HORDEOLUM
Pembimbing:
Dr. Agah Gadjali, Sp.M
Dr. Hermansyah, Sp.M
Dr. Gartati Ismail, Sp.M
Dr. Mustafa, Sp.M
Dr. Henry A. W, Sp.M
Disusun oleh:
Astri Faluna
1102009044
BAB 1
LAPORAN KASUS
1
I.
IDENTITAS PASIEN
Nama
:Ny. T
Umur
: 39 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Suku/Bangsa
: Betawi, Indonesia
Status
: Menikah
Pendidikan
: S1
Pekerjaan
: Pegawai Swasta
Alamat
Tanggal Pemeriksaan
II.
: 06 Juli 2015
ANAMNESA (Autoanamnesis)
Keluhan utama
Keluhan tambahan
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Status generalis:
Diperiksa pada tanggal 6 Juli 2015
Keadaan Umum
: Baik
3
Kesadaran
Tanda Vital
TD
: Compos Mentis
: 110/80mmHg
Nadi : 80x/menit
RR
: 20x/menit
Suhu : 36,5 C
INSPEKSI
OD
Visus
5/5 E
OS
5/5 E
Posisi Hirschberg
Lapangan pandang
Super cilia
Ortoforia
Dalam batas normal
Dalam batas normal
Madarosis (-)
Madarosis (-)
4
Palpebra
Sikatrik (-)
Massa (-),
Superior
Edema
Sikatrik (-)
(-), Massa (-),
Edema
(-),
hematom (-), pus (-), nyeri hematom (-), pus (-), nyeri
tekan (-), tidak ptosis, tidak tekan (-), tidak ptosis, tidak
ada
entropion
dan ada
ekstropion.
Inferior
(-),
dan
ekstropion.
Massa
Massa
entropion
Edema
(+)
(-), kenyal,
konsistensi
Edema
(+),
entropion
dan ada
entropion
dan
ekstropion.
ekstropion.
Pupil
KonjungtivaTarsal
Superior
Inferior
KonjungtivaBulbi
Kornea
Iris
Lensa
Vitreus
Fundus
V.
reguler
Refleks cahaya
langsung / tidak
langsung (+) / (+)
Diameter 3mm
Kripti (+)
Sinekia anterior dan
posterior (-) / (-)
reguler
Refleks cahaya
langsung / tidak
langsung (+) / (+)
Diameter 3mm
Kripti (+)
Sinekia anterior dan
posterior (-) / (-)
Jernih
Tidak dievaluasi
Tidak dievaluasi
Jernih
Tidak dievaluasi
Tidak dapat dievaluasi
RESUME
Visus OD : 5/5 E
Visus OS : 5/5 E
Hiperemis (+)
Edema (+)
Massa (+)
6
Hiperemis (+)
VIII. PENATALAKSANAAN
Rencana terapi :
- Insisi hordeolum
- Antibiotik sistemik : Amoxicilin 3x500 mg
- NSAID : Asam mefenamat 3x500 mg
- Obat tetes Cendo Xitrol (Dexametason 0.1%, Neomisin sulfat 3.5 mg/ml,
Polimiksin B sulfat 6000 iu/ml) 1 tetes setiap 2 jam
IX.
PROGNOSIS
- Quo Ad Vitam
- Quo Ad Fungsionam
- Quo Ad Sanactionam
- Quo Ad Cosmetican
:
:
:
:
Ad Bonam
Dubia Ad Bonam
Dubia Ad bonam
Ad Bonam
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak
mata. Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum
merupakan infeksi lokal atau peradangan supuratif kelenjar kelopak mata. Bila kelenjar
Meibom yang terkena disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau
Moll yang terkena maka disebut hordeolum eksternum. 3 Gejalanya berupa kelopak yang
bengkak dengan rasa sakit dan mengganjal, merah, serta nyeri bila ditekan.1
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi
pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang.
Hordeolum mudah timbul pada individu yang menderita blefaritis dan konjungtivitis
menahun.4
A. Anatomi Palpebra
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat
menutup dan melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan
konjungtiva dari dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior
menyatu dengan pipi. 6
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam
terdapat lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan
fibrosa (tarsus), dan lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae). 6
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
8
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra.
Punktum ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke
sakus lakrimalis. 6
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka.
