Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini
adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya

suku bunga,

rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa


juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif,
mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau
dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu
mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak
juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal
itu tidak terjadi yang antara lain oleh faktor ekonomi maupun non
ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah masalah transportasi,
jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari
faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak pastian hukum),
masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu
2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul
dampak dari pengangguran yang tinggi).
Kita sepakat mengatakan, kondisi ekonomi makro saat ini
adalah stabil. Hal itu didasarkan pada rendahnya

suku bunga,

rendahnya inflasi dan stabilnya nilai tukar rupiah. Cadangan devisa


juga menguat. Semuanya dinyatakan dalam pengertian yang relatif,
mengingat di antara variabel tersebut tetap saja diikuti gejolak, walau
dalam skala rendah. Secara logika keadaan ini sudah harus mampu
mendorong perkembangan sektor riil. Namun demikian, hal itu tidak
juga terjadi. Memang banyak faktor yang menyebabkan mengapa hal
itu tidak terjadi yang antara lain oleh faktor ekonomi maupun non
ekonomi. Faktor ekonomi umpamanya adalah masalah transportasi,
jalan dan jembatan, energi listrik dan sebagainya. Sementara dari
faktor non ekonomi seperti masalah hukum (ketidak pastian hukum),
masalah politik (meningkatnya suhu politik menghadapi pemilu

2009), masalah sosial (meninggkatnya kriminalitas yang muncul


dampak dari pengangguran yang tinggi).
Masalah transportasi/jalan raya/jembatan yang jelek berakibat
pada turunnya tingkat efisiensi perusahaan. Waktu angkutan barang
baik bahan baku maupun barang jadi menjadi semakin panjang. Biaya
penyusutan moda angkutan juga semakin tinggi. Akibatnya biaya
angkut menjadi naik. Hal lainnya adalah distribusi barang menjadi tak
merata, yang akhirnya akan mengundang kenaikan harga barang
pada

daerah

daerah

tertentu,

yang

menciptakan

kondisi

perekonomian terganggu. Hal yang sama menyangkut pada masalah


energi listrik yang sudah menjadi masalah nasional. Listrik sudah
menjadi barang langka di Indonesia. Bukan saja pasokannya terbatas
tetapi harganya juga mahal. Mesin pembangkit listrik yang sudah tua
dan tidak efisien membikin pasokan terbatas dan biaya pemeliharaan
mesin menjadi tinggi.
Indonesia lupa untuk memodernkan sektor ini (listrik) walau
diketahui, permintaan terus bertambah baik karena perkembangan
perekonomian, peningkatan kualitas hidup manusia maupun adanya
pertambahan penduduk. Jangan berbicara mengenai pembangunan
ekonomi jika tidak ada pasokan listrik. Demikian juga jangan
berbicara masalah kesejahteraan jika pasokan listrik terbatas. Bagi
masyarakat perkotaan dan sebagian besar masyarakat perdesaan
listrik sudah merupakan kebutuhan pokok. Keadaan ini akan semakin
kuat lagi jika bangsa ini berhasil menjadi masyarakat maju.
Faktor non ekonomi memberikan andil yang besar mengapa
kondisi ekonomi makro yang stabil tidak juga mendorong sektor riil.
Kita bertanya apa sebenarnya investasi itu. Investasi adalah dana
yang

ditanamkan

dalam

perusahaan

yang

dapat

menambah

peralatan modal atau peralatan sektor produktif sehingga dapat


mendorong kemampuan berproduksi. Inilah yang disebut dengan real

investment. Apa yang terjadi saat ini adalah financal investment,


yang pada dasarnya tidak menambah peralatan produksi tapi hanya
memperbesar arus uang saja. Terjadi pertukaran uang dengan uang
tidak pertukaran uang dengan barang. Di sini tidak ada penambahan
produksi.

