Anda di halaman 1dari 14

Permasalahan Sungai dan Penanggulangannya

disusun untuk memenuhi tugas matakuliah rekayasa sungai

disusun oleh:
HUSNIA AYU AZIZA
125060400111035
MARETA ANGGUN W.
125060400111065
DESY AYU MAHARANI
125060401111006
AJENG TITIN SUCIANA
125060401111011
ANISSA LEONYTA A.R.
125060401111019

JURUSAN TEKNIK PENGAIRAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
SEPTEMBER 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sungai adalah sistem pengairan air dari mulai mata air sampai ke muara dengan
dibatasi

kanan

kirinya

serta

sepanjang

pengalirannya

oleh

sempadan

sungai

(Sudaryoko,1986).Sungai adalah fitur alami dan integritas ekologis, yang berguna bagi
ketahanan hidup (Brierly, 2005).

Menurut Dinas PU, sungai sebagai salah satu sumber air mempunyai fungsi yang
sangat penting bagi kehidupan dan penghidupan masyarakat. sedangkan PP No. 35 Tahun
1991 tentang sungai, Sungai merupakan tempat-tempat dan wadah-wadah serta jaringan
pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai adalah bagian permukaan bumi yang
letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar
menuju ke laut, danau, rawa, atau ke sungai yang lain(Hamzah, 2009).
Di sisi lain, seringkali muncul masalah pada sungai yang ada di sekitar manusia
tanpa pernah disadari. Permasalahan pada sungai ini tak jarang ditimbulkan oleh manusia
yang seharusnya memiliki kesadaran untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Dalam hal
ini, sungai termasuk salah satu bagian dari lingkungan tersebut.
Beberapa permasalahn yang ada disekitar sungai seringkali luput dari perhatian
manusia. Namun, bukan berarti hal tersebut bisa begitu saja diabaikan. Sekecil apa pun
sebuah permasalahn yang ada di sungai, bila dibiarkan berlangsung dalam jangka waktu
lama, bisa menimbulkan permasalahan yang cukup rumit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa saja permasalahan yang terjadi pada sungai?
2. Bagaimana penanggulangan masalah yang terjadi di sungai?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui permasalahan yanga ada di sungai
2. Untuk mengetahui cara penanggulangan permasalahan yang ada di sungai
BAB II
PEMBAHASAN
A. Permasalahan pada Sungai Ciliwung
Nama Sungai : Sungai Ciliwung

Gambar 1 Sungai Ciliwung


1.

Permasalahan
Sungai Ciliwung telah ada sejak zaman colonial, ketika itu sungai ini memiliki

kemampuan mengalirkan air 250 meter kubik per detik. Dengan kemampuannya yang
besar tersebut memang tidak berlebihan ketika Sungai Ciliwung dikatakan sebagai urat
nadi Jakarta. Pada tahun 2007 tercatat banjir telah mengenangi hingga 70% meter persegi
wilayah Jakarta. Padahal pada tahun 2002 luas wilayah jakarta yang tergenang banjir baru
sekitar 24% meter persegi.
Kerusakan Sungai Ciliwung disebabkan oleh faktor manusia yaitu penyempitan
bantaran sungai yang sering terjadi akibat aktivitas manusia. Dengan panjang sekitar 60
kilometer bantaran Sungai Ciliwung telah dipenuhi permukiman kumuh. Hal itu
mendorong penyempitan badan sungai. Sampah yang menggenang menyumbat aliran
Sungai Ciliwung mengakibatkan banjir.Selain faktor dari manusia ada faktor alam yang
menyumbang masalah bagi kesehatan Sungai Ciliwung. Dimana faktor ini dibagi menjadi
dua bagian yaitu kerusakan akibat pendangkalan sungai dan intensitas curah hujan yang
tinggi.
Hal pertama yang menyumbang kerusakan Sungai Ciliwung dari faktor alam ialah
pendangkalan sungai. Pendangkalan sungai biasanya terjadi pada wilayah hilir sungai atau
muara sungai. Hal itu disebabkan derasnya aliran air yang mampu mengikis batuan dan
tanah yang dilewatinya. Yang kemudian menimbulkan endapan bagi wilayah hilir atau
muara sungai. Kondisi tersebut membuat fungsi dari sungai mengalami penurunan akibat
endapan. Jika hal ini terus berlangsung tanpa adanya penanganan dapat banjir akan
melanda setiap musim penghujan. Kedua, masalah dari faktor alam ialah intensitas curah
hujan yang terjadi di Jakarta. Biasanya pada bulan Januari dan Februari Jakarta mengalami
kenaikan intensitas curah hujan yang sangat signifikan.

