Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN KASUS

HORDEOLUM

Pembimbing:
Dr. Agah Gadjali, Sp.M
Dr. Hermansyah, Sp.M
Dr. Gartati Ismail, Sp.M
Dr. Mustafa, Sp.M
Dr. Henry A. W, Sp.M

Disusun oleh:
Astri Faluna
1102009044

KEPANITRAAN KLINIK ILMU PENYAKIT MATA


RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TK. 1 RADEN SAID SUKANTO
PERIODE 29 JUNI 2015 31 JULI 2015
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI

BAB 1
LAPORAN KASUS
1

I.

IDENTITAS PASIEN

Nama

:Ny. T

Tempat/ tanggal lahir

: Jakarta, 01- Januari - 1976

Umur

: 39 Tahun

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Suku/Bangsa

: Betawi, Indonesia

Status

: Menikah

Pendidikan

: S1

Pekerjaan

: Pegawai Swasta

Alamat

: Jl. Jengki No.20 RT 006/09

Tanggal Pemeriksaan

II.

: 06 Juli 2015

ANAMNESA (Autoanamnesis)
Keluhan utama

: Benjolan di kelopak mata kiri bawah bagian dalam


sejak 6 bulan
yang lalu.

Keluhan tambahan

: Mata seperti ada yang mengganjal

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke Poliklinik Mata RS Polri dengan keluhan ada benjolan di


kelopak mata kiri bawah bagian dalam kurang lebih sejak enam bulan
yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecil
seperti jerawat yang terasa nyeri bila ditekan dan gatal, kemudian
2

semakin lama semakin membesar sehingga kelopak mata kiri bawah


merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri
namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata kiri bawah. Pasien juga mengaku
jarang membersihkan muka sehabis melakukan aktifitas. Kebiasaan seperti penggunaan alat
kosmetik seperti maskara disangkal oleh pasien. Riwayat trauma sebelumnya disangkal serta
riwayat pada keluarga mempunyai penyakit yang sama juga disangkal oleh pasien. Keluar
kotoran, mata merah, mata berair dan penglihatan kabur disangkal oleh pasien. Pasien tidak
mengalami demam.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien sebelumnya tidak pernah mengalami penyakit dengan keluhan


serupa pada kedua mata pasien

Riwayat menggunakan kacamata disangkal

Riwayat mengalami benturan atau trauma benda lain pada mata


disangkal

Riwayat penyakit diabetes melitus disangkal

Riwayat hipertensi disangkal

Riwayat alergi makanan disangkal

Riwayat alergi obat disangkal


Riwayat penyakit keluarga

Riwayat keluarga dengan penyakit yang sama disangkal

Riwayat hipertensi dan diabetes melitus dalam keluarga disangkal

III.

PEMERIKSAAN FISIK

Status generalis:
Diperiksa pada tanggal 6 Juli 2015

Keadaan Umum

: Baik
3

Kesadaran

Tanda Vital
TD

: Compos Mentis

: 110/80mmHg

Nadi : 80x/menit
RR

: 20x/menit

Suhu : 36,5 C

IV. STATUS OFTALMOLOGI

INSPEKSI

OD

Visus
5/5 E

OS
5/5 E

Gerakan bola mata

Posisi Hirschberg
Lapangan pandang
Super cilia

Ortoforia
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Madarosis (-)
Madarosis (-)
4

Palpebra

Sikatrik (-)
Massa (-),

Superior

sikatriks (-), hiperemis (-), sikatriks (-), hiperemis (-),

Edema

Sikatrik (-)
(-), Massa (-),

Edema

(-),

hematom (-), pus (-), nyeri hematom (-), pus (-), nyeri
tekan (-), tidak ptosis, tidak tekan (-), tidak ptosis, tidak
ada

entropion

dan ada

ekstropion.

Inferior

(-),

dan

ekstropion.
Massa

Massa

entropion

Edema

(+)

(-), kenyal,

konsistensi

Edema

(+),

sikatriks (-), hiperemis (-), hiperemis (+), sikatriks (-),


hematom (-), pus (-), nyeri hematom (-), pus (-), nyeri
tekan (-), tidak ptosis, tidak tekan (-), tidak ptosis, tidak
ada

entropion

dan ada

entropion

dan

ekstropion.

ekstropion.

Hiperemis (-), papil (-),


edema (-)

Hiperemis (-), papil (-),


edema (-)

Bilik Mata Depan

Hiperemis (-), papil (-),


edema (-)
injeksikonjungtiva(),
injeksisiliar(),perdarahan
()
Bulat, isokor, jernih, berada
di sentral, refleks cahaya (+),
diameter 3mm
Dalam, jernih

Hiperemis (+), papil (-),


edema (-)
injeksi konjungtiva (-),
injeksi siliar (-),
perdarahan (-)
Bulat, isokor, jernih, berada
di sentral, refleks cahaya (+),
diameter 3mm
Dalam, jernih

Pupil

Bentuk bulat, sentral,

Bentuk bulat, sentral,

KonjungtivaTarsal
Superior

Inferior
KonjungtivaBulbi

Kornea

Iris

Lensa
Vitreus
Fundus
V.