Hal ini disukai oleh investor (financial investor) karena

setiap saat ia dengan mudah dapat menarik kembali dananya jika


suatu waktu keadaan ekonomi gawat. Ini berbeda dengan real
investment dimana dananya sudah berubah menjadi peralatan
produksi, yang tidak bisa ditarik kembali walau keadaan ekonomi
gawat. Oleh sebab itu bagi investor yang melakukan real investment
ia harus mempelajari betul waktu yang tepat untuk melakukan
investasi.
Berdasarkan pengertian di atas siapa yang mau menanamkan
modalnya ( real investment) dalam suatu situasi yang tidak menjamin
atas keselamatan investasi tersebut. Kita tidak menampik, persoalan
politik saat ini tidak pernah mereda walau tidak menciptakan situasi
gawat. Masalah jaminan terhadap keselamatan investasi juga tidak
pernah dibicarakan.. Ini semua menciptakan keraguan bagi calon
investor. Yang menonjol antara lain adalah masalah birokrasi, tanah
dan perburuhan. Walau sengketa mengenai masalah pertanahan
sering dimenangkan oleh pihak investor tapi semuanya itu dicapai
dengan tenaga dan waktu serta biaya yang tinggi. Demikian juga
mengenai masalah perburuhan dimana terjadinya pengkavlingan
antara pihak pengusaha dengan pihak pekerja. Masing-masing
merasa lebih menentukan jalannya perusahaan sehingga terjadi
sengketa. Saling ancam mengancam antar keduanya juga sering
terjadi yang diakhiri dengan kerugian kedua belah pihak. Peran
birokrasi dapat disebut mandul. Birokrat tak mampu menyelesaikan
masalah keduanya. Keduanya tidak pernah mau duduk bersama yang
membahas bagaimana perlunya kerja sama di antara mereka untuk
memajukan perusahaan bagi kepentingan bersama. Selama keduanya

masih menganggap mempunyai kedudukan dan fungsi yang terpisah


dan menentukan maka selama itu pula masalah perburuhan tidak
pernah akan selesai. Hasrat untuk melakukan investasi juga menurun.
Masalah pemilu dan masalah krimalitas tinggi menduduki
tempat khusus. Diperkirakan tak ada waktu bagi pemerintah untuk
dapat memikirkan masalah ekonomi menjelang pemilu tahun 2009. Di
antara

partai

politik

pasti

memikirkan

bagaimana

dapat

mempertahankan atau merebut kekuasaan yang ada. Ini juga suatu


waktu yang tidak tepat untuk melakukan investasi. Keadaan ini akan
berlanjut

sampai

pada

pembentukan

pemerintahan

yang

baru

bersama presiden terpilihnya. Inipun masih dipersoalkan lagi, siapa


siapa yang duduk di dalam kabinet pemerintahan sebagai menteri.
Pribadi dan ketangguhan menterinya tentu menentukan keberhasilan
pemerintah. Tingkat kriminalitas yang tinggi yang muncul dari tidak
adanya lowongan kerja cukup meresahkan para investor. Sulit kiranya
dapat

mengatasi

masalah

ini

selama

jumlah

tenaga

kerja

menganggur masih tinggi. Keadaan ini dapat mengganggu jalannya


perusahaan maupun pribadi pengusaha.
Berdasarkan keterangan di atas apalah artinya ekonomi makro
yang stabil jika kestabilan tersebut tidak dapat dinikmati oleh
masyarakat

umum.

Penciptaan

kestabilan

itu

bukan

tidak

mempergunakan biaya. Puluhan triliun dipakai untuk menstabilkan


ekonomi makro namun perekonomian tidak juga semakin membaik.
Untuk kestabilan moneter sedikitnya tiga puluh triliun rupiah dana
yang dikeluarkan Bank Indonesia setiap tahunnya sebagai bunga
dana masyarakat yang disimpan dalam bentuk Sertifikat Bank
Indonesia. Jumlah ini belum termasuk biaya biaya lainnya yang
dikeluarkan pemerintah seperti subsidi dan bantuan pada masyarakat
miskin. Tapi pengangguran dan kemiskinan terus juga bertambah.
Tidak ada penguatan faktor fundamental ekonomi yang terjadi dari
kestabilan moneter yang berjalan.

Situasi ekonomi tetap saja melemah dan arah perekonomian


tetap

ditentukan

oleh

pergolakan

ekonomi

luar

negeri.

