. Sebegitu sialkah
saya? Mengapa saya tidak boleh melakukan hal hal yang orang lain boleh lakukan? Itulah
jalan hidup yang telah saya ciptakan untuk diri saya sendiri. Semakin jauh saya menjalani
jalan hidup itu, semakin sedikit kebebasan saya dan semakin menderita perasaan saya.
Namun, bagi seseorang yang telah mendapatkan 'sifat kekosongan', ia membuat hidupnya
alamiah dan terasa baik. Bagi dirinya, sifatnya sendiri telah hilang sama sekali dan telah
berubah menjadi kekosongan. Orang yang telah mendapatkan 'sifat kekosongan' sungguh
sangat merdeka. Saya adalah orang seperti itu. Jadi, saya tidak perduli (membeda-bedakan)
terhadap segala hal. Tak ada lagi yang penting bagi saya.
Dalam Tantrayana, proses dimana seorang awam menjadi seorang Budha disebut
"Mahamudra". Metode latihan ini berasal dari aliran Putih (Kargyupa). Dari "Mahamudra",
orang juga dapat mencapai Dzogchen (Maha Sempurna) dimana ada 2 hal penting yaitu
"Pendobrakan Langsung" dan "Pergerakan Bebas". Yang disebut dengan "Pendobrakan
Langsung" adalah menghentikan semua kegiatan mental. Yang disebut dengan "Pergerakan
Bebas" adalah semacam perubahan gaib sesuai kemauan. "Pendobrakan Langsung",
"Pergerakan Bebas", "Mahamudra", dan "Maha Sempurna" (Dzogchen) adalah pandangan
pandangan Tantrayana tentang Dharma Budha yang benar.
Satu hal lagi yang perlu dibahas adalah "nadi terang benderang". Dalam latihan Tantrayana,
Tantrika harus berlatih prana, nadi, dan bindu sehingga dapat membuka nadi tengah nya dan
menghasilkan terang benderang dan sinar murni. Ini adalah semacam fenomena dimana
Tantrika membuat dirinya sendiri memasuki lautan sinar alam semesta dan membuat dirinya
menyatu sepenuhnya dengan lautan sinar dan kesadaran sejati dari para Budha. Pandangan
pandangan Tantrayana tentang Dharma Budha yang benar harus dibuktikan sendiri oleh
Tantrika lewat latihan "pernapasan botol", "yoga api kundalini", "membuka nadi tengah",
"membuka 5 cakra", "yoga 5 Vidyaraja", "anuttarayoga Tantra", dan akhirnya latihan
"Dzogchen".
Nah, saya telah selesai membahas pandangan pandangan ke 3 aliran (kendaraan) tentang
Dharma Budha yang benar.
Metode "Menghajar Orang Jahat Alam Mahesvara"
Karena kalian datang kesini dari tempat tempat yang jauh, saya tidak enak kalau tidak
mengajarkan anda sebuah dharma/metode. Ada sebuah metode kecil yang bisa berguna
bagi anda namun tidak berguna bagi saya. Mengapa? Karena saya telah terlepas dari ego.
Saya tidak perlu menggunakan metode apapun. Segala sesuatu tidak masalah bagi saya,
apakah saya hidup, mati, tua, atau sakit.
Dharma yang saya ingin ajarkan kepada kalian disebut metode "menghajar orang jahat alam
Mahesvara". Saya teringat sewaktu saya pergi ke Hongkong, saya pergi ke jalan kelenteng di
malam hari dan melihat seorang wanita tua di pinggir kelenteng sedang memegang sebuah
sepatu di tangan. Setelah menjapa mantra, ia memukulkan sepatu itu ke sehelai kertas.
Saya heran. Acarya Lian Han menjelaskan, "Ia sedang menghajar orang jahat." Oh, ini
mengingatkan saya akan metode "menghajar orang jahat alam Mahesvara" yang diajarkan
guru saya. Caranya sangat praktis.