Fisura ini berakhir di kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm
dari tepian lateral orbita dan membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di
10
belakang bagian muskularis orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus
dan berfungsi sebagai sawar antara palpebra orbita. 6
Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior. 6
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian
otot rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan
berjalan ke depan dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih
dalam yang mengandung serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior).
Di palpebra inferior, retraktor utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan
jaringan fibrosa untuk membungkus meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke
dalam batas bawah tarsus inferior dan orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor
palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan muskulus rektus inferior dipasok
oleh nervus okulomotoris. 6
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan
sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V (Trigeminus), sedang
kelopak mata bawah oleh cabang kedua nervus V (Trigeminus). 6
B. Hordeolum
1. Definisi
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang
terkena, timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan
hordeolum eksterna yang lebih kecil dan superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau
Moll. 6
2. Klasifikasi
Dikenal 2 bentuk hordeolum, yaitu hordeolum internum dan eksternum.
Penjelasannya adalah sebagai berikut : 1
a) Hordeolum eksternum
11
Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan
penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum,
nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan
pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit
(Gbr.2).
b) Hordeolum internum
Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di
dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal.
Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum
eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva
dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami
supurasi dan tidak memecah sendiri (Gbr.3).
12
Fase inflitratif : pada fase ini terdapat gejala khas itu terdapat nyeri dan tanda-
tanda peradangan
Fase supuratif : pada fase ini peradangan sudah reda dan tidak terdapat rasa nyeri.
Pada tahap ini perlu dilakukan insisi dan kuretase
3. Epidemiologi
Data epidemiologi internasional menyebutkan bahwa hordeolum merupakan jenis
penyakit infeksi kelopak mata yang paling sering ditemukan pada praktek kedokteran.
insidensi tidak tergantung pada ras dan jenis kelamin.12
4. Etiologi
Staphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum. 4
5. Faktor resiko
Faktor resiko hordeolum adalah sebagai berikut : 5
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
Penyakit kronik.
Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
Diabetes.
Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
Riwayat hordeolum sebelumnya.
Higiene dan lingkungan yang tidak bersih.
6. Patogenesis
Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah
dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar
Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar.
Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi
13
pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran
abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat
adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.14,15
7. Manifestasi klinis
a. Gejala 3,4
1) Pembengkakan.
2) Rasa nyeri pada kelopak mata.
3) Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata.
4) Penglihatan terganggu
5) Rasa tidak nyaman saat berkedip
6) Sekret purulen di mata
7) Iritasi pada mata
8) Sensitivitas terhadap cahaya
b. Tanda 1,8
1) Eritema.
2) Edema.
3) Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata.
4) Seperti gambaran absces kecil.
9. Diagnosis
Diagnosis hordeolum ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan
oftalmologis.13
10. Diagnosis banding
Diagnosis banding hordeolum adalah : 1
1) Kalazion.
2) Dakriosistitis.
14
3) Selulitis preseptal.
11. Penatalaksanaan
a. Preventif:
-
mata
Jangan menyetuh mata yang sehat setelah menyentuh mata yang sakit
Tidak memakai kosmetik pada mata yang sakit
Hindari penggunaan kontak lensa selama mata belum sembuh
Menggunakan sapu tangan atau tissue bersih untuk memegang mata yang
sakit
Menggunakan kacamata pelindung jika bepergian atau saat mengendarai
motor
b.Promotif:
-
c. Kuratif
2) Antibiotik sistemik
15
16
12. Komplikasi
Komplikasi hordeolum adalah mata kering, simblefaron, abses, atau selulitis
palpebra yang merupakan radang jaringan ikat jarang palpebra di depan septum orbita
dan abses palpebra.14
13. Pencegahan
Pencegahan hordeolum dapat dilakukan dengan cara berikut : 14
a. Menjaga kebersihan wajah dan membiasakan mencuci tangan sebelum
menyentuh wajah agar hordeolum tidak mudah berulang.
b. Mengusap kelopak mata dengan lembut menggunakan washlap hangat untuk
membersihkan ekskresi kelenjar lemak.
17
BAB 3
PEMBAHASAN
18
Dari hasil anamnesis didapatkan bahwa pasien memiliki keluhan utama yaitu
terdapat benjolan di kelopak mata kiri bawah. Keluhan ini dirasakan enam bulan
sebelum pasien datang ke rumah sakit. Awalnya berupa benjolan kecil seperti jerawat
yang terasa nyeri bila ditekan dan gatal kemudian semakin lama semakin membesar
sehingga kelopak mata kiri bawah merah dan bengkak. Benjolan terasa lunak. Sekarang
benjolan tidak terasa nyeri namun pasien merasa mengganjal di bagian kelopak mata
kiri bawah. Visus pasien normal dan tidak terganggu, Hal ini sesuai dengan manifestasi
klinis pada hordeolum.
