BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Dalam dunia kesehatan dikenal tiga pilar utama dalam meningkatkan
tahun 2008, cakupan DPT3 dan Polio3 adalah 77%. Cakupan Hepatitis B
meningkat ke 78% namun masih belum mencapai target 80%. Cakupan BCG pula
adalah 89%.
Profil epidemiologis di Indonesia pada tahun 2010 sebagai gambaran
tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian yang khusus yaitu :
angka kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup / tahun, angka kematian balita
44 per 1000 kelahiran hidup / tahun.
Dinas Kesehatan Sumatera Utara menargetkan pencapaian imunisasi dasar
untuk bayi usia nol hingga 11 bulan hingga 90 persen atau target sasaran bayi
331.930 pada 2011. Sedangkan untuk tingkat kabupaten / kota harus menjangkau
95 persen serta desa uji imunisasi sebanyak 82 persen. Cakupan imunisasi di
Sumatera Utara pada tahun 2011 : BCG 95%, DPT 64%, Polio 89,7%, Hepatitis
B0 72,8%, Hepatitis B1 96,5%, Hepatitis B2 92,9% dan Campak 92,8%.
Berdasarkan data terakhir, untuk data cakupan imunisasi di Dinas
Kesehatan kota Medan tahun 2008 yakni : BCG sebesar 72,50%, DPT sebesar 70
%, Polio 75,88%, Campak 59,18% dan Hepatitis B 60,47%.
Berdasarkan data dari Puskesmas Kecamatan Bawolato Kabupaten Nias
dari bulan Januari Oktober tahun 2013 data cakupan Imunisasi yakni : BCG
81.4 %, DPT- Hepatitis B 81,6 %, Polio 81,7 %, Campak 75,3 %, dimana target
pencapaian imunisasi di puskesmas ini sebesar 90%.
Dari data imunisasi diatas belum tercapainya target pencapaian imunisasi
Puskesmas Bawolato, dimana data pada tahun 2010 ke tahun 2011 terjadi
penurunan jumlah persentase bayi yang imunisasi, hal ini dikarenakan tingkat
pengetahuan ibu yang kurang dan kesadaran ibu terhadap imunisasi dan juga hal
yang ditimbulkan akibat imunisasi. Hal ini lah yang menjadi alasan penulis untuk
memilih Puskesmas Terjun sebagai tempat penelitian.
Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul Hubungan karakteristik ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kecamatan bawolato
Kabupaten Nias tahun 2014
1.2
Permasalahan
Berdasarkan latar belakang diatas, maka hal yang menjadi masalah dalam
Tujuan Penelitian
1.3.1
Tujuan Umum
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui
Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2. Untuk mengetahui hubungan status pekerjaan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
3. Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4. Untuk
mengetahui
hubungan
jumlah
anak
terhadap
Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
a. Peneliti
Hasil
penelitian
ini
diharapkan
dapat
menambah
wawasan
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi programprogram puskesmas terutama program imunisasi dan dikembangkan
sebagai sumber untuk penyuluhan pada masyarakat.
c. Masyarakat
Dalam penelitian ini diharapkan masyarakat khususnya bagi para ibu
untuk berperan aktif dalam kegiatan imunisasi guna mengurangi angka
kematian bayi akibat penyakit yang dapat di cegah dengan imunisasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Defenisi Imunisasi
Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak di imunisasi
berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau
resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit yang
lain.
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan.
2.2
Tujuan Imunisasi
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada
terjadi pada jenis penyakit yang hanya ditularkan melalui manusia, sebagai
penyakit difteria dan poliomyelitis.
2.4
Manfaat Imunisasi
Untuk Anak : Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit,
kecemasan
dan
psikologi
Jenis-Jenis Imunisasi
Imunisasi telah dipersiapkan sedemikian rupa agar tidak menimbulkan
Imunisasi Pasif
Merupakan suatu proses peningkatan kekebalan tubuh dengan cara
Pelayanan Imunisasi
Kegiatan pelayanan imunisasi terdiri dari kegiatan operasional rutin dan
khusus. Kegiatan tersebut adalah :
1. Kegiatan Imunisasi rutin.
Kegiatan imunisasi rutin adalah kegiatan imunisasi yang secara teratur
dan terus menerus harus dilakukan pada periode waktu yang telah
ditentukan.
