Frisma Indah P.
1102008108
Aan Muthmainnah
1102010001
Etika Septira
1102010090
1102010127
Pratama Aditya B.
1102010217
Pembimbing :
DR. Kholis Ernawati, S.Si, M.Kes
KEPANITRAAN KEDOKTERAN KOMUNITAS
BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 29 JUNI 31 JULI 2015
PENDAHULUAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Baron dan Byrne (2004) mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Stricland (2001) menjelaskan bahwa
sikap adalah predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara
kognitif, emosi, dan prilaku yang diarahkan pada suatu obyek, pribadi dan situasi
khusus dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa
respons evaluative tentang orang, benda, atau isu (colman, 2006).
Menurut Sunaryo (2004), yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung.
Derajat kesehatan masyarakat sangat dipengaruhi oleh pengetahuan sikap dan
perilaku, oleh karena itu, pemahaman mengenai pengetahuan sikap dan perilaku harus
di pahami lebih baik.
PENGETAHUAN
A. PENGERTIAN
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, yang terjadi setelah orang melakukan
pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,
yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman,rasa, dan raba. Sebagian besar
pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan merupakan pedoman
dalam membentuk tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
Secara sederhana, pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui manusia
tentang benda, sifat, keadaan, dan harapan-harapan (Ensiklopedia bebas berbahasa
(2011), Budaya .www.
Wikipedia.
Co.Id.(download:3
November
20011)).
Pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui atau disadari oleh
seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah berbagai gejala yang ditemui
dan diperoleh manusia melalui pengamatan inderawi. Pengetahuan muncul ketika
seseorang menggunakan indera atau akal budinya untuk mengenali benda atau
kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya (Ensiklopedia
bebas
berbahasa
Wikipedia.
Co.Id.(download:3
November 2011)).
B. TINGKAT PENGETAHUAN
Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo
(2003) mempunyai 6 tingkat, yakni :
1)
Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang dipelajari
sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang
dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Contoh, dapat menyebutkan
tanda-tanda kekurangan kalori dan protein pada anak balita.
2)
Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara
benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut
secara benar. Contoh, menyimpulkan meramalkan, dan sebagainya terhadap
Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi di sini
dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip, dan menggunakan rumus statistik dalam menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus pemecahan masalah (problem
solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang
diberikan.
4)
Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu
obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur
organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis
ini
dapat
menggambarkan
dilihat
dari
(membuat
penggunaan
bagan),
kata-kata
membedakan,
kerja
dapat
memisahkan,
Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang
baru. Misalnya: dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan,
dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
6)
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.evaluasi dilakukan dengan
menggunakan kriteria sendiri atau kriteria yang telah ada.
ketiga,
dan
apabila
kemungkinan
ketiga
gagal
dicoba
atau kebenaran. Sebelum ilmu pendidikan ini berkembang, para orang tua
zaman dahulu agar anaknya mau menuruti nasihat orang tuanya, atau agar anak
disiplin menggunakan cara hukuman fisik bila anaknya berbuat salah, misalnya
dijewer telinganya atau dicubit, (Notoatmodjo, 2010).
(6)
tuhan melalui para Nabi. Kebenaran ini harus diterima dan diyakini oleh
pengikut-pengikut agama yang bersangkutan, terlepas dari apakah kebenaran
tersebut rasional atau tidak. Sebab kebenaran ini diterima oleh para Nabi adalah
sebagai wahyu dan bukan karena hasil usaha penalaran atau penyelidikan
manusia, (Notoatmodjo, 2010).
(7)
melalui proses diluar kesadaran dan tanpa melalui proses penalaran atau
berpikir. Kebenaran yang diperoleh melalui intuitif sukar dipercaya karena
kebenaran ini tidak menggunakan cara-cara yang rasional dan yang
sistematis.Kebenaran ini diperoleh seseorang hanya berdasarkan intuisi atau
suara hati atau bisikan hati saja, (Notoatmodjo, 2010).