Dari hasil pemeriksaan fisik khusus dengan membalikan kelopak mata inferior
kiri terlihat benjolan dan terdapat daerah yang berwarna kemerahan. Hal ini sesuai
dengan keadaan klinis hordeolum internum terjadi apabila yang terkena kelenjar
Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit
konjungtiva tarsal. Hal ini membedakan hordeolum interna dengan externa. Pada
hordeolum eksternum terjadi apabila yang terkena kelenjar yang berada di anterior
palpebra yaitu pada kelenjar Moll atau Zeiss dengan kemerahan dan bengkak yang
mengarah ke kulit.
Edema pada kelopak mata kiri inferior disebabkan adanya peningkatan
permeabilitas pembuluh darah. Gejala ini disebabkan infeksi atau peradangan pada
kelenjar Meibom di kelopak mata bagian bawah. Penyebab dari hordeolum adalah
infeksi bakteri, biasanya bakteri Staphylococcus (Staphylococcus aureus).
Pasien saat datang ke rumah sakit sudah tidak mengalami rasa nyeri lagi dan
tanda peradangan hanya tersisa sedikit. Hal ini menunjukkan bahwa pasien sedang
dalam tahap supurasi.
Berdasarkan gejala dan tanda yang didapat pada pasien ini disimpulkan bahwa
pasien ini mengalami hordeolum internum fase supurasi pada mata kirinya. Ada
beberapa penyakit yang menyerupai penyakit hordeolum, seperti kalazion. Kalazion dan
hordeolum secara klinis dibedakan oleh ada atau tidaknya rasa nyeri pada pasien.
Pengobatan yang diberikan pada pasien ini adalah Cendo xytrol tetes, asam
mefenamat, dan amoxicilin oral. C xytrol merupakan salah satu contoh antibiotika
steroid yang memberikan efek sangat baik pada peradangan utamanya pada hordeolum.
19
Obat ini mengurangi permeabilitas pembuluh darah, mengurangi gejala radang, dan
mengurangi pembentukan jaringan parut atau scar. Asam mefenamat merupakan salah
satu jenis dari obat anti inflamasi non steroid yang dapat mengurangi keluhan merah
atau tanda peradangan lainnya pada hordeolum. Amoxicilin per oral diberikan sebagai
antibiotik untuk menghambat penyebaran infeksi bakteri, dan mencegah timbulnya
infeksi pasca insisi.
Prognosis pada penderita baik, karena sebagian besar hordeolum akan
sembuh sendiri, tidak berbahaya bagi mata dan tidak mengganggu penglihatan.
BAB 4
DAFTAR PUSTAKA
20
1. Kamus Saku Kedokteran Dorland Edisi 25. 1996. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
2. American Academy of Ophthalmology. 2008. Classification and Management of Eyelid
Disorders. In Orbit, Eyelids, and Lacrimal System. Singapore: Lifelong Education
Ophthalmologist. pp 165-167.
3. Vaughan DG, Asbury T, Eva PR. 2000. Palpebra dan Aparatus Lakrimalis. Dalam
Oftamologi umum. Edisi 14. Jakarta : Widya Medika. Hal 81-82
4. Ilyas,Sidharta. 2005. Kelopak Mata. Dalam Penuntun Ilmu Penyakit Mata. 3rd edisi.
Jakarta : Balai Penerbit FKUI, hlm : 58-60
5. Ehranheus, Michael P. Hordeolum. Diakses dari: http://www.emedicine.com pada tanggal
30 Maret 2013.
6. http://www.prod.hopkins-abxguide.org/diagnosis/heent/hordeolum_stye_ chalazion.html
7. http://dermatlas.med.jhml.edu/derm
8. http://dokterie.wordpress.com/2010/03/09/hordeolum/
9. http://indonesiaindonesia.com/f/13173-hordeolum/
10. http://www.aafp.org.afp/980600ap/articles.html
11. http://www.emedicine.com/oph/LID.html
12. http://www.emedicine.com/emerg/OPHTHALMOLOGY.htm
13. http://www.3-rx.com/stye/default.php
14. http://www.emedicinehealth.com/script.main/art.asp?articlekey=58821&page=1
21