Wanita umur 28 tahun, mengeluh sulit tidur sejak 2 bulan yang lalu. Hal ini terjadi setelah
pertengkaran dengan pacarnya, walaupun sekarang hubungan dengan pacarnya sudah baik.
Pasien setiap malam merasa cemas jangan-jangan ia tidak bisa tidur. Pasien sulit untuk
memulai tidurnya dan setelah tidur terbangun. Pasien menyangkal memakai obat-obat dan
alkohol.
PENDAHULUAN
Gangguan sulit tidur ini biasa disebut dengan insomnia. Insomnia merupakan gejala kelainan
tidur, berupa sulit untuk merasa ingin tidur (memerlukan waktu lebih dari 30 menit untuk
merasa ingin tidur), sering terbangun dari tidur (total waktu terbangun lebih dari 30 menit),
dan bangun pada pagi subuh dan sulit untuk kembali tidur (total waktu tidur kurang dari 6,5
jam).
Insomnia dapat disebabkan oleh bebagai hal. Beberapa penyakit dapat menyebabkan
insomnia, yaitu Parkinson, sesak nafas, flu, hipertiroid, hipotiroid, hipoglikemi, batuk,
gangguan fungsi hepar, gangguan fungsi ginjal, gagal jantung, pikun, hipertensi, dan
beberapa penyakit lain. Nyeri kronik akibat rematik, menopausal, kolik, neuralgia, kanker
juga dapat menyebabkan insomnia. Suasana yang dapat mengganggu tidur di waktu malam
adalah nokturia (berkemih di waktu malam), suhu udara yang terlalu panas atau terlalu
dingin, bising (tinggal di dekat rel kereta api, pabrik). Ketergantungan obat atau alkohol atau
tembakau atau kafein (kopi) juga dapat menyebabkan insomnia, beberapa obat lain seperti
antidepresan, kortikosteroid, reserpin. Penyebab lain yaitu depresi, stress berkepanjangan,
kecemasan, skizofrenia (gangguan jiwa), hipomania, dan berita buruk atau kegagalan
memperoleh sesuatu.
Insomnia ada 3 jenis, yaitu insomnia kronis, insomnia transien, dan insomnia jangka pendek.
Insomnia transien terjadi pada beberapa hari. Insomnia jangka pendek terjadi pada beberapa
minggu dan dapat kembali seperti biasa. Insomnia kronis terjadi lebih dari 3 minggu.
Page | 1
ANAMNESIS
Anamnesis merupakan sesuatu yang penting dalam mendiagnosis pasien yang
mengalami sebarang gangguan yang membuat pasien tersebut datang ke seorang dokter.
Biasanya, dokter akan mendiagnosis insomnia berdasarkan medis dan sejarah tidur dan
pemeriksaan fisik. Dia juga dapat merekomendasikan sebuah sleep study. Sebagai contoh,
anda mungkin memiliki sleep study jika penyebab insomnia anda tidak jelas.
Riwayat penyakit
Untuk mengetahui apa yang menyebabkan insomnia anda, dokter mungkin bertanya :
Apakah ada yang baru atau masalah kesehatan yang sedang berlangsung
Apakah sedang berdepan dengan peristiwa kehidupan yang sangat stres, seperti
perceraian atau kematian
Seberapa sering anda mengalami kesulitan tidur dan berapa lama pernah mengalami
masalah tersebut
Ketika anda masuk tidur dan bangun pada hari kerja dan hari libur
Page | 2
Berapa lama waktu yang diperlukan untuk tertidur, seberapa sering anda bangun di
malam hari, dan berapa lama waktu yang diperlukan untuk tidur kembali
Apakah mendengkur keras dan sering atau bangun terengah-engah atau merasa
kehabisan napas
Berapa segar perasaan anda ketika bangun, dan bagaimana merasa lelah di siang hari
Seberapa sering anda tertidur atau mengalami masalah tetap terjaga selama tugastugas rutin, terutama waktu mengemudi
Apakah anda khawatir tentang jatuh tidur, tetap tidur, atau mendapat tidur yang cukup
Apa yang anda makan atau minum, dan apakah minum obat sebelum tidur
Seperti apa tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu di mana anda tidur
Apa gangguan, misalnya TV atau komputer, berada dalam kamar tidur anda
Untuk membantu dokter, pertimbangkan untuk menyimpan catatan harian tidur
selama 1 atau 2 minggu. Tuliskan ketika anda masuk tidur, bangun, dan tidur di siang
hari. (Sebagai contoh: mulai tidur pada jam 10 mlm; terbangun pada pukul 3 pagi dan
tidak bisa tidur kembali; tidur setelah bekerja selama 2 jam.) 1,3
Page | 3
PEMERIKSAAN
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dapat mendeteksi adanya kelainan pada penderita insomnia. Antara
pemeriksaannya:
Pemeriksaan ukuran lingkar leher. Pada lelaki, ukuran 18 inci atau lebih, dengan
peningkatan kadar BMI tubuh 30 kg/m2, adanya pembesaran tonsil, letak langitlangit yang lebih rendah terutama pada penderita hipertensi atau jantung, dan apnea
haruslah dipertimbangkan. Selain itu, pembesaran lidah, retrognathia, micrognathia
pakar neurologis.