Sifat

ketergantungan ekonomi Indonesia dengan luar negeri semakin hari


semakin kuat. Demikian juga halnya dengan jumlah warga miskin
yang terus bertambah dan menurunnya kualitas hidup warga.
Berbagai kelangkaan atas barang kebutuhan pokok seperti beras,
kedele, terigu, minyak goreng, minyak tanah, bensin dan lain
sebagainya membikin rakyat menderita. Daya beli rakyat yang
menurun akibat dari kenaikan harga ini akhirnya memukul pula
kehidupan para pedagang dan sektor produktif skala kecil karena
omzet penjualan dan produksi semakin menurun. Gerak negatif
perekonomian dimulai dari keterbatasan pasokan barang yang diikuti
oleh

kenaikan

harga

harga

barang

dan

diteruskan

dengan

melemahnya daya beli masyarakat dan kemunduran usaha para


pedagang dan sektor produktif skala kecil, yang umumnya adalah
ekonomi rakyat. Proses ini jika tidak diatasi dengan baik akan
berlanjut memukul pedagang/sektor produktif menengah dan besar
terkecuali jika pedagang dan sektor produktif yang pangsa pasarnya
adalah pasar luar negeri.

BAB II
PENJELASAN
A. Mikroekonomi vs Makroekonomi
Untuk dapat memahami ilmu makro ekonomi, sebaiknya kita
mengenali terlebih dahulu perbedaan antara ilmu makroekonomi
dengan ilmu mikroekonomi. Mikroekonomi merupakan ilmu ekonomi
yang mempelajari tentang pilihan, keputusan dan interaksi antara
pilihan

dan

Makroekonomi

keputusan

agen-agen

merupakan

ilmu

perekonomian.

ekonomi

yang

Sedangkan
mempelajari

perekonomian Negara dan perekonomian global secara menyeluruh.


Untuk mengerti perekonomian suatu Negara kita harus mengetahui
peran dan target otoritas kebijakan fiskal dan moneter setiap Negara.
Disini saya mengambil contoh Negara Indonesia dimana pemerintah
sebagai otoritas kebijakan fiskal bertujuan untuk mendapatkan
tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan tingkat pengangguran
yang rendah.

Sedangkan peran bank sentralnya yakni Bank

Indonesia sebagai otoritas kebijakan moneter adalah untuk menjaga


kestabilan nilai rupiah sesuai dengan pasal 7 UU no. 3 tahun 2004.
Dimana kestabilan nilai tukar rupiah ini tercermin dalam pada nilai
inflasi dan nilai tukar (Rupiah). Secara umum terdapat tiga variabel
yang

menjadi

isu

utama

dalam

perdebatan

para

ekonom

makroekonomi dunia, yaitu:


1. Output Agregat
2. Inflasi
3. Pengangguran

I.

Output Agregat
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan

jasa yang diproduksi pada suatu perekonomian dalam jangka waktu


tertentu.

Output agregat memcerminkan kekayaan Negara dalam

jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan logika model circular


flow, output agregat atau jumlah barang yang diproduksi memiliki
nilai yang sama dengan

balas jasa yang diterima oleh pihak yang

memproduksi atau pendapatan nasional.

Pendapatan Nasional

merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pembanding


tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar memiliki tingkat akurasi
ukuran kesejahteraan yang baik biasanya Pendapatan Nasional ini
dibagi dengan tingkat populasi sehingga nantinya didapatkan variabel
Pendapatan Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan
mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik
bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung nilai GDP:
1. Pendekatan Produksi
2. Pendekatan Pendapatan
3. Pendekatan Pengeluaran

II.

Pendekatan Produksi
Pendekatan Produksi menghitung jumlah seluruh produksi

barang dan jasa final oleh suatu Negara selama satu tahun. Rumus
matematis pendekatan ini:
Y = P1Q1
Ternyata dalam pendekatan ini menyebabkan double counting
karena dalam perhitungan ini memasukan unsur barang final dan
barang intermediate. Sehingga terdapat pendekatan produksi baru
untuk

mengatasi

pendekatan

nilai

masalah

double

counting

tambah

(value

added).

matematis nilai tambah:


Y = VA

ini

yaitu

Rumus

dengan

pendekatan

Untuk menghindari tumpang tindih pada perhitungan dengan


pendekatan nilai tambah, Perekonomian Indonesia dibagi menjadi 9
sektor:
1.

Pertambangan dan Penggalian

2.

Pertanian

3.

Industri Manufaktur

4.

Listrik, Gas, dan Air Minum

5.

Konstruksi

6.

Perdagangan, Hotel, dan Restauran

7.

Transportasi dan Komunikasi

8.

Jasa Keuangan

9.

Jasa Lain
III.

Pendekatan Pendapatan
Pendekatan Pendapatan menghitung

output berdasarkan

jumlah seluruh pendapatan (balas jasa) yang dterima seluruh faktor


produksi dalam waktu satu tahun. Balas jasa yang diterima faktor
produksi dapat berupa:
1.

