Oleh :
Agustya Dwi Ariani
0718011041
Atika Damayanti
0618011011
0718011008
Deby Purwanto
0418011010
0618011011
Trio Wicaksono
0718011088
KEPANITERAAN KLINIK
ILMU KESEHATAN KOMUNITAS
UNIVERSITAS LAMPUNG
2013
A. Latar Belakang
GOAL 1
Menanggulangi Kemiskinan dan Kelaparan
TARGET 1
Menurunkan proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya di bawah
$1 (PPP) per hari menjadi setengahnya antara 1990-2015
INDIKATOR 1
Proporsi penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional
Konsep dan definisi
Proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya terletak di bawah garis
kemiskinan nasional yang disepakati resmi pemerintah. Garis kemiskinan ini
merupakan batas pendapatan yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan
minimal kalori yang diperlukan tubuh untuk beraktivitas, ditambah dengan
kebutuhan non makanan (perumahan, pakaian, pendidikan, kesehatan,
transpor dan kebutuhan pokok lainnya). Karena data pendapatan tidak
tersedia, maka dipakai pendekatan data konsumsi (pengeluaran). Termasuk
pengeluaran adalah perkiraan nilai barang dan jasa yang dikonsumsi berasal
dari hasil produksi sendiri dan pemberian dari pihak lain.
Manfaat
Setiap individu membutuhkan kalori untuk dapat melaksanakan kegiatan
sehari-hari (Indonesia menetapkan batas minimum 2100 kkal per kapita per
hari), fasilitas rumah, pakaian, pendidikan, kesehatan, transportasi dan
kebutuhan pokok lainnya. Indikator ini digunakan untuk mengukur
keberhasilan pemerintah dan masyarakat mengangkat kaum miskin agar
hidup layak.
Metode Perhitungan
Garis kemiskinan nasional dihitung sebagai berikut:
Banyaknya penduduk
miskin
Po =
X 100%
Jumlah penduduk
INDIKATOR 2
Proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan kurang dari $1 (PPP) per hari
Konsep dan definisi
Proporsi penduduk yang tingkat pendapatannya kurang dari $1 per kapita per
hari adalah persentase penduduk yang hidup dengan pendapatan di bawah $1
(PPP) per hari. Nilai dolar dimaksud adalah nilai dolar berdasarkan Paritas
Daya Beli atau Purchasing Power Parity (PPP) yang konversinya
denganmata uang lokal berdasarkan harga tahun 1993.
Manfaat
Indikator ini dipakai untuk memonitor kemajuan upaya pengentasan
kemiskinan setiap negara serta untuk memonitor tren kemiskinan pada tingkat
global.
Metode Perhitungan
Penghitungannya menggunakan formula sebagai berikut:
Banyaknya penduduk miskin dengan
Po (dolar PPP) =
X 100%
Jumlah penduduk
Sumber data:
Dihitung oleh Bank Dunia berdasarkan hasil survei dari setiap Negara
INDIKATOR 3
Rasio kesenjangan kemiskinan
Konsep dan definisi
Rasio kesenjangan kemiskinan adalah jumlah rasio antara selisih pendapatan
orang miskin dengan garis kemiskinan terhadap garis kemiskinan itu sendiri,
dibagi dengan jumlah penduduk.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk mengukur "defisit kemiskinan" sehingga dapat
diketahui besar dana per kapita yang diperlukan untuk mengangkat penduduk
miskin ke garis kemiskinan.
Metode Perhitungan
Rasio kesenjangan kemiskinan:
Po =
dimana:
PG = Rasio kesenjangan kemiskinan
Z
q
Y1
n
(proverty gap)
= garis kemiskinan
= jumlah penduduk miskin
= pendapatan individu penduduk miskin
= jumlah penduduk
Sumber data:
BPS (Modul Susenas)
INDIKATOR 4
Kontribusi kuantil termiskin terhadap konsumsi nasional
Konsep dan definisi
Kontribusi penduduk kuantil termiskin (Km) adalah proporsi konsumsi dari
20 persen lapisan penduduk berpendapatan terendah terhadap konsumsi
nasional
Manfaat
Indikator ini memberikan informasi mengenai ketimpangan pendapatan
dalam masyarakat, dan disebut juga "ukuran" ketimpangan relatif.
Metode Perhitungan
Pendapatan (konsumsi) setiap rumah tangga diperoleh dari survei. Pendapatan
ini dibagi dengan banyaknya anggota setiap rumah tangga untuk
mendapatkan pendapatan (konsumsi) per kapita. Selanjutnya penduduk
diurutkan menurut besarnya pendapatan per kapita. Pendapatan 20 persen
penduduk paling rendah dijumlahkan dan dihitung persentasenya terhadap
total pendapatan (konsumsi).