2.

Penanggulangan :
Dari problem yang ada ditawarkan solusi, beberapa opsi kualitas meliputi

pengelolaan sampah padat dan pencemaran air, baik dari domestik maupun industri.
sulusi kuantitas harus dilakukan perubahan lahan, baik dari hulu-kawasan lindung, tengah
dan hilir. Serta berkelanjutan (Sustainability) lewat Rehabilitasi lahan dan Reforestasi.
Solusi Jangka Pendek
1.Sadar iklim.
2.Paham potensi dan kerawanan banjir dan longsor.
3.Berpartisipasi dalam pembuatan sumur resapan dan biopori.
4.Membenahi saluran air / sungai yang tersumbat oleh bangunan, ataupun sampah
terutama di daerah yang tergenang air.
5.Bila terjadi bencana banjir dan longsor, paham kawasan jalur evakuasi dan tempat
penampungan sementara.
6.Berpartisipasi dalam relokasi dan rehabilitasi pasca bencana.
Solusi Jangka Menengah
Sedangkan solusi jangka menegah yang diharapkan adalah;
(1) Melanjutkan pembuatan cek dam di hulu (program seribu cek dam) sebagai
penampung air skala kecil.
(2) Memulihkan daerah hulu dengan menanam dan memelihara pohon terutama di
daerah sumbersumber air, di tanah terbuka dan semak belukar melalui
pemberdayaan masyarakat.
(3) Membangun pola penanganan sistem tanggap darurat yang lebih menekankan
kerjasama dengan masyarakat.
(4) Membangun dan memobilisasi komunitas masyarakat yang berada di daerah
banjir dengan komunitas masyarakat di lokasi yang akan dijadikan tempat
evakuasi/ penampungan pengungsi.
Solusi Jangka Panjang
Tersusunnya Rencana Umum (Master Plan) Pemulihan Kualitas Air Sungai
Ciliwung dengan 5 (lima) program utama, dengan jangka waktu 20 tahun.
(1) pengendalian pencemaran air,
(2) pengendalian kerusakan lingkungan,

(3) penataan ruang,


(4) penegakan hukum, dan
(5) peningkatan peran masyarakat
Dari dasar solusi yang ditawarkan Pemerintah (Kementerian lingkungan Hidup)
juga membuat Program Pemulihan Kualitas Lingkungan Sungai di Ciliwung yang terdiri
dari:
1. Program Pengendalian Kerusakan Lingkungan:

Pengendalian Lahan Kritis.

Pengendalian Daerah Resapan Air.

Rehabilitasi Bantaran Sungai.

2. Program Penataan Ruang:

Revisi Tata Ruang.

Pemantauan dan Evaluasi.

B. Permasalahan pada Sungai Bengawan Solo


Nama Sungai : Sungai Bengawan Solo

Gambar 2 Sungai Bengawansolo


1.

