Anda di halaman 1dari 25

KEBIJAKAN FISKAL DALAM SISTEM EKONOMI ISLAM

Sistem ekonomi Islam tentunya tidak dapat dilaksanakan secara baik tanpa
melibatkan pihak pemerintah. Walaupun pihak swasta atau rakyat suatu negara itu
memainkan peran penting baik sebagai konsumen atau produsen dalam kegiatan
ekonomi, namun pihak pemerintah juga mempunyai peran yang tersendiri.
Tambahan pula bahwa Islam juga merupakan suatu cara atau sistem kehidupan
yang lengkap di mana dengan sendirinya ia memerlukan satu organisasi masyarakat
yang tersusun berdasarkan kepada ajaran yang telah ditetapkan oleh Allah dan
Rasul Nya. Lapisan masyarakat tertinggi ialah pemerintah (negara) yang diketuai
oleh seorang khalifah, amir, atau imam (presiden, atau raja).
Negara bertanggung jawab membentuk satu sistem pemerintahan yang
dikehendaki oleh Islam demi menjaga kebajikan dunia dan kebajikan akherat atau
al-falah yang diperlukan oleh rakyatnya. Dalam masa yang sama Negara tersebut
mempunyai hak untuk ditaati oleh rakyatnya selagi pemerintah tersebut mematuhi
perintah Allah. Dengan hak dan tanggungjawab yang sedemikian, maka Negara
diberi kuasa membentuk dan melaksanakan dasar serta strategi dalam berbagaibagai bidang yang boleh untuk meningkatkan kebajikan rayatnya. Dalam bidang
ekonomi, dasar serta strategi yang berkaitan ialah kebijakan fiskal dan kebijakan
keuangan.
Ke dua kebijakan ini mempunyai pandangan dan tujuan yang sama iaitu ke
arah pencapaian pertumbuhan ekonomi Negara yang tinggi melalui peningkatan
pendapatan Negara dan memastikan kestabilan ekonomi yang sedang berjalan
dengan memastikan tingkat penggangguran dan tingkat inflasi yang rendah. Di
samping itu juga ke dua kebijakan dasar ini ingin memastikan jurang pembagian
kekayaan dan pendapatan adalah adil, serta kebajikan (kesejahteraan) masyarakat
dipelihara. Ke dua kebijakan ini akan dijalankan secara serentak untuk memastikan
semua tujuan dan pandangan makro ekonomi Negara dapat dicapai.
Namum begitu, sejauh mana dasar serta strategi yang perlu dibentuk dan
sejauh mana pula kebersamaannya adalah amat bergantung kepada gelagat atau
perilaku dan tingkat kesadaran di kalangan rakyatnya yang bertindak baik sebagai
konsumen maupun produsen. Sekiranya kebajikan rakyat telah terjamin melalui
perilaku/gelagat dan kesadaran di kalangan mereka sendiri, maka peran Negara
menjadi mudah dan ringan. Tetapi jika keadaan sebaliknya berlaku, maka pihak
Negara /Pemerintah perlu berusaha lebih gigih sehingga kebajikan semua rakyatnya
tercapai. Hal ini menandakan bahwa peran Pemerintah Negara dalam mendidik
rakyatnya adalah penting supaya mereka timbul kesadaran untuk berkorban
membantu golongan yang memerlukan. Keberhasilan usaha pendidikan itu akhirnya
akan mengurangkan beban Negara, disamping itu juga akan meningkatkan
kebajikan rohani di kalangan rakyat itu sendiri.