Sekiranya pasien dengan simtom sakit yang kronik atau syndrome reumatologis,
Pemeriksaan Penunjang
1. Studi Laboratorium
Pasien dengan riwayat sugestif apnea tidur atau sindrom kaki gelisah (RLS) / periodik
gerakan anggota tubuh gangguan (PLMD) harus dirujuk ke pusat tidur
polysomnography.
Pasien dengan riwayat sugestif dari PPOK dan insomnia harus memiliki penelitian
gas darah arteri yang dilakukan untuk menentukan apakah mereka hypoxemic.
o Insomnia pada penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) sering dimulai dengan
pengembangan hypoxemia malam (walaupun malam hari, hypoxemia tidak
diperlukan untuk insomnia terjadi).
o Pengobatan dengan oksigen dapat memperbaiki tapi jarang menghilangkan
insomnia.
o Hypoxemia malam hari hadir jika pasien memiliki hypoxemia atau siang hari,
sering, latihan-hypoxemia terkait.
o Jika hasilnya negatif ABG untuk hypoxemia, latihan studi atau semalam
desaturation oksimetri dapat membantu untuk menentukan apakah pasien
membutuhkan oksigen.
Neurologis pengujian dapat diindikasikan pada pasien dengan tanda-tanda dan gejala
penyakit neurologis. 2
2. Actigraphy
Actigraphy menggunakan perangkat portabel dikalungkan di pergelangan tangan
seperti jam untuk merekam gerakan selama waktu yang lama, sehingga sangat berguna
untuk mempelajari pola tidur dan ritme sirkadian. Membedakan insomnia primer dari
gangguan ritme sirkadian dan mengidentifikasi paradoks insomnia adalah sangat berguna,
Page | 5
terutama pada pasien yang refrakter terhadap pengobatan. Studi ini memberikan ukuran
objektif tidak langsung waktu tidur dan bangun.
3. Diari tidur
Pasien akan diminta untuk mengisi buku harian setiap hari selama 2 minggu,
dengan perkiraan waktu yang diberikan (1) bahwa mereka pergi ke tempat tidur, (2) jatuh
tertidur, (3) terbangun di malam hari, (4) habiskan di tempat tidur terjaga, dan (5) bahwa
mereka beranjak dari tempat tidur di pagi hari. Mereka juga mencatat waktu yang
dihabiskan untuk berolahraga, minum obat, dan mengkonsumsi kafein dan minuman
beralkohol. Sementara tidur harian memberikan informasi rinci tentang pola tidur, pasien
bisa bingung oleh penilaian subjektif ketika mereka jatuh tertidur dan terbangun di malam
hari.2
4.
Status mental
Studi tidur
Page | 6
MEKANISME TIDUR
Tidur merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang memiliki fungsi
perbaikan dan homeostatik (mengembalikan keseimbangan fungsi-fungsi normal tubuh) serta
penting pula dalam pengaturan suhu dan cadangan energi normal.
Rasa kantuk berkaitan erat dengan hipotalamus dalam otak. Dalam keadaan badan segar dan
normal, hipotalamus ini bekerja baik sehingga mampu memberi respons normal terhadap
perubahan tubuh maupun lingkungannya. Namun, setelah badan lelah usai bekerja keras
seharian, ditambah jam rutin tidur serta sesuatu yang bersifat menenangkan di sekelilingnya,
seperti suara burung berkicau, angin semilir, kasur dan bantal empuk, udara nyaman, dll.,
kemampuan merespons tadi berkurang sehingga menyebabkan seseorang mengantuk.
Di sini yang berperan adalah suatu zat yang disebut GABA (Gamma Aminobutyric Acid),
merupakan asam amino yang berfungsi sebagai neurotransmiter (penghantar sinyal saraf).
Sebenarnya tidur tidak sekadar mengistirahatkan tubuh, tapi juga mengistirahatkan otak,
khususnya serebral korteks, yakni bagian otak terpenting atau fungsi mental tertinggi, yang
digunakan untuk mengingat, memvisualkan serta membayangkan, menilai dan memberikan
alasan sesuatu.
Page | 7
Dikatakan sehat dan normal bila begitu naik ke atas tempat tidur dengan tatanan rapi, bantal
enak dan empuk, kurang lebih selang 30 menit sudah tertidur, bahkan ada orang begitu
mencium bantal dalam 3 - 5 menit langsung tertidur.
Stadium Tidur
Tidur terdiri dari dua keadaan fisiologis, yaitu:
1. tidur dengan gerakan mata tidak cepat (NREM = Non Rapid Eye Movement) dan
2. tidur dengan gerakan mata cepat (REM = Rapid Eye Movement).
Pada orang normal, tidur NREM adalah keadaan yang relatif tenang tidak terjaga, kecepatan
denyut jantung biasanya lebih lambat 5 sampai 10 menit di bawah tingkat terjaga penuh dan
sangat teratur.
Pola tidur berubah sepanjang kehidupan seseorang.