Rumus yang digunakan:
Jumlah pendapatan (konsumsi) penduduk kuantil
Km=
X 100%
Sumber data:
BPS (Susenas)
TARGET 2
Menurunkan proporsi penduduk yang menderita kelaparan menjadi
setengahnya antara 1990-2015
INDIKATOR 5
Prevalensi balita kurang gizi (BKG)
Konsep dan definisi
BKG adalah perbandingan antara balita berstatus kurang gizi dengan balita
seluruhnya. Prevalensi status gizi balita diperoleh melalui indeks berat badan,
umur, dan jenis kelamin. Kategori status gizi ditentukan dengan
menggunakan standar NCHS-WHO, yang dibagi menjadi 4 kelas berdasarkan
Z-score yaitu:
(1) gizi lebih (Z-score >= +2)
(2) gizi normal (-2 < Z-score < +2)
(3) gizi kurang (-3 < Z-score < -2)
(4) gizi buruk (Z-score <= -3)
Manfaat
Anak kurang gizi memiliki kemungkinan risiko kematian yang tinggi,
menghambat pertumbuhan dan mempengaruhi status kesehatannya
dikemudian hari. Privalensi balita kurang gizi secara universal digunakan
sebagai indikator untuk memonitor status kesehatan penduduk.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya balita kurang
BKG =
gizi
Jumlah balita
X 100%
Sumber data:
BPS (Survei Garam Yodium) dan Departemen Kesehatan
INDIKATOR 6
Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi minimum (2100
kkal per kapita per hari)
Konsep dan definisi
Proporsi penduduk yang berada di bawah garis konsumsi
minimum(PDKM)adalah perbandingan banyaknya penduduk yang tingkat
konsumsinya berada di bawah tingkat konsumsi minimum nasional yang
dinyatakan dalam persentase. Di Indonesia, minimum kalori yang ditetapkan
adalah 2100 kkal per kapita per hari.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk mengukur pentingnya aspek ketersediaan
pangan kepada penduduk. Pembangunan berkelanjutan memerlukan usaha
konkrit untuk mengurangi kemiskinan serta mencari solusi menghilangkan
kelaparan dan kekurangan gizi.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya penduduk yang tingkat
PDKM =
Sumber data:
BPS (Modul Susenas)
GOAL 2
Mencapai Pendidikan Dasar untuk Semua
X 100%
TARGET 3
Memastikan pada 2015 semua anak-anak dimanapun, laki-laki maupun
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
INDIKATOR 7
Memastikan pada 2015 semua anak-anak dimanapun, laki-laki maupun
perempuan dapat menyelesaikan pendidikan dasar
Konsep dan definisi
Angka pertisipasi murni sekolah dasaradalah perbandingan antara murid
sekolah dasar (SD), usia 7-12 tahun termasuk Madrasah Ibtidaiyah (MI),
dengan penduduk usia 7-12 tahun, dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini dipakai untuk memonitor pencapaian tujuan pendidikan dasar
yang diidentifikasi oleh MDGs, khususnya pendidikan sekolah dasar atau
setingkat, termasuk MI.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya murid sekolah dasar usia 7-12
tahun
APM-SD =
X 100%
INDIKATOR 8
Angka partisipasi murni di sekolah menengah pertama (APM-SMP)
Konsep dan definisi
APM di SMP adalah perbandingan antara murid SMP usia 13-15 tahun
X 100%
Banyaknya penduduk usia 13-15
tahun
Sumber:
BPS (Kor Susenas dan Supas), dan Departemen Pendidikan Nasional
INDIKATOR 9
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil mencapai kelas 5
Konsep dan definisi
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil mencapai kelas 5 (PM1-5) adalah
proporsi murid pada cohort murid kelas 1 yang memasuki sekolah dasar pada
tahun ajaran tertentu dan berhasil mencapai kelas 5, dinyatakan dalam
persentase.
Manfaat
Indikator ini dikenal sebagai survival rate kelas 5, dan digunakan untuk
mengukur keberhasilan sistem pendidikan yang dapat mengantarkan murid
naik dari satu kelas ke kelas berikutnya.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya murid kelas 5
PM 1-5
=
X 100%
yang lalu
Sumber data:
BPS (Kor Susenas) dan Departemen Pendidikan Nasional
Catatan: Depdiknas memakai istilah AB (Angka Bertahan)
Proporsi murid yang berhasil menamatkan pendidikan di tingkat dasar
Pada MDGs nasional indikator ini dipilah menjadi 2 yaitu:
INDIKATOR 10
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar
Konsep dan definisi
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menamatkan Sekolah Dasar adalah
banyaknya murid kelas 1 yang berhasil menamatkan pendidikannya di sekolah
dasar pada tahun tertentu terhadap jumlah penduduk yang berusia 12 tahun,
dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk memonitor cakupan pendidikan dan kemajuan
murid untuk menamatkan pendidikan di sekolah dasar tanpa memperhatikan
apakah pernah mengulang di suatu kelas.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
tahun
INDIKATOR 11
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun
pendidikan dasar.
