PENDAHULUAN
Hemoptisis merupakan batuk darah yang berasal dari saluran nafas di bawah
laring. Dengan kata lain, hemoptisis merupakan batuk darah yang berasal dari
saluran nafas bagian bawah. Batuk darah merupakan suatu gejala atau tanda dari
suatu penyakit infeksi. Volume darah yang dibatukkan bervariasi dan dahak
bercampur darah dalam jumlah minimal hingga masif, tergantung laju perdarahan
dan lokasi perdarahan. Batuk darah lebih sering merupakan tanda atau gejala dari
penyakit dasar sehingga etiologi harus dicari melalui pemeriksaan yang lebih
teliti. Penyebab hemoptisis bervariasi mulai dari bronkitis yang sederhana hingga
emboli paru yang mengancam jiwa.1,2 Batuk darah cukup menakutkan bagi pasien
sehingga pasien dengan gejala ini umumnya segera datang untuk berobat.
Hemoptisis lebih sering terjadi pada laki-laki, dengan perbandingan
kejadian hemoptisis antara laki-laki dan perempuan berturut-turut adalah 60:40.
Hemoptisis dapat terjadi pada semua kelompok usia.1
Penyebab kematian pada kasus hemoptisis kebanyakan adalah karena
asfiksia, bukan karena banyaknya perdarahan. Angka kematian hemoptisis masif
yang tidak ditangani dengan baik adalah lebih dari 50%, sehingga pengenalan dini
hemoptisis yang berat dan identifikasi penyebabnya sangat ditekankan agar terapi
yang adekuat dapat segera dilakukan dan untuk mencegah terjadinya komplikasi
yang fatal.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Paru menerima darah melalui dua perangkat arteri, yaitu arteri pulmonalis
dan arteri bronkialis. Darah yang terdeoksigenasi mengalir melalui trunkus
pulmonalis yang kemudian terbagi menjadi arteri pulmonalis kiri yang masuk ke
paru kiri, dan arteri pulmonalis kanan yang masuk ke paru kanan. Darah yang
teroksigenasi kembali ke jantung melalui empat buah vena pulmonalis yang
kemudian disalurkan ke atrium kiri. Arteri bronkialis yang merupakan cabang dari
aorta mengantarkan darah teroksigenasi ke paru. Darah ini terutama mengaliri
dinding muskularis bronkus dan bronkiolus. Terdapat hubungan antara cabang
arteri bronkialis dan cabang arteri pulmonalis. Sebagian besar darah kembali ke
jantung melalui vena pulmonalis. Sebagian darah mengalir ke vena bronkialis,
cabang dari sistem azigos, dan kembali ke jantung melalui vena cava superior.4
B. Hemoptisis
1. Definisi
Hemoptisis atau batuk darah merupakan ekspektorasi darah yang berasal
dari saluran nafas di bawah laring.1,2 Dalam praktek klinis hemoptisis
merupakan gejala yang umum ditemukan, yang mana hal ini membutuhkan
investigasi lebih lanjut. Hemoptisis didefinisikan sebagai ekspektorasi darah
yang berasal dari saluran nafas bawah. Dengan demikian, perdarahan yang
berasal dari saluran nafas bagian atas dieksklusikan dari definisi ini.3
2. Etiologi
Hemoptisis memiliki kausa yang multipel, yang biasanya dapat
dikategorikan menjadi penyakit parenkim, penyakit jalan nafas, dan penyakit
vaskuler. Perdarahan dapat berasal dari pembuluh darah kecil ataupun
pembuluh darah besar. Perdarahan dari pembuluh darah kecil biasanya
menyebabkan perdarahan alveolar fokal atau difus dan terutama akibat
penyebab imunologik, vaskulitis, kardiovaskuler, dan koagulasi. Penyebab
perdarahan dari pembuluh darah besar meliputi akibat penyakit infeksius,
kardiovaskuler, kongenital, neoplastik, dan vaskulitis. Namun, penyakit
tersering yang menyebabkan hemoptisis adalah bronkiektasis, tuberkulosis,
infeksi jamur, dan kanker. Tabel 1 menyebutkan penyebab hemoptisis dari
pembuluh darah kecil, tabel 2 menyebutkan penyebab hemoptisis dari
pembuluhh darah besar.3
3. Patofisiologi
Paru memiliki dua suplai darah yang terdiri atas pembuluh darah bronkial
dan pulmoner. Pembuluh darah bronkial di bawah tekanan sirkulasi sistemik
dan menyuplai struktur penunjang paru, sedangkan pembuluh darah pulmoner
berada di bawah tekanan rendah dan menyuplai alveoli. Arteri pulmonalis
menyediakan 99% darah arteri ke paru dan terlibat dalam pertukaran udara.