Kegiatan ini terdiri atas :
a. Imunisasi dasar bayi
Imunisasi ini dilakukan pada bayi umur 0-11 bulan, meliputi BCG,
DPT, Polio, Hepatitis, Campak. Idealnya bayi harus mendapatkan
imunisasi dasar lengkap, terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali, Polio 4
kali, Hepatitis B 3 kali, dan Campak 1 kali. Untuk menilai
kelengkapan status imunisasi dasar lengkap bayi, dapat dilihat dari
cakupan imunisasi campak, karena pemberian imunisasi campak
dilakukan paling akhir, setelah keempat imunisasi dasar pada waktu
bayi yang lain telah diberikan.
b. Imunisasi pada Wanita usia Subur (WUS)
c. Imunisasi pada anak sekolah dasar
2. Imunisasi Tambahan
Merupakan
kegiatan
imunisasi
yang
dilakukan
atas
dasar
2.7
Pemerintah.
Praktek Dokter/ Bidan atau Rumah Sakit Swasta.
imunisasi harus diberikan kepada anak. Pemberian suntikan imunisasi pada bayi,
tepat pada waktunya merupakan faktor yang sangat penting untuk kesehatan bayi.
Imunisasi diberikan mulai dari lahir sampai awal masa kanak-kanak.
2.8
10
Difteri
Penyakit Difteri adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh
11
samping yang mungkin akan timbul adalah demam, nyeri dan bengkak
pada permukaan kulit.
2.8.3
Pertusis
Pertusis atau batuk rejan atau dikenal dengan batuk seratus hari
Tetanus
Penyakit tetanus merupakan salah satu infeksi yang berbahaya
12
Hepatitis B
Imunisasi Hepatitis B untuk mencegah penyakit yang disebabkan
virus hepatitis B yang berakibat pada hati. Penyakit itu menular melalui
darah atau cairan tubuh yang lain dari orang yang terinfeksi. Vaksin ini
diberikan 3 kali hingga usia 3-6 bulan.
o Vaksin berisi HBsAg murni
o Diberikan sedini mungkin setelah lahir
o Suntikan secara intra muscular didaerah deltoid, dosis 0,5 ml
o Penyimpanan vaksin pada suhu 2-80C
o Bayi lahir dari ibu HBsAg (+) diberikan immunoglobulin hepatitis B
12 jam setelah lahir + imunisasi Hepatitis B
o Dosis kedua 1 bulan berikutnya
o Dosis ketiga 5 bulan berikutnya(usia 6 bulan)
13
Polio
Imunisasi polio memberikan kekebalan terhadap penyakit polio
yang disebabkan oleh virus, menyebar melalui tinja/ kotoran orang yang
terinfeksi. Anak yang terkena polio akan menjadi lumpuh.
Vaksin polio ada dua jenis yaitu Inactivated Polio Vaccine (IPV)
dan Oral Polio Vaccine (OPV). Vaksin ini diberikan pada bayi baru lahir,
2, 4, 6, 18 bulan dan 5 tahun.
Gejala yang umum terjadi adalah anak mendadak lumpuh pada
salah satu anggota geraknya setelah demam selama 2-5 hari. Pemberian
vaksin polio dapat dilakukan bersamaan dengan BCG, vaksin Hepatitis B,
dan DPT. Imunisasi ulangan dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi
ulang DPT. Imunisasi polio diberikan sebanyak empat kali dengan selang
waktu tidak kurang dari satu bulan.
Cara pemberian imunisasi polio :
o Orang tua memegang bayi dengan kepala disangga dan dimiringkan ke
belakang.
o Mulut bayi dibuka hati-hati menggunakan ibu jari atau dengan
menekan pipi bayi dengan jari.
o Teteskan 2 tetes vaksin dari alat tetes kedalam lidah. Jangan biarkan
alat tetes menyentuh bayi.