Banyak penelitian menunjukkan bahwa peristiwa tidur dipengaruhi oleh beberapa hormon
antara lain serotonin, asetilkolin dan dopamin yang saling berinteraksi dalam menidurkan dan
membangunkan seseorang.
Beberapa orang secara normal adalah petidur yang normal yang memerlukan tidur kurang
dari enam jam setiap malan dan yang berfungsi secara adekuat. Petidur lama adalah mereka
yang tidur lebih dari sembilan jam setiap malamnya untuk dapat berfungsi secara adekuat.
Tidur dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Page | 8
1. Faktor internal yang dimaksud disini adalah irama biologis tubuh, dimana dalam
periode 24 jam, orang dewasa tidur sekali, kadang 2 kali.
2. Sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh siklus terang gelap, rutinitas harian,
periode makan, dan penyelaras eksternal lainnya. Faktor-faktor inilah yang
membentuk siklus 24 jam.5
DIAGNOSIS KERJA
Insomnia
Berasal dari perkataan Latin, 'no somnus' yang membawa maksud 'tidak boleh tidur',
insomnia bukan lagi fenomena baru dalam kalangan masyarakat negara maju seperti Jepun,
Amerika Syarikat (AS) dan Britain.
Insomnia merupakan ganggguan tidur yang paling sering dikeluhkan. Penelitian
menunjukkan bahwa kurang lebih 1/3 dari orang dewasa pernah menderita insomnia setiap
tahunnya. Gangguan tidur ini dapt mempengaruhi pekerjaan, aktifitas social dan status
kesehatan penderitanya. Bukti lain menunjukkan bahwa adanya korelasi yang bermakna
antara kurang tidur dan kecelakaan lalulintas.
Kesulitan untuk memulai tidur ( initiating sleep ) lebih sering dijumpai pada wanita,
sedangkan kesulitan mempertahankan tidur dan terbangun pada pagi hari memiliki prevalensi
yang sama antara wanita dan pria . Keluhan insomnia lebih sering didapat pada orang yang
mudah cemas atau depresi, orang dengan sosial ekonomi yang rendah, bercerai , mereka
dengan penyakit kronis, dan pada peminum alkohol berat.
Page | 9
B.
C.
D.
Efek sosial. Dapat berupa kualitas hidup yang terganggu, seperti susah mendapat
promosi pada lingkungan kerjanya, kurang bisa menikmati hubungan sosial dan
keluarga.
E.
Kematian. Orang yang tidur kurang dari 5 jam semalam memiliki angka harapan
hidup lebih sedikit dari orang yang tidur 7-8 jam semalam. Hal ini mungkin
disebabkan karena penyakit yang menginduksi insomnia yang memperpendek
angka harapan hidup atau karena high arousal state yang terdapat pada insomnia
mempertinggi angka mortalitas atau mengurangi kemungkinan sembuh dari
penyakit. Selain itu, orang yang menderita insomnia memiliki kemungkinan 2 kali
lebih besar untuk mengalami kecelakaan lalu lintas jika dibandingkan dengan
orang normal.6
Page | 11
DIAGNOSA BANDING
Definisi :
Menggambarkan ritme sirkadian sekitar 24-jam siklus yang dihasilkan oleh suatu organisme.
Kebanyakan sistem fisiologis menunjukkan variasi sirkadian. Sistem dengan variasi yang
paling menonjol adalah siklus tidur-bangun, suhu, dan sistem endokrin. Gangguan ritme
sirkadian merupakan sekelompok gangguan tidur yang melibatkan kelainan dalam waktu dari
siklus tidur-bangun. Kelainan ini dapat dikategorikan menjadi 2 kelompok utama: gangguan
sementara (misalnya, jet lag; mengubah jadwal tidur karena bekerja, tanggung jawab sosial,
penyakit) dan gangguan kronis. Kronis yang paling umum gangguan tidur ditunda-fase
sindrom (DSPS), lanjutan fase tidur-sindrom (ASPS), dan tidak teratur siklus tidur-bangun.6
Etiologi :
Fase tidur yang tertunda ritme sirkadian jenis gangguan tidur ditandai dengan keterlambatan
siklus tidur-bangun yang berhubungan dengan tuntutan masyarakat. Hal ini sering disebabkan
oleh stressor psikososial (peristiwa di lingkungan seseorang yang menyebabkan stres atau
ketidaknyamanan), terutama bagi remaja. Yang tertunda siklus tidur-bangun mengarah pada
kurang tidur kronis dan biasanya terlambat tidur jam. Individu dengan tipe ini sering
mengalami kesulitan mengubah pola tidur mereka untuk suatu lebih awal dan lebih dapat
Page | 12
diterima secara sosial waktu. Sebenarnya mereka tidur, setelah dimulai, adalah normal. Ini
adalah waktu tidur dan bangun mereka itu terus-menerus tertunda.
Jet lag ritme sirkadian jenis gangguan tidur yang dicirikan oleh gangguan yang timbul dari
ketidaksesuaian antara seseorang sirkadian siklus dan siklus yang dibutuhkan oleh zona
waktu yang berbeda, Semakin banyak zona waktu yang bepergian, semakin besar gangguan.