reguler
Refleks cahaya
langsung / tidak
langsung (+) / (+)
Diameter 3mm
Kripti (+)
Sinekia anterior dan
posterior (-) / (-)

reguler
Refleks cahaya
langsung / tidak
langsung (+) / (+)
Diameter 3mm
Kripti (+)
Sinekia anterior dan
posterior (-) / (-)

Jernih
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi

Jernih
Tidak dievaluasi
Tidak dapat dievaluasi

RESUME

Pasien perempuan berusia 39 tahun datang dengan keluhan benjolan


kelopak mata kiri bawah bagian dalam sejak 6 bulan yang lalu sebelum
masuk rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat yang terasa nyeri dan
gatal kemudian semakin lama semakin membesar sehingga kelopak kiri bawah merah dan
bengkak. Sekarang benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian
kelopak mata kiri bawah. Pasien juga mengaku jarang membersihkan muka sehabis
melakukan aktifitas.

Pada pemeriksaan fisik :

Visus OD : 5/5 E

Visus OS : 5/5 E

Palpebra inferior OS:

Hiperemis (+)

Edema (+)

Massa (+)
6

Nyeri tekan (-)

Konjungtiva tarsal inferior OS:

Hiperemis (+)

VI. DIAGNOSIS KERJA


Hordeolum internum palpebra inferior OS.
VII. DIAGNOSIS BANDING
Hordeolum eksternum OS
Kalazion OS

VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana terapi :
- Insisi hordeolum
- Antibiotik sistemik : Amoxicilin 3x500 mg
- NSAID : Asam mefenamat 3x500 mg
- Obat tetes Cendo Xitrol (Dexametason 0.1%, Neomisin sulfat 3.5 mg/ml,
Polimiksin B sulfat 6000 iu/ml) 1 tetes setiap 2 jam

IX.

PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam
- Quo Ad Fungsionam
- Quo Ad Sanactionam
- Quo Ad Cosmetican

:
:
:
:

Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad bonam
Ad Bonam

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak
mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum
merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar
Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau
Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. 3 Gejalanya berupa kelopak yang
bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi
pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.
Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis
menahun.4
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior
menyatu dengan pipi. 6
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). 6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
8

2. Musculus orbikularis okuli


Fungsi otot ini adalah untuk menutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian
serat berjalan ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra
dikenal sebagai bagian pratarsal; bagian diatas septum orbitae adalah bagian
praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian orbita. Orbikularis okuli
dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kulit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong
kelopak mata dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di
kelopak bawah).
5. Konjungtiva palpebra
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva
palpebra, yang melekat erat pada tarsus.

Gambar 1. Anatomi Palpebra 11


9

Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi


tepian anterior dan posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan
Moll. Glandula Zeiss adalah modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam
folikel rambut pada dasar bulu mata. Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat
yang bermuara ke dalam satu baris dekat bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan
bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa
yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau tarsal). 6

Gambar 2. Potongan melintang palpebra 11

Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis. 6
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di

10

belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus
dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. 6
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 6
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih
dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior).
Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan
jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke
dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok
oleh nervus okulomotoris. 6
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang
kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trigeminus). 6

B. Hordeolum
1. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau
Moll. 6
2. Klasifikasi
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1
a) Hordeolum eksternum

11

Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit
(Gbr.2).

Gambar 2. Hordeolum Eksternum 11

b) Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva
dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami
supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).

Gambar 3. Hordeolum Internum 11

12

Terdapat 2 fase pada hordeolum yaitu :


-

Fase inflitratif : pada fase ini terdapat gejala khas itu terdapat nyeri dan tanda-

tanda peradangan
Fase supuratif : pada fase ini peradangan sudah reda dan tidak terdapat rasa nyeri.
Pada tahap ini perlu dilakukan insisi dan kuretase

3. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis
penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran.
insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.12

4. Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. 4
5. Faktor resiko
Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 5
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Penyakit kronik.
Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
Diabetes.
Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
Riwayat hordeolum sebelumnya.
Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.

6. Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar
Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar.
Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi
13

pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran
abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat
adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.14,15
7. Manifestasi klinis
a. Gejala 3,4
1) Pembengkakan.
2) Rasa nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.
4) Penglihatan terganggu
5) Rasa tidak nyaman saat berkedip
6) Sekret purulen di mata
7) Iritasi pada mata
8) Sensitivitas terhadap cahaya
b. Tanda 1,8
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.
9. Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
oftalmologis.13
10. Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum adalah : 1
1) Kalazion.
2) Dakriosistitis.
14

3) Selulitis preseptal.