Efek Samping imunisasi polio :
Pada umumnya tidak terdapat efek samping. Efek samping berupa
paralisis yang disebabkan oleh vaksin yang sangat jarang terjadi.
Kontraindikasi imunisasi polio :
Tidak boleh dilakukan pada penderita defisiensi imunitas. Tidak
ada efek yang berbahaya yang timbul akibat pemberian polio pada anak
yang sedang sakit.
2.8.7
Campak
Campak adalah penyakit yang sangat menular yang dapat
14
langsung dengan penderita. Gejala yang timbul : demam, batuk, pilek, dan
bercak-bercak merah pada permukaan kulit 3-5 hari setelah anak
menderita demam. Bercak mula-mula timbul dipipi bawah telinga yang
kemudian menjalar ke muka, tubuh dan anggota tubuh lainnya.
Komplikasi dari penyakit campak ini adalah radang paru-paru,
infeksi pada telinga, radang pada saraf, radang pada sendi, dan radang
pada otak yang dapat menyebabkan kerusakan otak permanen.
Cara pemberian dan dosis imunisasi Campak :
Pemberian vaksin campak hanya diberikan satu kali, dapat
dilakukan pada umur 9-11 bulan, dengan dosis 0,5 cc. sebelum
disuntikkan, vaksin campak terlebih dahulu dilarutkan dengan pelarut
steril yang telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Kemudian
disuntikkan di lengan kiri atas secara subkutan.
o Atur bayi dengan posisi miring diatas pangkuan ibu dengan seluruh
lengan telanjang.
o Orang tua sebaiknya memegang kaki bayi, dan gunakan jari-jari tangan
untuk menekan ke atas lengan bayi.
o Cepat tekan jarum ke dalam kulit yang menonjol ke atas dengan sudut
derajat usahakan kestabilan posisi jarum.
Efek Samping imunisasi campak :
Hingga 15 % dapat mengalami demam ringan dan kemerahan
selama 3 hari yang dapat terjadi 8-12 hari setelah vaksinasi.
Kontraindikasi imunisasi campak :
Pemberian imunisasi tidak boleh dilakukan pada orang yang
mengalami immunodefisiensi atau individu yang diduga menderita
gangguan respon imun karena leukemia dan limfoma.
2.9 Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI)
Untuk kepentingan operasional maka Komnas PP KIPI menentukan bahwa
kejadian ikutan pasca imunisasi adalah kejadian medik yang berhubungan dengan
imunisasi baik berupa vaksin ataupun efek samping, toksisitas, reaksi sensitivitas,
efek farmakologis, atau kesalahan program, reaksi suntikan, atau hubungan kausal
yang tidak dapat ditentukan.
Pada keadaan tertentu lama pengamatan KIPI dapat mencapai masa 42
hari (arthritis kronik pasca vaksinasi rubella), atau bahkan sampai 6 bulan. Pada
15
umumnya reaksi terhadap obat dan vaksin dapat merupakan simpangan, atau
kejadian lain yang bukan terjadi akibat efek langsung vaksin. Reaksi simpang
vaksin antara lain dapat berupa efek farmakologi, efek samping interaksi obat,
intoleransi dan reaksi alergi yang umumnya secara klinis sulit dibedakan satu
dengan yang lainnya. Efek farmakologi, efek samping serta reaksi idiosinkrasi
umumnya terjadi karena potensi vaksin sendiri, sedangkan reaksi alergi
merupakan kepekaan seseorang terhadap unsur vaksin dengan telur (vaksin
campak, gondong, influenza, dan demam kuning) antibiotik, bahan presentatif
atau unsur lain yang terkandung dalam vaksin.
Kejadian yang bukan disebabkan efek langsung vaksin dapat terjadi
karena kesalahan teknik pembuatan, pengadaan, dan distribusi serta penyimpanan
vaksin, kesalahan prosedur dan teknik pelaksanaan imunisasi atau semata-mata
kejadian yang timbul secara kebetulan.
Gejala Klinis KIPI :
Gejala klinis KIPI dapat timbul secara cepat ataupun lambat dan dapat
dibagi menjadi gejala local, sistemik reaksi susunan saraf pusat, serta reaksi
lainnya.