Orang-orang yang sering bepergian dan lintas banyak zona waktu ketika mereka melakukan
perjalanan yang paling rentan terhadap jenis ini.
Pergeseran jenis pekerjaan dari gangguan tidur ritme sirkadian dibedakan dengan gangguan
karena konflik antara seseorang siklus sirkadian endogen dan siklus yang dibutuhkan oleh
kerja shift. Individu yang bekerja shift malam sering mengalami masalah ini, terutama orangorang yang beralih ke jadwal tidur normal pada hari libur. Orang-orang yang bekerja shift
berputar pengalaman masalah ini karena perubahan jadwal tidur-bangun mereka alami.
Gangguan yang disebabkan oleh kerja shift mengakibatkan jadwal sirkadian tidak konsisten
dan ketidakmampuan untuk menyesuaikan diri dengan perubahan secara konsisten.
Gejala :
Gejala umum ditemukan pada orang dengan gangguan ritme sirkadian terkait dengan tidurbangun siklus dapat mencakup sebagai berikut:
Nonrestorative tidur
Miskin konsentrasi
Headaches
Page | 13
Kelainan Gastrointestinal
Pengobatan :
Tujuan utamanya adalah untuk mensinkronkan pola tidur pada tuntutan gaya hidup, sekolah,
dan kesempatan kerja dan memungkinkan pasien untuk bangun pada waktu tertentu perasaan
segar dan fungsional. Perawatan termasuk terapi cahaya dengan spektrum penuh lampu set
pada sebuah timer, dan chronotherapy. Untuk pasien lain, akupunktur dapat menjadi solusi.
Beberapaa pengobatan mungkin diperlukan sebelum hasilnya terlihat, dan pengobatan yang
tidak mengobati, hanya suatu cara untuk mengelola kondisi.Pengobatan dengan melatonin
diambil 30 menit sampai satu jam sebelum tidur mungkin dapat membantu dalam membentuk
pola "kacau", namun memiliki efek terbatas pada suatu pola yang sehat, walaupun out-ofsync. Terlalu tinggi dosis melatonin yang mungkin mempunyai efek yang tidak diinginkan
mengganggu tidur atau bahkan menyebabkan mimpi buruk, dan tak terkendali menguap hari
berikutnya.1,7
Definisi :
Tidur Apneu merupakan sekumpulan gangguan tidur yang serius, dimana penderita yang
sedang tidur berulang-ulang mengalami henti nafas (apneu) dalam waktu yang cukup lama
sehingga menyebabkan berkurangnya jumlah oksigen di dalam darah dan otak dan
menyebabkan bertambahnya jumlah karbondioksida.
Etiologi :
Terdapat 2 jenis tidur apneu:
1. Tidur apneu obstruktif, disebabkan oleh adanya penyumbatan di dalam tenggorokan
atau saluran udara bagian atas
2. Tidur apneu sentralis, disebabkan oleh adanya kelainan fungsi di dalam otak yang
mengatur pernafasan.
Pada tidur apneu obstruktif, kadang rendahnya oksigen dan tingginya karbondioksida yang
Page | 14
Faktor resikio:
Faktor resiko untuk terjadinya tidur apneu obstruktif adalah:
- Merokok tembakau
- Penggunaan alkohol yang berlebihan
- Penyakit paru-paru (misalnya emfisema). Tenggorokan dan saluran udara bagian atas yang
sempit, bisa diturunkan, sehingga tidur apneu memiliki kecenderungan genetik.
Gejala klinis :
Tanda-tanda dan gejala tidur obstruktif dan pusat apneas tumpang tindih, kadang-kadang
membuat tipe apnea tidur lebih sulit untuk menentukan. Tanda-tanda yang paling umum dan
gejala tidur obstruktif dan pusat apneas meliputi:
Keras mendengkur, yang biasanya lebih menonjol dalam apnea tidur obstruktif
Tiba-tiba terbangun disertai sesak napas, yang lebih mungkin apnea tidur
menunjukkan pusat
Pengobatan :
Langkah awal yang harus diambil oleh penderit tidur apneu obstruktif adalah:
- berhenti merokok
- mengurangi penggunaan alkohol
- menurunkan berat badan.
Penderita yang tidurnya mendengkur atau seringkali tercekik pada saat tidur, tidak
boleh mengkonsumsi obat penenang maupun obat tidur. Untuk penderita tidur apneu sentralis
biasanya diberikan alat bantu pernafasan yang dipakai selama tidur. Sangat penting untuk
merubah posisi tidur, orang yang mendengkur dianjurkan untuk tidur miring atau tengkurap.
Jika tindakan-tindakan diatas tidak mengurangi gejala, bisa diberikan tekanan saluran
udara positif terus menerus melalui sungkup oksigen yang akan mengantarkan campuran
udara dan oksigen melalui hidung. Alat ini bisa menjaga tetap terbukanya saluran udara
sehingga pernafasan menjadi lebih teratur.
Trakeostomi (tindakan bedah untuk membuat lobang permanen ke dalam tabung udara
melalui leher) jarang dilakukan. Kadang pembedahan lainnya dilakukan untuk melebarkan
saluran udara bagian atas dan mengurangi gejala.7
Depresi
Merupakan keadaan sakit jiwa ringan, bukan hanya rasa sedih biasa yang setiap orang
mungkin sering merasakan. Bila seseorang menderita depresi, dia tidak bisa sembuh sendiri.
