Mata Pelajaran
Kelas/Semester
Pertemuan ke
Durasi Waktu
Standar Kompetensi
Kompetensi Dasar
:
:
:
:
:
:
Indikator
I.
TUJUAN PEMBELAJARAN
A. Tujuan Akademik
1.
2.
3.
yang
dianutnya, toleran terhadap pelaksanaan ibadah agama lain, dan hidup rukun
dengan pemeluk agama lain (Religius)
2.
Siswa melakukan tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan (Disiplin)
3.
Siswa
mampu melakukan
Siswa mampu bersikap dan ber perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas
dan kewajibannya, yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial dan budaya), negara dan Tuhan Yang
Maha Esa. (Tanggung Jawab)
Keterangan:
1. tepi/mata potong
11. mata/puncak
2. kepala
3. bibir pengait
4. titik mati
5. tepi/kelonggaran
6. garis tengah
7. bagian sudut potong
8. sudut potong
9. saluran tatal
10. badan
Gambar 1. Bagian mata bor
Gambar 2. Mata bor pilin kisar sedang (sudut mata bor 118 o)
Macam-macam mata bor
Selain mata bor pilin kisar sedang, jenis mata bor pilin lainnya adalah:
a. Mata bor pilin dengan spiral kecil
Mata bor pilin dengan spiral kecil (Gambar 69), sudut penyayatnya 130
digunakan untuk mengebor aluminium, tembaga, timah, seng dan timbal
13 mm, sedangkan untuk diameter yang lebih besar biasanya digunakan sarung
pengurang (Gambar 13).
Mesin bor
Mesin bor yang digunakan pada kerja bangku ada dua jenis yaitu mesin bor
bangku (Gambar 14) untuk pekerjaan-pekerjaan yang kecil sampai sedang dan
mesin bor tiang (Gambar 15) untuk pekerjaan yang lebih besar.
Keterangan:
1. Tombol
2. Tuas penekan
3. Tuas pengikat
4. Alas mesin bor
5. Meja mesin bor
6. Penjepit bor
7. Pengaman
8. Mur penyetel
9. Rumah sabuk kecepatan
Gambar 14. Mesin bor bangku
Keterangan:
1. Tuas pengatur kecepatan
2. Tuas penekan
3. Sumbu bor
4. Meja mesin bor
5. Tiang
6. Landasan/bantalan
perhitungan jumlah putaran dalam satu menit atau Revolution Per Menit (RPM).
Kecepatan putaran mata bor dapat dihitung dengan rumus :
Di mana :
N 1000.CS
.D
Cs
= 22/7
1000
jenis bahan alat potong. Tabel 4 memperlihatkan cutting speed untuk mata bor.
Carbide Drills
Meter/menit
HSS Drills
Meter/menit
200 300
200 300
70 100
100 150
70 100
60 100
80 90
250 400
40 50
80 100
60 70
50 60
50 60
50 70
60 70
80 150
80 150
30 50
40 75
30 50
25 50
30 45
100 200
15 25
30 55
25 35
20 30
20 30
20 35
25 35
mengebor baja lunak (St.37)?Jawab : Dari tabel 3, CS untuk baja lunak (St.37) pada
kolom HSS adalah 25 s.d 35 m/menit. Jika CS diambil 30 m/menit, maka N = 30.
1000/. 10 = 954 rpm
Contoh 2 : Berapa kecepatan putaran (n) mata bor diameter 10 untuk
mengebor baja alat ? Jawab : Dari tabel 3, CS untuk baja alat pada kolom HSS
adalah 20 30 m/menit. Jika CS diambil 25 m/menit, maka
N = 25. 1000/. 10 = 795 rpm
Dari kedua contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa diameter mata bor
yang sama jika digunakan untuk jenis bahan yang berbeda maka kecepatan
putarannya pun
putarannya. Demikian pula halnya dengan diameter mata bor yang berbeda
digunakan untuk jenis bahan benda kerja yang sama, maka kecepatan putarannya
pun berbeda. Semakin kecil diameter mata bor, semakin tinggi kecepatan
putarannya.