Baku keamanan suatu vaksin dituntut lebih tinggi daripada obat. Hal ini
disebabkan oleh karena pada umumnya produk farmasi diperuntukkan orang sakit
sedangkan vaksin untuk orang sehat terutama bayi. Karena itu toleransi terhadap
efek samping vaksin harus lebih kecildaripada obat obatan untuk orang sakit.
Untuk menghindarkan keracunan maka gejala klinis yang dianggap sebagi
KIPI dibatasi dalam jangka waktu tertentu timbulnya gejala klinis.
Imunisasi pada kelompok beresiko :
Untuk mengurangi resiko timbulnya KIPI maka harus diperhatikan apakah
resipien termasuk dalam kelompok risiko.
1. Anak yang mendapat reaksi simpang pada imunisasi terdahulu
2. Bayi berat lahir rendah
3. Pesien imunokompromais
4. Resipien yang mendapat human immunoglobulin
16
5. Respon terhadap imunisasi tidak optimal atau kurang tetapi kasus HIV
memerlukan imunisasi.
2.10
Peran Karakteristik Ibu
Manusia mempunyai berbagai pola perilaku, berbagai keyakinan dan dapat
dipengaruhi oleh tradisi, budaya, dan harapan sosial sampai ke suatu tingkat yang
dapat menyebabkan kondisi dan kegiatan yang tidak sehat dalam keluarga,
kelompok dan populasi. Penyebaran masalah kesehatan berbeda untuk tiap
individu,
kelompok
dan
masyarakat
yang
dibedakan
atas
ciri-ciri
melakukan
penginderaan
terhadap
suatu
objek
tertentu.
17
bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyebutkan, dan sebagainya.
2. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi
juga dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan
analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan,
18
kerja vaksin, tetapi telah meluas pada semua morbiditas serta kejadian
yang terjadi pada masa imunisasi yang sangat mungkin sebetulnya tidak
berhubungan dengan vaksin dan tindakan imunisasi. Sehubungan dengan
masalah ini maka sudah selayaknya semua petugas kesehatan dapat
mendudukkan masalah keamanan vaksin pada tempatnya dengan benar
agar jangan sampai terjadi kekhwatiran berlebihan terhadap resiko vaksin,
yang pada gilirannya kelak akan mengalahkan kepentingan vaksin yang
masih sangat kita butuhkan pada saat ini.
2.10.2 Pekerjaan
Kerja merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia.
Kebutuhan itu biasanya bermacam-macam, berkembang dan berubah,
bahkan seringkali tidak disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena
ada sesuatu yang hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas
kerja yang dilakukannya akan membawanya kepada suatu keadaan yang
lebih memuaskan daripada keadaan sebelumnya.
Pekerjaan adalah sumber penghasilan. Oleh sebab itu setiap orang
yang ingin memperoleh penghasilan yang lebih besar dan tingkat
penghidupan yang lebih baik, haruslah siap dan bersedia bekerja keras.
2.10.3 Pendidikan
Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan
untuk memengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat
sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan.
Dari batasan ini tersirat unsur unsur pendidikan yakni:
a) Input adalah sasaran pendidikan.
b) Proses (upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain)
c) Output (melakukan apa yang diharapkan atau perilaku)
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,
serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting.
Pemahaman tentang program ini amat diperlukan. Pemahaman ibu atau
pengetahuan ibu terhadap imunisasi dipengaruhi oleh tingkat pendidikan
19
20
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1.
Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan bagian penelitian yang menyajikan konsep
dalam bentuk kerangka yang mengacu pada masalah yang akan diteliti atau
berhubungan dengan penelitian dan dibuat dalam bentuk diagram. Masalah yang
ingin diteliti dalam penelitian ini adalah hubungan karakteristik ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi di Puskesmas Kecamatan bawolato
Kabupaten Nias tahun 2014.
Karakteristik Ibu
Pengetahuan Ibu
Pekerjaan Ibu
Pendidikan Ibu
Jumlah Anak yang
Variabel
Hidup independen
Kelengkapan Imunisasi
Dasar pada bayi
Variable dependen
21
3.2.