(8)
Induksi
Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya, bahwa induksi adalah proses
Pendidikan
Tokoh pendidikan abad 20 M. J. Largevelt yang dikutip oleh
Notoatmojo (2003) mendefinisikan bahwa pendidikan adalah setiap usaha,
pengaruh, perlindungan, dan bantuan yang diberikan kepada anak yang
tertuju kepada kedewasaan. Sedangkan GBHN Indonesia mendefinisikan
lain, bahwa pendidikan sebagai suatu usaha dasar untuk menjadi
kepribadian dan kemampuan didalam dan diluar sekolah dan berlangsung
seumur hidup.
b) Minat
Minat diartikan sebagai suatu kecenderungan atau keinginan yang
tinggi terhadap sesuatu dengan adanya pengetahuan yang tinggi didukung
minat yang cukup dari seseorang sangatlah mungkin seseorang tersebut
akan berperilaku sesuai dengan apa yang diharapkan.
c)
Pengalaman
Pengalaman adalah suatu peristiwa yang dialami seseorang (Middle
Brook, 1974) yang dikutip oleh Azwar (2009), Mengatakan bahwa tidak
adanya suatu pengalaman sama sekali. Suatu objek psikologis cenderung
akan bersikap negatif terhadap objek tersebut untuk menjadi dasar
pembentukan sikap pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang
kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman
pribadi tersebut dalam situasi yang melibatkan emosi, penghayatan,
pengalaman akan lebih mendalam dan lama membekas.
d) Usia
Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang
tahun. Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang
akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Dari segi kepercayaan
masyarakat seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada
orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari
pengalaman dan kematangan jiwanya, makin tua seseorang maka makin
kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapi
(Azwar, 2009).
2)
Informasi
Informasi adalah keseluruhan makna, dapat diartikan sebagai
pemberitahuan seseorang adanya informasi baru mengenai suatu hal
memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya sikap terhadap hal
tersebut. Pesan-pesan sugestif dibawa oleh informasi tersebut apabila arah
sikap tertentu. Pendekatan ini biasanya digunakan untuk menggunakan
kesadaran masyarakat terhadap suatu inovasi yang berpengaruh perubahan
perilaku, biasanya digunakan melalui media masa.
b)
Kebudayaan/Lingkungan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai
pengaruh besar terhadap pengetahuan kita. Apabila dalam suatu wilayah
mempunyai budaya untuk selalu menjaga kebersihan lingkungan maka
sangat mungkin berpengaruh dalam pembentukan sikap pribadi atau sikap
seseorang.
SIKAP
A. PENGERTIAN
Baron dan Byrne (2004) mengemukakan definisi sikap sebagai penilaian
subyektif seseorang terhadap suatu obyek sikap. Stricland (2001) menjelaskan bahwa
sikap adalah predisposisi atau kecendrungan untuk memberikan respon secara
kognitif, emosi, dan prilaku yang diarahkan pada suatu obyek, pribadi dan situasi
khusus dalam cara-cara tertentu. Sikap adalah sebuah pola yang menetap berupa
respons evaluative tentang orang, benda, atau isu (colman, 2006).
Sikap adalah tendensi untuk bereaksi dalam cara suka atau tidak suka terhadap
suatu obyek. Sikap merupakan emosi atau efek yang diarahkan oleh seseorang kepada
orang lain, benda atau peristiwa sebagai sasaran sikap. Sikap melibatkan
kecendrungan respons yang bersifat prefensial. Dalam konteks itu, seseorang
memiliki kecendrungan untuk puas atau tidak puas, positif atau tidak suka terhadap
suatu obyek sikap (Eagly & Chaiken, 1993).
B. KOMPONEN SIKAP
Terdapat tiga komponen sikap yaitu :
komponen respons evaluatif kognitif adalah gambaran tentang cara seseorang
dalam mempersepsi obyek, peristiwa, atau situasi sebagai sasaran sikap.