Selain
kecepatan
putaran,
kecepatan
pemakanan
pun
harus
diperhatikan agar tidak terjadi beban lebih. Berikut ini tabel kecepatan pemakanan
pengeboran untuk berbagai diameter
Table 5. Kecepatan pemakanan (feeding)
Diameter mata bor dalam
mm
Hingga 3
3 sd 6
6,5 sd 8,5
8,5 sd 25
Lebih dari 25
Kecepatan pemakanan
mm/putaran
0,025 sd 0,05
0,05 sd 0,1
0.1 sd 0,2
0,2 sd 0,4
0,4 sd 0,6
Langkah pengeboran
Pengeboran
pekerjaan yang presisi, awal pengeboran dimulai dengan senter bor. Selain itu untuk
diameter lubang yang besar, pengeboran dilaksanakan secara bertahap, mulai dari
diameter kecil hingga diameter besar.
Contoh: Pengeboran diameter lubang 20 mm, pengeboran awal bisa dimulai
dengan mata bor diameter 10 kemudian 15 dan terakhir 20 mm. Di samping
pengeboran secara bertahap, penjepitan benda kerja untuk pengeboran lubang besar
harus kuat. Bentuk benda kerja yang dibor tentunya bervariasi demikian pula dengan
posisi lubang pada benda kerja
- Asetilin dengan oksigen menghasilkan suhu nyala api paling tinggi dibandingkan
nyala api oksigen dengan bahan bakar lain.
Gas asetilin dibuat dengan jalan mencampur karbit (calsium carbida) dengan
air. Prosesnya secara kimia adalah sebagai berikut:
CaC2 + 2H2O -
Sifat-sifat gas asetilen adalah tidak berwarna, tidak beracun, mudah terbakar
dan berbau. Massa jenis gas asetilen: 1,17 Kg/m 3. berikut penguraian gas
pengelasan:
Gas bakar:
- Asetilen (C2H2)
- Propan (C3H8)
- Gas bumi
Gas pengelasan
Oksigen (O2)
5
6
4
7
8
9
3
1
10
2
11
12
4. Badan pesawat
Cara pemakaian:
Isi tangki dengan air setinggi batas air yang ada
Isi waterlock dan kerangan penduga / cerat penduga dalam keadaan terbuka,
sehingga air akan keluar kalau air sudah cukup isinya
Isi laci karbid dengan gumpalan karbid sesuai dengan ukuran yang telah
ditentukan, kemudian tutup kembali rapat-rapat
Buka kran pengisi air, kalau air dalam tangki sudah naik, buka kran
penghubung gas dan generator asetilen sudah siap dipakai
2.2.Nyala Api
Dalam las asetilen terdapat beberapa macam nyala api yaitu:
Api yang dihasilkan oleh campuran yang terlalu banyak acetylene atau
kekurangan oksigen, tanda-tandanya Bentuk kerucut nyala tumpul di sekitar
kerucutnya terlihat kabut putih pemakaian Untuk mengelas permukaan yang
dikeraskan dengan memakai bahan tambah.
Simbol
dasar
Keterangan
Kampuh persegi
Kampuh V tunggal, bentuk
X (kampuh V ganda)
Sudut
Plug/slot
Rigi las, las buildup
Titik, Proyeksi, Lapisan
2. Trafo las
Pemilihan trafo las pada saat akan membeli, harus dipertimbangkan tentang
kebutuhan maksimal (beban pekerjaan yang akan dikenakan kepada trafo las
tersebut. Apabila beban pekerjaannya besar maka langkah pemilihannya adalah
dapat dipertimbangkan tentang tegangan input: 3PH, 2PH atau 1PH; Ampere output,
dipertimbangkan dari diameter elektroda yang akan digunakan. dan yang paling
penting adalah duty cycle dari trafo tersebut. dalam hal ini pilihlah trafo las yang
memiliki duty cycle yang tinggi untuk ampere yang tinggi, misal duty cycle 100%
untuk arus sampai dengan 200 A. langkah berikutnya gunakan tang ampere untuk
mengecek kesesuaian out put arus pengelasan pada indikator dengan kenyataannya
yang terlihat pada tang ampere.
Jenis trafo las juga perlu dipertimbangkan apakah trafi AC atau DC. hal ini
terkait dengan jenis elektroda yang akan digunakan. jika menggunakan multi
electrode, pilihlah trafo DC. Cara mengoperasikan trafo las terlebih dahulu harus
dilihat instalasinya. kabel tenaga ke trafo las, kabel massa, kabel elektroda dan
kondisi trafo sendiri, apakah pada tempat yang kering atau basah. setelah diketahui
instalasinya baik, maka saklar utama pada kabel tenaga di on kan, selanjutnya saklar
pada trafo las di on kan. pastikan kabel massa dan kabel elektroda tidak dalam
kondisi saling berhubungan. atur arus pengelasan yang dibutuhkan dan selanjutnya
gunakan untuk mengelas. Apabila proses pengelasan telah selesai, trafo las
dimatikan kembali.
berlilitan. Dengan kondisi semacam ini maka aliran arus pengelasan akan maksimal.