Penderita perlu diobati jika tidak akan bertambah berat.
Gejala-gejala
Merasa selalu sedih.
Kehilagan perhatian terhadap aktifitas sehari-hari.
Tidak bisa konsentrasi/membuat keputusan.
Berpikir untuk bunuh diri/mati.
Gangguan kebiasaan tidur (tidak bisa tidur, bangun lebih awal di pagi hari, tidur berkali
kali terbangun, terlalu banyak tidur).
Rasa cemas.
Page | 16
Gangguan Somatoform
Gangguan somatoform adalah suatu kelompok gangguan yang memiliki gejala fisik (sebagai
contohnya, nyeri, mual, dan pusing) di mana tidak dapat ditemukan penjelasan medis yang
adekuat. Gejala dan keluhan somatik adalah cukup serius untuk menyebabkan penderitaan
emosional yang bermakna pada pasien atau gangguan pada kemampuan pasien untuk
berfungsi di dalam peranan sosial atau pekerjaan. Suatu diagnosis gangguan somatoform
mencerminkan penilaian klinisi bahwa faktor psikologis adalah suatu penyumbang besar
untuk onset, keparahan, dan durasi gejala. Gangguan somatoform adalah tidak disebabkan
oleh pura-pura yang disadari atau gangguan buatan.3 Penderita gangguan ini menyangkal dan
menolak untuk membahas kemungkinan kaitan antar keluhan fisiknya dengan problem atau
konflik dalam kehidupan yang dialaminya, bahkan meskipun didapatkan gejala-gejala
anxietas dan depresi.
Page | 17
ETIOLOGI
Insomnia dibagikan secara etiologi kepada dua kelompok besar yaitu, insomnia primer dan
insomnia sekunder. Insomnia bisa disebabkan oleh sejumlah alasan yang berbeda. Penyebab
ini dapat dibagi menjadi faktor-faktor situasional, kondisi-kondisi medis atau psikiatris, atau
masalah tidur utama. Insomnia juga dapat diklasifikasikan oleh durasi gejala menjadi
temporer, jangka pendek, atau kronis. Insomnia transien biasanya berlangsung kurang dari
tujuh hari. Insomnia jangka pendek biasanya berlangsung selama sekitar satu sampai tiga
minggu, dan insomnia kronis berlangsung selama lebih dari tiga minggu.
Insomnia Primer
Patogenesis untuk insomnia primer tidak diketahui, terjadi hyperarousal state dimana
terjadi aktivitas ascending reticular activating system yang berlebihan. Pasien bisa tidur tapi
Page | 18
tidak merasa tidur. Masa tidur REM sangat kurang, sedangkan masa tidur NREM cukup,
periode tidur berkurang dan terbangun lebih sering
a. Insomnia idiopatik
Timbul dari saat bayi atau anak-anak dengan perjalanan yang persisten dan
tidak merelakskan.
b. Insomnia psikofisiologi
Respon kondisi maladaptif pada lingkungan tidur
c. Insomnia paradoksikal (tingkat tidur mispersepsi)
Deskripsi durasi tidur pasien ditanda dengan tidak sehubungan/sepadan
dengan objektif yang dicari.
Insomnia Sekunder
a. Transien dan Short-term insomnia
Perbedaan zona waktu ( Jetlag) dan Perubahan dalam kerja shifts, dimana si penderita
dipaksa untuk bangun atau tidur berbeda dengan jam biologisnya. Untuk itu
Bahkan, insomnia mungkin merupakan indikator depresi. Banyak orang akan memiliki
insomnia selama fase akut penyakit mental.
d. Fisiologis terkait insomnia
Span fisiologis dari gangguan ritme sirkadian (gangguan terhadap jam biologis), tidur-bangun
ketidakseimbangan, untuk berbagai kondisi medis. Berikut ini adalah kondisi medis yang
paling umum yang memicu insomnia:
Sindrom nyeri kronik dimana penderita tidak dapat tidur karena deraan rasa sakit yang
dideritanya.
Restless Legs Syndrome (RLS), adalah sebuah gangguan syaraf yang dijabarkan
sebagai rasa tidak nyaman pada kaki. Sering kali digambarkan sebagai rasa
kesemutan, pegal, kaku dan lain-lain, yang hanya dapat diringankan dengan
menggerak-gerakkan kaki. Terutama dirasakan bila duduk atau berbaring lama.
Penderitanya selalu ingin menggerakkan kakinya, hingga sulit baginya untuk jatuh
tidur. RLS juga diikuti dengan Periodic Limb Movements (PLMS) yang mengganggu
kualitas tidur. Dalam tidur kaki akan bergerak-gerak sendiri lalu diam dan bergerak
lagi secara periodik (biasanya setiap 30 detik.) Akibatnya tidur penderita akan
batuk.
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK)
Nokturnal asma (asma dengan gejala pernapasan waktu malam)
Apnea tidur obstruktif
Penyakit degeneratif, seperti penyakit Parkinson dan penyakit Alzheimer (Sering
Page | 20
nikotin dalam jam segera sebelum tidur, tetapi juga membatasi asupan harian total.