Definisi Operasional
Variabel
Alat dan
Defenisi
Operasional
Cara
Pengukuran
Pengetahuan
Ibu
yang di ketahui
oleh
ibu
Hasil
Skala
Pengukuran
Pengukuran
Dikelompokkan:
Baik
Sedang-
Ordinal
Kurang
tentang
kelengkapan
imunisasi dasar
pada bayi.
Pekerjaan
Ibu
ibu melakukan
kegiatan
atau
Dikelompokkan : Nominal
Bekerja
Tidak bekerja
pekerjaan
untuk
memenuhi
kebutuhan
hidup
keluarganya
Pendidikan
Pendidikan
Ibu
formal
Wawancara
berijazah yang
Dikelompokkan : Ordinal
SD SMA
Sarjana
pernah diikuti.
Jumlah
Anak
Banyak
yang dalam
Hidup
keluarga.
Kelengkapa
Pemberian
anak Wawancara
satu
Wawancara
Dikelompokkan : Rasio
1-2
3
Dilihat
dari Nominal
22
kelengkapan
Dasar
secara lengkap
imunisasi
lengkap
pada
pada bayi.
berumur 12-18
dikelompokkan :
Imunisasi
bulan
bayi
yaitu
terdiri dari :
BCG 1 kali
Hepatitis B
3.3.
3 kali
Polio 4 kali
Campak 3
kali
DPT 3 kali
yang
lengkap
Imunisasi
tidak lengkap
Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah suatu pernyataan yang menunjukkan dugaan sementara
tentang hubungan antara 2 variabel atau lebih.
1. Tidak adanya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
2. Tidak adanya hubungan antara status pekerjaan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
3. Tidak adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
4. Tidak adanya hubungan antara jumlah anak yang hidup dengan
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi.
BAB 4
METODE PENELITIAN
23
Faktor
Resiko
a = efek
b =(+)
efek
(-)
c = efek
(+)
d=
efek peran faktor resiko dalam
Struktur studi cross-sectional untuk
menilai
(-)
terjadinya efek. Faktor resiko dan efek di periksa pada saat yang sama.
Langkah-langkah pada studi cross-sectional, yaitu :
1. Merumuskan pertanyaan penelitian serta hipotesis yang sesuai
2. Mengidentifikasi variabel bebas dan tergantung
3. Menetapkan subyek penelitian
4. Melaksanakan pengukuran
5. Melakukan analisis
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
4.2.1 Tempat Penelitian
24
25
26
Uji
Ya
Tidak
Jumlah
Ya
a+b
Tidak
c+d
Jumlah
a+c
b+d
a+b+c+d
27
RP = a / (a + b) : c / (c + d)
a / (a + b) = proporsi (prevalens) subyek yang mempunyai faktor
resiko yang mengalami efek.
c / (c + d) = proporsi (prevalens) subyek tanpa faktor resiko yang
mengalami efek.
Rasio prevalens harus selalu disertai dengan nilai interval
kepercayaan (confidence interval) yang di kehendaki, misalnya
interval kepercayaan 95%. Interval kepercayaan menunjukkan rentang
ratio prevalens yang di peroleh pada populasi terjangkau apabila
sampling dilakukan berulang-ulang dengan cara yang sama.
Interpretasi hasil :
1. Bila nilai rasio prevalens = 1 berarti variabel yang di duga sebagai
faktor resiko tidak ada pengaruhnya dalam terjadinya efek, atau
dengan kata lain ia bersifat netral.
2. Bila rasio prevalens > 1 dan rentang interval kepercayaan tidak
mencakup angka 1, berarti variabel tersebut merupakan faktor resiko
timbulnya penyakit.
3. Bila nilai rasio prevalens < 1 dan rentang nilai interval kepercayaan
tidak mencakup angka 1, maka berarti faktor yang di teliti merupakan
faktor protektif.