Ada banyak siswa datang berkonsultasi kepada saya disini. Seorang siswa berkata, "Ada
terlalu banyak orang jahat di perusahaan saya bekerja. Bos nya orang jahat. Para staff nya
juga sangat jahat." Dalam acara acara konsultasi, banyak orang berkata bahwa mereka
diganggu orang jahat. Saya pikir saya dapat mengajarkan mereka metode "menghajar orang
jahat alam Mahesvara".
Kalian tentunya berpikir bahwa saya pasti sering menggunakan metode ini. Mengapa?
Karena saya paling banyak diganggu/dihina di dunia ini. Sesungguhnya, saya sangat
menghormati orang orang jahat. Seperti kalian ketahui, sewaktu saya pergi membabarkan
dharma, saya sering sekali berada dalam situasi yang sulit. Kemanapun saya pergi, ada
brosur brosur kecaman disebarkan. Saya tidak bisa mengurus semua kecaman, gosip, dan
tuduhan. Saya sungguh kagum terhadap orang orang yang mempunyai tekad yang demikian
kuat untuk mengganggu orang lain. [tawa pendengar].
Bayangkan saja proses untuk menulis brosur seperti itu. Mereka harus membaca banyak
buku, kemudian mengubah fakta faktanya, dan berusaha sebaik mungkin supaya fakta fakta
yang telah diubah itu terkesan masuk diakal. Setelah naskah brosur itu selesai dibuat, maka
isinya harus diketik dan dicetak. Setelah brosur itu dicetak, mereka harus mengirimnya ke
luar negri dimana mereka harus membayar orang untuk memasukkan brosur brosur itu ke
dalam amplop. Kemudian, perangko juga harus ditempelkan ke setiap amplop sebelum
p p
, p
g
j g
p
p
p p
mereka mengirimnya ke Yayasan Yayasan Budhis di seluruh dunia dan ke cabang cabang
aliran Satyabudha di seluruh dunia. Ini memakan banyak uang, banyak tenaga kerja, banyak
sumber daya, dan banyak waktu. Semangat seperti ini sungguh hebat. Mereka hanya punya
satu tujuan yaitu membuat Lu Sheng Yen kehilangan reputasi sehingga di malam hari
mereka dapat bersembunyi dibalik selimut tidur mereka sambil tersenyum rahasia.
Sesungguhnya, satu satunya keuntungan yang mereka dapat hanyalah supaya dapat
bersembunyi di balik selimut mereka sambil tersenyum penuh makna.
Saya telah bertemu dengan banyak orang jahat. Saya tidak pernah ber-reaksi serius terhadap
mereka. Saya tidak akan mempraktekkan metode "menghajar orang jahat alam Mahesvara"
ini. Bahkan, selagi mereka bersembunyi di balik selimut mereka dan tersenyum penuh
makna, saya pun melakukan hal yang sama. Mengapa? Karena saya adalah orang yang
terbuka. Yang mereka lakukan hanyalah mengumpulkan semua cacat (kelemahan) saya
yang tertulis dalam semua buku saya supaya dapat disebar-luaskan. Bukankah itu yang
memang ingin saya lakukan? Belum lama ini saya bahkan berpikir untuk mengusulkan
kepada Ketua dan W akil Ketua Pengurus supaya mereka bantu mencetak ke 2 brosur itu.
[tawa pendengar]. Saya tidak keberatan. Sungguh!
Sama sekali tidak perlu bagi seseorang yang telah berlatih sampai mencapai alam 'tanpa
insan dan tanpa diri' untuk menyelamatkan muka (reputasi). Saya sudah tidak punya wajah
lagi. Lu Sheng Yen yang mereka kutuk tak ada kaitannya dengan saya. Lian Shen Rinpoche
yang mereka kecam tak ada kaitannya dengan saya pula. Dalam kehidupan di dunia Saha
yang sementara ini, ketenaran bagi saya adalah seperti kilat, seperti batu api, atau seperti
busa, yang akan lenyap dalam seketika karena saya telah memperoleh sifat kekosongan dan
Dzogchen. Benar tidak? Terus terang, ke dua brosur itu terlalu sedikit. Karena saya telah
menulis 107 buku, mereka seharusnya mengumpulkan 107 buku kecaman sehingga bisa
bersaing dengan seimbang.