Upah, untuk tenaga kerja yang merupakan balas jasa yang


dominan dalam perekonomian.

2.
3.

Bunga, merupakan balas jasa untuk modal


Sewa, merupakan balas jasa untuk sumber daya alam yang
digunakan

4.

Profit,

balas

jasa

untuk

keterampilan

pengusahaan

atau

entrepreuner
Pendekatan

ini

memiliki

kelemahan

pada

validitas

data

pendapatan yang diterima faktor produksi, terdapat keengganan


responden
diterimanya,

dalam

memberitahukan

misalnya

karena

meminimumkan pungutan pajak, dll.

jumlah

alasan

pendapatan

penghindaran

yang
atau

Pendekatan Pengeluaran
Pendekatan

Pengeluaran

menghitung

output

berdasarkan

jumlah pengeluaran seluruh sektor dalam perekonomian. Logika dari


pendekatan ini berdasarkan analisa bahwa pengeluaran suatu pihak
merupakan

pendapatan

bagi

pihak

lain.

Rumus

matematis

pendekatan ini:
Y = C + I + G + (X-M)
Dimana:
Y

= pendapatan nasional

= konsumsi rumah tangga dan swasta

= pengeluaran investasi

= pengeluaran yang dilakukan pemerintah

= pendapatan ekspor

= pengeluaran impor

Kelemahan dalam perhitungan pendapatan nasional


Terdapat

beberapa

output

yang

tidak

dimasukan

dalam

perhitungan, misalnya underground economy karena bersifat illegal,


output industri kecil rumah tangga, dll.
Eksternalitas negative dari aktivitas ekonomi yang tidak dimasukan
kedalam perhitungan. Green GDP menjadi solusi atas masalah ini,
dimana dalam green GDP telah memasukan unsur eksternalitas
negatif dalam perhitungan GDP.
Perhitungan nilai tambah GDP tidak memperhitungkan penambahan
kualitas. Misalnya computer yang makin canggih makin murah
dibandingkan produk komputer di masa lalu.
IV.

Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP.

Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam


keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif

menandakan

perekonomian

dalam

keadaan

resesi.

Secara

matematis rumus pertumbuhan ekonomi:


B. Inflasi
Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat
harga yang kontinyu dan terus menerus, memepengaruhi individuindividu,

bisnis,

dan

pemerintah.

Secara

umum

inflasi

dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah


inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi
oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental
seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan
dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan
harga-harga

secara

umum

dan

lebih

bersifat

permanen

dan

persistent. Inflasi Administered (Administered Price) adalah inflasi


barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur
pemerintah. Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi
barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak,
umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti
musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan
distribusi. Terdapat dua alasan kenapa ekonom peduli terhadap
inflasi:
1. Inflasi dapat memicu distrosi yang lain.
2. Selama periode inflasi, tidak semua harga barang dan upah naik
secara proposional, inflasi mempengaruhi distribusi pendapatan.
Mengacu pada teori ekonomi Neo-Keynesian dalam Gordon (1997)
pendekatan determinan inflasi Indonesia dapat dijelaskan, sebagai
berikut:
Inflasi Permintaan (demand-pull inflation) adalah jenis inflasi ini
biasa dikenal sebagai Philips Curve inflation, yaitu merupakan inflasi
yang dipicu oleh interaksi permintaan dan penawaran domestik
jangka panjang. Contohnya jika terjadi peningkatan permintaan
10

masyarakat atas barang (peningkatan aggregate demand). Contoh


lain bertambahnya pengeluaran pemerintah yang dibiayai dengan
pencetakan uang, atau kenaikan permintaan luar negeri akan barangbarang ekspor, atau bertambahnya pengeluaran investasi swasta
karena kredit yang murah, dll.
Inflasi Penawaran (cost-push inflation) atau juga bisa disebut
supply-shock

inflation

merupakan

inflasi

penawaran

yang

disebabkan oleh kenaikan pada biaya produksi atau biaya pengadaan


barang dan jasa. Misalnya karena kenaikan harga sarana produksi
yang didatangkan dari luar negeri, atau karena kenaikan bahan bakar
minyak).
Ekspektasi