4. Bila nilai interval kepercayaan rasio prevalens mencakup angka 1,
maka berarti pada populasi yang di wakili oleh sampel tersebut
mungkin nilai prevalensinya = 1, sehingga belum dapat disimpulkan
bahwa faktor yang dikaji merupakan faktor resiko atau faktor
protektif.
28
1
1
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Sejarah Puskesmas
Puskesmas Bawolato merupakan salah satu Unit Pelaksana Teknis Dinas
Data Geografis
Puskesmas Bawolato terletak di di pinggir jalan raya Gunungsitoli - Teluk
Dalam km.54-55., Kabupaten Nias Kode Pos 20256 yang berbatasan dengan :
Sebelah Timur berbatasan dengan Laut Indonesia
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Gomo, Kabupaten Nias
Selatan
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Idanogawo
29
No.
Desa
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
Siofabanua
Sifaraoasi Uluhou
Gazamanu
Hiliganoita
Sisarahili Bawolato
Dahana
Hilihoru
Hilialawa
Hiliwarokha
Hilifaosi
Sitolubanua
Orahili
Siofaewali
Sohoya
Tagaule
Botohaenga
Orahua
Banuasibohou Silima Ewali
Siofa Ewali Selatan
Jumlah Penduduk
Laki-laki
Perempua
940
429
474
583
741
589
658
252
557
469
467
204
520
208
281
96
362
638
451
n
938
441
522
625
881
616
682
254
567
473
510
199
541
230
278
111
404
661
459
Jumlah
1.878
870
996
1.208
1.622
1.205
1.340
506
1.124
942
977
403
1.061
438
559
207
766
1.299
910
30
20
21
22
23
24
25
Lagasimahe
Hilihao Cugala
Orahua Faondrato
Hou
Sindrondro
Balale Tobaa
480
387
285
401
450
573
11.495
491
452
261
420
485
581
12.082
971
839
546
821
935
1.154
23.577
Swasta
(BPS),
Posyandu
Plus
dan
Poskesdes
merupakan
Sarana Kesehatan
Puskesmas Perawatan
Puskesmas Pembantua
Posyandu Plus
Poskesdes
Balai Pengobatan Swasta
Jumlah
1 Unit
8 Unit
1 Unit
5 Unit
1 Unit
Keterangan
Baik
Baik
Baik
Baik
Ketenagaan
Dalam rangka melaksanakan Upaya kesehatan yang meliputi:
1
31
2
3
4
5
6
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana (KB)
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Upaya Kesehatan Lingkungan
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
Upaya Pengobatan
Sangat dibutuhkan adanya tenaga kesehatan yang benar-benar mampu
Misi :
Menggerakkan pembangunan kecamatan yang berwawasan kesehatan
Mendorong kemandirian masyarakat dan keluarga untuk hidup sehat
Memelihara dan meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu merata dan
terjangkau
Memelihara dan meningkatkan kesehatan individu keluarga dan masyarakat
beserta lingkungan di wilayah kerjanya.
5.2
5.2.1
Analisis Univariat
Responden yang diteliti dalam penelitian ini adalah berjumlah 34 orang
Kurang
Sedang
Baik
32
Jumlah
16
16
%
53,3%
53,3%
Jumlah
5
6
%
16,7%
20%
Jumlah
9
8
%
30%
26,7%
Imunisasi Dasar
3. Frekuensi Imunisasi
19
63,3%
16,7%
20%
Dasar Lengkap
4. Hal
Yang
19
63,3%
20%
16,7%
Imunisasi BCG
5. Tanda-Tanda
12
40%
10
33,3%
26,7%
Penyakit Polio
6. Cara
Pemberian
20
66,7%
23,3%
10%
Imunisasi Dasar
7. Gejala Klinis Dari
17
56,7%
13,3%
30%
Campak
8. Pelaksanaan
12
40%
26,7%
10
33,3%
Imunisasi
9. Orang Yang Dapat
30%
10
33,3%
11
36,7%
Diberikan Imunisasi
10. Jadwal
Imunisasi
19
63,3%
13,3%
23,3%
Dasar Lengkap
11. Penyakit
Yang
30%
12
40%
30%
Dasar Lengkap
12. Gejala Klinis Dari
20
66,6%
16,7%
16,7%
Tetanus
13. Gejala Klinis Dari
23,3%
30%
14
46,7%
1. Manfaat Imunisasi
2. Jenis-Jenis
Ditimbulkan
Dapat
Dengan
Dari
Dicegah
Imunisasi
TBC
33
Frekuensi
Pengetahuan Ibu
Baik
Sedang
Kurang
Total
(orang)
6
5
19
30
20%
16,7%
63,3%
100%
Frekuensi (orang)
25
5
30
%
83,3%
16,67%
100%
34
Frekuensi (orang)
3
27
30
%
10%
90%
100%
Frekuensi (orang)
9
21
30
%
30%
70%
100%
Pada tabel 5.7 tentang distribusi responden berdasarkan jumlah anak yang
hidup diketahui bahwa responden memiliki anak 3 lebih banyak yaitu berjumlah
21 orang (70%) dan responden yang memiliki anak 1-2 lebih sedikit berjumlah 9
orang (30%).