Arteri bronkialis menyuplai nutrisi ke jalan nafas ekstra- dan intrapulmoner
dan ke vasa vasorum tanpa terlibat dalam pertukaran udara. Arteri bronkialis
juga menyediakan darah bagi nodus limfe dan nervus mediastinum, pleura
viseralis, esofagus, vasa vasorum aorta, dan vena pulmonalis.1,3
Perdarahan yang bersumber dari pembuluh darah manapun yang telah
disebutkan di atas, dapat muncul melalui tiga mekanisme: hipertensi pulmonal,
erosi terhadap pembuluh darah pulmonal atau bronkial, dan sebagai komplikasi
koagulopati. Hemoptisis yang timbul dari peningkatan tekanan vaskuler
pulmoner paling sering akibat abnormalitas primer dari jantung, misalnya gagal
jantung kongestif kiri atau stenosis mitral, di mana hemoptisis dapat dengan
cepat memenuhi sekitar 150 ml anatomic dead space pada jalan nafas utama
dan dapat membunuh seseorang karena terjadi asfiksia lebih dominan
No
1
Batuk Darah
Darah dibatukkan dengan
Muntah Darah
Darah dimuntahkan
Onset
(Stomach Distress)
Darah dimuntahkan, dapat
3
4
5
Tampilan
Warna
Isi
6
7
Ph
Riwayat
hemosiderin, makrofag
Alkalis
Penyakit paru
Asam
Peminum alkohol, ulcus
Keadaan
Prodromal
penyakit dahulu
8
9
(RPD)
Anemis
Tinja
5. Evaluasi Diagnostik
Foto rontgen thorax sangat membantu dalam menemukan penyebab
hemoptisis, dengan pemeriksaan ini dapat ditemukan patologi paru yang khas
(misalnya: tumor, kavitas, atau infiltrat). Hal yang harus diingat adalah
perdarahan intra-alveolar dapat menyerupai infiltrat karena polanya yang
berupa retikulonodular. Sekitar 20% - 46% pasien dengan hemoptisis memiliki
hasil rontgen foto thorax normal.8
CT scan thorax dengan kontras dilakukan untuk mendeteksi lesi yang
tidak terlihat dengan foto rontgen thorax. Pemeriksaan ini sensitif dalam
mendiagnosis bronkiektasis, karsinoma bronkogenik kecil, patologi vaskuler,
emboli pulmoner, dan fistula bronko-arterial. Fungal ball yang dicurigai pada
foto rontgen thorax dapat dikonfirmasi dengan pemeriksaan CT scan.
Walaupun memiliki sensitivitas yang tinggi, sekitar 5 10% pasien hemoptisis
yang dievaluasi dengan CT scan tetap tidak diketahui penyebabnya. Oleh sebab
itu, dapat dilakukan pemeriksaan angiografi bronkial selektif yang dapat
mendeteksi lokasi perdarahan serta tipe patologi vaskuler seperti aneurisma
dan malformasi arteriovena atau fistula. 8
Pemeriksaan sputum harus dilakukan segera pada pasien dengan
hemoptisis. Spesimen sputum dievaluasi adanya bakteri dan jamur dan harus
meliputi pula pemeriksaan pewarnaan Gram, BTA, KOH untuk jamur, dan
kultur. Urinalisis juga harus dilakukan, adanya darah pada urin meningkatkan
kecurigaan Goodpatures syndrome. 8
6. Manajemen Hemoptisis
Tujuan pokok terapi hemoptisis adalah:
1) Mencegah asfiksia.