Konsep dan definisi
Proporsi murid kelas 1 yang berhasil menyelesaikan sembilan tahun
pendidikan dasar (PMT-SMP) adalah banyaknya murid kelas 1 yang berhasil
menyelesaikan pendidikan 9 tahun (tamat SMP termasuk MTs) pada tahun
tertentu terhadap jumlah penduduk berusia 15 tahun, dinyatakan dalam
persentase.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk memonitor cakupan pendidikan dan kemajuan
murid untuk menamatkan pendidikan hingga tingkat SMP (wajib belajar 9
tahun dari program pemerintah Indonesia), tanpa memperhatikan apakah
pernah mengulang di suatu kelas.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
PMT-SMP =
X 100%
INDIKATOR 12
Angka melek huruf (AMH) penduduk usia 15-24 tahun
Konsep dan definisi
AMH penduduk usia 15-24 tahun adalah perbandingan jumlah penduduk
berusia 15-24 tahun yang dapat membaca dan menulis kalimat sederhana
dengan huruf latin dengan jumlah penduduk usia 15-24 tahun.
Manfaat
AMH pemuda merefleksikan out come pendidikan dasar sejak 10 tahun
terakhir sebagai ukuran efektifnya sistem pendidikan dasar. Indikator ini
kerap dilihat sebagai proksi untuk mengukur kemajuan pembangunan sosial
dan ekonomi.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya penduduk usia 15-24 tahun
AMH 15-24 =
X 100%
GOAL 3
Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan
TARGET 4
Menghilangkan Ketimpangan Gender di Tingkat Pendidikan Dasar dan
Lanjutan pada 2005 dan di Semua Jenjang Pendidikan Tidak Lebih dari
2015
INDIKATOR 13
Rasio angka partisipasi murni (RAPM) anak perempuan terhadap anak lakilaki di tingkat pendidikan dasar, menengah dan tinggi
Konsep dan definisi
RAPM anak perempuan terhadap anak laki-laki di tingkat pendidikan dasar,
menengah dan tinggi adalah perbandingan APM murid/mahasiswa perempuan
yang bersekolah pada setiap jenjang pendidikan di sekolah negeri dan swasta
terhadap APM murid/mahasiswa laki-laki.
Jenjang pendidikan meliputi:
Sekolah menengah pertama dan yang setingkat untuk usia 13-15 tahun
Sekolah menengah umum dan yang setingkat untuk usia 16-18 tahun
Manfaat
Indikator kesempatan memperoleh pendidikan antara perempuan dan laki-laki
diukur dari rasio APM yang menunjukkan kesetaraan dan keadilan gender di
bidang pendidikan. Pendidikan adalah salah satu aspek penting dari
pembangunan manusia. Menghilangkan ketimpangan gender di semua jenjang
pendidikan akan meningkatkan status dan kemampuan perempuan. Karena
jumlah penduduk perempuan adalah separuh dari seluruh jumlah penduduk,
pendidikan perempuan merupakan determinan yang penting dalam
pembangunan ekonomi
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
RAPM-SD =
APM - P
X 100%
APM - L
APM - P
RAPM - SMP =
X 100%
APM - L
APM - P
RAPM - SMU =
X 100%
APM - L
APM - P
RAPM - PT =
X 100%
APM - L
Sumber data:
BPS (Kor Susenas dan Supas), dan Departemen Pendidikan Nasional
INDIKATOR 14
Rasio angka melek huruf (RAMH) perempuan terhadap laki-laki usia 15-24
tahun
Konsep dan definisi
RAMH perempuan terhadap laki-laki usia 15-24 tahun adalah perbandingan
antara RAMH penduduk perempuan terhadap RAMH penduduk laki-laki
yang berumur 15-24 tahun, dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator kesempatan memperoleh pendidikan antara perempuan dan laki-laki
diukur dari RAMH yang menunjukkan kesetaraan dan keadilan gender di
bidang pendidikan. Indikator ini merupakan indikator kunci pemberdayaan
perempuan di masyarakat.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
KPPNP =
X 100%
RPDPR atau
DPRD =
X 100%
GOAL 4
Menurunkan Angka Kematian Anak
TARGET 5
Menurunkan Angka Kematian Balita Sebesar Dua Pertiganya, antara
1990-2015
INDIKATOR 17
Angka kematian balita (Akaba)
Konsep dan definisi
Akaba adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan meninggal
sebelum mencapai usia 5 tahun, dinyatakan sebagai angka per 1000 kelahiran
hidup. Nilai normatif Akaba > 140 sangat tinggi, antara 71 140 sedang dan
< 20 rendah.
Manfaat
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat
tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. Akaba kerap dipakai untuk
mengidentifikasi kesulitan ekonomi penduduk.
Mengingat kegiatan registrasi penduduk di Indonesia belum sempurna
sumber data ini belum dapat dipakai untuk menghitung Akaba. Sebagai
gantinya Akaba dihitung berdasarkan estimasi tidak langsung dari berbagai
survei. Brass.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Akaba =
X 1000
Banyaknya balita
Sumber data:
BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen Kesehatan
INDIKATOR 18
Angka kematian bayi (AKB)
Konsep dan definisi
AKB adalah banyaknya bayi yang meninggal sebelum mencapai usia 1 tahun
AKB per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Nilai normatif AKB
kurang dari 40 sangat sulit diupayakan penurunannya (hard rock), antara 4070 tergolong sedang namun sulit untuk diturunkan, dan lebih besar dari 70
tergolong mudah untuk diturunkan.