Kebijakan Fiskal Islam


Objektif Kebijakan Fiskal
Dalam meningkatkan kebajikan (sejahtera melalui jalan yang benar) ekomoni
rakyatnya, Negara Islam boleh menetapakan secara lebih khusus, beberapa objektif
ekonomi yang terukur. Para cendekiawan Islam telah memberi beberapa objektif
utama kebijakan fiskal termasuk pertumbuhan ekonomi yang optimum dan
kesempatan kerja penuh (guna tenaga penuh) (full employment), kestabilan
ekonomi, dan distribusi pendapatan dan kekayaan yang adil dan saksama ( M.S.
Amerah & Zubair 1990; Ahmad & Sali !996; A. Ahmad 1983)
Pertumbuhan Ekonomi dan Kesempatan Kerja Penuh
Objektif pertumbuhan ekonomi yang optimum dan kesempatan kerja penuh
membawa implikasi bahwa sebuah negara Islam boleh menjadi menjadi semakin
kuat dan dapat membebaskan diri dari ketergantungan kepada bantuan asing
sekiranya ekonomi negara tersebut dapat tumbuh dengan kadar yang sewajarnya
secara mantap dan berkelanjutan. Pertumbuhan sedemikian bukan saja penting
untuk meningkatkan pendapatan negata tetapi juga untuk mencapai kesempatan
kerja penuh sehingga pengangguran dapat diminimumkan. Rakyat menjadi tenang
dan tenteram apabila mereka yang bekerja dapat memperoleh penghasilan untuk
menghidupi diri sendiri dan tanggungan masing-masing.
Kestabikan Ekonomi
Kestabilan ekonomi juga merupakan objektif ekonomi yang amat penting. Ia
bermaksud pertumbuhan yang mantap dan kurang berlakunya keadaan melambung
dan melesat. Ini juga berarti harga dasar umum agak stabil dan sekiranya ada inflasi
tingkat/kadarnya adalah rendah. Maka nilai uang dapat dipertahankan serta
tingkat/kadar nilai tukar dengan uang asing senantiasa stabil/kukuh. Kestabilan
ekonomi, harga dan nilai uang adalah penting untuk menjaga keyakinan di kalangan
rakyat dan investor demi memastikan pembangunan dan pertumbuhan ekonomi
negara dalan jangka panjang. Kestabilan ekonomi dapat juga menjaga kestabilan
politik dan kestabilan sosial secara bersama-sama/serentak.
Pembagian Pendapatan Secara Adil
Pembagihan pendapatan dan kekayaan yang adil dan saksama adalah merupakan
objektif yang menitik beratkan aspek keadilan dalam ekonomi sebuah negara. Islam
mengakui dan mebenarkan adanya perbedaan pendapatan dan kekayaan di
kalangan rakyat dalam suatu negara. Hal ini adalah selaras dengan kehendak dan
ketentuan Allah yang menjadikan manusia dengan kelainan serta kepelbagaiian
kemampuan, bakat serta rezeki masing-masing. Dikarenakan itulah maka akan
berlaku;ah perbedaan pendapatan dan kekayaan di antara mereka, namun begitu,
perbedaan yang timbul tidak sampai kepada tingkat yang berlebih sehingga meraka
yang lemah menjadi terbiar dan tertindas. Oleh karena itu pemerintah dalam negara