Komponen ini adalah pikiran, keyakinan, atau ide seseorang tentang suatu
obyek. Dalam bentuk yang sederhana komponen kognitif adalah kategorikategori yang digunakan dalam berpikir. Misalnya kategori sepeda motor
dalah sepeda motor wanita atau katagori sepeda motor Honda dan Yamaha.
atau emosi meliputi kecemasan, kasihan, benci, marah, cemburu, atau suka.
komponen yang ketiga adalah komponen respons evaluatif prilaku adalah
tendensi untuk berprilaku pada cara-cara tertentu terhadap obyek sikap. Dalam
hal ini, tekanan lebih pada tendensi untuk berprilaku dan bukan pada prilaku
secara terbuka. Misalnya, orang memiliki tendensi untuk melakukan tindakan
diskriminatif terhadap anggota dari kelompok etnis tertentu, namun karena
tindakan itu secara social dan legal dilarang, maka ia tidak melakukannya.
C. TINGKATAN SIKAP
Berbagai tingkatan sikap menurut Notoatmodjo (2003) tediri dari :
1. Menerima (Receiving)
Menerima diartikan bahwa orang (subyek) mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (obyek).
2. Merespon (Responding)
Memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan
sesuatu
dan
perilaku proyeksi. Proyeksi adalah atribusi cirri-ciri yang tidak diakui oleh diri
seseorang dalam dirinya kepada orang lain.
3. Fungsi ekspresi nilai berarti bahwa sikap membantu ekspresi positif nilai-nilai
dasar seseorang, memamerkan citra dirinya, dan aktualisasi diri. Contoh: si Fitra
mungkin mempunyai citra diri sebagai orang konservatif yang hal itu akan
mempengaruhi sikapnya tentang demokrasi atau sikapnya tentang perubahan
social.
4. Fungsi pengetahuan berarti bahwa sikap membantu seseorang menetapkan standar
evaluasi terhadap suatu hal. Standar itu menggambarkan keteraturan, kejelasan,
dan stabilitas kerangka acuh pribadi seseorang dalam menghadapi obyek atau
peristiwa disekelilingnya. Contoh: pemilik sepeda motor akan mengubah sikap
positip terhadap sepeda motor seiring dengan peningkatan status sosialnya. Dan
sekarang ia akan memutuskan untuk membeli mobil karena ia yakin bahwa mobil
lebih sesuai dengan status sosialnya yang baru yakni sebagai manager.
E. KARAKTERISTIK SIKAP
Menurut Brigham (1991) ada beberapa cirri sifat (karakteristik) dasar dari sikap,
yaitu:
1. Sikap disumpulkan dari cara-cara individu bertingkah laku.
2. Sikap ditujukan mengarah kepada obyek psikologis atau kategori, dalam hal ini
skema yang dimiliki orang menentukan bagaimana mereka mengategorisasikan
target objek dimana sikap diarahkan.
3. Sikap dipelajari.
4. Sikap mempengaruhi prilaku,mengakui suatu sikap yang mengarah pada suatu
obyek memberikan satu alasan untuk berprilaku mengarah pada obyek itu dengan
suatu cara tertentu.
F. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SIKAP
1. Pengalaman pribadi
Apa yang telah dan sedang kita alami akan ikut membentuk dan
mempengaruhi penghayatan kita terhadap stimulus sosial.
2. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Orang lain di sekitar kita merupakan salah satu diantara komoponen sosial
yang ikut mempengaruhi sikap kita. Seseorang yang dianggap penting, seseorang
yang kita harapkan persetujuannya bagi setiap gerak, tingkah dan pendapat kita,
seseorang yang tidak ingin kita kecewakan atau seseorang yang berarti khusus
bagi kita akan mempengaruhi pembentkan sikap kita terhadap sesuatu. Contoh :
Orang tua, teman sebaya, teman dekat, guru, istri, suami dan lain-lain.
3. Pengaruh kebudayaan
Kebudayaan dimana kita hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar
terhadap pembentukan sikap kita.
4. Media massa
Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa seperti televisi,
radio, surat kabar, majalah dan lain-lain mempunyai pengaruh besar dalam
pembentukan opini dan kepercayaan. Adanya informasi baru mengenai sesuatu
hal memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sikap terhadap hal tersebut.
5. Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Lembaga pendidikan serta lembaga agama sebagai suatu sistem mempunyai
pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan dasar
pengertian dan konsep moral dalam arti individu.
6. Pengaruh faktor emosional
Tidak semua bentuk sikap dipengaruhi oleh situasi lingkungan dan
pengalaman pribadi seseorang, kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi yang berfungsi sebagai
penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.
