NOMOR: ........
Tentang
KEBIJAKAN PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI
DIREKTUR RSUD BALARAJA
Menimbang
di
rumah sakit.
b.
Mengingat
c.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
:
KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD Balaraja Tentang
PENERAPAN KEWASPADAAN ISOLASI;
Kedua
di RSUD
Keempat
jawab atas
melaporkan
pelaksanaan
pelaksanaan
Kelima
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
Nomor:
RSUD BALARAJA
/
/rsud-blj /
/ 2015
a.
b.
c.
Mengingat
1.
2.
3.
Menetapkan
Pertama
:
: KEPUTUSAN KEPALA RS X TENTANG KEBIJAKAN PENGGUNAAN
ANTIBIOTIKA DI RSUD Balaraja
Kedua
Ketiga
Keempat
: Komite PPIRS dalam hal ini sub komite PPRA bertanggung jawab
atas pelaksanaan sosialisasi kebijakan dan melaporkan pelaksanaan
kebijakan tersebut kepada Kepala RSUD Balaraja.
Kelima
Ditetapkan : Balaraja
Tanggal
Lampiran
Keputusan
Nomor
Tanggal
:
:
:
:
Kebijakan Khusus
b.
c.
2.
3.
4.
Lini
Lini 1
Lini 2
Lini 3
Lini 4
Jenis AB
Amoksisilin
Eritromisin
Trimetropim
Sulfametoxazol
Cefadroxil
Amoxiclav
Ceftriaxone
Cefixime
Ampisilin Sulbactam
Ciprofloxacin
Ceftazidim
Cefeperazon
Sulbactam
Levofloxacin
Fosfomycin
Aztreonam
Tygecillin
Meropenem
Doripenem
Imipenem
Vancomycin
Linezolid
Tiecoplanin
Ertapenem
PJ
Dokter Umum
Dokter Umum
Dokter Spesialis
Dokter Spesialis
Dokter Spesialis
IPCD
Dokter
Spesialis
IPCO / KIC
Berdasar klinis dan
kultur
Persetujuan
Tim
PPRA
Lampiran
Keputusan
Nomor
Tanggal
:
:
:
:
KEBIJAKAN UMUM
1.
2.
3.
4.
II.
KEBIJAKAN
KHUSUS
Penempatan pasien tidak infeksius.
Menggunakan kewaspadaan standar :
1. Penempatan Pasien. Pasien bisa ditempatkan di
semua ruang perawatan kecuali ruang Isolasi di Unit
Perawatan Paru.
2.
Kebersihan Tangan
a. Lakukan Enam langkah saat membersihkan tangan
b. Gunakan cairan berbasis alkohol (handrub) dan
3.
menyentuh
bagian
yang
kemungkinan
lain, dan
cuci
tangan
lingkungan.
Masker, Pelindung Mata,dan Pelindung Wajah.
Gunakan masker dan pelindung mata atau wajah
untuk melindungi lapisan mukosa pada mata, hidung
dan mulut saat melakukan prosedur atau aktifitas
perawatan
5.
pasien
yang
memungkinkan
adanya
saat
perawatan
melakukan
pasien
prosedur
yang
dan
aktifitas
memungkinkan
adanya
tangan
untuk
mencegah
perpindahan
sedemikian
rupa
sehingga
tidak
pakaian,
dan
tidak
memindahkan
dipakai
lagi
untuk
pasien
lain
sebelum
disentuh,
dan
pastikan
prosedur
ini
dilaksanakan.
8.
Linen.
Tangani, tranportasikan dan proseslah linen yang
terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh, sekresi dan
ekskresi dengan baik sehingga tidak bersentuhan
dengan kulit dan lapisan mukosa, tidak mengotori
pakaian,
9.
dan
kantong
resusitasi,
dan
peralatan
dengan
petugas
pengendalian
infeksi
measles
(rubeola)
atau
varicella
tidak
perlu
memakai
Pemindahan Pasien.
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
Transmisi Droplet.
1) Penempatan Pasien.
Pasien dengan droplet diseases bisa ditempatkan disemua ruang
perawatan kecuali ruang isolasi dengan kamar tersendiri. Bila tidak
tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien dalam kamar bersama
dengan pasien yang terinfeksi dengan mikroorganisme yang sama,
tetapi bila tidak memungkinkan ditempatkan dengan pasien kasus yang
sama maka tempatkan pasien bersama dengan pasien dengan kasus
yang lain(kecuali pasien dengan airborne diseases) tetapi dengan jarak
sedikitnya 3 kaki (kira-kira 1 m) dengan pasien lainnya dan pengunjung.
Tidak dibutuhkan penanganan udara dan ventilasi yang khusus, dan
pintu boleh tetap terbuka
2) Masker.
Gunakan masker bedah bila bekerja dalam jarak kurang dari 1 m dari
pasien.
3) Pemindahan Pasien.
