LAPORAN PRAKTIKUM
TEKNIK PENANGANAN HASIL PERTANIAN
(Pembersihan, Sortasi, dan Grading Bahan Hasil Pertanian)
Oleh :
Nama
: Bunga Pratiwi
NPM
: 240110120035
Waktu/Shift
Asisten
: Farah Nuranjani
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Seiring berkembangnya zaman, permintaan akan produk pertanian
bermutu tinggi semakin meningkat. Disamping itu, bahan hasil pertanian dari
proses pemanenan memiliki kualitas yang tidak seragam. Ooleh sebab itu perlu
dilakukan tindakan-tindakan khusus untuk memisahkan produk yang berkualitas
baik dengan yang berkualitas rendah. Proses pemisahan produk tersebut
dinamakan sortasi dan grading.
Selain kualitas yang tidak seragam, bahan hasil pertanian dari proses
pemanenan biasanya masih mengandung bahan-bahan yang tidak dinginkan.
Misalnya beras yang masih terdapat gabah, bawang yang masih terdapat sisa-sisa
tanah, dan lain-lain. Agar produk yang dihasilkan sesuai dengan keinginan
konsumen, maka perlu dilakukan pembersihan (cleaning).
Proses-proses tersebut merupakan proses awal dan paling penting di dalam
penanganan hasil pertanian yang bertujuan untuk membersihkan bahan-bahan
asing atau bahan yang tidak diinginkan yang kemungkinan terbawa dalam produk,
serta untuk memisahkan produk ke dalam beberapa kelas atau kelompok. Untuk
proses pembersihan (cleaning), dapat dilakukan dengan berbagai cara. Oleh sebab
itu praktikum ini perlu dilakukan sebagai ilmu penunjang dalam dunia ketektikan
pertanian.
1.2.
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum teknik penanganan hasil pertanian ini
adalah sebagai berikut :
1. Mengukur dan mengamati proses sortasi dan grading bahan hasil
pertanian.
2. Melakukan perhitungan kualitas dan variabel kualitas untuk mengkaji
kelas kualitas (grade), kerusakan yang tampak (visible), kerusakan yang
tak tampak (invisible damager), bahan asing (foreign materials) dan
keretakan (sound grain and crack).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Pembersihan dan grading merupakan proses awal dan paling penting di
dalam penanganan hasil pertanian yang bertujuan untuk membersihkan bahanbahan asing atau bahan yang tidak diinginkan yang kemungkinan terbawa dalam
produk, serta untuk memisahkan produk ke dalam beberapa kelas atau kelompok.
Nilai ekonomis suatu bahan hasil pertanian sangat tergantung pada faktor-faktor
antara lain :
1. Karakteristik fisik: kadar air, ukuran produk, berat, tekstur, warna, bentuk
dan adanya benda asing / kotoran.
2. Karakteristik kimia: komposisi, ketengikan, bau dan rasa.
3. Faktor-faktor biologi: daya tumbuh, adanya hama, adanya jamur dan
bakteri.
Beberapa prosedur yang biasa digunakan dalam meningkatkan, menjaga
atau merubah kualitas produk seperti:
1. Menjaga kondisi penyimpanan: suhu, kelembaban dan waktu.
2. Mencegah tumbuhnya mikroorganisme: fumigasi, pendinginan dan
pemanasan.
3. Meningkatkan karakteristik fisik bahan: merubah atau menjaga kadar air
bahan, membuang bahan yang tidak diinginkan dalam produk,
mengelompokkan produk ke dalam beberapa kelas/kelompok.
2.1.
Pembersihan (Cleaning)
Pengertian pembersihan dalam bahan hasil pertanian adalah mengeluarkan
atau memindahkan benda asing (kotoran) dan bahan-bahan yang tidak diinginkan
dari bahan utama (produk yang diinginkan). (Rusendi, 2014)
Perbersihan bertujuan untuk menghilangkan kotoran-kotoran yang
menempel pada hasil pertanian. Kebersihan sangat mempengaruhi kenampakan.