G. TEORI TENTANG SIKAP
1. Teori Keseimbangan
Pada teori ini fokusnya terletak pada upaya individu untuk tetap konsisten
dalam bersikap dalam hidup yang melibatkan hubungan- hubungan antara
seseorang dengan dua objek sikap.
Dan dalam bentuk sederhana, ketiga elemen tersebut dihubungkan dengan :
a. sikap favorable ( baik, suka, positif )
b. sikap Unfavorable ( buruk, tidak suka, negatif )
2. Teori Konsistensi kognitif Afektif
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana seseorang berusaha
membuat kognisi mereka konsisiten dengan afeksinya dan penilaian seseorang
terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya.
Sebagai contoh: Tidak jadi makan direstoran X karena temannya bilang bahwa
restoran tersebut tidak halal padahal di belum pernah kesana.
3. Teori Ketidaksesuaian
Pada teori ini fokusnya terletak pada bagaimana individu menyelaskan
elemen elemen kognisi, pemikiran atau struktur ( Konsonansi selaras ) dan
disonasi atau kesetimbangan yaitu pikiran yang amat menekan dan memotivasi
seseorang untuk memperbaikinya.dimana terdapat 2 elemen kognitif dimana
disonasi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menganggu logika dan
penghargaan. Sebagai contoh Misalnya: Merokok membahayakan kesehatan
konsonansi dengan saya tidak merokok; tetapi disonansi dengan perokok.
Cara mengurangi Disonansi:
a. Merubah salah satu elemen kognitif, yaitu dengan mengubah sikap agar sesuai
dengan perilakunya. Misalnya : stop merokok
b. Menambahkan satu elemen kognitif baru. Misalnya: tidak percaya rokok
merusak kesehatan
4. Teori Atribusi
Pada teori ini fokusnya terletak paad bagaimana individu mengetahui akan
sikapnya dengan mengambil kesimpulan sendiri dan persepsinya tentang situasi.
Pada teori ini implikasinya adalah perubahan perilaku yang dilakukan seseorang
menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa sikapnya telah berubah.
Sebagai contoh memasak setiap kesempatan baru sadar kalu dirinya suka
menyukai/ hobi memasak
H. HUBUNGAN SIKAP DAN PERILAKU
Sampai sekarang masih terdapat banyak kontroversi berkenaan dengan
kejelasan hubungan antara sikap dan perilaku seseorang. Sikap akan memiliki
kemampuan prediksi terhadap unjuk perilaku yang memadai apabila memenuhi
syarat: peneliti memiliki alat ukur sikap yang memadai dan peneliti memahami
terdapat faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku seseorang, teori tindakan
beralasan merupakan salah satu teori yang berhasil menjembatani hubungan antara
sikap dan perilaku (Aronson, Wilson, dan Akert, 1997). Sikap dan perilaku
mempengaruhi perilaku melalui variabel perantara yang disebut sebagai niat untuk
melaksanakan perilaku.
1. Setiap hari, kita dihadapkan pada berbagai usaha untuk mengubah sikap kita.
Salah satunya adalah iklan. Iklan berusaha mengubah sikap kita untuk
membeli suatu produk dan hal itu merupakan bentuk dari persuasi. Agar kita
tidak mudah terpengaruh oleh iklan maka kita bisa menolak persuasi.Dengan
cara
sebagai penyerangan terhadap kebebasan pribadi. Tidak ada seorang pun yang
suka disuruh melakukan sesuatu, tetapi hal itulah yang dilakukan oleh para
pembuat iklan, politikus, dan lainnya, saat mencoba untuk mengubah sikap
kita. Jadi ketika kita menerima tawaran, ingatkan diri sendiri bahwa kitalah
yang berkuasa atas hidup kita dan tidak ada alasan apapun untuk menerima
apapun yang ditawarkan oleh iklan ataupun perayu itu.
2. Di Indonesia banyak hal yang dapat dilakukan dengan cara persuasi. Misalnya
lapindo, tsunami di aceh, bencana merapi, dan sebagainya. Namun, pemimpin
Indonesia justru abai pada persuasi. Persuasi menekankan pada sikap empatik
mengajak warga untuk mengukuti leader berdasarkan legitimasi moral bukan
semata legitimasi informal. Persuasive bisa ampuh jika para follower merasa
tidak keberatan, ikhlas, dan tulus melakukan apa yang diperintahkan.