Manfaat
Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan
merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan anak-anak bertempat
tinggal termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih
menggambarkan kesehatan reproduksi dari pada Akaba. Meskipun target
program terkait khusus dengan kematian balita, AKB relevan dipakai untuk
memonitor pencapaian target program karena mewakili komponen penting
pada kematian balita.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
tahun tertentu
Banyaknya kelahiran hidup
Sumber data:
BPS (SP, SDKI, Kor Susenas) dan Departemen Kesehatan
X 1000
INDIKATOR 19
Proporsi imunisasi campak (PIC) pada anak yang berusia 1 tahun (12-23
bulan)
Konsep dan definisi
PIC adalah perbandingan antara banyaknya anak berumur 1 tahun yang telah
menerima paling sedikit satu kali imunisasi campak terhadap jumlah anak
berumur 1 tahun, dan dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini merupakan suatu ukuran cakupan dan kualitas sistem
pemeliharaan kesehatan anak di suatu wilayah. Imunisasi adalah unsur
penting untuk mengurangi kematian balita.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
PIC =
GOAL 5
Meningkatkan Kesehatan Ibu
TARGET 6
Menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar Tiga Perempatnya Antara
tahun 1990-2015
X 100%
INDIKATOR 20
Angka kematian Ibu (AKI)
Konsep dan definisi
AKI adalah banyaknya wanita yang meninggal dari suatu penyebab kematian
terkait dengan gangguan kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk
kecelakaan atau kasus insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan dalam
masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa memperhitungkan lama
kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan pula pada jangka
waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.
Manfaat
Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait
dengan kehamilan. AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status
kesehatan secara umum, pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan
melahirkan.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100 000
INDIKATOR 21
Proporsi Pertolongan Kelahiran (PPK) oleh Tenaga Kesehatan Terlatih (TKT)
Konsep dan definisi
PPK oleh TKT adalah perbandingan antara persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan terlatih, seperti dokter, bidan, perawat, dan tenaga medis
lainnya dengan jumlah persalinan seluruhnya, dan dinyatakan dalam
persentase.
Manfaat
Mengukur kematian ibu secara akurat adalah sulit, kecuali tersedia data
registrasi yang sempurna tentang kematian dan penyebab kematian. Oleh
karena itu sebagai proksi indikator digunakan proporsi pertolongan kelahiran
oleh tenaga kesehatan terlatih.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
terlatih
X 100%
kontrasepsi
X 100%
Jumlah PUS
Sumber data:
BPS (SDKI, Supas, Kor Susenas), dan BKKBN
GOAL 6
Memerangi HIV/AIDS, Malaria, & Penyakit Menular Lainnya
TARGET 7
Mengendalikan Penyebaran HIV/AIDS dan Mulai Menurunnya Jumlah
Kasus Baru pada 2015
INDIKATOR 23
Prevalensi HIV/AIDS ibu hamil (PHIV-BUMIL) yang berusia antara 15-24
tahun
Konsep dan definisi
HIV-bumil yang berusia 15-24 tahun adalah perbandingan antara ibu hamil
berusia 15-24 tahun yang hasil tes darahnya positif mengidap HIV/AIDS
terhadap semua ibu hamil pada kelompok usia yang sama yang dites sampel
darahnya, dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk mengukur penyebaran epidemi HIV/AIDS.
Akses terhadap pengobatan masih sangat jarang dan belum ada vaksin yang
tersedia. Prevalensi HIV dimonitor pada kelompok dengan perilaku berisiko
tinggi sangat sulit oleh sebab itu digunakan proksi indikator HIV-bumil
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Semua ibu hamil pada kelompok umur yang sama yang
dites darahnya
Sumber data:
Departemen Kesehatan
INDIKATOR 24
Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi
Konsep dan definisi
Penggunaan kondom pada hubungan seks berisiko tinggi adalah
perbandingan penduduk usia 15-24 tahun yang melakukan hubungan seks
paling akhir dengan pasangan tidak tetap menggunakan kondom pada 12
bulan terakhir terhadap banyaknya penduduk pada usia 15-24 tahun yang
melakukan hubungan seks dengan pasangan tidak tetap, dinyatakan dalam
persentase.