Batasi pemindahan dan transportasi pasien dari kamar yang khusus
tersedia untuknya hanya untuk hal yang sangat penting saja. Bila
memang dibutuhkan pemindahan dan transportasi, perkecil penyebaran
droplet dengan memakaikan masker bedah pada pasien, bila
memungkinkan.
C.
Transmisi kontak
1) Penempatan Pasien.
Pasien bisa ditempatkan di semua ruang perawatan. Tempatkan pasien di
kamar tersendiri. Bila tidak tersedia kamar tersendiri, tempatkan pasien
dalam kamar bersama dengan pasien yang terinfeksi dengan
mikroorganisme yang sama. tetapi bila tidak memungkinkan dengan
jarak sedikitnya 3 kaki (kira-kira
1 meter) dengan pasien lainnya dan pengunjung. Tidak dibutuhkan
penanganan udara dan ventilasi khusus, dan pintu boleh tetap terbuka.
2) Sarung Tangan dan Cuci Tangan.
Pakailah sarung tangan (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki
kamar dan merawat pasien, ganti sarung tangan setelah menyentuh
bahan-bahan terinfeksi yang kira-kira mengandung mikroorganisme
dengan konsentrasi tinggi (faeces dan drainase luka). Lepas sarung tangan
sebelum meninggalkan lingkungan pasien dan segera lakukan
kebersihan tangan dengan cuci tangan atau handrub.
3) Gaun.
Pakailah gaun (bersih dan tidak perlu steril) saat memasuki kamar pasien
4) Pemindahan Pasien.
Batasi pemindahan dan transportasi pasien hanya untuk hal yang sangat
a.
Bahwa
dalam
upaya
meningkatkan
pelayanan
dan
personel
dilakukan
pemeriksaan
kesehatan
Mengingat :
2009
tentang Kesehatan;
3
Keputusan
Menteri
1087/Menkes/SK/VIII/2010
Kesehatan
RI
Nomor
dan
MEMUTUSKAN
Menetapkan :
PERTAMA
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
KELIMA
Ditetapkan
Pada tanggal
: di Balaraja
:
2015
Lampiran
Keputusan Direktur RSUD Balaraja
Nomor
:
Tanggal
:
Kebijakan Umum
1. Pemeriksaan kesehatan karyawan sangat penting dilakukan, agar karyawan dapat
melakukan pekerjaan dalam kondisi kesehatan yang setinggi-tingginya, tidak
mempunyai penyakit menular yang akan mengenai karyawan yang lain, sehingga
dapat bekerja dengan maksimal.
2. Bentuk pemeriksaan kesehatan karyawan adalah pemeriksaan kesehatan sebelum
bekerja, pemeriksaan kesehatan berkala, pemeriksaan kesehatan khusus.
3. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan berdasarkan
pelaksanaan dari SPO yang telah direkomendasikan.
pedoman
dan
petunjuk
Kebijakan Khusus
1. Melakukan pemeriksaan kesehatan
diantara lain :
2. Melakukan pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan Rumah Sakit antara lain :
a. Pemeriksaan fisik, kesegaran jasmani, rontgen paru-paru (bila diperlukan),
laboratorium rutin, serta pemeriksaan-pemeriksaan yang dianggap perlu, termasuk
pemberian imunisasi kepada karyawan yang bekerja di area/ tempat yang berisiko
dan berbahaya.
b. Pemeriksaan kesehatan berkala bagi karyawan Rumah Sakit sekurang-kurangnya
1 (satu) tahun.
3. Melakukan pemeriksaan kesehatan khusus kepada :
a. Karyawan Rumah Sakit yang telah mengalami kecelakaan atau penyakit yang
memerlukan perawatan yang lebih dari 2 (dua) minggu.
b. Karyawan Rumah Sakit yang berusia 40 (empat puluh) tahun atau karyawan wanita
yang cacat serta karyawan yang berusia muda melakukan pekerjaan
tertentu.
c. Karyawan Rumah Sakit yang terdapat dugaan tertentu mengenai gangguan
kesehatan perlu dilakukan pemeriksaan khusus sesuai dengan kebutuhan.
d. Pemeriksaan kesehatan dilakukan apabila terdapat catatan atau hasil pengamatan
dari organisasi pelaksana kesehatan dan Tim Kesehatan dan Keselamatan
Kerja (K3) Rumah Sakit bagi karyawan/ personel yang mengalami keluhan.
e. Karyawan yang bekerja pada kelompok pelayanan high risk infeksi : IKO, ICU,
Ruang Isolasi/ Paru ,IGD, Haemodialise
f.
Khusus untuk karyawan paru dan petugas analis yang terpapar TB harus
rutin cek up 1 tahun sekali dan laporan diberikan ke PPIRS
keseluruhan
maka
diperlukan
penyelenggaraan
infeksi
landasan
bagi
penyelenggaraan pelayanan.
d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam a, b dan c, perlu ditetapkan dengan Surat Keputusan
Mengingat
8.