Islam amat perlu mamastikan supaya keadilan dapat diwujudkan dalam penentuan
pendapatan dikalangan mereka yang menyumbangkan faktor pengeluaran dan juga
menyediakan seluruh bantuan kepada rakyat yang miskin dan tertinggal dalam
kegiatan ekonomi. Dengan tindakan yang demikan, pembagian pendapatan di
kalangan rakyat suatu negara itu akan menjadi lebih seimbang dan semua orang
akan memperoleh sekurang-kurangnya keperluan asasi untuk hidup dengan aman
dan tenteram.
Struktur Sistem Fiskal Islam
Struktur sistem fiskal Islam merupakan gabungan institusi dan alam yang dapat
/boleh berperan untuk mengumpulkan hasil dan membelanjakan hasil itu bagi
pihak negara. Dalam sejarah Islam, institusi utama yang utama terdapat dalam
sistem fiskal adalah baitulmal. Walaupun ada institusi-institusi lain yang berperan
dalam mengelola secara khusus sumbangan wakaf, derma sedekah dan sebagaian,
namun baitulmal boleh menerima sebarang bentuk sumbangan dari sebarang pihak
maupun berbagai sumbangan baik yang wajib seperti zakat, khuraj, dan pajak atau
sumbangan sukarela seperti wakaf, sedekah, derma, kafarah, dan lain-lain. Baitulmal
juga berperan menggunakan segala bentuk sumbangan tersebut sesuai kaedahkaedah yang telah ditetapkan oleh syariah dan pihak negera.
Sumber pendapatan utama bitulmal ialah zakat. Ini karena zakat adalah wajib
dibayar oleh setiap muslim atas`kegiatan ekonomi atau atas semua aset yang
mendatangkan hasil ekonomi apabila aset-aset tersebut dikuasahi secara penuh
dalam setahun (haul) dan melebihi nilai minimum (nisab). Kadar zakat adalah
berbeda mengikuti jenis hasil atau aset yang dikenakan zakat itu. Sebagai contah,
zakat hasil pertanian misalnya mempunyai kadar antara 5% hingga 10%, sedangkan
zakat atas modal perniagaan, keuntungan, gaji, simpanan ialah 2,5%. Secara umum
kadar zakat adalah rendah tetapi jumlah dan jenis aset yang dikenakan zakat adalah
banyak. Oleh karena itu kewajiban zakat dapat ditagihkan secara meluas dalam
kalangan orang kaya dalam masyarakat. Bagi mereka yang bertaqwa tidak akan
menganggap bahwa pembayaran zakat adalah suatu beban, namun sebaliknya akan
menganggapnya sebagai suatu peluang untuk dapat ganjaran dari Allah SWT dan
berusaha untuk menuaikannya seberapa banyak yang mungkin.
Sumber kedua baitulmal ialah kharaj, iaitu sewa tanah yang perlu dibayarkan
oleh pemilik atau petani yang mengusahakan tanah yang telah diisyaratkan sebagai
tanah kharaj. Kharaj boleh kekenakan berdasarkan keluasan tanah atau berdasarkan
hasil keluaran dari tanah itu. Kadar kharaj adalah berdasarkan kepada
kualitas`tanah, lokasi tanah, jenis pertanian yang diusahakan atas tanah itu dan
berdasarkan kemampuan pihak pembayarnya. Kadar kharaj dapat berubah dari
masa kemasa sesuai ketentuan pihak pemerintah.
Selain dari dua bentuk hasil tersebut, baitulmal juga berfungsi untuk
memungut pajak perdagangan (ushur) dari kegiatan ekspor dan impor. Ia juga
diberi kuasa untuk mengumpulkan hasil cukai indifidu (jizyah) dari dari masyarakat
bukan Islam karena mendapat perlindingan dan kemudahan dalam negara. Kadar

ushur dan jizyah ini juga dapat dirubah oleh pihak pemerintah tergantung pada
situasi dan kondisi negara saat itu. Juga negara mempunyai hak untuk mengenakan
pajak tambahan kepada orang kaya sekiranya keadaan amat memerlukan seperti
untuk pembiayaan perang atau mengatasi krisis ekonomi, maupun untuk
pembiayaan bencana nasional. Pungutan pajak itu bersifat sementara, artinya jika
keadaan sudah normal kembali maka pajak tersebut akan dihentikan.
Hasil baitulmal akan dibelanjakan atau diakokasikan kepada pihak-pihak
yang berhak menerimanya dan juga untuk keperluan belanja negara dalam satu
tahun tertentu. Sebagai contoh hasil zakat akan dibelanjakan kepada delapan asnaf
yang ditentukan oleh Allah. Pihak negara dapat menggunakan asnaf fusabillah
dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengannya. Sementara hasil-hasil lain selain
zakat boleh dibelanjakan mengikuti kebijakan dan keperluan negara demi
menghasilkan kebajikan negara dan rakyat secara omtimal, termasuk pengeluran
untuk pembangunan dan investasi. Sekiranya pembelanjaan negara lebih besar dari
hasil baitul mal, maka pihak negara boleh mendapatkan pinjaman dari dalam dan
luar negara. Namun pinjaman negera hanya dilakuan dalam keadaan darurat saja
dan sedapat mungkin dihindarkan.
Alat Kebijakan Fiskal Islam
Alat kebijakan fiskal yang digunakan dalam analisis kebijakan fiskal konvensional
ialah pajak dan belanja /anggaran pemerintah. Alat ini masih tetap digunakan
dalam analisis kebijakan fiskal Islam karena ia tidak bertentangan dengan Islam.
Namun demikian didalam Islam terdapat satu bentuk pembayaran / pengeluran
yang harus dilakukan oleh golongan kaya kepada pemerintah sebagai suatu
kewajiban agama berdasarkan harta dan pendapatan yang dimilikinya. Pengeluran
yang diwajibkan tersebut ialah zakat. Oleh itu zakat juga dianggap sebagai salah
satu alat dalam kebijakan fiskal Islam.
Banyak pendapat tentang status zakat apakah boleh atau tidak dianggap
sebagai alat kebijakan fiskal. Secara umum terdapat dua pandangan yang berbeda
dimana salah satunya membolehkan zakat sebagai dasar fiskal dan yang lainnya
tidak membolehkan. Pandangan pertama mengatakan bahwa zakat tidak boleh
dianggap sebagai alat kebijakan fiskal (Metwally 1983; Iqbal & Khan 1981).
Alasannya ialah karena zakat bersifat tetap sedangkan alat kebijakan mesti bersifat
lentur /fleksibel untuk dapat digunakan dalam setiap situasi dan kondisi yang
relevan. Kadarnya (tarifnya) yang telah ditentukan oleh Allah SWT dan tidak boleh
diubah adalah hal yang menyebabkan zakat tidak lentur untuk digunakan sebagai
alat yang dapat diubah-ubah sesuai dengan objektif negara. Selain itu zakat juga
dikatakan mempunyai skop penggunaan yang telah ditentukan hanya untuk asnaf
tertentu saja. Zakat tidak boleh digunakan untuk tujuan lain selain dari pada yang
telah ditetapkan walaupun untuk tujuan mencapai objektif ekonomi negara.
Pandangan ke dua mengatakan zakat adalah alat kebijakan fiskal Islam. Zakat
dianggap sebagai alat kebijakan fiskal yang disiapkan Allah SWT dan berfungsi