Oleh karena itu sebelum dipasarkan, hasil pertanian harus dibersihkan dari
kotoran-kotoran dan bagian-bagian yang tidak diperlukan. Kotoran pada hasil
pertanian sering dianggap sebagai sumber kontaminasi, karena kotoran dapat
mengandung mikroorganisme yang dapat merusak hasil panen (Dediarta, 2011).
Sortasi
Sortasi adalah pemisahan bahan yang sudah dibersihkan ke dalam berbagai
fraksi kualitas berdasarkan karakteristik fisik (kadar air, bentuk, ukuran, berat
jenis, tekstur, warna, benda asing/ kotoran), kimia (komposisi bahan, bau dan rasa
ketengikan) dan biologis (jenis dan jumlah kerusakan oleh serangga, jumlah
mikroba dan daya tumbuh khususnya pada bahan pertanian berbentuk bijian).
(Rusendi, 2014)
Sortasi adalah proses pemisahan bahan-bahan kotoran yang tercampur
dengan produk utama. Sebagai contoh pada penanganan pasca panen padi, dimana
gabah tercampur dengan kotoran berupa butir pasir, serpihan logam, kayu, dan
serpihan jerami dan daun. Gabah sebagai produk utama dari proses penanganan
pasca panen padi harus terbebas dari berbagai kotoran tersebut. Bahan hasil
pertanian disortasi / dipisahkan berdasarkan warna, tingkat kerusakan, dan
ukurannya.
Saringan.
Aerodinamik dari butiran-butiran kecil.
Separator pneumatic.
Separator gravitasi spesifik.
Separator spiral.
Separator piringan dan silinder.
Separasi berdasarkan pada tektur permukaan bahan.
Separasi berdasarkan berat dan bahan asing.
Separasi dengan sistem sentrifugal.
berukuran lebih besar akan melaju ke ujung saringan untuk pengemasan atau
proses lainnya.
Alat sortasi lainnya adalah sabuk pemisah (diverging belts), prinsip kerja
alat ini adalah bahan diletakkan di atas dan diantara dua buah sabuk (belt) yang
begerak. Karena jarak antara kedua buah sabuk tersebut secara sistematis akan
bertambah lebar, maka bahan yang memiliki ukuran lebih kecil dari lebar celah
antara dua sabuk akan jatuh di awal perjalanan sedangkan bahan yang lebih besar
akan terbawa lebih jauh. Pada tipe rol (roller sortes) memiliki beberapa
keunggulan yaitu akurat, proses paling cepat dan hanya menyebabkan sedikit
kerusakan pada produk. Alat pemisah tipe rol adalah meja yang memiliki
beberapa buah rol yang berputar berlawanan dengan arah jarum jam.prinsip
kerjanya yaitu, bahan yang disortasi akan berputar secara kontinyu sehingga
masing-masing berpeluang untuk saling mencocokkan ukuran benda dengan celah
antar rol yang tersedia.
Sortasi berdasarkan berat merupakan alat sortasi yang bekerja berdasarkan
berat bahan. Pada prinsipnya alat ini memiliki dua bagian penting yaitu mangkuk
(cup) dan pegas. Bagian mangkuk ini terhubung dengan pegas-pegas yang
memiliki tegangan tertentu. Pegas-pegas yang ada tersusun dari pegas dengan
tergangan tertinggi dan berangsur menurun sampai tegangan yang terendah,
sehingga ketika bahan dimasukkan ke dalam mangkuk oleh pengumpan otomatis
maka bahan yang lebih berat akan menyebabkan reaksi pada pegas dan secara
otomatis bahan tersebut akan dipisahkan pada awal perjalanan. Sedangkan bahan
yang lebih ringan akan bergerak lebih jauh sebelum dipisahkan (Dediarta, 2011).