Direktur .
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5063);
9.
10. Keputusan
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
Menteri
Kesehatan
RI
Nomor
382/
Kesatu
Kedua
PENGENDALIAN
Balaraja
sebagaimana
tercantum
Keputusan ini;
Pembinaan dan
pengawasan
penyelenggaraan
pencegahan
Keempat
DAN
INFEKSI.RSUD Balaraja;
Kebijakan pelayanan pencegahan dan pengendalian infeksi
RSUD
Ketiga
PENCEGAHAN
dan
pengendalian
infeksi
dalam
Lampiran
pelayanan
RSUD
Balaraja
Kelima
Ditetapkan
Tanggal
: di Balaraja
:
KEBIJAKAN PELAYANAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI.
RSUD BALARAJA
A.
KEBIJAKAN UMUM
1. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu dilandasi dengan cinta
kasih, tidak membedakan suku, ras, agama, golongan, dan memperhatikan mereka
yang lemah dan kurang mendapat perhatian (option for the poor).
2. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu
layanan, keselamatan pasien, dan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bagi pasien,
keluarga dan masyarakat serta karyawan sesuai dengan Visi, Misi, Falsafah dan
Tujuan Rumah Sakit Panti Rahayu Yakkum Purwodadi.
3. Pelayanan rumah sakit di seluruh unit pelayanan harus selalu berfokus pada pasien
(patient centeredness) dengan melaksanakan akses ke pelayanan dan kontinuitas
pelayanan, memenuhi hak pasien dan keluarga, asesmen pasien, pemberian
pelayanan pasien, serta memberikan edukasi kepada pasien, keluarga dan
masyarakat.
4. Pelayanan rumah sakit dilaksanakan selama 24 jam setiap hari, kecuali beberapa unit
pelayanan tertentu
5. Setiap unit pelayanan harus menjalankan upaya peningkatan mutu melalui kegiatan
Plan-Do-Check-Action (PDCA).
6. Setiap unit pelayanan harus menjalankan kewaspadaan universal melalui kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang menjangkau setiap pelayanan di rumah
sakit dan melibatkan berbagai individu.
7. Rumah sakit memberikan pelayanan terlebih dahulu tanpa memungut uang muka.
8. Rumah sakit bisa memberikan keringanan biaya untuk pasien yang kurang mampu.
9. Setiap pimpinan unit pelayanan harus mampu memberikan arahan, mengendalikan,
mengelola, dan memimpin unit pelayanan masing-masing untuk mencapai visi-misi
unit pelayanan maupun visi-misi rumah sakit.
10. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas rumah sakit wajib mematuhi ketentuan
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) dengan melakukan upaya untuk mengurangi
dan mengendalikan bahaya, resiko, mencegah kecelakaan dan cedera, dan
memelihara kondisi lingkungan dan keamanan, termasuk dalam penggunaan alat
pelindung diri (APD).
11. Semua individu yang terlibat dalam pelayanan rumah sakit wajib melakukan 6 (enam)
sasaran Keselamatan Pasien.
12. Peralatan di unit pelayanan harus selalu dilakukan pemeliharaan dan kalibrasi secara
teratur sesuai ketentuan yang berlaku dan selalu dalam kondisi siap pakai.
13. Penyediaan tenaga harus mengacu pada pola ketenagaan rumah sakit.
14. Semua petugas rumah sakit wajib memiliki ijin/ lisensi/ sertifikasi sesuai dengan profesi
dan ketentuan yang berlaku.
15. Setiap petugas rumah sakit harus bekerja sesuai standar profesi, standar kompetensi,
standar prosedur operasional, etika profesi, kode etik rumah sakit dan semua
peraturan rumah sakit yang berlaku.
16. Setiap unit pelayanan harus mampu mengelola data yang dapat dijadikan sebagai
sumber informasi dan pengambilan keputusan bagi kepentingan manajemen dan
pelayanan kepada masyarakat.
17. Setiap unit pelayanan harus berupaya memperoleh, mengolah dan menggunakan
informasi secara terintegrasi yang dikomunikasikan secara benar untuk meningkatkan
kesehatan pasien serta kinerja rumah sakit baik secara keseluruhan maupun individu.
18. Koordinasi dan evaluasi pelayanan disetiap unit pelayanan wajib dilaksanakan melalui
rapat rutin minimal 1 kali dalam satu bulan.
19. Semua unit pelayanan wajib membuat laporan harian, bulanan, semester dan tahunan
kepada manajemen rumah sakit.
20. Rumah sakit menjalankan program keselamatan pasien melalui 7 (tujuh) standar
keselamatan pasien, dan 7 (tujuh) langkah menuju keselamatan pasien rumah sakit.