Orang sering menggunakan alkohol untuk membantu mendorong tidur, sebagai
minum. Namun, itu adalah pilihan yang buruk. Alkohol berhubungan dengan
PATOFISIOLOGI
Penelitian difokuskan pada patofisiologi insomnia menyebabkan banyak perubahan
dalam berpikir tentang insomnia. Pasien dengan insomnia primer kronis kini dianggap berada
dalam keadaan hiper-gairah. Selain sulit tidur, mereka mungkin cemas. Mereka lebih
waspada dari yang diharapkan walaupun memiliki non-restoratif tidur. Temuan ini
mendorong penelitian untuk mencoba dan menemukan mengapa mereka lebih waspada.
Dalam sebuah studi, metabolisme otak pasien dengan kontrol sehat insomnia dan
dievaluasi dengan menggunakan jenis positron emisi tomografi (PET scan) selama kedua
bangun dan non-REM tidur. Para peneliti mengamati peningkatan aktivitas metabolik
dalam lobus frontal pasien dengan insomnia sementara mereka terjaga. Selama tidur nonREM mereka seluruh-otak meningkatkan aktivitas metabolik. Para peneliti juga mencatat
peningkatan aktivitas metabolik di otak tengah dan batang otak pasien dengan insomnia
selama tidur.
Saat ini sudah ada bukti bahwa ada alasan fisiologis hiper-rangsangan. Beberapa
indikator yang terukur hiper-gairah yang ditemukan pada pasien dengan insomnia mencakup
peningkatan tingkat metabolisme dasar, sistem saraf pusat tingkat metabolisme dan suhu
tubuh. Tingginya kadar katekolamin, hormon dilepaskan sebagai akibat dari stres yang
terukur, seperti peningkatan aktivitas gelombang otak diukur oleh electroencephalography.
Peneliti mencoba memahami patofisiologi tidur terus fokus pada kondisi hiper-gairah.
Pada gangguan depresi, ada peraturan yang abnormal chortichotrophin-releasing factor
(CRF). Diubah peraturan CRF, hiper-gairah dan gangguan tidur terjadi baik pada pasien
dengan insomnia dan depresi pasien.
Page | 21
Hipotalamus-Hipofisis-Adrenal Axis.
HPA sumbu yang dapat menyebabkan peningkatan kadar CRF, yang kemudian
menyebabkan hipofisis melepaskan adreno-corticotropic hormon (ACTH).
Hal ini menyebabkan kelenjar adrenal mensekresi kortisol dalam jumlah yang
berlebihan. Peningkatan kadar kortisol dan ACTH telah ditemukan pada pasien dengan
insomnia kronis. Tampaknya ada korelasi yang kuat antara kadar kortisol dan gangguan tidur
atau fragmentasi. Beberapa peneliti berpikir bahwa peristiwa kimiawi di otak yang berkaitan
dengan akses HPA juga menyebabkan pelepasan norepinefrin, yang mungkin juga dapat
mengganggu tidur.
Salah satu model insomnia menekankan fakta bahwa mediator dalam otak yang dapat
beroperasi bersama-sama dalam satu lingkaran yang membuat insomnia bertahan. Tinggi
kadar kortisol berkorelasi dengan wakenings malam. Peningkatan kegiatan sumbu HPA
fragmen tidur, tapi tidur fragmentasi juga meningkatkan kadar kortisol.
Peneliti lain telah menemukan bahwa pasien dengan insomnia kronis malam lebih
rendah tingkat melatonin. Melatonin, hormon yang dihasilkan di kelenjar pineal,
merupakan bagian dari pengaturan ritme sirkadian. Ketika tingkat melatonin meningkat,
Page | 22
kantuk terjadi. Tidak hanya pasien dengan insomnia memiliki tingkat melatonin yang lebih
rendah, tingkat lebih mengganggu lagi pasien mengalami kesulitan tidur. 11
FAKTOR RESIKO
Page | 23
PENATALAKSANAAN
Penatalaksaan Insomnia haruslah sesuai dengan etiologi, misalnya pada pasien yang
insomnia karena barkait dengan obat atau narkoba maka penggunaan obat serta narkoba
haruslah dikurangkan sedikit demi sedikit (tappering slow) dan seterusnya langsung berhenti
menggunakan.
Pada kasus pasien dengan penyebab gangguan jiwa seperti depresi atau ansietas,
penatalaksanaan haruslah sesuai dengan penyebabnya.
Pendekatan Hubungan Antara Pasien Dan Dokter, Tujuannya:
Pendekatan Farmakologi
Secara farmakologis kita bisa memberikan resep bantu tidur ( prescription sleep aids)
pada pasien insomnia.