Permasalahan
Sungai (Bengawan) Solo di Pulau Jawa memiliki peranan dan fungsi yang sangat
strategis sebagai penyangga kehidupan masyarakat di Pulau Jawa terutama bagi
penduduk yang tinggal di sekitar kawasan sepanjang aliran sungainya. Secara teknis
(fisik)Bengawan Solo berfungsi memberikan kesuburan dalam menunjang pengairan
areal sawah dan daerah pertanian di sepanjang sungai dan memenuhi kebutuhan air
untuk kehidupan sehari-hari penduduk bahkan masyarakat di perkotaan. Semakin
tinggi laju pembangunan sektoral (industri dan jasa) dan perkotaan, semakin
meningkatkan ketergantungan masyarakat luas terhadap keberadaan Bengawan Solo.
Ketergantungan masyarakat dan tuntutan pembangunan yang demikian tinggi pada saat
ini telah menyebabkan semakin kritisnya kondisi Bengawan Solo. Karenanya,
ekosistem Daerah Aliran Sungai (DAS) Solo harus semakin memperoleh perhatian
khusus dari semua pihak. Lebih-lebih setelah era Otonomi Daerah, pengelolaan DAS
yang sebelumnya hanya melibatkan beberapa instansi pemerintah saja, saat ini harus
melibatkan banyak pihak terutama Pemerintah Daerah baik Propinsi maupun
Kabupaten. Dengan adanya Otonomi Daerah, maka bentangan DAS Solo yang
hulunya ada di Kabupaten Pacitan dan bagian hilirnya ada di Kabupaten Gresik secara
administratif terbagi pada 2 (dua) 3 wilayah propinsi (Jawa Tengah dan Jawa Timur)
dan terbagi pada 20 kabupaten, diantaranya adalah : Kabupaten-kabupaten Pacitan,
Klaten, Boyolali, Semarang, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Wonogiri, Ngawi,
Magetan, Ponorogo, Madiun, Blora, Tuban, Bojonegoro, Lamongan dan Gresik. Yang
menjadi masalah utama dalam hal ini adalah seberapa jauh kepedulian dan perhatian
Pemerintah Daerah terhadap keberadaan kondisi, peranan dan fungsi DAS bagi
kehidupan masyarakat dan kesinambungan pembangunan di daerahnya. Hal ini harus
mendapatkan perhatian semua pihak agar ekosistem DAS Solo dapat terjaga dengan
baik. Oleh karena itu, pengetahuan dan pemahaman para stakeholder (pihak terkait)
dalam pengelolaan DAS Solo harus ditingkatkan. Tanpa adanya kesamaan pandangan,
pengetahuan dan pemahaman mengenai fungsi ekosistem DAS Solo, tidak mungkin

akan muncul kesadaran dari para pihak terhadap tanggung jawab dan wewenangnya
dalam pengelolaan DAS Solo. Sementara ini masing-masing instansi masih sibuk
dengan kepentingan (proyek) sendiri-sendiri. Peran para stakeholder terutama Balai
Perencanaan dan Pengelolaan DAS (BP2DAS) Solo di bawah Departemen Kehutanan,
Balai Penyelidikan Sungai Solo di bawah Departemen Pemukiman dan Prasarana
Wilayah (sekarang Departemen Pekerjaan Umum), dan Badan Pengelolaan
Sumberdaya Air, Dinas Hutbun di bawah Pemerintah Propinsi dan Pemerintah
Kabupaten dalam membangun kebersamaan sangat penting. Jika tidak ada semangat
kolaborasi dan kebersamaan dalam Pengelolaan DAS Solo maka penduduk dan
pembangunan yang sangat tergantung pada fungsi DAS solo akan menjadi korban dari
bahaya banjir, erosi dan longsor yang sering terjadi bahkan menyebabkan biaya tinggi
yang tak terduga sebelumnya (external costs) termasuk korban jiwa yang tidak ternilai
harganya. Dalam menghadapi saat-saat musim hujan dengan intensitas dan frekwensi
yang sangat tinggi (Desember dan Januari), maka tingkat kewaspadaan masyarakat dan
para pihak harus ditingkatkan (early warning system). Penanganan masalah DAS
semakin kurang terkoordinasi dengan baik oleh semua pihak terkait terutama setelah
ditetapkannya UU No. 41 tahun 1999 dimana penanganan tentang DAS secara teknis 4
(sektoral) masih sentralistik (memusat), sementara secara kewilayahan kewenangannya
dibawah Pemerintah Daerah (PEMDA). Setiap instansi memproyeksikan dan
melakukan program/kegiatan dan mengembangkan kelembagaan sendirisendiri.
Sehingga kecenderungannya akan membuat lahan di sekitar DAS menjadi semakin
kritis. Padahal dengan semakin tinggi tekanan penduduk terhadap lahan serta dorongan
pembangunan industri dan jasa baik di pedesaan maupun di perkotaan, DAS memiliki
peran dan fungsi yang strategis. Bahkan daya dukung DAS terhadap kemajuan
pembangunan yang terus berlangsung harus menjadi penentu pertimbangan lebih
lanjut atau tidaknya sebuah proyek. Hingga saat ini belum disadari bahwa dengan
kondisi koordinasi penanganan dan kelembagaan DAS seperti ini, DAS hanya akan
menjadi tempat pembuangan sampah pembangunan industri dan perkotaan serta
keberlanjutan pembangunan (suatainable development) akan terancam. DAS sudah
merupakan salah satu elemen utama jati diri bangsa yang harus dipertahankan yang