21. Rumah Sakit Umum Balaraja ditunjuk untuk melaksanakan PONEK.
RSUD Balaraja saat ini sedang mempersiapkan untuk melengkapi SDM dan fasilitas
PONEK. Terkait PONEK pelayanan meliputi : penanganan awal/ emergency ibu dan
bayi dan pelayanan rujukan kerumah sakit lain yang mampu memberikan pelayanan
lebih lanjut.
22. Rumah sakit melakukan penanggulangan Tuberkulosa ( TB ) sesuia dengan pedoman
stategi DOTS
23. Jika pelayanan yang dibutuhkan pasien tidak bersedia di rumah sakit, maka pasien
harus dirujuk ke rumah sakit lain yang bisa melayani setelah mendapat persetujuan
pasien / keluarga
24. Rumah sakit menghargai dan memenuhi hak pasien yang dilayani.
25. Seluruh karyawan rumah sakit berkewajiban menjaga dan melindungi rahasia medis
pasien yang dilayani.
26. Rumah sakit melakukan pengumpulan, validasi dan analisis data baik internal ataupun
eksternal untuk pengembangan pelayanan rumah sakit.
B.
KEBIJAKAN KHUSUS :
1.
bertanggung jawab
infeksi
yang
meliputi
gugus
tugas
perawatan,IPSRS,Farmasi,Gizi,Administrasi,Igd,Laboratorium,.
f) Dalam melaksanakan tugasnya IPCN dibantu oleh IPCLN (InfectionPrevention and
Control Link Nurse) dan IPCLS (Infection Prevention and Control Link Staf )
sebagai pelaksana harian/penghubungdi unit masing-masing.
2. KEWASPADAAN STANDAR
Meliputi kebersihan tangan, pemakaian alat pelindung diri,disinfeksi dan sterilisasi,
tatalaksana linen, penatalaksanaan limbah dan benda tajam,pengendalian
lingkungan,
batuk,praktek
praktik
lumbal
menyuntik
yang
punksi,perawatan
aman,kebersihan
peralatan
pernafasan/etika
pasien,penatalaksanaan
sanitasi,
kamar
jenazah)
sesuai
indikasi
Dilakukan
monitoring
kepatuhan
kebersihan
tangan
petugas
penataan
alur
pasien,
penataan
sistem
ventilasi
(natural
isolasi),
jika
tidak
memungkinkan
bisa
menggunakan
sistem
sakit
menggunakan
sistem
ventilasi
alamiah
dan
campuran
petugas kesehatan
yang
menangani
pasien TB
akan
dilakukan
digunakan
denganselalu
berdasarkan
mengukur
prinsip
potensi
kewaspadaan
risiko
spesifik
standar
pada
dan
setiap
isolasi
aktivitas
pengendali
infeksi
purna
waktu)
dan
IPCLN
(link
nurse
perawat
luar
biasa
IRS
ditetapkan
oleh
direktur
RS
berdasarkan
adalah
sebagai
salah
satu
tolak
ukur
keberhasilan
surveilansinfeksi RS. Kultur mikrobiologi dilakukan pada setiap kasus yang diduga
infeksi rumah sakit(HAIs).
8. PENGENDALIAN RESISTENSI ANTIBIOTIKA
a) Pemilihan terapi antibiotik secara rasional kepada pasien didasarkan tujuan
danindikasi (profilaksis atau terapi) sesuai hasil pemeriksaan kultur dan
resistensimikroba, sehingga untuk penderita penyakit infeksi perlu dilakukan
pemeriksaanmikrobiologi tersebut bekerja sama dengan KFT.
b) Ketepatan pemberian antibiotika agar aman bagi pasien meliputi :
Tepat indikasi, obat benar-benar dibutuhkan;
Tepat pemilihan obat dengan perbandingan biaya efektivitas yang baik
Tepat pasien, tidak ada kontra indikasi, efek sampingi minimal;
Tepat dosis, tepat cara pemberian, tepat durasi pemakaian;
Tepat informasi, kepada pasien dan keluarganya.
c) Pasien wajib diberi informasi tentang pengobatan yang diberikan dan efek
yangditimbulkan
9. STERILISASI ALAT/INSTRUMEN KESEHATAN PASKA PAKAI
Sterilisasi Alat / Instrumen Kesehatan pakai habis di Rumah Sakit dilakukan dengan 2
cara yaitu secara fisika atau kimia, melalui tahapan pencucian (termasuk perendaman
dan
pembilasan),
pengeringan,
pengemasan,
labeling,indikatorisasi,
sterilisasi,
alat/instrumen
paska
pakai
dipilih
berdasarkan
kriteria
alat.
masihefektif dan efisien baik secara fisik /fungsi, kualitas serta aman
digunakan bagi pasien.
b) AMSP sangat dibutuhkan penggunaannya, tetapi sulit diperoleh atau sangat
mahal harganya
c) Pemrosesan AMSP yang disterilkan dan digunakan kembali harus melalui
proses pencatatan dan pengawasan mutu di bagian CSSD
d) AMSP yang non steril dilakukan pengawasan mutu dengan melihat secara
visual dan fungsi dari alat / bahan.
e) Daftar AMSP yang akan digunakan kembali ditentukan oleh RS.
f) Adanya form daftar peralatan alat single use yang di re-use.
g) Adanya form daftar monitoring alar single use yang dire-use.