3. Seorang guru juga bisa menggunakan persuasi terhadap muridnya. Agar para
murid merasa senang, semangat dan rajin belajar.
PERILAKU
A. PENEGRTIAN
Ada beberapa definisi perilaku manusia yang disampaikan oleh beberapa ahli:
a. Skinner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh
karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme,
dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skiner ini disebut teori
S-O-R atau Stimulus Organisme Respons.
Skinner membedakan ada dua macam respon:
b. Robert Kwik (1974) menyatakan bahwa perilaku adalah tindakan atau perbuatan
suatu organisme yang dapat diamati dan bahkan dapat dipelajari. Perilaku tidak
sama dengan sikap. Sikap adalah hanya suatu kecenderungan untuk mengadakan
tindakan terhadap suatu obyek, dengan suatu cara yang menyatakan adanya
tanda-tanda untuk menyenangi atau tidak menyenangi obyek tersebut. Sikap
hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
c. Menurut Sunaryo (2004), yang disebut perilaku manusia adalah aktivitas yang
timbul karena adanya stimulus dan respons serta dapat diamati secara langsung
maupun tidak langsung.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dirumuskan bahwa perilaku manusia
adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang dapat diamati secara
langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.
B. PEMEBENTUKAN PERILAKU
a.
b.
C. BENTUK PERILAKU
Perilaku dapat diberi batasan sebagai suatu tanggapan individu terhadap
rangsangan yang berasal dari dalam maupun luar diri individu tersebut. Secara garis
besar bentuk perilaku ada dua macam, yaitu :
Perilaku pasif (respons internal)
Perilaku yang sifatnya masih tertutup, terjadi dalam diri individu dan
tidak dapat diamati secara langsung. Perilaku ini sebatas sikap belum ada
tindakan yang nyata. Contohnya : berpikir, berfantasi, beranganangan,dll.
Perilaku aktif (respon eksternal)
Perilaku yang sifatnya terbuka. Perilaku aktif adalah perilaku yang dapat
diamati langsung, berupa tindakan yang nyata. Contohnya mengerjakan
soal ulangan, membaca buku pelajaran, dll.
D. DOMAIN PERILKU
Benyamin Bloom (1980), seorang ahli psikologi pendidikan membagi perilaku
itu ke dalam 3 domain (ranah/kawasan), meskipun kawasan-kawasan tersebut tidak
mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembagian kawasan ini dilakukan untuk
kepentingan tujuan pendidikan. Bahwa dalam tujuan suatu pendidikan adalah
mengembangkan atau meningkatkan ketiga domain perilaku tersebut yang terdiri dari:
a) ranah kognitif (cognitive domain)
b) ranah afektif (affective domain)
c) ranah psikomotor (psychomotor domain).
Terbentuknya suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa dimulai pada bermain
kognitif, dalam arti subyek tahu terlebih dahulu yang berupa materi atau obyek
diluarnya sehingga menimbulkan pengetahuan baru terhadap subyek baru, dan
selanjutnya menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap subjek terhadap objek
yang diketahui itu. Akhirnya rangsangan yakni objek yang telah diketahui dan
disadari sebelumnya akan menimbulkan respon lebih jauh lagi yaitu berupa tindakan
(action) terhadap atau sehubungan dengan stimulus atau objek tadi. Namun demikian,
dalam kenyataan stimulus yang diterima oleh subyek dapat langsung menimbulkan
tindakan. Artinya seseorang dapat bertindak atau berperilaku baru tanpa mengetahui
terlebih dahulu terhadap makna yang diterimanya. Dengan kata lain tindakan
(practice) seseorang tidak harus didasari oleh sikap atau pengetahuan.
Menurut Ki Hajar Dewantara tokoh pendidikan nasional kita, ketiga kawasan
perilaku ini disebut : Cipta (kognisi), rasa (emosi), dan karsa (konasi). Tokoh
pendidikan kita ini mengajarkan bahwa tujuan pendidikan adalah membentuk dan atau
meningkatkan kemmpuan manusia yang mencakup cipta, rasa, dan karsa tersebut.