Tabel 5.8 Distribusi Responden Berdasarkan Kelengkapan Imunisasi
Kelengkapan Imunisasi
Lengkap
Frekuensi (orang)
10
%
33,3%
Tidak Lengkap
20
66,7%
Total
30
100%
35
Analisis Bivariat
Imunisasi
Variabel
Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah
Baik
19
24
10
20
30
Pengetahuan Sedang-Kurang
Jumlah
Interpretasi hasil Rasio Prevalens (RP) > 1 pada variabel pengetahuan ibu
merupakan faktor resiko terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Ini
berarti bahwa ibu yang memiliki pengetahuan baik merupakan risiko terhadap
36
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 4 kali lebih besar daripada ibu yang
memiliki pengetahuan sedang-kurang.
B.
Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah
Tidak Bekerja
Bekerja
19
25
Jumlah
10
20
30
Pekerjaan
37
Pendidikan
Variabel
Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah
Sarjana
7 Imunisasi
10
20
27
20
34
SD SMA
Jumlah
Berdasarkan tabel di atas, Interpretasi hasil Rasio Prevalens (RP) > 1 pada
variabel tingkat pendidikan ibu merupakan faktor resiko terhadap kelengkapan
imunisasi dasar pada bayi. Ini berarti bahwa ibu yang memiliki tingkat
pendidikan sarjana merupakan risiko terhadap kelengkapan imunisasi dasar
pada bayi 4 kali lebih besar daripada ibu yang memiliki tingkat pendidikan SD
SMA.
38
Jumlah
Anak
Variabel
Lengkap
Tidak Lengkap
Jumlah
1-2
16
21
Jumlah
10
20
30
BAB 6
PEMBAHASAN
Imunisasi adalah suatu upaya untuk mendapatkan kekebalan tubuh
terhadap suatu penyakit, dengan memasukkan kuman atau produk kuman yang
sudah dilemahkan atau dimatikan.
Profil epidemiologis di Indonesia pada tahun 2010 sebagai gambaran
tingkat kesehatan di masyarakat masih memerlukan perhatian yang khusus yaitu :
angka kematian bayi 34 per 1000 kelahiran hidup / tahun, angka kematian balita
44 per 1000 kelahiran hidup / tahun.
39
Pengetahuan Ibu
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa tingkat pengetahuan ibu yang
40
Pekerjaan Ibu
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa status pekerjaan ibu yang tidak
bekerja
Dari hasil
41
Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah proses perubahan sikap dan perilaku seseorang dalam
42
dengan pendapat dari UNESCO, yang dikutip dari Lunardi, pendidikan orang
dewasa apaupun isinya, tingkatan ataupun metodenya, baik formal maupun tidak,
merupakan lanjutan adalah pengganti pendidikan di sekolah ataupun universitas
belum merupakan jaminan perubahan perilaku, sebab perilaku baru memerlukan
dukungan dukungan tertentu. Pendidikan bukanlah satu satunya cara untuk
mengubah perilaku individu/ kelompok. Banyak cara yang dapat diperoleh ibu
untuk mendapatkan informasi mengenai imunisasi. Informasi yang di dapatkan
tentang imunisasi bisa di dapatkan bukan hanya dari pendidikan formal atau
bukan dari sekolah, tetapi bisa saja informasi tentang imunisasi di dapat melalui
media massa, media elektronik atau dari lingkungan sekitar.