Jika sudah tidak dipakai, trafo las dimatikan dan kabel las digulung dan diletakkan
dengan benar tidak saling berbelit agar mudah dalam penggunaan di waktu yang
lain.
4. Mesin Gerinda
Menggunakan gerinda dengan tepat sesuai dengan prosedur
a. Cara penggunaan
Cara mematikan
: Tombol 2 dilepaskan
PERCOBAAN !
Periksalah
mata
gerinda
sebelum
digunakan.
Mata
gerinda
harus
dipasangkan dengan betul dan harus bisa berputar dengan bebas. Biarkan mesin
berjalan tanpa beban selama paling sedikit 30 detik sebagai percobaan. Mata gerinda
yang rusak, sembul atau menyebabkan getaran jangan dipergunakan.
Mata gerinda dan mata potong menjadi sangat panas pada waktu
dipergunakan. Jangan memegangnya, jika belum menjadi dingin.
sampai 40o
pada waktu mengikis didapatkan hasil pekerjaan yang paling bagus. Mesin
ditekankan dengan tekanan ringan dan digoyang-goyangkan. Dengan
demikian benda yang dikerjakan tidak menjadi panas, warna permukaan dari
benda yang telah dikerjakan tidak berubah dan penampang menjadi lebih
halus.
o
dipergunakan secara baik dan aman. Pada penggunaan yang luar biasa jika
mengerjakan bahan logam bisa terjadi debu yang konduktif di dalam mesin. Isolasi
keselamatan mesin bisa menjadi berkurang.
Dalam hal-hal demikian kami anjurkan supaya dipergunakan sarana
penghisapan yang stasioner, lubang ventilasi sering-sering dibersihkan (ditiup) dan
pemakaian sakelar pengaman terhadap arus penyimpangan (FI). Jika pada suatu
waktu mesin ini tidak bisa berjalan meskipun mesin telah diproduksikan dan diperiksa
dengan teliti, maka reparasinya harus dilakukan oleh Service Center perkakasperkakas listrik Bosch yang sah.
(b)
(c)
Gagang tambahan
(d)
(e)
Poros kerja
(f)
Kap pelindung
(g)
Baut
(h)
(i)
(j)
(k)
Mur untuk poros kerja yang dibuka dan dan dikunci dengan tangan (untuk
poros kerja M 14)
(l)
Pelindung tangan
(m)
Piringan karet
(n)
Daun ampelas
(o)
(p)
(q)
(r)
(s)
2. Metode
B. Kegiatan Inti
Membuat kesimpula
C. Tindak Lanjut
Menerapkan konsep
Pengembangan konsep
Memberikan evaluasi
Penugasan ( PR )
V. SUMBER BELAJAR
1. Sumber
2. Alat
3. Bahan
2.
1. Tombol
2. Tuas penekan
3. Tuas pengikat
4. Alas mesin bor
5. Meja mesin bor
6. Penjepit bor
7. Pengaman
8. Mur penyetel
9. Rumah sabuk kecepatan
3. Pengeboran diameter lubang 20 mm, pengeboran awal bisa dimulai dengan mata
bor diameter 10 kemudian 15 dan terakhir 20 mm. Di samping pengeboran
secara bertahap, penjepitan benda kerja untuk pengeboran lubang besar harus
kuat. Bentuk benda kerja yang dibor tentunya bervariasi demikian pula dengan
posisi lubang pada benda kerja
4. a. Kabel Power
b. Trafo las
c. Kabel elektroda
d. Kabel massa
e. Pemegang elektroda
f. Pemegang /penjepit massa
5.
C. Kriteria Penilaian
NO. SOAL
JAWABAN BENAR
10
20
30
15
25
JUMLAH
100
SKOR
X 100
JUMLAH SKOR MAXIMAL
Mengetahui,
Kepala SMK PGRI 3 Karawang
H.Obang Norbayu,SH
Ahadiat,S.Pd,SST