Ketiga kemampuan tersebut harus dikembangkan bersama-sama secara seimbang,
sehingga terbentuk manusia Indonesia yang seutuhnya (harmonis).
E. TEORI PERILAKU
1. Teori PRECED-PROCEED (1991)
Teori ini dikembangkan oleh Lawrence Green yang dirintis sejak 1980.
Lawrence Green mencoba menganalisa perilaku manusia dari tingkat kesehatan.
Kesehatan seseorang atau masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni
faktor prilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes).
Perilaku dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yang dirangkum dalam akronim
PRECEDE : Predispocing, enabling, dan reinforcing Cause in Educatinal and
evaluation. Precede ini merupakan arahan dalam menganalisis atau diagnosis dan
evaluasi perilaku untuk intervensi pendidikan (promosi) kesehatan. Precede
merupakan fase diagnosis masalah sedangkan PROCEED : Policy, Regulatory,
Organizational Construc in Educational and Environmantal, Development, dan
evaluasi pendidikan kesehatan. Apabila Precede merupakan fase diagnosis masalah
maka proceed merupakan pelaksanaan dan evaluasi promosi kesehatan. Lebih
lanjut Precede model ini dapat diuraikan bahwa perilaku itu sendiri ditentukan atau
terbentuk dari 3 faktor, yakni :
sebagainya.
Faktor-faktor pendorong atau penguat (renforcing factors) yang terwujud dalam
sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan
(accesebility of information).
Otonomi pribadi orang yang bersangkutan dalam hal mengambil tindakan atau
kesehatan).
Tokoh penting sebagai Panutan. Apabila seseorang itu penting untuknya, maka
sebagainya.
Perilaku normal, kebiasaan, nilai-nilai dan penggunaan sumber-sumber didalam
suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup (way of life) yang pada
umumnya disebut kebudayaan. Kebudayaan ini terbentuk dalam waktu yang
lama dan selalu berubah, baik lambat ataupun cepat sesuai dengan peradapan
umat manusia (Notoatmodjo, 2011).
4. Teori menurut Robert Kwick (1974)
Perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati
dan bahkan dapat dipelajari.perilaku tidak sama dengan sikap, sikap adalah hanya
suatu kecenderungan untuk mengadakan tindakan terhadap suatu objek, dengan
suatu cara yang menyatakan adanya tanda- tanda untuk menyenangi atau tidak
menyenangi objek tersebut. Sikap hanyalah sebagian dari perilaku manusia.
Dalam proses pembentukan dan atau perubahan, perilaku dipengaruhi oleh
beberapa faktor yang berasal dari dalam dan dari luar individu itu sendiri, faktorfaktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi 2.
1) Faktor internal, mencakup pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi,
dsb yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar
2) Faktor eksternal, meliputi lingkungan sekitar, baik fisik maupun non fisik
seperti iklim, manusia, sosial ekonomi, kebudayaan, dsb.
Dari uraian diatas tampak jelas bahwa perilaku merupakan konsepsi yang tidak
sederhana, sesuatu yang kompleks, yakni suatu pengorganisasian proses- proses
psikologis oleh seseorang yang memberikan predisposisi untuk melakukan respon
menurut cara tertentu terhadap suatu objek.
5. Teori Menurut Saparinah Sadli (1980)
Setiap Individu sejak lahir terkait dengan suatu kelompok, terutama kelompok
keluarga. Dalam keterkaitannya dalam kelompok ini membuka kemungkinan untuk
mempengaruhi dan dipengaruhi anggota kelompok lain. Oleh karena pada setiap
kelompok senantiasa berlaku aturan aturan dan norma norma sosial tertentu, maka
perilaku tiap individu anggota kelompok berlangsung dalam suatu jaringan
normatif. Demikian pula perilaku individu tersebut terhadap masalah- masalah
kesehatan.
dengan lingkungan
Lingkungan keluarga : kebiasaan kebiaaan tiap anggota keluarga mengenai
kesehatan
3. Lingkungan terbatas ; tradisi, adat istiadat, dan kepercayaan masyarakat
sehubungan dengan kesehatan
4. Lingkungan umum ; Kebijakan- kebijakan pemerintah dibidang kesehatan,
undang- undang kesehatan, program kesehatan, dsb
6. Theory Health Believe Model (HBM), 1950
Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering
digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun
1950 oleh sekelompok psikolog untuk membantu menjelaskan mengapa orang
akan menggunakan pelayanan kesehatan. Sejak terbentuk teori HBM telah
digunakan untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. yang dihipotesis oleh
teori HBM adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa
kejadian simulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :
1. Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada
menjadi relevan.
sempurna.
