Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi dan Antropologi Kesehatan
Dosen pengampu : Sofwan Indarjo, S.KM, M.Kes
Oleh
Ningrum Pangestu
NIM. 6411412164
A.
Masyarakat Pesisir
Masyarakat pesisir adalah sekelompok warga yang tinggal di wilayah
pesisir yang hidup bersama dan memenuhi kebutuhan hidupnya dari sumber daya
di wilayah pesisir. Masyarakat yang hidup di kota-kota atau permukiman pesisir
memiliki karakteristik secara sosial ekonomis sangat terkait dengan sumber
perekonomian dari wilayah laut (Prianto, 2005). Demikian pula jenis mata
pencaharian yang memanfaatkan sumber daya alam atau jasa-jasa lingkungan
yang ada di wilayah pesisir seperti nelayan, petani ikan, dan pemilik atau pekerja
industri maritim. Masyarakat pesisir yang di dominasi oleh usaha perikanan pada
umumnya masih berada pada garis kemiskinan, mereka tidak mempunyai pilihan
mata pencaharian, memiliki tingkat pendidikan yang rendah, tidak mengetahui
dan menyadari kelestarian sumber daya alam dan lingkungan (Lewaherilla, 2002).
Selanjutnya dari status legalitas lahan, karakteristik beberapa kawasan
permukiman di wilayah pesisir umumnya tidak memiliki status hukum (legalitas),
terutama area yang direklamasi secara swadaya oleh masyarakat.
Wilayah pesisir didefinisikan sebagai wilayah daratan yang berbatasan
dengan laut, batas di daratan meliputi daerahdaerah yang tergenang air maupun
yang tidak tergenang air yang masih dipengaruhi oleh proses-proses laut seperti
pasang surut, angin laut dan intrusi garam, sedangkan batas di laut ialah daerahdaerah yang dipengaruhi oleh proses-proses alami di daratan seperti sedimentasi
dan mengalirnya air tawar ke laut, serta daerah-daerah laut yang dipengaruhi oleh
kegiatan-kegiatan manusia di daratan (Bengen, 2001).
Usman (2003) mengemukakan bahwa lingkungan alam sekitar akan
membentuk sifat dan perilaku masyarakat. Lingkungan fisik dan biologi
mempengaruhi interaksi sosial, distribusi peran sosial, karakteristik nilai, norma
sosial, sikap serta persepsi yang melembaga dalam masyarakat. Dikatakannya
pula perubahan lingkungan dapat merubah konsep keluarga. Nilai-nilai sosial
yang berkembang dari hasil penafsiran atas manfaat dan fungsi lingkungan dapat
memacu perubahan sosial. Masyarakat kawasan pesisir cenderung agresif,
dikemukakan oleh Suharti (2000) karena kondisi lingkungan pesisir yang panas
dan terbuka, keluarga nelayan mudah diprovokasi, dan salah satu kebiasaan yang
jamak di kalangan nelayan (masyarakat pesisir) adalah karena kemudahan
mendapatkan uang menjadikan hidup mereka lebih konsumtif. Purba (2002)
akses
pengelolaan
sumberdaya
perikanan
sehingga
masyarakat
setempat
nelayan
pendatang
cenderung
memaksimalkan
operasi
dilihat dari segi kesehatan, adanya satu hari untuk beristirahat akan
mengurangi tingkat stress para nelayan dan menjaga kondisi tubuh para
nelayan.
Mayoritas penduduk kampung Kasai berpendidikan SD. Hal ini
mengindikasikan
bahwa
kemampuan
mereka
dalam
menerima
solar perharinya atau perbulannya. Lokasi kampung Kasai yang jauh dari
akses kota mempersulit warga untuk mencapai fasilitas kesehatan.
Penggunaan genset untuk penerangan juga dapat berdampak buruk bagi
kesehatan, karena asap yang timbul dari mesin genset dapat menyebabkan
polusi udara dan merupakan zat yang berbahaya bagi tubuh.