sebagai alat pembagian pendapatan secara adil serta pemicu kegiatan ekonomi
negara (Salama 1983 & Faridi 1983). Dengan adanya zakat kegiatan ekonomi
menjadi semakin aktif karena golongan miskin yang mendapat uang dari
pembagian zakat akan menggunakan uang tersebut dengan tingkat utilitas yang
lebih tinggi dibandingkan dengan keadaan sekiranya uang tersebut tetap berada
dalam tangan orang kaya. Ini adalah karena orang miskin mempunyai
kecenderungan konsumsi yang lebih tinggi berbading dengan kecenderungan
konsumsi orang kaya. Selain itu zakat juga menjadi salah satu sumber pendapatan
suatu negara yang dengan pungutan zakat tersebut akan dapat mempengaruhi
anggaran negara, oleh karena itu zakat dipandang sebagai alat kebijakan fiskal.
Memperhatikan bahwa zakat adalah salah satu perkara penting dalam Islam,
maka wajar zakat diterima sebagai salah satu alat kebijakan fiskal Islam.
Sehubungan hal itu, maka alat kebijakan dasar fiskal Islam ialah: zakat, pajak, cukai,
penerimaan negara bukan pajak dan belanja negara.
Untuk memudahkan analisis, alat kebijakan fiskal itu akan dikatagorikan
menjadi dua saja iaitu zakat dan bukan zakat. Katagori yang demikian dibuat karena
kadar/tarif zakat sudah ditetapkan oleh syariah dan tidak boleh dirubah-rubah oleh
pemerintah, sementara kadar/tarif pajak dan cukai (bukan zakat) boleh diubah
sesuai dengan keperluan ekonomi saat itu.
Mekanisme Kebijakan Fiskal
Pengaruh Zakat
Pelaksanaan sistem zakat oleh Negara atas kekayaan dan pendapatan rakyatnya
diperkirakan akan mempunyai pengaruh tertentu atas fungsi suntikan dan bocoran
dalam pasar barang disamping ia juga memberi pengaruh terhadab permintaan
uang dalam pasar uang. Untuk memudahkan pemahaman, diandaikan bahwa
kaidah pemungutan zakat dibuat dengan dua cara. Cara pertama ialah jika semua
zakat atas pendapatan dan kekayaan dibagikan semuanya di kalangan rakyat yang
memerlukan dimana pembagian yang demikian merupakan pembayaran pindahan
(transfer payment). Cara ke dua ialah semua zakat atas pendapatan dan kekayaan
tidak dibagikan semua secara langsung kepada rakyat yang berhak, sebalinya
dipegang oleh negara dan dibelanjakan untuk tujuan pembangunan supaya ekonomi
negara dapat berkembang demi mencapai kebajikan rakyat dalam jangka panjang.
Setiap cara pembagian akan mempunyai pengaruh yang tersendiri seperti yang
akan dianalis berikut.
Pengaruh Zakat
Pendahuluan
Pada dasarnya zakat dipungut dari golongan yang berada dan hasil zakat dibagikan
kepada asnaf-asnaf yang telah ditetapkan oleh Allah (syariah) terutama golongan
fakir miskin. Salah satu dari faktor yang mempengaruhi status anggota masyarakat
sehingga dikatakan kaya atau miskin ialah pendapatan yang diperoleh masing-