Olah raga teratur, juga mencakup kualitas (gerakan) dan kuantitas dalam arti
frekuensi dan waktu yang digunakan untuk olahraga. Dengan sendirinya
kedua aspek ini akan tergantung dari usia, dan status kesehatan yang
bersangkutan.
Tidak merokok, yang merupakan kebiasan jelek yang mengakibatkan
berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di
Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia
usia dewsa merokok. Bahkan dari hasil studi penelitian , sekitar 15% remaja
tidak
menyebabkan
gangguan
kesehatan,
kita
harus
dapat
stimulus atau objek dan stimulus tersebut menimbulkan pendapat atau keyakinan
yang berbeda / bertentangan didalam diri individu sendiri maka terjadilah
dissonance.
c. Teori Fungsi (1960)
Teori ini berdasarkan anggapan bahwa perubahan perilaku individu itu
tergantung kepada kebutuhan. Hal ini berarti bahwa stimulus yang dapat
mengakibatkan perubahan perilaku seseorang apabila stimulus tersebut dapat
dimengerti dalam konteks kebutuhan orang tersebut. Menurut Katz (1960) perilaku
dilatarbelakangi oleh kebutuhan individu yang bersangkutan. Katz berasumsi bahwa:
1.
orang yang sedang marah, senang, gusar, dan sebagainya dapat dilihat dari
perilaku atau tindakannya.
d. Teori Kurt Lewin (1970)
Kurt Lewin (1970) berpendapat bahwa perilaku manusia adalah suatu
keadaan yang seimbang antara kekuatan-kekuatan pendorong (driving forces) dan
kekuatan-kekuatan penahan (restrining forces). Perilaku ini dapat berubah apabila
terjadi ketidakseimbangan antara kedua kekuatan tersebut didalam diri seseorang.
Sehingga ada 3 kemungkinan terjadinya perubahan perilaku pada diri seseorang itu,
yakni :
Kekuatan-kekuatan pendorong meningkat
Kekuatan-kekuatan penahan menurun
Kekuatan pendorong meningkat, kekuatan penahan menurun
Jenis ras, setiap ras di dunia memiliki perilaku yang spesifik, saling berbeda
normal.
Agama. Agama sebagai suatu keyakinan hidup yang masuk ke dalam konstruksi
kepribadian seseorang sangat berpengaruh dalam cara berpikir, bersikap, beraksi,
dan berperilaku individu. Seseorang yang mengerti dan rajin melaksanakan ajaran
agama dalam kehidupan, akan berperilaku dan berbudi luhur sesuai denagn ajaran
agama.
Sosial ekonomi, telah disinggung sebelumnya bahwa salah satu lingkungan yang
berpengaruh terhadap perilaku seseorang adalah lingkungan sosial. Lingkungan
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta
2. Azwar, Saifuddin.2009. Sikap Manusia Teori Dan Pengukuranya. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
3. Anonim a. 2008. Faktor Faktor yang mempengaruhi sikap ( Online )
http://www.Sikap.Com, diakses 16 April 2013
4. Ensiklopedia bebas berbahasa 2011, Pengetahuan .www.
Wikipedia.
Co.Id.
Siti
Pariani.
2001. Pendekatan
Praktis
Metodologi
Metodologi
Riset
Penelitian
Ilmu
17. Profil
Kesehatan
Propinsi
Jawa
November 2011
18. Sunaryo. 2004. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
19. Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta
20. Winarto, Joko. 2011. Teori B.F Skinner, (online), diakses 25 November 2011.
(http://edukasi.kompasiana.com/2011/02/13/teori-bf-skinner).