2) Menghentikan perdarahan.
3) Mengobati penyebab utama perdarahan.
Langkah-langkah:
1) Pemantauan menunjang fungsi vital
a. Pemantauan dan tatalaksana
hipotensi,
anemia
dan
kolaps
kardiovaskuler.
b. Pemberian oksigen, cairan plasma expander dan darah dipertimbangkan
sejak awal.
c. Pasien dibimbing untuk batuk yang benar.
2) Mencegah obstruksi saluran napas
a. Kepala pasien diarahkan ke bawah untuk cegah aspirasi.
b. Kadang memerlukan pengisapan darah, intubasi
bronkoskopi.
atau
bahkan
3) Menghentikan perdarahan
a. Pemasangan kateter balon oklusi forgarty untuk tamponade perdarahan.
b. Teknik lain dengan embolisasi arteri bronkialis dan pembedahan.
Sasaran-sasaran terapi yang utama adalah memberikan support
kardiopulmoner dan mengendalikan perdarahan sambil mencegah asfiksia
yang merupakan penyebab utama kematian pada para pasien dengan
hemoptisis masif.
Masalah utama dalam hemoptisis adalah terjadinya pembekuan dalam
saluran napas yang menyebabkan asfiksia. Bila terjadi asfiksi, tingkat
kegawatan hemoptisis paling tinggi dan menyebabkan kegagalan organ yang
multipel. Hemoptosis dalam jumlah kecil dengan refleks batuk yang buruk
dapat menyebabkan kematian. Dalam jumlah banyak dapat menimbukan
renjatan hipovolemik.
Pada prinsipnya, terapi yang dapat dilakukan adalah :
1) Terapi konservatif
Dasar-dasar pengobatan yang diberikan sebagai berikut :
a. Mencegah penyumbatan saluran nafas
Penderita yang masih mempunyai refleks batuk baik dapat
diletakkan dalam posisi duduk, atau setengah duduk dan disuruh
membatukkan darah yang terasa menyumbat saluran nafas. Dapat dibantu
dengan pengisapan darah dari jalan nafas dengan alat pengisap. Jangan
sekali-kali disuruh menahan batuk.
Penderita yang tidak mempunyai refleks batuk yang baik,
diletakkan dalam posisi tidur miring kesebelah dari mana diduga asal
perdarahan, dan sedikit trendelenburg untuk mencegah aspirasi darah ke
paru yang sehat. Kalau masih dapat penderita disuruh batuk bila terasa
ada darah di saluran nafas yang menyumbat, sambil dilakukan
pengisapan darah dengan alat pengisap. Kalau perlu dapat dipasang tube
endotrakeal.
Batuk-batuk yang terlalu banyak dapat mengakibatkan perdarahan
sukar berhenti. Untuk mengurangi batuk dapat diberikan Codein10 - 20
mg. Penderita batuk darah masif biasanya gelisah dan ketakutan,
sehingga kadang-kadang berusaha menahan batuk. Untuk menenangkan
didalam
faktor-faktor
pembekuan
darah,
lebih
baik
akan
terjadi
elevasi
diafragma
dan
penyembuhan.
Torakoplasti yaitu suatu bentuk operasi dimana kolaps paru terjadi
dengan cara menghilangkan supporting framework-nya, misalkan
dengan membuang tulang iga dari dinding dada. Indikasi
torakoplasti:
Dulu: torakoplasti hamper selalu dilakukan setelah lobektomi atau
pneumonektomi dengan tujuan meminimalisasi kemungkinan
terjadinya over distensi parenkim paru yang tersisa selain itu dead
space
akan
segera
menutup
(obliterasi)
sehimgga
resiko
arteri
bronkialis.
Menurut
Ingbar
embolisasi
berhasil