masing. Orang yang termasuk ke dalam golongan kaya biasanya memperoleh


pendapatan yang tinggi dan golongan miskin berpendapatan rendah sehingga
mereka menghadapi kesulitan berbelanja atas barang/jasa keperluan hidup. Apabila
sistem zakat pendapatan dan kekayaan ini dilaksanakan, maka tingkat pendapatan
dan penggunaan/konsumsi golongan miskin akan meningkat sedangkan
pendapatan dan penggunaan/konsumsi golongan kaya akan berkurang. Oleh
karena kecenderungan tambahan konsumsi dan konsumsi rata-rata secara
agregat /keseluruhan fakir dan miskin adalah lebih tinggi dari pada yang berlaku
dalam golongan kaya, maka pelaksanaan zakat ini dapat meningkatkan
kecenderungan tambahan konsumsi dan rata-rata konsumsi secara agregat dalam
negara. Selanjutnya hal tersebut akan menggerakkan curva/keluk konsumsi agregat,
curva/keluk tabungan agregat dan keluk IS seperti yang akan ditunjukkan nanti.
Pergerakan curva/keluk atau fungsi konsumsi dan tabungan dapat dilihat
dahuku melalui persamaan matematika/aljabar. Seandanya rakyat dalam suatu
negera dapat dibagikan kepada dua golongan saja, iaitu golongan kaya dan miskin.
Golongan kaya adalah golongan 1 yang mana jumlah pendapatan mereka Y1 dan
konsumsi C1. Manakala golongan miskin merupakan golongan ke dua dengan
jumlah pendapatan Y2 dan konsumsi C2. Katakan tingkat pendapatan negara ialah
Y dimana sebanyak B bagian datangnya dari golongan kaya dan (1-B) bagian dari
golongan miskin. Berdasarkan kepada andaian-andaian tersebut, maka beberapa
persamaan dapat dibentuk seperti :
C1 = a1 + b1 Y1
C2 = a2 + b2 Y2
Y1 = Y
Y2 = (1-) Y

.................................................................. (1)
................................................................... (2)
.................................................................... (3)
.................................................................... (4)

Tingkat konsumsi agregat sebelum dilaksanakan zakat ialah C0 di mana:


C0 =
=
=
=
=

C1 + C2
(a1 + b1 Y1) + (a2 + b2 Y2)
(a1 + b1 Y) + a2 + b2 (1-) Y
a0 + {b1 + b2 (1-)} Y
a0 + b0 Y
........................................................... (5)

Jika tarif zakat atas pendapatan golongan kaya ialah , maka jumlah zakat dalam
negara ialah:
Z = Y1
= Y

.................................................... (6)

Jika jumlah zakat ini dipungut dari golongan kaya dan di bagikan semua

kepada golongan miskin, maka pendapatan dan konsumsi golongan kaya akan
turun dan golongan miskin meningkat. Konsumsi agregat sesudah zakat adalah
sebagai berikut:
C z = C1z + C2z
= a1 + b1 ( Y) + a2 + b2{ (1-) + }Y
= a0 + {b1 (1-) + b2 (1- +) }Y
= a0 + bz Y
.................................................................... (7)
Didapatkan bahwa nilai bz dalam persamaan (7) adalah lebih tinggi dari nilai
b0 dalam persamaan (5), maka ini bermakna bahwa fungsi konsumsi agregat setelah
zakat (Cz) adalah lebih curam dari fungsi konsumsi agregat sebelum zakat (C0).
Perbedaan kecuraman tersebut dapat dibuktikan secara mathematik/aljabar jika
nilai kecenderungan perubahan konsumsi setelah (MPCz) lebih besar dari nilai
kecenderungan perubahan konsumsi sebelum zakat (MPC0) seperti yang
ditunjukkan dalam persamaan persamaam berikut:
MPC0 = b0 = (dC0 ) /(dY) = b1 + b2 (1-)
... .................. (8)
MPCz = bz = (dCz) /(dY) = b1 (1-) + b2 (1- + ) ........... (9)
MPCz - MPC0 = (b2 b1) > 0 ............................................ (10)
Bentuk kedua fingsi konsumsi agregat sebelum dan sesudah zakat adalah
seperti digambarkan dalam Gambar: 1. Seiring dengan itu fungsi tabungan sebelum
zakat (S0) dan tabungan setelah zakat (Sz) juga tampak seperti dalam persamaan (11)
dan persamaan (12) yang masing-masing tergambar juga dalam Gambar (1).
S0 = -a0 + (1- b0) Y
Sz = -a0 + (1- bz) Y