Sedatif benzodiazepin : Hasil melaporkan terjadinya perbaikan kualitas dan kuantiti
tidur setelah menggunakan obat-obat ini. Berikut merupakan obat yang digunakan,
temazepam (Restoril), flurazepam (Dalmane), triazolam (Halcion), estazolam
(Prosom, Eurodin), lorazepam (Ativan), dan klonazepam (Klonopin). Obat-obat ini
merupakan obat golongan hinotik-sedatif. Efektif digunakan untuk mengobati
masalah tidur seperti berjalan dalam tidur dan malam teror. Namun, obat ini dapat
Page | 24
menyebabkan Anda merasa mengantuk pada siang hari dan juga dapat menyebabkan
ketergantungan, yang berarti anda dapat selalu perlu obat tidur
Sedatif Non Benzodiazepin : eszopiclone, zaleplon, dan zolpidem. Obat-obat masih
baru dalam golongan hipnotik-sedatif. Mekanisma kerjanya hampir sama dengan
golongan benzodiazepein yaitu bekerja pada resepto GABA
Alkohol, sering digunakan sebagai terapi pilihan individu untuk menginduksi tidur.
Namun, penggunaan alkohol akan menyebabkan insomnia. Pada penggunaan jangka
panjang akan disertai dengan pengurangan tidur REM.
Ramelteon (Rozerem) : merupakan resep obat yang stimulasi reseptor melatonin.
Ramelteon mendorong onset tidur dan membantu untuk menormalkan gangguan ritma
sirkadian. Ramelteon telah diluluskan oleh FDA bagi insomnia yang sukar untuk memulakan
tidur.
Anti depresan : misalnya amitriptilin dan trazodone telah lama digunakan buat pasien
untuk merawat pasien insomnia dengan masalah depresi. Namun karena mempunyai
jalur kerja yang lebar, efek sampingnya meningkat. Insomnia adalah gejala umum dari
depresi. Dengan demikian, beberapa obat antidepresan, seperti trazodone (Desyrel),
sangat efektif dalam mengobati kesulitan tidur dan kecemasan yang disebabkan oleh
depresi. Tetapi,secara umumnya, obat ini tidak akan membantu untuk pasien insomnia
yang tanpa menderita depresi.
Melatonin, hormon dan suplemen melatonin efektif pada beberapa tipe insomnia.
Melatonin telah digunakn dalam pil pembantu tidur, zopiclone. Manfaat dari
melatonin adalah mampu mengobati insomnia tanpa mengubah corak tidur seseorang
dan.
Antihistamin, difenhidramin digunakan meluas. Mereka umumnya bekerja baik,
tetapi dapat menyebabkan pusing keesokan harinya. Mereka cukup aman untuk dijual
tanpa resep. Namun, jika anda sedang mengambil obat lain yang juga mengandung
antihistamin, kelebihan dosis bisa terjadi.
Page | 25
Herba :
kronis.
St. Johns Worts dan chamomile , tapi masih belum menunjukkan efek yang
Pada kenyataannya, 7 jam tidur mungkin sudah cukup bagi Anda. CBT juga meluruskan
kesalahpahaman mengenai jumlah waktu yang sebenarnya Anda habiskan untuk tidur.
Penderita insomnia seringkali tidur lebih banyak dari yang mereka sadari.
Bagian tindakan (behavior) CBT membantu Anda memprogram kembali bagian otak Anda
yang mengatur siklus tidur-bangun. Terapi ini mengatasi tindakan tertentu yang disebut para
ahli dengan istilah "sleep hygiene", yang mempengaruhi tidur Anda secara negatif. Tingkah
laku ini bisa karena melakukan olahraga atau minum minuman berkafein tepat sebelum
waktu tidur.
Pengobatan dengan terapi ini biasanya dilakukan selama 4-8 sesi dengann waktu 30 menit per
sesinya dengan bantuan ahli terapi. Pendekatan ini efektif untuk berbagai tingkat kesulitan
dan biasanya terdiri dari satu atau lebih elem berikut:
1. Kontrol kognitif dan psikoterapi. Jenis terapi ini membantu mengontrol atau
mengeliminasi pikiran-pikiran negatif dan kecemasan yang membuat Anda tetap terjaga.
Selain itu juga mengeliminasi keyakinan yang salah dan mengkhawatirkan mengenai tidur,
seperti ide bahwa satu malam tanpa istirahat akan membuat Anda sakit.
2. Pembatasan tidur (Sleep restriction).Pendekatan ini mencoba menyesuaikan waktu yang
biasanya Anda habiskan di tempat tidur dengan lama tidur yang sebenarnya Anda perlukan.
Mengurangi jumlah waktu di tempat tidur yang biasanya Anda lakukan tanpa tidur akan
meningkatkan keinginan Anda untuk tidur.
3. Tetap pasif saat terbangun. Ini disebut intensi paradok, meliputi tindakan menghindari
usaha untuk tidur kembali, dengan tujuan mengeliminasi kecemasan yang Anda rasakan saat
ingin tertidur kembali dengan mudah.
4. Latihan relaksasi. Metode ini membantu pasien rileks dan mengurangi atau
mengeliminasi hal-hal yang mengganggu tidur dengan meditasi, hipnotis dan relaksasi otot
bersama cahaya malap dan musik yang menenangkan sebelum tidur
5. Kontrol stimulus. Metode ini membantu menghapuskan isyarat negatif yang pasien bawa
Page | 27
ke lingkungan tempat tidur dan menempatkan respon positif dengan tidur. Cara-cara ini bisa
membantu pasien yang insomnia kronis.