Manfaat
Penggunaan kondom yang konsisten dengan pasangan tidak tetap akan
mengurangi risiko penularan HIV/AIDS saat berhubungan seks. Penggunaan
kondom merupakan suatu ukuran untuk proteksi terkena HIV/AIDS.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Banyaknya penduduk usia 15-24 tahun yang melakukan
hubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada 12 bulan
terakhir
Sumber data:
Departemen Kesehatan
INDIKATOR 25
Angka penggunaan kondom
Konsep dan definisi
Angka penggunaan kondom adalah perbandingan antara PUS yang memakai
kondom pada saat melakukan hubungan seks terhadap semua PUS yang
dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Angka penggunaan kondom digunakan untuk memonitor kemajuan
penghambatan dan pembalikan penyebaran HIV/AIDS sebab pemakaian
kondom adalah metode kontrasepsi yang efektif mengurangi penyebaran
HIV/AIDS. Karena angka penggunaan kondom diukur hanya pada wanita,
maka pendekatan ini perlu di suplemen dengan indikator penggunaan kondom
dalam hubungan seks dengan pasangan yang berisiko tinggi.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Jumlah PUS
Sumber data:
BPS, BKKBN dan Departemen Kesehatan
INDIKATOR 26
Persentase penduduk berumur 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan
komprehensif tentang HIV/AIDS (PPK-HIV/AIDS)
Konsep dan definisi
PPK-HIV/AIDS adalah perbandingan penduduk usia 15-24 tahun yang
mempunyai pengetahuan komprehensif tentang bahaya penyakit HIV/AIDS
terhadap penduduk kelompok usia yang sama, dan dinyatakan dalam
persentase. Pengetahuan yang komprehensif tentang HIV/AIDS, meliputi
bahaya penyakit yang merusak kekebalan tubuh dan cara pencegahan
penularannya.
Manfaat
Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur efektifitas keberhasilan
penyebarluasan informasi, pendidikan, program komunikasi, dan upayaupaya untuk meningkatkan pengetahuan tentang cara pencegahan penularan
penyakit HIV/AIDS.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya penduduk berumur 15-24 tahun yang
mempunyai pengetahuan komprehensif tentang
PPK-HIV/AIDS =
HIV/AIDS
Jumlah penduduk berumur 15-24 tahun
Sumber data:
BPS (SDKI, SSP)
X 100%
INDIKATOR 27
Rasio kehadiran sekolah anak yatim piatu (RKS-YP) terhadap kehadiran
sekolah anak bukan yatim piatu berusia 10-14 tahun
Konsep dan definisi
RKS-YP terhadap kehadiran sekolah anak bukan yatim piatu berusia 10-14
tahun adalah perbandingan banyaknya anak sekolah yatim piatu yang
kehilangan ibu atau bapak atau keduanya karena HIV/AIDS sebelum berusia
15 tahun terhadap anak sekolah pada kelompok umur yang sama yang tidak
yatim piatu, dan dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator kehadiran sekolah anak yatim piatu dapat digunakan untuk
memonitor program bantuan pendidikan untuk anak-anak yang yatim piatu
karena orang tuanya menjadi korban HIV/AIDS.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Angka kehadiran sekolah anak yatim piatu pada usia 10-14
tahun
TARGET 8
Mengendalikan Penyakit Malaria dan Mulai Menurunnya Jumlah Kasus
Malaria dan Penyakit Lainnya
INDIKATOR 28
Prevalensi malaria dan angka kematiannya
X 100.000
Jumlah penduduk pada pertengahan tahun
AKM =
X 100.000
dengan membagi banyaknya balita yang pada malam sebelum survei tidur
menggunakan kelambu dengan jumlah balita, dinyatakan dalam persen.
Manfaat
Mengukur cakupan pemakaian kelambu yang terbukti efektif untuk mencegah
penyebaran penyakit malaria di daerah yang berisiko tinggi epidemi malaria
terutama pada balita.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
kelambu =
insektisida
X 100%
Jumlah balita
Sumber data:
BPS (SDKI)
INDIKATOR 30
Persentase balita yang mendapat penanganan malaria secara efektif
Konsep dan definisi
Persentase balita yang mendapat penanganan malaria secara efektif adalah
banyaknya balita yang dalam dua minggu sebelum pelaksanaan survei sakit
malaria dan menerima obat anti malaria (chloroquin, kina, atau vansidar)
dibagi dengan jumlah balita yang sakit malaria.
Manfaat
Untuk mengukur tingkat penanganan yang cepat dan efektif bila terjadi kasus
ke fasilitas kesehatan terdekat serta tingkat pemberian obat anti malaria.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
PME =
X 100%
lama)
(PTBC) =
X 100.000
Jumlah penduduk
X 100.000
(AKTBC) =
Jumlah penduduk
Sumber data:
Departemen Kesehatan
Persentase penemuan kasus tuberkulosis dan pengobatan melalui
directly observed treatment short course (DOTS)
MDG Nasional memilah indikator ini menjadi 2 yaitu:
Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru
Angka kesembuhan pendertia tuberculosis
INDIKATOR 32
Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru
Konsep dan definisi
Angka penemuan penderita tuberkulosis BTA positif baru adalah persentase
penderita baru tuberkulosis yang diobati melalui directly observed treatment
short course( DOTS).
Manfaat
Indikator ini memberikan informasi tentang perkembangan penderita
tuberkulosis dan penanganan pengobatannya yang tuntas atau tidak. Penyakit
tuberkulosis berjangkit melalui udara. Pengawasan yang efektif melalui
penemuan dan penanganan kasus infeksi akan membatasi risiko
penyebarannya. Pendekatan yang direkomendasikan untuk pengawasan
adalah melalui strategi DOTS sebuah strategi murah dan dapat mencegah
jutaan penderita dari kematian.