Jadi, sesungguhnya saya telah bertemu dengan banyak orang jahat, tapi saya tidak pernah
menganggap serius apa yang mereka lakukan atau katakan. Saya tidak akan merugikan
siapapun juga dan saya akan selalu berusaha menolong orang lain.
Sekarang saya akan mengajarkan metode ini. Pertama, buatlah mudra "kelas
satu" (jempolan) dengan tangan kiri anda yang divisualisasikan sebagai si orang jahat yang
selalu merugikan orang lain, yang suka mendistribusikan brosur brosur secara rahasia, atau
yang suka mengadu-domba. Bayangkan bahwa orang jahat itu tadinya sangat angkuh, tapi
kemudian merasa malu sehingga kepala nya tertunduk dan akhirnya ia menciutkan dirinya
sendiri ke dalam lubang di tanah untuk bersembunyi karena tidak berani melihat anda. Anda
harus visualisasikan orang jahat itu dari kepala sampai badan seutuhnya, kemudian
visualisasikan kepalanya menunduk, kemudian dengan malu menciutkan diri ke dalam
lubang yang dilambangkan dengan lubang yang dibentuk oleh ke 4 jari anda. Tangan kanan
anda melambangkan Surga Mahesvara (Dewa Siwa). Visualisasikan tangan kanan anda
sebagai Dewa Siwa dari Surga Mahesvara, sedangkan tangan kiri anda sebagai si orang
jahat yang kepalanya tertunduk. Kemudian, hajar dia sebanayak 49 kali pukulan. Setelah
menghajar, japalah mantra Surga Mahesvara sebagai berikut, "xxx". Secara umum, anda
boleh menjapa mantra ini untuk setiap pukulan. Sederhana sekali. Setelah pulang, boleh
coba, tapi hati hati untuk tidak memukul tangan sendiri sampai bengkak. [tawa pendengar].
Sesungguhnya, metode ini dimana ada visualisasi, penjapaan mantra, dan mudra gerakan,
juga dapat digunakan untuk membuat anda terbebaskan dari segala rintangan lainnya.
Memang umum bahwa sangat sulit untuk bisa berhubungan ramah dengan semua orang.
Dalam hidup, adakalanya ada orang orang yang suka mengganggu anda. Sebelum
menggunakan metode ini, anda harus merenungkan terlebih dahulu apakah anda sendiri
yang memang patut disalahkan, apakah anda sendiri yang tidak sopan kepada orang lain,
apakah anda sendiri yang berlaku tidak baik. Di dunia ini, seorang yang baik tidak selalu
baik, seorang jahat tidak selalu jahat. Bagi saya, semua insan adalah sama. Insan jahat
mempunyai hal hal yang baik pula. Orang orang jahat yang menyerang saya itu, misalnya,
sangat saya kagumi karena semangat mereka dalam merugikan orang lain. [tawa
pendengar]. Saya harus belajar tentang keteguhan hati dari mereka dan menggunakan nya
dalam latihan saya sehingga saya menjadi sadhana nomor wahid. Sepertinya mereka adalah
orang jahat yang menyerang saya. Namun, mereka sesungguhnya sedang menolong saya
karena saya bisa belajar sesuatu dari mereka. Sebagai seseorang yang telah berlatih ke
tingkat yang tinggi, saya menganggap banyak hal sebagai kosong belaka. Jadi, saya tidak
akan merugikan mereka. Saya tidak akan menjadi orang jahat. Saya harap kalian juga tidak
merugikan (menjahati) orang lain. Nah, saya sudah mengajarkan kalian metodenya. Kalian
boleh hajar orang jahat itu. [tawa pendengar]. Asalkan anda merasa bahwa ia benar benar
orang jahat, bahwa anda memang di pihak yang benar, bahwa ia ada di pihak yang salah,
maka anda dapat menggunakan metode ini.