2.3.
Grading
Buah-buahan dan sayuran biasanya dikelompokkan berdasarkan warna,
kerusakan dan ukuran. Umumnya warna dan kerusakan dikelompokkan secara
manual, tetapi banyak juga yang sudah menggunakan peralatan elektrik.
Pengelompokan buah-buahan dan sayuran dapat dilakukan dengan pengayakan,
diverging belts dan roller sorters. (Purwantana, 2013)
1) Pengayakan: Pengayakan merupakan salah satu metode dalam pemisahan
biji-bijian ke dalam dua atau lebih kelompok menurut ukuran produk. Jika
partikel
yang
lebih
kecil
turun
ke
bawah
dan
akan lambat turun sehingga akan terpisah dan dibuang melewati pipa yang
terpasang pada bagian tengah pemisah ini.
5) Disk separator: Pemisah ini berdasarkan pada perbedaan ukuran bahan.
Bahan yang mempunyai ukuran sesuai dengan ukuran yang ada di dalam
piring akan masuk ke dalam piringan sedangkan bahan yang lebih besar
akan terbuang. Pemisah ini banyak digunakan untuk memisahkan bijibijian misalnya padi. Padi yang utuh akan dipisahlan dengan padi yang
pecah, juga untuk memisahkan biji yang tidak sama misalnya memisahkan
biji gandum dan barley dari biji oat.
2.4.
Mutu Beras
Standar merupakan unsur penunjang pembangunan pertanian yang
memiliki peranan penting dalam upaya untuk meningkatkan optimalisasi
pendayagunaan sumberdaya dan keseluruhan kegiatan pembangunan pertanian.
Penetapan kelayakan suatu bahan atau produk untuk digunakan terutama dalam
bidang pangan biasa disebut dengan standar mutu. Biasanya dalam penentuan
standar mutu ini terdapat berbagai syarat dan ketentuan spesifikasi teknis yang
harus dipenuhi oleh bahan atau produk tersebut. Standar mutu yang digunakan di
Indonesia mengacu kepada SNI (Standar Nasional Indonesia). Dalam bidang
pertanian pemutuan bahan dan produk pertanian seperti mutu gabah dan mutu
beras sangat penting. Secara umum, mutu beras dapat dikategorikan ke dalam
empat kelompok, yaitu:
1)
2)
3)
4)
mutu giling.
mutu rasa dan mutu tanak
mutu gizi
standar spesifik untuk penampakan dan kemurnian biji (misalnya besar
dan bentuk beras, kebeningan (transluency), dan beras chalky).
Sedangkan dalam program pemuliaan padi, komponen mutu beras dapat
dikelompokkan atas (1) rendemen giling (2) penampakan (3) bentuk dan ukuran
biji dan (4) sifat-sifat tanak dan rasa nasi (Damardjati dan Purwani, 1991).
Pemutuan beras yang didasarkan pada aturan SNI 01-6128 : 2008 membagi beras
dalam 5 kelas mutu yaitu mutu I, II, III, IV dan V. Syarat umum beras adalah (a)
bebas hama dan penyakit (b) bebas bau apek, asam, atau bau asing lainnya (c)
bebas dari campuran dedak dan bekatul (d) bebas dari bahan kimia yang
membahayakan konsumen. Sedangkan untuk persyaratan khusus didasarkan pada
komponen mutu seperti yang tercantum dalam Tabel 1 berikut. (Sinarta, 2013)
Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu beras menurut SNI 01-6128:2008
No
Komponen Mutu
Satuan
Mutu I
Mutu II
Mutu
Mutu
Mutu V
1
2
3
4
5
6
7
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
(%)
100
14
95
5
0
0
0
100
14
89
10
1
1
1
III
95
14
78
20
2
2
2
IV
95
14
73
25
2
3
3
85
15
60
35
5
3
5
(maks)
Butir
(%)
0
0
0,02
1
0,02
1
0,05
2
0,20
3
9
10
mengapur
(maks)
Benda asing (maks)
(%)
Butir gabah (maks)
(butir)
Sumber: BSN (2011)
BAB III
METODOLOGI
3.1.
