A. Definisi
Abortus adalah pengeluaran atau ekstraksi janin atau embrio yang berbobot 500
gram atau kurang, dari ibunya yang kira kira berumur 20 sampai 22 minggu
kehamilan
Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa gestasi
belum mencapai usia 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin mampu hidup di luar
kandungan dengan berat badan kurang dari 1000 gram atau umur kehamilan kurang
dari 28 minggu
B. Etiologi
Berbagai penyakit ibu dapat menimbulkan abortus misalnya :
1.
2.
3.
4.
Stase Maternitas.........1
5.
Kelainan alat kandungan hipolansia, tumor uterus, serviks yang pendek, retro
flexio utero incarcereta, kelainan endometriala, selama ini dapat menimbulkan
abortus.
6.
7.
C. Epidemiologi
Frekuensi Abortus sukar ditentukan karena Abortus buatan banyak tidak
dilaporkan, kecuali apabila terjadi komplikasi. Abortus spontan kadang-kadang hanya
disertai gejala dan tanda ringan, sehingga pertolongan medik tidak diperlukan dan
kejadian ini dianggap sebagai terlambat haid. Diperkirakan frekuensi Abortus spontan
berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% bila diperhitungkan wanita
yang hamil sangat dini, terlambat haid beberapa hari, sehingga seorang wanita tidak
mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5 juta kehamilan per-tahun,
dengan demikian setiap tahun 500.000-750.000 abortus spontan.
Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO) diperkirakan 4,2 juta Abortus dilakukan
Stase Maternitas.........2
lanjut, penyebab kehamilan yang tidak diinginkan antara lain meliputi kegagalan KB,
alasan ekonomi, kehamilan di luar nikah atau kehamilan akibat perkosaan dan insest.
Abortus terkomplikasi berkontribusi terhadap kematian ibu sekitar 15%. Data
tersebut seringkali tersembunyi di balik data kematian ibu akibat perdarahan atau
sepsis. Data lapangan menunjukkan bahwa sekitar 60-70% kematian ibu disebabkan
oleh perdarahan, dan sekitar 60% kematian akibat perdarahan tersebut, atau sekitar 3540% dan seluruh kematian ibu, disebabkan oleh perdarahan postpartum. Sekitar1520% kematian ibu disebabkan oleh sepsis. Manajemen aktif kala III dalam persalinan
normal dikatakan dapat mencegah sekitar 50% perdarahan postpartum,atau sekitar 1720% kematian ibu. Dengan demikian, paket intervensi berupa pelayanan paska
keguguran dan pertolongan persalinan yang bersih dengan manajemen aktif kala III
dapat berkontribusi dalam mencegah kematian ibu sampai sekitar 50%.
D. Klasifikasi
1. Abortus spontanea (abortus yang berlangsung tanpa tindakan), yaitu :
a. Abortus imminens : Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada
kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan
tanpa adanya dilatasi serviks.
b. Abortus insipiens : Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20
minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil
konsepsi masih dalam uterus.
c. Abortus inkompletus : Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan
sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
d. Abortus kompletus : Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan.
2. Abortus provokatus (abortus yang sengaja dibuat), yaitu :
Menghentikan kehamilan sebelum janin dapat hidup di luar tubuh ibu. Pada
umumnya dianggap bayi belum dapat hidup diluar kandungan apabila kehamilan
belum mencapai umur 28 minggu, atau berat badan bayi belum 1000 gram,
walaupun terdapat kasus bahwa bayi dibawah 1000 gram dapat terus hidup.
E. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi perdarahan desiduabasalis, diikuti dengan nerkrosis
jaringan sekitar yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda asing
Stase Maternitas.........3
Stase Maternitas.........4
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan
adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
G. Komplikasi
1. Perdarahan (haemorrogrie)
2. Perforasi
3. Infeksi dan tetanus
4. Payah ginjal akut
5. Syok, yang disebabkan oleh syok hemoreagrie (perdarahan yang banyak) dan
syok septik atau endoseptik (infeksi berat atau septis)
6. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi kelainan
pembekuan darah
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Kehamilan
Positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu setelah abortus
2. Pemeriksaaan Doppler atau USG untuk menentukan apakah janin masih hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
I. Penatalaksanaan Medis
Teknik aborsi dibedakan menjadi dua jenis yaitu:
1. Teknik bedah
a. Kuretose / dilatasi
Kurotase ( kerokan ) adalah cara menimbulkan hasil konsepsi memakai alat
kuretase (sendok kerokan) sebelum melakukan kuratase, penolong harus
melakukan pemeriksaan dalam untuk menentukan letak uterus, keadaan
serviks. Mengan isi uterus dengan mengerok isinya disebut kuretase tajam
sedangang mengosongkan uterus dengan vakum disebut kuretase isap .
b. Aspirasi haid
Stase Maternitas.........5
Stase Maternitas.........7
darah, dada untuk bunyi jantung/paru abdomen untuk bising usus atau denyut
jantung janin.