11.
SubBagian
Rumah
Tangga
bekerjasama
dengan
pihak
ketiga,
kali.Apabila
harus
menggunakan
lift
harus
dengan
lift
tersendiri/RAM.
e) Pembuangan atau pemusnahan limbah medis padat harus dilakukan di tempat
pengelolaan sampah medis dalam hal ini Rumah Sakit bekerjasama dengan
pihak ketiga
f) Petugas yang menangani limbah harus mengunakan APD seperti sarung
tangan khusus,masker,sepatu boot,apron,pelindung mata,dan bila perlu helm
g) Prinsip metode pembersihan ruang perawatan dan lingkungan, pemilihan
bahan desinfektan
,cara
penyiapan
dan
penggunaannya
dilaksanakan
PENGELOLAAN LINEN
a) Jenis linen di RSUD Balaraja dikualifikasikan menjadi linen bersih, linen kotor
infeksius, linen kotor non infeksius
b) Untuk mencegah kontaminasi, pengangkutan linen menggunakan kantong
linen yang berbeda,linen kotor dengan kantong linen berwarna hitam dan linen
kotor infeksius dengan kantong linen kuning
c) Pencegahan kontaminasi lingkungan maupun pada petugas dilakukan dengan
desinfeksi kereta linen, pengepelan/disinfeksi lantai, implementasi praktik
kebersihan tangan,penggunaan alat pelindung diri (APD) sesuai potensi resiko
selama bekerja
13
PENGELOLAAN MAKANAN
Pengelolaan makanan di instalasi gizi memperhatikan standar sanitasi makanan
minuman, alat, lingkungan produksi dan higiene perorangan penjamah makanan.
a. Semua bahan makanan yang disiapkan sampai dengan disajikan kepada
pasien, pegawai atau pengunjung dikelola sesuai pedoman dan standar
prosedur pelayanan instalasi gizi agat terhindar dari pencemaran dan penularan
infeksi melalui makanan
b. Penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara dan dalam keadaan
bersih,terlindung dari debu, bahan kimia berbahaya dan hewan lain serta
suhupenyimpanan disesuaikan dengan jenis bahan makanan.
c. Penjamah makanan yang kontak langsung dengan makanan mulai dari proses
penyiapan bahan sampai dengan penyajiannya dilakukan surveilans higiene
pribadi berupa monitoring kultur mikrobiologi swab rektal, dikoordinasikan dan di
bawahtanggung jawab Komite K3 RS.
d. Petugas unit harus dalam kondisi sehat dan dilakukan pemeriksaan berkala
selama 6 (enam) bulan sekali
14. PENDIDIKAN dan PELATIHAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI RS
Direncanakan dan dilaksanakan secara periodik dan berkesinambungan oleh
bagianPendidikan dan Pelatihan (DIKLAT) bekerjasama dengan Komite PPI RS
untukmenjamin setiap petugas yang berada dan bekerja di RS (termasuk peserta
didik dankaryawan kontrak) memahami dan mampu melaksanakan program PPI
RS , khususnya kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis transmisi.
a) Seluruh SDM baru di RS wajib mengikuti program orientasi, termasuk materi
PPIRS
b) Setiap ada mahasiswa yang akan praktek harus diberiakan materi orientasi
PPIRS.
c) Monitoring dan evaluasi hasil pendidikan dan pelatihan dilakukan oleh
bagianSDM bersama Komite PPI RS sesuai ketentuan yang berlaku sebagai
dasarperencanaan program selanjutnya.
d) Seluruh staff dididik tentang pengelolaan infeksius.
15. PENDIDIKAN PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI DIBERIKAN UNTUK
SETIAP PASIEN.
a) Untuk pasien rawat inap disampaikan oleh perawat saat orientasi pasien
barumasuk, meliputi kebersihan tangan, etika batuk dan ketertiban membuang
sampah.