3.1.1. Alat
Bahan yang digunakan dalam praktikum teknik penanganan hasil
pertanian ini adalah :
1) Wadah kertas
2) Moisture Tester
3) Timbangan Analitik
4) Sampling Homogenizer
5) Rice Standard Chart
6) Alat tulis
3.1.2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum teknik penanganan hasil
pertanian ini adalah :
1. Beras 50 gram
3.2.
Prosedur Percobaan
1. Mengukur kadar air bahan dengan menggunakan moisture tester.
2. Menyiapkan bahan dan kemudian menimbang bahan seberat 50 gram.
3. Memasukkan bahan ke dalam sampling homogenizer sampai diperoleh
berat sampel (50 gram).
4. Mengamati kualitas bahan dengan membandingkan sampel dengan Rice
Standard Chart dan Grain Cracking Analyzer.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Tabel 1. Tabel Hasil Percobaan
No
1
2
3
4
5
6
7
8
Pengamatan
Derajat sosoh
Butir utuh
Butir patah
Butir menir
Butir hijau/mengapur
Butir kuning/rusak
Benda asing
Gabah
Berat (kg)
0,03116
0,00947
0,0068
0,0012
0,0009
0
0
Perhitungan
1) Perhitungan Kadar Air
Kadar Air 1 = 12,7 %
Kadar Air 2 = 13,1 %
Kadar Air 3 = 13 %
12,5 +13,1 +13
Kadar Air Rata-rata =
3
%
95,80
62,9
19,12
13,73
2,42
1,82
0
0
= 12,9%
100% = 95,8 %
x 100%
Butir Utuh
Butir Patah
0,0316 kg
0,05 kg
Butir Menir
x 100%
= 62,9%
Massa butir patah
=
Massa total
=
x 100%
0,00947 kg
0,05 kg
x 100%
= 19,12%
Massa butir menir
=
Massa total
0,0068 kg
0,05 kg
x 100%
x 100%
x 100%
= 13,73
Butir Hijau/Mengapur
0,0012kg
0,05 kg
= 2,42%
Butir Kuning/Rusak =
=
Benda Asing =
Gabah
= 1,82%
Massa benda asing
Massatotal
0 kg
0,05 kg = 0%
Massa gabah
Massatotal
0 kg
0,05 kg = 0%
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum kali ini, praktikan melakukan penyortiran bahan hasil
pertanian. Bahan hasil pertanian yang digunakan dalam praktikum kali ini adalah
beras. Beras yang digunakan sebagi sampel sebanyak 50 gram. Dari 50 gram
sampel ini kemudian beras dipisahkan berdasarkan kenampakan bentuknya. Beras
dipisahkan menjadi butir utuh (7/10 10/10 bagian ukuran panjang butir utuh),
butir patah (2/10 6/10 bagian ukuran panjang butir utuh), butir menir (< 2/10
bagian ukuran panjang butir utuh), butir hijau/mengapur, butir kuning/rusak,
benda asing, dan gabah. Kelompok-kelompok tersebut dibedakan berdasarkan
kenampakan fisik dan keutuhan berasnya itu sendiri.
Dari hasil penyortiran yang dilakukan, diperoleh butir utuh sebanyak
62,9%, butir patah sebanyak 19,12%, butir menir sebanyak 13,73%, butir
hijau/mengapur sebanyak 2,42%, butir kuning/rusak sebanyak 1,82%, sedangkan
untuk benda asing dan gabah tidak ditemukan. Angka-angka tersebut telah
memenuhi standar SNI 2008, kecuali untuk butir menir yang jauh melebihi batas
maksimalnya yaitu 2%. Secara keseluruhan, beras yang dijadikan sampel tadi
sudah memenuhi standar SNI 2008, dimana derajat sosohnya sebesar 95,8%
sedangkan menurut SNI minimal 95%.