posisinya sama dengan aspek kemanusiaan. Aspek kemanusiaan dan lingkungan sangat
terkait satu sama lain sebagai elemen pokok dalam mempertahankan jati diri bangsa.
Bengawan solo termasuk sungai besar yang idealnya memiliki lebar 300 meter,
namun kondisi saat ini lebar sungai hanya 160-180 meter. Hal ini karena sungai
tersebut mengalami permasalahan. Pinggiran sungai di hulu Bengawan Solo yang
kemiringannya 30-40 persen kini menjadi lahan pertanian, hampir tidak ada lahan yang
tersisa untuk hutan atau daerah resapan yang penting untuk kelestarian sumber mata air
Bengawan Solo.
Daerah sempadan Bengawan Solo yang luasnya mencapai 1,9 juta hektare, kini
hilang karena dihuni oleh 7,1 jiwa. Dari jumlah penduduk yang mendiami sempadan
Bengawan Solo. Karena kurangnya pengetahuan penduduk terhadap kelestarian
lingkungan Bengawan Solo, mereka tak peduli dan merusak sungai terbesar di Pulau
Jawa itu. Dari 1,9 juta hektare luas sempadan sungai, 1,13 juta hektare di antaranya
dipakai untuk lahan pertanian.
Bengawan Solo meluap setiap musim hujan. Penyebabnya diantaranya, aliran
sungai mulai dangkal karena ada sedimentasi dari lahan pertanian dan hilangnya
sempadan sungai menyebabkan air hujan yang jatuh, langsung menuju sungai.
Padahal, jika sempadan itu asli (berupa hutan), jatuhan air hujan tak langsung
menyentuh permukaan tanah. Hujan mengenai daun pepohonan, lalu jatuh ke tanah,
dan diserap akar-akar pohon. Akar-akar pohon ini, di samping bisa menyimpan air
hujan (menghambat banjir), juga dapat memasok air untuk Bengawan pada musim
kemarau.
Pada sepanjang hulu dan sempadan Bengawan Solo terjadi erosi. Hal ini di
sebabkan karena pada sungai bengawan solo marak berbagai penambangan pasir,
terutama yang diusahakan secara besar-besaran dengan mesin penyedot. Lubanglubang besar di dalam sungai menyebabkan ketidakstabilan tebing yang menimbulkan
longsor. (Sumber: Harian Republika, Sabtu 14 Maret 2009)
2.

Penanggulangan :
1. Program Rehabilitasi Lahan dan Konservasi Tanah atau penanganan lahan kritis di
sepanjang (ekosistem) DAS memerlukan gerakan spontan masyarakat untuk
bersedia menghijaukan kembali areal-areal yang rusak dengan jenis-jenis pohon dan

pola tanam yang sesuai dengan kondisi lahannya (kemiringannya, jenis tanahnya,
iklim, curah hujannya, dll) dengan memberikan kepercayaan kepada masyarakat
bahwa masyarakat lebih memahami lingkungannya sendiri.
2. Memulihkan daerah hulu dengan menanam dan memelihara pohon terutama di
daerah sumbersumber air, di tanah terbuka dan semak belukar melalui
pemberdayaan masyarakat.

C. Permasalahan pada Sungai Barito


Nama Sungai : Sungai Barito

Gambar 3 Sungai Barito


1.

Permasalahan
Sungai Barito yang panjangnya 900 km dan lebar rata-rata 500 m melintasi dua
provinsi yaitu Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Selatan sehingga
pengelolaannya memerlukan koordinasi kedua provinsi tersebut. Sungai Barito
memegang peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi masyarakat
terutama masyarakat di sepanjang alur sungai tersebut.
Permasalahan yang dihadapi sungai Barito sekarang ini antara lain :
1. Sedimentasi yang besar
2. Fluktuasi elevasi muka air yang besar pada saat musim hujan dan musim kemarau
3. Pada saat musim hajan cenderung terjadi banjir namun dalam waktu yang relatif
singkat air akan surut
4. Pada saat musim kemarau air sungai surut dan terjadi kekeringan
5. Menurunnya kualitas air akibat terkontaminasi bahan kimia untuk pertambangan di
badan maupun di bantaran sungai serta intrusi air laut
6. Rusaknya DAS akibat penebangan hutan dan kegiatan lain.

2.

Penanggulangan :
1.

Melakukan pengerukan dasar sungai yang dilakukan secara rutin.