...................................................... (11)
...................................................... (12)

Oleh karena nilai bz adalah lebih besar dari nilai b0, maka nilai (1-bz) menjadi
lebih kecil dari nilai (1 b0). Dengan perkataan lain didapati bahwa kecondongan
fungsi tabungan setelah zakat menjadi lebih kecil dari kecondongan fungsi tabungan
sebelum zakat seperti yang ternyata dalam gambar (1). Oleh karena fungsi tabungan
merupakan salah satu dari fungsi bocoran di pasar barang, maka pergerakan fungsi
ini kearah menghampiri sumbu (paksi) (Y) akan menggerakkan juga fungsi IS ke
kanan.
C,S
(konsumsi
Tabungan)
C=Y

Cz = a0 + bzY

Ch = ah + bzY
C0 = a0 + b0Y

a0
ah

S0 = -a0+(1-b0)Y

Sh = -ah+(1-bz)Y
Sz = -a0+(1-bz)Y
Y0
Yh

Yz

Y
Pendapatan
Negara

-ah
-a0

Pengaruh Zakat Harta


Zakat atas harta dapat memberi pengaruh kepada tabungan agregat dan suntikan
serta permintaan untuk investasi. Pengaruh ini akan membawa perubahan kepada
curvakeluk IS dan LM yang akhirnya akan membawa pertumbuhan ekonomi negara.
Tabungan Agregat dan Suntikan
Selain dari tingkat pendapatan, satu lagi ukuran kekayaan anggota masyarakat ialah
harta yang mereka miliki. Golongan kaya memiliki harta yang banyak sedangkan
golongan miskin mungkin memiliki harta yang sedikit bahkan terlalu sedikit.
Andaikan zakat dikenakan atas semua harta yang dapat mendatangkan pendapatan
terutama aset keuangan seperti uang sebagai modal untuk investasi. Sebagai
tambahan andakan juga hasil pungutan zakat harta ini tidak dibagikan secara
langsung di kalangan rakyat sebagai pemindahan pembayaran (transfer payment)
tetapi sebaliknya digunakan sebagai pembelanjaan pembangunan negara seperti
yang telah dinyatakan pada sebelumnya. Jika konsumsi autonomi diandaikan
berhubungan secara positif kepada tingkat harta kumsumen, maka zakat harta akan

mengurangkan konsumsi dan meningkatkan bocoran pada setiap tingkat


pendapatan negara.
Pengaruh zakat seolah-olah sama dengan pengaruh pengenaan pajak iaitu ia
akan mengurangkan pendapatan dan seterusnya konsumsi dari rumah tangga
tersebut. Ini akan menyebabkan berlakunya bocoran dalam pendapatan negara iaitu
akan mengurangkan pendapatan negara disebabkan pengenaan zakat tersebut. Arah
pergerakan curva/keluk bocoran akibat zakat harta adalah bertentangan dengan
pergerakan curva/keluk bocoran akibat zakat pendapatan. Arah dan jarak
pergerakan bersih keluk bocoran itu tergantung kepada jumlah setiap jenis zakat
dan tingkat pendapatan yang bersangkutan.
Dalam Gambar 1, dimana bahwa konsumsi autonomus turun dari a0 ke ah
apabila zakat harta dikenakan. Oleh karena ah lebih kecil nilainya dari ao maka
fungsi konsumsi agregat setelah zakat pendapatan dan zakat harta akan beralih dari
Cz ke Ch dan fungsi tabungan beralih dari Sz ke Sh dimana:
Ch = ah + bzY
Sh = -ah + (1-bz)Y

.......................................................... (13)
.......................................................... ( 14)