Selain penyortiran, pada praktikum ini juga dilakukan pengukuran kadar
air dengan menggunakan Moisture Tester. Dari tiga kali pengujian, diperoleh hasil
masing-masing 12,7%, 13,1%, dan 13% dengan rata-rata kadar air sebesar 12,9%.
Nilai ini sudah memenuhi standar SNI 2008 sebesar maksimal 15%.
Dari hasil pengujian yang dilakukan baik dari proses penyortiran maupun
kadar air, beras yang dijadikan sampel pada praktikum ini memenuhi standar SNI
2008 untuk mutu V. Beras ini termasuk dalam mutu V karena persentase untuk
butir utuhnya yang hanya sebesar 62,9%.
Setelah penyortiran selesai dilakukan dan dilakukan penimbangan untuk
masing-masing pengamatan, ternyata massa total beras tidak mencapai massa
awal seberat 50 gram. Hal ini dapat terjadi karena pada saat penyortiran beras
mungkin terjatuh atau hancur.
Penyortiran ini dilakukan secara manual dengan menggunakan tangan.
Metode memiliki kekurangan dimana hasil yang diperoleh mungkin tidak seragam
karena setiap orang bisa memiliki pemahaman yang berbeda mengenai
pengelompokan beras berdasarkan kenampakan bentuk dan keutuhannya.
BAB VI
PENUTUP
6.1.
Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari praktikum karakteristik fisik bahan
hasil pertanian ini adalah sebagai berikut :
1. Dari hasil pengamatan diperoleh derajat sosoh sebesar 95,8% dengan butir
utuh 62,9%, butir patah 19,12%, butir menir 13,73%, butir hijau 2,42%,
butir kuning 1,82%.
2. Kadar air rata-rata yang diperoleh adalah sebesar 12,9%.
3. Beras ini termasuk kedalam kelompok beras mutu V sesuai standar SNI
2008.
4. Sortasi yang dilakukan dengan manual (tangan manusia) ini memiliki
kekurangan dibandingkan dengan sortasi yang dilakukan dengan mesin.
5. Sortasi dengan tangan manusia memiliki kekurangan dikarenakan
keterbatasan manusia.
6.2.
Saran
Agar hasil yang diperoleh pada praktikum lebih akurat, berikut saran-saran
yang diberikan :
1. Sebelum
melakukan
praktikum,
praktikan
diharapkan
untuk
DAFTAR PUSTAKA
Dediarta, Wendi Irawan.2011.Laporan Praktikum Teknik Penanganan Hasil
Pertanian
Pembersihan,
Sortasi
dan
Grading
Bahan
Hasil
Pertanian.Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran.
Pradiskagita.2012.Praposes Bahan Hasil Pertanian. Terdapat pada:
http://pradiskagita.blogspot.com/2012/06/rangkuman-i.html (diakses pada
tanggal 16/09/2014 pukul 20.10 WIB)
Purwantana, Bambang. 2013. Pengetahuan Bahan. Available at:
http://bambangpurwantana.staff.ugm.ac.id/pengetahuanbahan/pengBhn01.
doc. (Diakses pada tanggal 21 September 2013 Pukul 21:40 WIB )
Rusendi, Dadi dkk. 2014. Penuntun Praktikum Teknik Penanganan Hasil
Pertanian. Jatinangor : Unpad.
Sinarta. 2013. Derajat Sosoh. Available at: http://www.qcat.org/beta/derajatsosoh/. (Diakses pada tanggal 21 September 2014 pukul 14.52 WIB).
Zain, Sudaryanto, dkk. 2005. Teknik Penanganan Hasil Pertanian. Pustaka
Giratuna, Bandung.
LAMPIRAN