Metode Perhitungan
Angka penemuan kasus baru tuberkulosis:
X 100%
Banyaknya perkiraan kasus positif baru TBC yang timbul
pada tahun tersebut
Sumber data:
Departemen Kesehatan
INDIKATOR 33
Angka kesembuhan penderita tuberkolosis (AKP-TBC)
Konsep dan definisi
AKP tuberkulosis adalah persentase kasus penderita baru yang tercatat positif
terinfeksi tuberkulosis yang berobat sendiri atau berobat melalui strategi
DOTS secara lengkap dan selesai. Angka keberhasilan pengobatan dapat
secara langsung dipantau serta akurat dalam kontrol pasien yang diobati
melalui DOTS.
Manfaat
Pengawasan yang efektif melaui penemuan dan penanganan kasus infeksi
akan membatasi risiko penyebarannya. Pendekatan yang direkomendasikan
untuk pengawasan melalui strategi DOTS sebuah strategi murah dan dapat
mencegah jutaan penderita dari kematian.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Jumlah kasus TBC positif baru
Sumber data:
Departemen Kesehatan
GOAL 7
Menjamin Kelestarian Lingkungan Hidup
TARGET 9
Memadukan Prinsip-prinsip Pembangunan Berkelanjutan dengan
Kebijakan dan Program Nasional serta Mengembalikan Sumber Daya
Lingkungan yang Hilang
INDIKATOR 34
Proporsi luas lahan yang tertutup hutan (PLH)
Konsep dan definisi
PLH adalah perbandingan antara luas lahan yang tertutup hutan terhadap luas
daratan yang dinyatakan dalam persentase, tidak termasuk perairan umum
seperti sungai besar dan danau di suatu wilayah. Merujuk pada UU No. 41
tahun 1999 yang dimaksud dengan hutan adalah suatu kesatuan ekosistem
berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi
pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannnya yang satu dengan yang
lainnya tidak dapat dipisahkan.
Manfaat
Indikator ini menyajikan informasi tentang ukuran relatif pentingnya hutan di
suatu wilayah. Perubahan lahan yang tertutup hutan khususnya yang
diakibatkan oleh kegiatan yang tidak legal seperti penebangan liar dan lainlain dapat mengganggu kelestarian lingkungan hidup.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
PLH =
X 100%
X 100%
Total luas wilayah
Sumber data:
Departemen Kehutanan dan Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup
INDIKATOR 35
Rasio luas kawasan lindung (RKL) terhadap luas wilayah
Konsep dan definisi
Suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan.
Menurut UU No. 41 Tahun 1999 yang dimaksud dengan kawasan hutan
antara lain:
Kawasan hutan:
Wilayah tertentu yang ditunjuk dan atau ditetapkan oleh pemerintah untuk
dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap.
Hutan Lindung:
Kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem
penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir,
mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan
tanah.
Hutan koservasi:
RKL terhadap luas wilayah adalah perbandingan antara luas kawasan yang
secara nasional dilindungi terhadap luas suatu wilayah yang dinyatakan dalam
persentase. Kawasan yang dilindungi meliputi luas daratan dan lautan yang
bertujuan untuk melindungi dan menjaga keanekaragaman hayati dan
sumber-sumber alam yang terkait, dikelola secara resmi dan efektif
Manfaat
Indikator ini dapat digunakan untuk mengukur upaya melindungi dan
menjaga keanekaragaman hayati serta upaya meningkatkan kehidupan sosial
dan ekonomi penduduk setempat.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
Total luas wilayah
Sumber data:
Departemen Kehutanan dan Kantor Kementerian Negara Lingkungan Hidup
INDIKATOR 36
Energi yang dipakai (setara barel dalam metrik ton) per PDB (juta rupiah)
Konsep dan definisi
Energi yang dipakai (setara barel dalam metrik ton) per PDB (juta rupiah)
adalah penggunaan energi komersil yang disetarakan dengan satuan minyak
(barel) per satuan PDB (misalnya dalam jutaan rupiah untuk Indonesia).
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk mengukur intensitas pemakaian energi (sebagai
kebalikan dari efisiensi energi). Perbedaan rasio pemakaian antar waktu
mencerminkan perubahan struktur ekonomi dan perubahan efisiensi
pemakaian pada sektor ekonomi tertentu. Semakin rendah rasionya semakin
baik/efisien penggunaannya.