11. Penatalaksanaan
a. Preventif:
-

Jaga kebersihan mata dan membiasakan mencuci tangan sebelum menyentuh

mata
Jangan menyetuh mata yang sehat setelah menyentuh mata yang sakit
Tidak memakai kosmetik pada mata yang sakit
Hindari penggunaan kontak lensa selama mata belum sembuh
Menggunakan sapu tangan atau tissue bersih untuk memegang mata yang

sakit
Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian atau saat mengendarai
motor

b.Promotif:
-

Memberikan edukasi bahwa penyakit ini kebanyakan disebabkan oleh infeksi


dan penyakit gampang menular dan bagaimana cara pencegahannya

c. Kuratif

Biasanya hordeolum dapat sembuh sendiri dalam waktu 5-7 hari. 9


Farmakologi
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.4
1) Antibiotik topikal
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10
hari. 4 Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum
eksterna dan hordeolum interna yang ringan.10

2) Antibiotik sistemik

15

Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda


pembesaran kelenjar limfe di preauricular.4 Pada kasus hordeolum
internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan
cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300
mg oral 4 kali sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari
selama 7 hari. 10
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur
pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum.9
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan
pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di
daerah hordeolum dan dilakukan insisi : 7
1) Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada
margo palpebra.
2) Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi
jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep
antibiotik.

16

Gambar 4. Insisi hordeolum10


Non Medikamentosa
Kompres hangat 3 - 4 kali sehari selama 10 - 15 menit tiap kalinya untuk
membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Jangan mencoba
memecahkan hordeolum, biarkan pecah sendiri. Bersihkan kelopak mata
dengan air bersih
d. Rehabilitatif :
Pasien kontrol kembali 1 minggu lagi untuk melihat efek pengobatan dan untuk
dilakukan insisi dan kuretase

12. Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita
dan abses palpebra.14
13. Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 14
a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.

17

c. Menjaga kebersihan peralatan make-up mata agar tidak terkontaminasi oleh


kuman.
d. Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian di daerah berdebu.
14. Prognosis
Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa
mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap
dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.14

BAB 3
PEMBAHASAN
18

Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu
terdapat benjolan di kelopak mata kiri bawah. Keluhan ini dirasakan enam bulan
sebelum pasien datang ke rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat
yang terasa nyeri bila ditekan dan gatal kemudian semakin lama semakin membesar
sehingga kelopak mata kiri bawah merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang
benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata
kiri bawah. Visus pasien normal dan tidak terganggu, Hal ini sesuai dengan manifestasi
klinis pada hordeolum.
Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata inferior
kiri terlihat benjolan dan terdapat daerah yang berwarna kemerahan. Hal ini sesuai
dengan keadaan klinis hordeolum internum terjadi apabila yang terkena kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
konjungtiva tarsal. Hal ini membedakan hordeolum interna dengan externa. Pada
hordeolum eksternum terjadi apabila yang terkena kelenjar yang berada di anterior
palpebra yaitu pada kelenjar Moll atau Zeiss dengan kemerahan dan bengkak yang
mengarah ke kulit.
Edema pada kelopak mata kiri inferior disebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan pada
kelenjar Meibom di kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum adalah
infeksi bakteri, biasanya bakteri Staphylococcus (Staphylococcus aureus).
Pasien saat datang ke rumah sakit sudah tidak mengalami rasa nyeri lagi dan
tanda peradangan hanya tersisa sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang
dalam tahap supurasi.
Berdasarkan gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami hordeolum internum fase supurasi pada mata kirinya. Ada
beberapa penyakit yang menyerupai penyakit hordeolum, seperti kalazion. Kalazion dan
hordeolum secara klinis dibedakan oleh ada atau tidaknya rasa nyeri pada pasien.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo xytrol tetes, asam
mefenamat, dan amoxicilin oral. C xytrol merupakan salah satu contoh antibiotika
steroid yang memberikan efek sangat baik pada peradangan utamanya pada hordeolum.
19

Obat ini mengurangi permeabilitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan
mengurangi pembentukan jaringan parut atau scar. Asam mefenamat merupakan salah
satu jenis dari obat anti inflamasi non steroid yang dapat mengurangi keluhan merah
atau tanda peradangan lainnya pada hordeolum. Amoxicilin per oral diberikan sebagai
antibiotik untuk menghambat penyebaran infeksi bakteri, dan mencegah timbulnya
infeksi pasca insisi.
Prognosis pada penderita baik, karena sebagian besar hordeolum akan
sembuh sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak mengganggu penglihatan.

BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
20

1. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. American Academy of Ophthalmology. 2008. Classification and Management of Eyelid
Disorders. In Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Singapore: Lifelong Education
Ophthalmologist. pp 165-167.
3. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam
Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 81-82
4. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60
5. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Diakses dari: http://www.emedicine.com pada tanggal
30 Maret 2013.
6. http://www.prod.hopkins-abxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_ chalazion.html
7. http://dermatlas.med.jhml.edu/derm
8. http://dokterie.wordpress.com/2010/03/09/hordeolum/
9. http://indonesiaindonesia.com/f/13173-hordeolum/
10. http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
11. http://www.emedicine.com/oph/LID.html
12. http://www.emedicine.com/emerg/OPHTHALMOLOGY.htm
13. http://www.3-rx.com/stye/default.php
14. http://www.emedicinehealth.com/script.main/art.asp?articlekey=58821&page=1

21

Anda mungkin juga menyukai