6.4
Jumlah Anak
Berdasarkan data hasil penelitian bahwa jumlah anak 1-2 yang memiliki
kelengkapan imunisasi dasar sebesar 30%, jumlah anak 3 sebesar 70%. Dari
hasil penelitian dengan menggunakan ratio prevalens menunjukkan bahwa ibu
yang memiliki jumlah anak 1-2 orang bukam merupakan faktor resiko terhadap
kelengkapan imunisasi dasar pada bayi 0,9 kali dibandingkan dengan ibu yang
memiliki jumlah anak 3.
Menurut Dombkowski menyebutkan makin banyak jumlah anak dalam
keluarga semakin besar kesibukan ibu dalam mengurus anaknya sehingga
memungkinkan ketidaktepatan pemberian imunisasi pada anaknya. Dari hasil
penelitian ini didapatkan justru ibu yang memiliki anak 3 memiliki imunisasi
dasar yang lengkap dibandingkan ibu yang memiliki 1-2 anak. Hal ini terjadi
mungkin oleh beberapa faktor, diantaranya karena jumlah sampel yang masuk
dalam kriteria inklusi sangat sedikit pada saat penelitian berlangsung yaitu hanya
34 orang ibu. Serta mungkin pengetahuan dan kesadaran ibu mengenai imunisasi
yang rendah sehingga menyebabkan ketidaklengkapan imunisasi pada anaknya.
43
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan penulis mengenai hubungan
pengetahuan
ibu
merupakan
faktor
resiko
terhadap
44
3) Tingkat
pendidikan
ibu
merupakam
faktor
resiko
terhadap
Saran
Dengan memperhatikan kesimpulan dan pembahasan maka untuk dapat
45
DAFTAR PUSTAKA
http://www.depkes.go.id/downloads/Booklet/Data%20&
46
5. Profil
Sumatera
Utara
2008.
Available
from
http://www.depkes.go.id/downloads/profil/prov%20sumut%202008.pdf
Accessed Oktober 2009.
6. Notoatmodjo S. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. In : Kesehatan
Masyarakat Ilmu dan Seni. Jakarta: Rineka Cipta, 2007.
7. Rudolph AM. Imunisasi. In : Buku Ajar Pediatri Rudolph. Vol. 1; Jakarta:
EGC, 2006.
8. Proverawati A, Andhini C. Imunisasi. In : Imunisasi dan Vaksinasi.
Yogyakarta: Nuha Medika, 2010.
9. Timmreck T. Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. EGC: Jakarta, 2004.
10. Trihono P, Syarif D, Hegar B,et al. Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi. In :
Hot Topic in Pediatrics II. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, 2002.
11. Anoraga P. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta, 2006.
12. Notoatmojdo S. Metode Penelitian. In : Metodologi Penelitian kesehatan.
Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
13. Sastroasmoro S, Ismail S. Pengukuran dan Penelitian. In : Dasar-dasar
Metodologi Penelitian. Jakarta: Sagung Seto, 2008.
LAMPIRAN
PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :
Nama
Pendidikan terakhir
Alamat Rumah
Pekerjaan
47
hanya dipergunakan untuk keperluan peneliti. Oleh karena itu secara sukarela
saya ikut berperan dalam penelitian ini.
Saya mengerti bahwa saya menjadi bagian dari penelitian ini yang
bertujuan
untuk
mengetahui
Hubungan
Karakteristik
Ibu
terhadap
KUESIONER
Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan baik dan benar.
Pilihlah salah satu jawaban dari jawaban yang diberikan.Beri
tanda X pada jawaban pilihan anda.
Identitas Responden
1.Nama
2.Alamat
:
:
3.Umur
4.Pendidikan Terakhir
5.Pekerjaan
48
6.Pekerjaan Suami :
7.Jumlah anak
49