16. PENGKAJIAN RISIKO INFEKSI PADA KONSTRUKSI &RENOVASI di RS
a) Sebelum melakukan kontruksi atau renovasi bangunan dilakukan analisis
terhadap kualitas udara, persyaratan utilisasi, kebisingan, getaran dan prosedur
emergensi.
b) Setiap
konstruksi
maupun
renovasi
bangunan
yang
dilakukan
di
RS
Peralatan
Kritis/risiko
tinggi:
adalah
peralatan
medis
yang
masuk
Peralatan
semikritis/risiko
denganmembrana
mukosa
sedang:
tubuh.
adalah
Pada
peralatan
peralatan
yang
kontak
semikritis,
proses
Peralatan
Nonkritis/resiko
rendah:
adalah
peralatan
yang
kontak
Untuk mengepel/membersihkan
lantai
dan
wc
menggunakan
creolin
Untuk
area
yang
sering
disentuh
(High
touch
area)
menggunakan
ISI
Isopropyl, ethil
MERK
Alkohol 70 %, Softa-
PENGGUNAAN
Antiseptik kulit
alkohol
Chlorhexidine 2%
man
Acetron
Antiseptik kebersihan
tangan ruang
perawatan,
antiseptik kulit pre
operasi
Chlorhexidine 4%
Cutisoft
Antiseptik kulit
kebersihan
Povidone Iodine
Bethadine Solotion
7.5%
Chlorin
Bycline
operasi
Disinfektan tumpahan
darah dan cairan tubuh
lainnya.
penggunaan di kamar
bersalin
untuk wabah (mis ;C
difficile)
Multi Drug Resisten
Organisem (Mis MRSA)
Gluteraldehyde
Steranios 2%,
3.4%
Propanol,
Stabimed
Primasept
8
9
biphenylol 2.0 g
Ethanol
Chlorhexidin
Lysol
Desmanol handrub
bedah
Low level Disinfeksi
Antiseptik kulit
Terralin protect
digluconate
10
solution
Benzalkonium
chloride,
phenoxyethanol
d) Cairan infus dalam botol (plastik atau kaca) tidak dapat digunakan bersama
samauntuk beberapa pasien.
e) Insulin flexpen hanya dapat digunakan untuk satu orang pasien dan tidak
dapatdigunakan untuk bersama-sama untuk beberapa pasien.
f) Setiap
kali
penyuntikan
insulin
dengan
menggunakan
flexpen
harus
menggunakanjarum baru.
19. PENCEGAHAN dan PENGENDALIAN INFEKSI UNTUK PASIEN, KELUARGA dan
PENGUNJUNG.
a) Salah satu Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di rumah sakit adalah kepedulian
terhadap pasien, keluarga dan pengunjung rumah sakit.
b) Pasien ,keluarga dan pengunjung harus diberikan edukasi tentang PPIRS.
c) Pencegahan dan pengendalian infeksi rumah sakit di RSUD Balaraja
dikoordinasi oleh Tim PPIRS yang tergabung dalam unit rawat jalan dan rawat inap.
d) Masing masing dari tenaga kesehatan ( Dokter, perawat, fisioterapi, Gizi ,Farmasi
dll ) maupun non kesehatan ( Pekarya, petugas kebersihan , dll ) pasien ,keluarga
dan pengunjung turut ambil bagian dalam pencegahan danpengendalian infeksi.
e) Pasien, keluarga, dan pengunjung yang dirawat di RSUD Balaraja harus mentaati
peraturan yang ada di RSUD Balaraja sesuai dengan peraturan tata tertib pasien.
f) Buku Pedoman pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit dan
fasilitaslainya tahun 2011 : tentang kebersihan tangan dan penggunaan Alat
PelindungDiri ( APD ) di fasilitas kesehatan
g) Pasien
dapat
mengingatkan
petugas
kesehatan
Dokter,
Perawat,
Fisioterapi,Pekarya, Gizi dll ) bila tidak melakukan kebersihan tangan sebelum dan
sesudahmenyentuh pasien dan lingkungan pasien.
h) Pencegahan dan pengendalian infeksi di rumah sakit adalah tanggung jawab
pasien, keluarga dan pengunjung.
i)
IPCN
bekerjasama
dengan
IPCLN.Data
yang
perihal
yang
terkait
dengan
KLB,
misalnya
h) Untuk
menanggulangi
KLB
Komite
PPIRS
berkoordinasi
dengan
terinfeksi/kohorting
dan
menentukan
staf
yang
akan
DAN
PENGENDALIAN
JENAZAH
a) Pemindahan jenazah dari ruang perawatan:
Proses pemindahan harus sesuai dengan prinsip-prinsip Kewaspadaan
Standar.
Aspek budaya dan agama harus diperhatikan. Keluarga pasien yang ingin
melihat jenazah setelah dipindahkan dari ruang perawatan juga harus
menerapkan Kewaspadaan Standar.
Penanganan semua jenazah petugas harus menggunakan APD yang sesuai.
b) Perawatan jenazah di kamar jenazah:
Petugas kamar jenazah harus melakukan Kewaspadaan Standar ;melakukan
kebersihan tangan yang benar dan menggunakan APD yang sesuai dengan
risiko pajanan sekret / cairan tubuh pasien.
Pengawetan jenazah dengan menggunakan cairan formaldehide dilakukan
sesuai prosedur dan prinsip-prinsip Kewaspadaan Standar.
Pengawetan jenazah tidak boleh dilakukan pada pasien yang meninggal akibat
penyakit menular.