Inflasi

berasal

dari

faktor

ekspektasi

inflasi

dipengaruhi oleh perilaku masyarakat yang dapat bersikap adaptif


atau forward looking.
Dampak
menyebabkan

yang

ditimbulkan

berkurangnya

demand

kesejahteraan

pull

inflation

masyarakat

tidak
karena

kenaikan harga diiringi dengan kenaikan jumlah barang. Sedangkan


pada Cost Push Inflation kenaikan harga menyebabkan penurunan
kesejahteraan masyarakat karena mengurangi jumlah output.
Ada beberapa cara mengukur tingkat inflasi, yaitu:
1. GDP Deflator
2. Indeks Harga Konsumen
3. Indeks Harga Perdagangan Besar
GDP deflator adalah rasio antara GDP nominal dengan GDP real dari
tahun tersebut. Rumus matematis GDP deflator:
C. Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja,
padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari
pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis pengangguran:
11

Pengangguran cyclical adalah pengangguran yang terjadi


akibat perekonomian yang mengalami resesi sehingga output berada
dibawah level full employment. Full employment adalah kondisi pada
jangka panjang saat seluruh output yang diproduksi merupakan
output yang optimal yang dapat diproduksi, yang berarti seluruh
faktor produksi diberdayakan.
Pengangguran struktural adalah pengangguran yang terjadi
akibat ketidak sesuaian jenis pekerjaan dengan kapabilitas tenaga
kerja. Contoh; masa revolusi industri dimana kebutuhan tenaga kerja
beralih ke tenaga kerja yang membutuhkan skill untuk menjalankan
mesin. Akibatnya tenaga kerja yang tidak mampu menjalankan mesin
menganggur.
Pengangguran Friksional adalah pengangguran yang pasti
ada, meskipun dalam kondisi full employment. Pengangguran ini
terjadi akibat proses rekrutmen tenaga kerja yang membutuhkan
waktu untuk mendapatkan pekerjaan. Bisa juga sebagai pekerja yang
keluar dari tempat kerjanya untuk

mendapatkan pekerjaan yang

lebih sesuai dengan keinginannya.


Rumus matematis pengangguran:
Angkatan Kerja

=Bekerja + Tidak Bekerja

L=N+U

Tingkat Pengangguran :
Terdapat Dua alasan ekonom peduli terhadap tingkat pengangguran:
1. Pengangguran

menandakan

bahwa

perekonomian

tidak

menggunakan sumber dayanya secara efisien.


2. Efek langsungnya pada kesejahteraan yang menganggur.
A. Indeks Harga

12

IHK (Indeks Harga Konsumen) atau CPI (Consumer Price


Index)
IHK mengukur inflasi berdasarkan sekumpulan harga pada
kebutuhan hidup konsumen yang paling banyak digunakan, dan
masing-masing

item

memiliki

bobot

dalam

basket.

Indonesia

menggunakan Sembilan bahan pokok dalam menghitung IHK. Nilai


Indeks Harga Konsumen (IHK) digunakan sebagai indikator patokan
nilai inflasi.
Keterangan :
% kenaikan = (P1-Po)/Po
Tertimbang = bobot x kenaikan
Inflasi

= jumlah tertimbang

IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar)


IHPB (Indeks Harga Perdagangan Besar) mengukur
berdasarkan

inflasi

harga-harga barang pada tingkat produsen, metode

perhitungannya sama dengan

IHK hanya berbeda jumlah & jenis

barang dalam keranjang. Barang yang termasuk kategori barang ini


merupakan barang mentah dan barang setengah jadi.

B. KEBIJAKAN MONETER
Kebijakan moneter adalah suatu kebijakan yang diambil oleh
pemerintah ( Bank Sentral ) untuk menambah dan mengurangi
jumlah uang yang beredar.
Sejak tahun 1945, kebijakan moneter hanya digunakan sebagai
kebijakan ekonomi untuk mencapai stabilitaas ekonomi jangka
pendek. Adapun kebijakan fiscal digunakan dalam pengendalian
ekonomi jangka panjang. Namun pada saat ini kebijakan moneter