6. Sleep hygiene. Metode terapi ini mengoreksi kebiasaan dasar gaya hidup sehari-hari
yang mempengaruhi tidur, seperti:
merokok atau minum terlalu banyak kopi atau alkohol pada malam hari .
olahraga teratur selama kurang lebih 20 menit setiap hari, dan lebih ideal adalah 4-5
PREVENTIF
Lakukan kesibukan sepanjang hari atau olahraga ringan siang dan sore hari
Jangan minum kopi atau teh kental, terutama pada sore hari dan malam hari.
Page | 28
Usahakan makan malam harus kenyang agar badan cukup rileks untuk beristirahat
Minumlah segelas susu hangat atau susu campur madu sebelum tidur
Mandi dengan air hangat sebelum tidur dan jangan tidur siang
Jika Anda tetap tidak dapat tidur, cobalah meminum antihistamin seperti
promethazine atau dimenhydrinate setengah jam sebelum tidur. Obat-obatan ini
PROGNOSIS
Umumnya baik sekiranya dapat ditangani dengan cepat oleh pasien atau
dengan bantuan dokter dari sudut terapi dan kaunseling. Insomnia yang tidak
diobati berpotensi konsekuensi serius, termasuk meningkatnya risiko kecelakaan
kendaraan bermotor, gangguan kinerja sekolah atau pekerjaan, dan tingginya
tingkat ketidakhadiran kerja.
Untungnya, insomnia dapat dirawat dengan sangat efektif pada kebanyakan
pasien. Perawatan menggunakan kombinasi pendekatan biasanya paling efektif.
Pasien yang telah insomnia sekali adalah pada peningkatan risiko berulang
insomnia. Pasien yang menderita karena jet lag, kesemua simptom bisa secara
umumnya menghilang setelah beberapa hari.
Pada pasien yang depresi dan telah menderita insomnia beberapa bulan, tidak
mungkin untuk simptom pasien ini bisa hilang sendiri. Bahkan membutuhkan
evaluasi dan terapi lanjut. Konsekuens lain juga tergantung pada kewujudan
bersamaan kondisi medis yang lain misalnya seperti gagal jantung kongestif,
penyakit paru obstruktif kronik dan sindrom nyeri kronis.9
PENUTUP
Pasien mengalami gejala tidak bisa tidur di malam hari dan rasa mengantuk di siang
hari. Hasil dari sasaran belajar telah di kaji berdasarkan pemeriksaan yang di jalankan kepada
pasien, pasien mengalami insomnia dan disertai stress akibat beban dari kegiatan
Page | 29
sehariannya. Insomnia adalah suatu gangguan tidur yang dialami oleh penderita dengan
gejala-gejala selalu merasa letih dan lelah sepanjang hari dan secara terus menerus (lebih dari
sepuluh hari) mengalami kesulitan untuk tidur atau selalu terbangun di tengah malam dan
tidak dapat kembali tidur. Penyebab insomnia yang utama adalah adanya permasalahan
emosional, kognitif, dan fisiologis.9
DAFTAR PUSTAKA
1. Priguna Sidharta. Gangguan tidur. Neurologi klinis dalam praktek umum.Indonesia :
Dian rakyat.2009: 178-198.
2. Iskandar Japardi. Gangguan tidur.Fakultas Kedokteran USU.Indonesia : USU digital
library.2007: 1-10.
3. Fauci, Braunwald., Kasper., Hauser., Longo., Jameson., Loscalzo. 2008. Harrison's
Principles of Internal Medicine 17th Edition.Vol II. United States of America:
McGraws Hill. pp: 2711-2723.
4. Goodman and Gilmans. The Pharmacological basis of therapeutics. 11th ed, 2007:
361-398.
5. Saper CB, Hypothalamic regulation of sleep and circadian rhythms. Nature.
2008;437:1257-63.
6. Ohayon MM. Place of chronic insomnia in the course of depressive and anxiety
disorder. J Psychiatr Res. 2006;37:9-15.
7. Asbury McKhan. Diseases of the nervous system clinical neurobiology.Hospital
Medicine Journal. October 1990: 96-104
8. Hughes JR. EEG in clinical practice. 3rd ed, 2004: 55-104.
9. Insomnia.2009.Di unduh dari : http://www.emedicinehealth.com/insomnia. Pada 26
Januari 2011.
10. Charles A. Czeisler, John W. Winkelman, Gary S.Richardson. Sleep Disorder. In:
Fauci AS, Braunwald E, Kasper DL, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, et al.
Harrisons principles of internal medicine. 16th ed. US: McGraw-Hill; 2005.p.153-62
11. Dr. Keja Musadik, Dr. Satya Joewarna. Patofisiologi gangguan tidur dan Insomnia.
Lembaga psikiater biologik Indoinesia dan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan, Jakarta . Cermin dunia kedokteran. No 53.
12. Jacobs GD, Cognitive behaviour theraphy and pharmacotheraphy for insomnia: a
randomized controlled trial and direct comparison. Arch Internal Medicine.
2007;164:1888-96.
Page | 30