Pemulasaraan jenazah secara higienis (membersihkan badan, merapikan
rambut, mendandani, memotong kuku dan mencukur) harus dilakukan dengan
menerapkan Kewaspadaan Standar.
Setelah selesai perawatan jenazah tempat dan ruangan wajib dilakukan
dekontaminasi.
c) Pemeriksaan post-mortem:
Pemeriksaan post-mortem dilakukan dengan menerapkan Kewaspadaan
Standar .
Jumlah petugas harus dibatasi seminimal mungkin.
Prosedur dilakukan dalam ruangan yang berventilasi memadai.
Tersedia APD yang sesuai dengan risiko pajanan.
d) Pembersihan dan disinfeksi kamar jenazah sesuai dengan ketentuan panduan
Pengelolaan Kamar Jenazah.
jenazah
berpenyakit
menular
harus
dilakukan
sesegera
analisis
dampak
renovasi
dan
konstruksi
terhadap
kualitas
udara,tingkat kebisingan .
b) Melakukan edukasi (pemasangan rambu2 atau gambar diarea renovasi) kepada
petugas ,pengunjung dan pasien.
c) Melakukan pembersihan menyeluruh dan dekontaminasi semua permukaan,
termasukdinding, langit-langit, jendela dan sistem ventilasi berisiko tinggi.
d) Makukan swab ruangan dan uji kualitas udara, khususnya di area berisiko tinggi
sebelum ruangan digunakan.
25. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR BAYI
a) Ruangan / Lingkungan
Lantai dipel dua kali sehari dengan menggunakan cairan sabun netral
Ruangan di bongkar satu kali dalam seminggu
AC dibersihkan setiap satu bulan sekali
Pemeriksaan air bersih dilakukan setiap 3 bulan sekali
Ruang bayi sehat harus terpisah dengan ruangan bayi sakit
Suhu dan kelembaban kamar bayi sehat : 21 24 C & 45 -60%, sedangkan
untuk kamar bayi sakit : 22 24 C & 35 60 %
Kulkas obat di check temperaturnya
b) Peralatan
Tempat tidur, gantungan, timbangan, peralatan photo terapi, dibersihkan setiap
hari dengan kain lembab memakai detergen dan air bersih
Bak mandi : dibersihkan dengan detergen dan air bersih setiap hari
c) Persyaratan bekerja di kamar bayi
Petugas
Mencuci tangan harus dilakukan sebelum dan sesudah tindakan / memberi
susubayi, dari toilet, dll
Perawat kamar bayi harus mengikuti program vaksinasi hepatitis & Varicella.
Tidak boleh memelihara kuku atau memakai perhiasan saat bekerja.
Perawat yang merawat bayi sehat tidakboleh merawat bayi sakit.
Rambut harus diikat / dipotong pendek sehingga tidak mengenai muka bayi
saatmemberi susu bayi.
Mengganti popok harus mengunakan sarung tangan.
Ibu yang menyusui di kamar bayi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah menyusui bayi.
Membersihkan puting susu sebelum menyusui bayi
Petugas yang menerima ASI yang dipompa dari ibu / keluarga, maka pada
botolharus ditutup, beri label, tanggal dan waktu pengambilan ASI.
Bayi
Bayi yang sehat harus dipisahkan dari bayi yang sakit.
Pemberian vaccin Hepatitis B diberikan 24 jam setelah lahir sedangkan
bayidengan riwayat ibu dengan Hepatitis diberikan immunisasi pasif.
Bayi dengan berat badan normal dimandikan 1x sehari sebelum putus tali
pusat.
Perawatan tali pusat dengan menggunakan air bersih, dikeringkan dan
tidakditutup dengan kassa.
Bayi yang dirawat dengan blue light, matanya harus ditutup dan dibuka
saatdiberi susu.
Setiap bayi mempunyai perlengkapan masing-masing dan disimpan
ditempatyang sudah disediakan.
26. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI KAMAR BERSALIN
a) Pencegahan standar
Baju / gaun panjang dan sarung tangan harus digunakan pada semua
proseduryang bersentuhan dengan darah atau cairan tubuh pasien, termasuk
jugakebersihan peralatan dan lingkungan, pemeriksaan plasenta.
Pelindung mata (goggles) dipakai pada setiap prosedur persalinan.
Semua benda tajam yang terkontaminasi oleh darah harus langsung
dibuangkedalam sharp container yang telah tersedia.
Semua linen yang terkena noda darah dimasukkan kedalam kantong
berwarnakuning.
Staff yang mempunyai lesi/luka terbuka atau goresan pada tangan mereka
harusmenutup luka tersebut dengan plester kedap air dan selalu menggunakan
sarungtangan saat menangani persalinan.
Staff yang bekerja dikamar bersalin harus ikut dalam program vaccinasi Hepatitis
B.
Semua tissue dan sampah yang terkontaminasi dengan darah harus dibuang
kedalam kantong plastik kuning.
b) Persyaratan bekerja di kamar bersalin
Petugas kamar bersalin
Dokter ganti baju sebelum menolong persalinan.