Masyarakat Kampung Kasai yang tinggal di sekitar sungai banyak
yang memanfaatkan sungai sebagai pembuangan sampah-sampah rumah
tangga, dan juga sebagai tempat mereka membuat WC. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya pencemaran air sungai, padahal masyarakat
kampung Kasai memanfaatkan air sungai tersebut untuk keperluan seharihari. Rumah-rumah yang berdiri dipinggiran sungai membuat lokasi
Kampung Kasai terlihat kumuh dan kotor. Rumah-rumah yang berdiri di
pinggiran
sungai
dan
kumuhnya
lingkungan
setempat
dapat
agama seperti Madrasah Diniyah setara SD, dan Madrasah Wusto setara
SMP. Dan dilanjutkan ke pondok-pondok pesantren maupun Madrasah Al
Uhya (setara SLA). Sekolah-sekolah tersebut bersifat swadaya masyarakat
dan pengajarnya bersifat sukarela. Bagi anak-anak usia sekolah dasar yang
keluarganya relatif mampu melakukan pembelajaran di SD negeri dan sore
dilanjutkan ke Madrasah Diniyah, dan jika lulus melanjutkan ke Madrasah
Tsanawiyah. Anak-anak yang tidak dapat melanjutkan sekolah hingga
tamat SD kemudian akan bekerja sebagai nelayan dengan alasan
membantu menambah pendapatan keluarga.
Jumlah anggota keluarga relatif cukup banyak, mereka masih
memiliki kecenderungan untuk menambah anak, dengan alasan lebih pada
pendekatan agamis, bahwa setiap anak membawa rejekinya masingmasing dan perolehan anak adalah sebuah rejeki yang diterima dari Tuhan
dan harus dinikmati.
Jenis-jenis pekerjaan yang dilakukan masyarakat Desa Sriwulan,
Desa Babalan dan Desa Bedono adalah nelayan tangkap baik buruh
maupun nakoda, nelayan jaring, nelayan pasang, petambak, atau
pedagang ikan/udang. Para nelayan tangkap di ketiga desa tersebut
memiliki ciri yang relatif sama. Nelayan sampan (kapasiatas 1 - 2 orang)
hanya melakukan penangkapan ikan jarak dekat artinya hanya sekitar
kawasan pantai di sekitar mereka tinggal dan melakukan penangkapan
ikan setiap hari jika memungkinkan. Hal yang tidak memungkinkan
melakukan penangkapan adalah jika hari hujan turun deras. Hal ini
berbeda dengan nelayan tangkap jauh yaitu yang menangkap ikan menjauh
ke arah laut, apabila cuaca terlihat tidak memungkinkan, meskipun tidak
turun hujan, mereka tidak pergi melaut.
Anak-anak nelayan di tiga desa memberikan gambaran yang
berbeda terhadap jenis pekerjaan dan keinginan pekerjaan, meskipun sudut
pandang mereka sangat tergantung dengan kondisi kesejahteraan keluarga.
Anak-anak desa Sriwulan memiliki sudut pandang yang berbeda dibanding
anak-anak di dua desa lainnya, yaitu lebih cenderung memilih jenis
pekerjaan di kota atau menjadi buruh dan pegawai dibandingkan menjadi
nelayan. Masyarakat desa Bedono dan Babalan relatif sama yaitu jenis
Kesimpulan
Daftar Pustakan
Bengen, D.G. 2001. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
(Sinopsis). Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL).
Bogor: Institut
Pertanian Bogor.Lewaherilla,
N.,
E.
2002.
Pariwisata
Bahari:
Perilaku
Masyarakat
Kawasan
Pesisir
Akibat
Demak.
(online).
http://hunting-ilmu-
Perkotaan.
Semarang:
Badan
Penerbit
Universitas
Diponegoro.
Purba, J. 2002. Pengelolaan Lingkungan sosial. Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia.
Potret
Nelayan
Kenjeran.
Socialforum.hyoermart.net/_cusudi/00000007.htm
Suhartono,
E.
2007.
(online).
Sumber
http://www.bainfokomsumut.go.id/open.php?id=245&db=artikel.
Diakses pada 21 Juni 2015.
Usman, S. 2003. Pemberdayaan Masyarakat. Pustaka Pelajar. Yogyakarta,
310 hal