Pemeriksaan laboratorium :
a. Darah dan urine serta pemeriksaan penunjang : rontgen, USG, biopsi, pap
smear.
b. Keluarga berencana : Kaji mengenai pengetahuan klien tentang KB, apakah
klien setuju, apakah klien menggunakan kontrasepsi, dan menggunakan KB
jenis apa.
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan: Agen injuri biologi
b. Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan menyeluruh
c. Resiko perdarahan dengan faktor resiko abortus
d. Risiko infeksi dengan faktor resiko Pertahan primer tidak adekuat
e. Ansietas b.d. ancaman perubahan status kesehatan
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan tidak familier dengan sumber informasi
3. Rencana Tindakan
No
1.
Diagnosa
Keperawa
tan
Nyeri
akut
berhubun
gan
dengan:
Agen
injuri
biologi
Tujuan
Intervensi
mengalami
tidur
2.
Intolerans
i aktivitas
gangguan
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama
.
Pasien
bertoleransi
terhadap
aktivitas dengan Kriteria
Hasil :
b.d
Kelemaha
n
menyelur
uh
1.
Berpartisi
pasi dalam aktivitas
fisik tanpa disertai
peningkatan
tekanan
darah, nadi dan RR
2.
Keseimba
ngan aktivitas dan
istirahat
Resiko
perdarah
an
dengan
faktor
resiko
abortus
NOC
Setelah dilakukan
tindakan asuhan
keperawatan pada pasien
selama 1 x 24 jam
diharapkan perdarahan
tidak terjadi dengan
kriteria hasil :
a. Tanda tanda
4.
Risiko
infeksi
dengan
faktor
resiko
Pertahan
primer
tidak
adekuat
5.
Ansietas
b.d.
ancaman
perubaha
n status
kesehatan
cemas
c. Vital sign (TD, nadi,
respirasi) dalam batas
normal
d. Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh,
dan tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
e. Menunjukkan
peningkatan
konsentrasi
dan
akurasi dalam berpikir
7.
Anjurkan
keluarga
untuk
menemani
anak
dalam
pelaksanaan
tindakan
keperawatan
Lakukan massage pada leher
dan punggung, bila perlu
Bantu
pasien
mengenal
penyebab kecemasan
Dorong pasien/keluarga untuk
mengungkapkan
perasaan,
ketakutan, persepsi tentang
penyakit
8.
9.
10.
Indikator skala :
1. Tidak pernah
dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
6.
Defisiensi
pengetah
uan
berhubun
gan tidak
familier
dengan
sumber
informasi
Setelah
dilakukan
tindakan
keperawatan
selama X 24 jam
keluarga mengerti tentang
kondisi pasien, dengan
criteria hasil
NOC
Knowledge : Diease
proses (1803)
a.
Kel
uarga
menyatakan
pemahaman
tentang
penyakit
kondisi
prognosis dan program
pengobatan
b.
Kel
uarga
mampu
menjelaskan
faktor
resiko penyakit anak
c.
Kel
NIC
Teaching : Diease process
1.
Berikan
penilaian tentang penyakit
pengetahuan pasien tentang
proses penyakit yang spesifik
2.
Jelaskan
patofisiologi dari penyakit dan
bagaimana
hal
ini
berhubungan dengan anatomi
fisiologi dengan cara yang
tepat
3.
Gambarkan
tanda dan gejala yang biasa
muncul pada penyakit, dengan
cara yang tepat
4.
Identifikasikan
kemungkinan dengan cara
yang tepat
Stase Maternitas.........11
uarga
mampu
menjelaskan tanda dan
gejala penyakit anak
d.
Kel
uarga
mampu
menjelaskan kembali
apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan
lainya
Indikator skala :
1. Tidak pernah
dilakukan
2. Jarang dilakukan
3. Kadang dilakukan
4. Sering dilakukan
5. Selalu dilakukan
Daftar Pustaka
.
1. Hamilton, C. M. 1995. Dasar-dasar Keperawatan Maternitas, edisi 6, EGC: Jakarta.
2. Johnson, Marion et al. 1997. Nursing Outcomes Classification (NOC). USA : Mosby.
3. Mansjoer, A. 2001. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid I. Media Aesculapius : Jakarta
4. McCloskey, Joanne C., Bulechek, Gloria M. 1997. Nursing Intervention
Classification (NIC). USA : Mosby.
5. Nanda. 2012. Nursing Diagnosis : Definitions & Classifications.
Stase Maternitas.........12
6. Normahendi,
W.A.
2007.
Abortus.
http://fkuii.org/tiki
download_wiki_attachment.php?attId=964&page=Wulan%20Asih%20Normahendri
7. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BPSP, 2008
8. Smeltzer & Bare. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed.8 Volume 2.
Jakarta ; EGC.
Stase Maternitas.........13