Menggunakan APD lengkap (sarung tangan, masker, goggle, apron,
topi)sebelum menolong persalinan.
Memakai alas kaki yang telah disediakan khusus untuk kamar bersalin.
Melaksanakan kebijakan kebersihan tangan yang efektif.
Pasien
Pasien ganti baju sebelum ditolong persalinan
Keluarga yang masuk ke kamar bersalin dibatasi.
Pasien dengan infeksi harus ditempatkan diruang tersendiri (isolasi)
Bayi
Perawat/bidan yang menerima bayi baru lahir harus menggunakan APD lengkap.
Penghisap lendir bayi harus menggunakan yang sekali pakai.
Bayi lahir, tali pusat diikat dengan klem tali pusat steril dan diberi
alkohol70%/povidine iodine7.5% pada ujung tali pusat.
Bayi baru lahir dibersihkan, kemudian bayi dimandikan dengan air hangat.
c) Lingkungan
Ruang Bersalin
Pembersihan ruang bersalin dilakukan 2x sehari dan setiap selesai tindakan.
Pembersihan umum dilakukan seminggu sekali pada hari tidak ada
tindakan/persalinan.
Semua tumpahan darah dan cairan tubuh harus dibersihkan dengan
menggunakandesinfektan chlorine.
Tempat
tidur,
meja
pasien,
lemari
harus
dibersihkan
dengan
Dalam
keadaan
ibu
positif
menderita
Hepatitis
B,
maka
dorongan
dan
desinfeksi
dilakukan
segera
setelah
alat-alat
operasi
tidak
diperbolehkan
menunggu
di
lingkungan
kamar
TB
harus
dipulihkan
kesadarannya
diruang
kamar
operasi
perasat
untuk
meminimalkan
terjadinya
kontaminasi
dan
sangat
bermanfaat
dalam
penanganan
pasien,
maka
Item
yang
dapat
dipakai
ulang
harus
dilakukan
dekontaminasi
dan
kotor
adalah
merupakan
sumber
kontaminasi
mikroorganisme
yangsignifikan linen kotor saat penggantian linen (oleh karena itu penggantian
linen tidak boleh dilakukan dengan mengibaskan linen ke udara).
Linen disimpan di tempat yang bersih, kering dan tertutup untuk mencegah
kontaminasi kuman dari udara. Jika linen bersih tidak jadi digunakan, maka
tidak boleh disimpan di area penyimpanan stok linen ruangan, tetapi harus
dikembalikan ke laundry untuk dicuci ulang.
Tidak boleh meletakkan linen kotor di lantai, di kursi atau di meja. Linenkotor
dimasukkan ke dalam kantong plastik trolly linen kotor yang telahtersedia. Trolly
linen yang digunakan untuk mengangkut linen kotor tidak boleh digunakan untuk
membawa linen bersih.
f) Obat-obatan
Obat-obatan harus disiapkan dengan menggunakan teknik tanpa sentuhan,obatobat parenteral harus disiapkan secara aseptik menggunakan spuit danjarum steril.
Cairan intravena dan cairan irigasi steril harus diberi labeltanggal, waktu dibuka dan
dibuang setelah 24 jam (jika setelah dibuka dan tidak digunakan lagi).
Antibiotika
Pemberian antibiotika pada pasien ICU yang tidak memperhatikan pola
sensitivitas kuman akan memberikan andil terjadinya KLB infeksi serius
pasien
yang
dicurigai
atau
dinyatakan
mempunyai
penyakit
kasus
tertentu
pengunjung
harus
dibatasi
sesuai
dengan
i) Pengendalian Lingkungan
Penanganan sampah
Semua
pembuangan
sampah
harus
mengikuti
tatacara
penanganan
Tutupi luka atau lecet-lecet pada jari dengan plester kedap air.
Melakukan kebersihan tangan sebelum dan setelah merawat pasien
dengan chlorhexidine 2 %.
Dokter gigi memakai baju praktek yang bersih dan berlengan pendek.
Dokter gigi dan perawat gigi harus menggunakan :
Sarung tangan : sarung tangan lateks bersih digunakan pada saat
memeriksa pasien tanpa kemungkinan terjadinya perdarahan,
d) Menutupi pegangan lampu, tombol-tombol pada unit gigi, baki instrumen, ujungalat
three
way
syringe,
saliva
ejector, ujung
alat
tambalan
sinar, sandaran
data
dasar
infeksi
dilakukan
secara
internal
(antar
unit)
maupuneksternal (dengan Rumah Sakit lain yang sejenis atau dengan praktik
terbaik /bukti ilmiah yang diakui).
b) Perbandingan
data
dasar
infeksi
dilakukan
oleh
tim
Pencegahan
dan
e) Hasil
perbandingan
data
dasar
infeksi
internal
maupun
eksternal
Balaraja,
2015