Metode Perhitungan
Konsumsi energi komersil dikonversi dalam matrik ton setara minyak
memakai tabel standar. Data PDB dinyatakan dalam jutaan rupiah. Pada tabel
standar PDB yang disajikan adalah nilai output. Data yang diperlukan adalah
nilai input yang dihitung dari berbagai jenis energi yang dipakai dan telah
disetarakan dengan satuan minyak
Rumus yang digunakan:
X 100%
PDB
Sumber data:
BPS
Emisi carbon Dioxida (CO 2) per kapita, dan konsumsi zat perusak ozon
CFCs (ODP Tons)
MDG Nasional memilah indikator ini menjadi 2 yaitu:
Emisi Carbon Dioxida (CO 2)per kapita
Jumlah Konsumsi Zat Perusak Ozon (metrik ton)
INDIKATOR 37
Emisi carbon dioxida (CO2) per kapita
Konsep dan definisi
Emisi CO 2 per kapita adalah jumlah CO 2 yang dilepaskan di suatu daerah
sebagai kosekwensi kegiatan produksi dan konsumsi dibagi dengan jumlah
penduduk. Emisi CO 2 berasal antara lain dari konsumsi bahan bakar padat,
cair dan gas. Emisi CO 2 sebagian besar merupakan produk sampingan dari
kegiatan produksi energi dan penggunaannya serta mempunyai kontribusi
pada gas rumah kaca dan peningkatan pemanasan global.
Manfaat
Indikator ini memberikan informasi seberapa besar komitmen pemerintah
untuk mengurangi emisi CO 2 dan kemajuan yang dicapai setelah ratifikasi
Protokol Montreal.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
CFCs =
Sumber data:
BPS (Kor Susenas)
X 100%
TARGET 10
Menurunkan Separuh Proporsi Penduduk Tanpa Akses terhadap
Sumber Air Minum yang Aman dan Berkelanjutan serta Fasilitas
Sanitasi Dasar pada 2015
INDIKATOR 40
Proporsi penduduk ataurumah tangga dengan akses terhadap sumber air
minum yang terlindungi
Konsep dan definisi
Air minum terlindung adalah air leding, keran umum, air hujan atau mata air
dan sumur tertutup yang jaraknya lebih dari 10 m dari pembuangan kotoran
dan pembuangan sampah. Sumber air terlindung tidak termasuk air dari
penjual keliling, air yang dijual melalui tanki, air sumur dan mata air tidak
terlindung.
Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan akses terhadap sumber air
minum yang terlindung adalah perbandingan antara penduduk atau rumah
tangga dengan akses terhadap sumber air minum yang terlindung dengan
penduduk atau rumah tangga seluruhnya, dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini digunakan untuk memonitor akses terhadap sumber air
berdasarkan asumsi bahwa sumber air terlindung menyediakan air yang aman
untuk diminum. Air yang tidak aman diminum adalah penyebab langsung
berbagai sumber penyakit.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
X 100%
sanitasi =
Jumlah penduduk atau rumah tangga
Sumber data:
BPS (Kor Susenas)
X 100%
TARGET 11
Mencapai Perbaikan yang Berarti dalam Kehidupan Penduduk Miskin
di Permukiman Kumuh pada Tahun 2020
INDIKATOR 42
Proporsi penduduk atau rumah tangga dengan status rumah tetap dan terjamin
Konsep dan definisi
Status rumah tetap dan terjamin adalah rumah dengan status milik sendiri,
sewa atau kontrak. Indikator ini dihitung dari perbandingan antara penduduk
atau rumah tangga dengan akses terhadap tempat tinggal tetap dan jumlah
penduduk atau rumah tangga, yang dinyatakan dalam persentase.
Manfaat
Indikator ini untuk memperoleh gambaran umum tentang kemampuan
penduduk atau rumah tangga untuk memenuhi salah satu kebutuhan dasar
manusia (papan).
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
sumber data:
BPS (Kor Susenas)
X 100%
INDIKATOR 43
Proporsi penduduk dengan akses tempat tinggal yang tetap dan terjamin di
daerah perkotaan
Konsep dan definisi
Di daerah perkotaan, tempat tinggal yang tidak tetap dan terjamin adalah
tempat tinggal yang terletak di daerah kumuh dan rawan penggusuran.
Permukiman kumuh adalah kawasan yang dihuni sekelompok orang yang
menempati bangunan sementara, tidak ada akses air yang aman untuk
diminum, tidak ada fasilitas sanitasi yang layak dan kondisi lingkungan yang
tidak memadai. Daerah rawan penggusuran antara lain adalah bantaran
sungai, pinggir rel kereta api, dan jalur hijau, termasuk permukiman liar, baik
membayar sewa atau tidak, dan lahan yang kepemilikannya ilegal.
Manfaat
Indikator ini memberikan gambaran mengenai kondisi tempat tinggal dan
bangunan fisik yang tetap dan terjamin.