2.

Dilakukan reboisasi pada daerah hulu sungai.

3. Perlu dilakukan pemantauan kualitas air di sepanjang badan sungai oleh


pemerintah dan instansi lingkungan hidup untuk terus memantau kandungan
merkuri.
D. Permasalahan pada Sungai Brantas
Nama Sungai : Sungai Brantas

Gambar 4 Sungai Brantas


1.

Permasalahan
Sempadan sungai Brantas juga terdapat permukiman kumuh yang berkembang di

bantaran sungai. Banyak warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai dengan mendirikan
fondasi rumah tepat di atas sungai. Padahal seharusnya berdasarkan penjelasan UU
Penataan ruang sempadan sungai harus bersih dari permukiman atau bangunan. Pada
bantaran sungai brantas, ribuan rumah penduduk umumnya dibangun berhimpitan dengan
badan sungai. Tak sedikit diantaranya berdiri diatas tebing terjal yang menjadi pembatas
sungai Brantas, sehingga Ribuan rumah penduduk yang rawan longsor itu umumnya
dibangun berhimpitan dengan badan sungai. Tidak sedikit diantaranya berdiri diatas tebing
terjal yang menjadi pembatas sungai Brantas, yang paling rawan bencana longsor. Selain
itu menyebabkan aliran sungai menjadi sempit, juga akan menimbulkan ancaman ketika air
meluap. Dari sisi estetika, keberadaan hunian di bantaran sungai identik dengan
kekumuhan. (www.metronews.com dan Malang pos, 24 Oktober 2008)
Sesuai ketentuan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 63 Tahun 1993 tentang
Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, dan Daerah Penguasaan Sungai, jarak
lebar sempadan sungai di perkotaan harus tidak kurang dari 15 meter dan di wilayah luar
perkotaan bisa mencapai 100 meter. Namun, kondisi ini hampir tidak terjaga sejak dari
hulu Sungai Brantas di wilayah Kota Batu menuju Kabupaten Malang. Dari Daerah hulu,
pemanfaatan sempadan Sungai Brantas sudah banyak untuk kegiatan pertanian yang
melanggar ketentuan. Apalagi memasuki wilayah kota, tata permukimannya sama sekali
mengabaikan ketentuan pemanfaatan sempadan sungai.( Nur Rizal , Kompas, 22 Oktober
2002).
2.

Penanggulangan :
1. Perlunya penggusuran pemukiman yang ada di bantaran sungai karena memiliki
resiko yang besar.
2. Melakukan pengerukan sedimen di sungai secara rutin.
3. Melakukan reboisasi di daerah hulu sungai

E. Permasalahan pada Sungai Kapuas


Nama Sungai : Sungai Kapuas

Gambar 5 Sungai Kapuas


1.

Permasalahan
Sungai Kapuas merupakan sungai yang berada di Kalimantan Barat. Sungai ini

merupakan sungai terpanjang di Indonesia dengan panjang total 1.143 km. Sungai ini
merupakan rumah dari lebih 300 jenis ikan. Belakangan ini sungai ini tercemar berat,
akibat aktivitas penambangan emas di sungai ini. Walaupun telah mengalami pencemaran
Sungai Kapuas tetap menjadi urat nadi bagi kehidupan masyarakat di sepanjang aliran
sungai ini. Sungai ini merupakan sumber mata pencaharian untuk menambah penghasilan
keluarga dengan menjadi penangkap ikan.
Pencemaran merkuri di Sungai Kapuas (Kalimantan Barat) sudah sangat tinggi.
Kandungan merkuri (Hg) mencapai 0,2 ppb (parts per billion) dua kali lipat di atas ambang
batas normal. Berkaitan dengan itu, semua unsur pemerintah daerah (Pemda) di
Kalimantan Barat (Kalbar) didesak agar lebih serius menanggulangi pencemaran Sungai
Kapuas. Jika aktivitas yang memungkinkan terjadinya pencemaran terus dibiarkan, maka
akan mengancam kelangsungan hidup manusia dan sumber daya sungai itu sendiri.
Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) memprediksi setidaknya 2,279 kilogram zat merkuri
dibuang ke Sungai Kapuas dalam rangkaian praktik penambangan emas tanpa izin yang
dilakukan 1.480 kelompok masyarakat.
Mercuri umumnya berasal dari penambangan emas, baik secara legal maupun ilegal.
Ini digunakan penambang guna membersihkan endapan aluvial untuk mendapatkan emas.