13

merupakan kebijakan utama yang dipergunakan untuk pengendalian


ekonomi jangka pendek dan jangka panjang.
Untuk mempengaruhi jumlah uang yang beredar, pemerintah dapat
melakukan kebijakan uang ketat dan kebijakan uang longgar.
1. Tight Money Policy, yaotu kebijakan Bank Sentral untuk
mengurangi jumlah uang yang beredar dengan cara :
1. Menaikan suku bunga
2. Menjual surat berharga
3. Menaikan cadangan kas
4. Membatasi pemberian kredit
2. Easy Money Policy, yaitu kebijakan yang dilakukan oleh Bank
Sentral untuk menambah jumlah uang yang beredar dengan cara :
a. Menurunkan tungkat suku bunga
b. Membeli surat-surat berharga
c. Menurunkan cadangan Kas
d. Memberikan kredit longgar.
Jadi cara-cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi inflasi
adalah melalui kebijakan uang kertas, kebijakan fiscal, kebijakan
produksi, kebijakan perdagangan internasional dan kebijakan harga.
Macam-macam kebijakan moneter yaitu politik diskonto, politik
pasar terbuka, kebijakan Cadangan Kas, kebijakan Sanering dan
kebijakan Devaluasi Tertra Revolusi.

14

BAB III
KESIMPULAN
Secara umum terdapat tiga variabel yang menjadi isu utama
dalam perdebatan para ekonom makroekonomi dunia, yaitu:
1. Output Agregat
2. Inflasi
3. Pengangguran
1. Output Agregat
Output Agregat adalah jumlah nilai seluruh output barang dan
jasa yang diproduksi pada suatu perekonomian dalam jangka waktu
tertentu.

Output agregat memcerminkan kekayaan Negara dalam

jangka waktu tertentu. Dengan menggunakan logika model circular


flow, output agregat atau jumlah barang yang diproduksi memiliki
nilai yang sama dengan

balas jasa yang diterima oleh pihak yang

memproduksi atau pendapatan nasional.

Pendapatan Nasional

merupakan salah satu indikator yang digunakan dalam pembanding


tingkat kesejahteraan antar Negara. Agar memiliki tingkat akurasi
ukuran kesejahteraan yang baik biasanya Pendapatan Nasional ini
dibagi dengan tingkat populasi sehingga nantinya didapatkan variabel
Pendapatan Perkapita. Pendapatan Nasional dapat dihitung dengan
mencari nilai Gross Domestic Product (GDP) atau produk domestik
bruto. Terdapat tiga pendekatan dalam menghitung nilai GDP:
1. Pendekatan Produksi
2. Pendekatan Pendapatan
3. Pendekatan Pengeluaran
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi berasal dari nilai laju pertumbuhan GDP.
Pertumbuhan ekonomi yang positif menandakan perekonomian dalam
keadaan ekspansif, sedangkan pertumbuhan ekonomi yang negatif
menandakan perekonomian dalam keadaan resesi.
2. Inflasi

15

Mishkin (2002) mendefinisikan inflasi sebagai kenaikan tingkat


harga yang kontinyu dan terus menerus, memepengaruhi individuindividu,

bisnis,

dan

pemerintah.

Secara

umum

inflasi

dapat

dikelompokkan menjadi tiga bagian. Inflasi inti (Core Inflation) adalah


inflasi barang atau jasa yang perkembangan harganya dipengaruhi
oleh perkembangan ekonomi secara umum (faktor-faktor fundamental
seperti ekspektasi inflasi, nilai tukar, dan keseimbangan permintaan
dan penawaran agregat) yang akan berdampak pada perubahan
harga-harga

secara

umum

dan

lebih

bersifat

permanen

dan

persistent. Inflasi Administered (Administered Price) adalah inflasi


barang atau jasa yang perkembangan harganya secara umum diatur
pemerintah. Inflasi bergejolak (Volatile Goods Price) adalah inflasi
barang atau jasa yang perkembangan harganya sangat bergejolak,
umumnya dipengaruhi oleh shocks yang bersifat temporer seperti
musim panen, gangguan alam, gangguan penyakit, dan gangguan
distribusi.
3. Pengangguran
Pengangguran adalah kondisi dimana seseorang tidak bekerja,
padahal ia masuk kedalam angkatan kerja dan memang mencari
pekerjaan. Secara umum terdapat tiga jenis pengangguran:
1. Pengangguran cyclical
2. Pengangguran structural
3. Pengangguran Friksional

16

DAFTAR PUSTAKA
Karim, Adiwarman. 2002. EKONOMI ISLAM suatu kegiatan EKONOMI
MAKRO. Kanin Bisnis Consultan: Jakarta.
Suparmoko, M. 1994. PENGANTAR EKONOMI MAKRO. BPFE:
Yogyakarta.

17

Anda mungkin juga menyukai