Metode Perhitungan
Rumus yang digunakan:
Banyaknya rumah tangga di kawasan kumuh dan
RTLH =
1(
) X 100%
X 100%
Sumber data:
Badan Pertanahan Nasional
GOAL 8
Membangun Kemitraan Global untuk Pembangunan
TARGET 12
Mengembangkan lebih lanjut sistem perdagangan dan keuangan yang
terbuka, berdasarkan aturan yang jelas, terprediksi, tidak diskriminatif,
komit pada tata pemerintahan, pembangunan dan pengurangan
kemiskinan yang baik secara nasional dan internasional
TARGET 13
Menanggapi kebutuhan khusus negara-negara belum berkembang
termasuk akses bebas tarif dan kuota ekspor mereka, meningkatkan
penghapusan utang bagi negara-negara penghutang berat, pembatalan
utang bilateral resmi dan menyediakan bantuan pembangunan lebih
besar terhadap negara-negara yang komit pada pegurangan kemiskinan
TARGET 14
Menanggapi kebutuhan khusus negara-negara yang hanya berbatasan
dengan daratan dan negara-negara kepulauan kecil yang sedang
berkembang melalui program aksi untuk pembangunan berkelanjutan
TARGET 15
Menyelesaikan secara menyeluruh masalah utang negara-negara
berkembang melalui berbagai upaya nasional dan internasional agar
utangnya dapat dilunasi den dikelola secara berkelanjutan dalam jangka
panjang
INDIKATOR
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
TARGET 16
Bekerja Sama dengan Negara-negara berkembang untuk
mengembangkan dan melaksanakan strategi lapangan kerja yang layak
dan produktif bagi generasi muda
INDIKATOR
58.
TARGET 18
Bekerja sama dengan sektor swasta memperluas pemanfaatan teknologi
baru khususnya teknologi informasi dan komunikasi
INDIKATOR
59.
60.
61.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
persen
(2009).
layak terus dilakukan melalui investasi penyediaan air minum dan sanitasi yang
layak terus di lakukan melalui investigasi penyediaan air minum dan sanitasi,
terutama untuk melayani jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat.
Untuk daerah perdesaan, penyediaan air minum dan sanitasi dilakukan melalui
upaya pemberdayaan masyarakat agar memiliki tanggungjawab dalam
penggelolaan infrastruktur dan pembangunan sarana.
Indonesia merupakan partisipan aktif dalam berbagai forum internasional dan
mempunyai komitmen untuk terus mengembangkan kemitraan yang bermanfaat
dengan berbagai organisasi multilateral, mitra bilateral dan sector swasta untuk
mencapai pola pertumbuhan ekonomi yang berdampak pada penurunan tingkat
kemiskinan (pro-poor). Indonesia telah mendapat manfaat dari mitra
pembangunan internasional. Untuk meningkatkan efektifitas kerjasama dan
pengelolaan bantuan pembangunan di Indonesia, Jakarta Commitment telah
ditandatangani bersama 26 mitra pembangunan pada tahun 2009. Bersamaan
dengan ini, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan pinjaman luar negeri
pemerintah terhadap PDB dari 24,6 persen pada tahun 1996 menjadi 10,9 persen
pada tahun 2009. Sementara itu, Debt Service Ratio Indonesia juga telah menurun
51 persen pada tahun 1996 menjadi 22 persen pada tahun 2009.
Program-program pencapaian MDGs di Indonesia
1.
2.
D. Capaian MDGs
TUJUAN 8
Mengembangkan Kemitraan Global
Salah satu target yang menjadi bagian tujuan ke-8 MDGs adalah lebih jauh
mengembangkan sistem perdagangan dan keuangan yang terbuka, berbasis
peraturan, mudah diperkirakan, dan tidak disriminatif. Singkat kata, ini berarti
perdagangan yang berkeadilan dan WTO adalah tempat di mana masalah-masalah
tersebut semestinya ditangani. Sayangnya, perundingan putaran terakhir, yang
disebut Putaran Doha (Doha Round), gagal terutama karena negara-negara maju
ingin memberikan proteksi terlalu banyak pada petani mereka sendiri. Ke depan,
perundingan-perundingan tersebut mungkin bisa berlanjut. Namun Indonesia,
serta banyak negara-negara berkembang lainnya, yakin bahwa kita sudah cukup
banyak memberikan konsesi. Kini, gilirannya negara-negara kaya untuk
merespon. Selain itu, negara-negara kaya didorong untuk memberikan bantuan
luar negeri. Hal ini, sesuai dengan janji mereka untuk memberikan bantuan
sebesar 0,7% dari total pendapatan nasional dalam bentuk bantuan pembangunan
resmi (ODA; Of_ cial Development Assistance) untuk Negara-negara miskin.
Hampir tidak ada yang mencapai angka tersebut, meskipun beberapa secara
perlahan mulai meningkatkan sumbangan mereka. Di masa lalu, banyak
pengeluaran pembangunan negeri ini, tergantung pada bantuan luar negeri, yang
digunakan untuk membangun infrastruktur seperti jalan raya36. Pada Gambar 8.1,
terlihat bahwa kita biasanya menerima bantuan setara dengan 40% pengeluaran
pembangunan kita. Bahkan di tahuntahun tertentu, bantuan yang kita terima lebih
besar dari angka tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pusat Statistik
http://www.undp.or.id/pubs/docs/Let%20Speak%20Out%20for%20MDGs%20%20ID.pdf
http://ryoshiromibu.blogspot.com/2013/01/delapan-tujuan-mdgsmillenium_4557.html