Akan tetapi, tanpa disadari bahwa merkuri tersebut mengalir ke sungai terdekat, lalu
dialirkan menuju Sungai Kapuas. PDAM yang memanfaatkan air di sungai ini sudah
mengandung merkuri. Jika tetap dipaksakan untuk dikomsumsi masyarakat, maka sangat
berpotensi menimbulkan berbagai penyakit yang berakibat pada kematian. Mudahnya
merkuri dijual di pasaran Kalbar, baik dalam kemasan kantung maupun botol plastik, turut
berdampak mencemari Sungai Kapuas. Harga senyawa yang dipakai untuk aktivitas
Penambangan Emas Tanpa Izin ini pun amat terjangkau bila dibandingkan dengan harga
emas yang melangit. Merkuri dijual seharga Rp 25 ribu per gram.
Tidak hanya itu, pencemaran di Sungai ini juga disebabkan karena aktivitas manusia.
Perumahan penduduk yang sangat berdekatan dengan sungai mengakibatkan sungai
menjadi sasaran pembuangan limbah. Hal ini dikarenakan rendahnya kesadaran
masyarakat. Masalah pencemaran air selama ini amat terkait dengan masalah produksi air
minum PDAM untuk di konsumsi oleh masyarakat kota dan sekitarnya. Pencemaran
Sungai Kapuas berarti ancaman terhadap kualitas air minum penduduk yang selanjutnya
merupakan ancaman bagi keberhasilan pembangunan jangka panjang. Sampai hari ini
belum terlihat upaya serius dari seluruh jajaran pemerintah dalam mengatasi permasalahan
tersebut. Akibat dari pencemaran tersebut akan berdampak pada lingkungan serta manusia,
misalnya:
1. Keanekaragaman hayati kehidupan di sungai menurun akibat pencemaran
merkuri.
2. Terjadi akumulasi (penumpukan) merkuri dalam makhluk hidup di sekitar
sungai. yang tidak tercemar limbah tambang.
3. Fitoplankton merupakan basis rantai makanan sehingga apapun yang
mencemari mereka akan masuk dan berdampak ke seluruh rantai makanan.
4. Kadar merkuri sangat beresiko bagi penduduk setempat maupun penduduk luar
yang memanfaatkan air dari sungai Kapuas. Kesehatan penduduk akan
terganggu dan menimbulkan efek kronis.
5. Air menjadi berbusa dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga menggangu
kenyamanan penduduk yang tinggal di sekitarnya.
6. Air tidak layak dikonsumsi karena dapat menimbulkan efek racun dalam tubuh
serta dapat menimbulkan berbagai jenis penyakit.

7. Ikan menjadi sakit dan mati karena tidak dapat hidup di sungai yang tercemar.
8. Menurunnya produktivitas di perairan tersebut.
2

Penanggulangan
1. Perlu dilakukan pemantauan kualitas air di sepanjang badan sungai oleh
pemerintah dan instansi lingkungan hidup untuk terus memantau kandungan
merkuri.
2. Pembuatan kolam atau bak pengolahan limbah cair dengan teknologi yang
ramah lingkungan bagi industry.
3. Dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan
limbah industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan
disembarang tempat hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturanperaturan yang diterapkan di lingkungan masing-masing secara konsekuen.
Sampah-sampah hendaknya dibuang pada tempat yang telah ditentukan.
4. Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan
sungai agar sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah
dan tempat mandi-cuci-kakus (MCK). Perubahan perilaku masyarakat melalui
sosialisasi serta kegiatan serta program yang positif untuk memberikan kesan ke
masyarakat agar tidak membuang sampah ke dalam kali.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sungai memiliki peran yang sangat penting dalam menjaga keseimbangan
lingkungan, khususnya terhadap pengelolaan air.
Disisi lain, seringkali muncul masalah pada sungai yang ada di sekitar manusia
tanpa disadari. Beberapa permasalahan yang berhubungan dengan sungai antara lain:
sungai menjadi tempat sampah, alih fungsi bantaran sungai dll.
B. Saran
Untuk menangani permasalahan sungai diatas perlu adanya kerjasama antara
pemerintah dengan masyarakat, contohnya dengan diadakannya sosialisasi pentingnya
menjaga sungai.

Anda mungkin juga menyukai