Apabila dibandingkan dengan fungsi tabungan sebelum zakat, ialah S0 , maka


fungsi tabungan setelah zakat pendapatan dan zakat harta masih bergerak
menghampiri sumbu Y. Pergerakan yang demikian akhirnya akan menggerakkan
kurva IS ke kanan dalam model IS-LM.
Selain dari memberi pengaruh atas tabungan agregat dan bocoran dalam
ekonomi , zakat harta juga diperkirakan dapat memberi pengaruh atas konsumsi
negara dan suntikan. Ini karena hasil zakat harta itu diandaikan tidak dibagikan
sebagai transfer payment tetapi akan dibelanjakan oleh negara untuk keperluan
pembangunan bagi manfaat kepada masyarkat dikemudian hari. Semakin besar
hasil zakat harta ini bermakna semakin besar juga jumlah belanja negara dalam satu
tahun yang bersangkutan. Dalam model IS-LM, pertambahan belanja negara akan
meningkatkan suntikan dan seterusnya menggerakkan kurva IS ke atas dan ke
kanan. Walaupun zakat harta dapat meningkatkan kedua bocoran dan suntikan,
namun pengaruh bocoran diperkirakan agak kecil dibandingkan dengan pengaruh
suntikan. Oleh karena itu diperkirakan zakat harta akan memberikan pengaruh
bersih yang positif kepada ekonomi karena ia menyebabkan pergerakan kurva IS ke
kanan.
Permintaan Investasi
Zakat harta dapat juga memberi pengaruh atas pergerakan kurva (Keluk) IS
(Investasi) dalam model IS LM melalui perubahan permintaan uang untuk
maksud investasi. Ini karena uang modal merupakan sebagian dari harta yang
dikenakan zakat 2.5% tanpa memperhatikan apakah uang tersebut telah benar-benar
diinverstasikan kepada perusahaan atau masih dipegang oleh pemodal sementara

mencari peluang investasi yang sesuai. Sekiranya uang modal itu masih dipegang
dan belum diinvestasikan, maka jumlah nya akan susut atau berkurang setiap tahun
akibat pembayaran zakat harta tersebut. Dengan lain perkataan dapat dinyatakan
bahwa harta yang disimpan akan dimakan oleh zakat. Dalam menghadapi suasana
yang demikian, pemilik modal yang rasional akan mencoba menginvestasikan uang
modal tersebut sebanyak mungkin dan seawal mungkin dengan alasan untuk
mendapat keuntungan sehingga dapat menutup pembayaran zakat harta. Dengan
berbuat demikian, uang modal yang dimiliki oleh pemodal yang bersangkutan
tidak berkurang karena zakat, malah mungkin akan bertambah jika keuntungan
senantiasa melebihi julah zakat yang harus dibayar.
Analisis tindakan para pemodal dalam negara dan pengaruhnya kepada
ekonomi sebenarnya tidak semudah seperti yang dinyatakan. Zakat harta pada
mulanya menggerakkan kurva keuntungan investasi dari pemodal. Di nama kurva
tersebut menggambarkan berbagai kombinasi antara keuntungan dan tingkat
investasi yang ingin dilakukan oleh seseorang pemodal seperti ditunjukkan dalam
Gambar 2.
m
m

= rmIm

rmHm
F
m

= - H+ rm (H )

Im
(rm - + rm )H

O
Im0

Im

- H

Gambar : 2 Pengaruh Zakat atas kurva Keuntungan Investasi


Analisis pembentukan dan pergerakan kurva ini adalah seperti berikut:
Katakanlah jumlah aset setara kas /keuangan yang dimiliki oleh pemodal ialah H
di mana sebagian darinya teah diinvestasikan ke pengusaha (Im) dan sebagian lagi
masih dipegang sebagai uang untuk maksud investasi (Lp) sementara nenunggu
peluang yang sesuai. Ini bermakna bahwa
H = Im + Lp

(15)

Jika kadar (tingkat keuntungan) investasi yang diperoleh pemodal ialah rm,
maka jumlah keuentungan pemodal dari investasi nya ialah:
Am = rm Im

(16)

Kadar zakat yang dikenakan atas harta atau aset keuangan ialah . Dengan
itu jumlah zakat harta dibayar oleh pemodal ialah: Zm , d imana :
Zm = (Im + Lp) + (rmIm)
Atau
Zm = Lp + (1 + rm ) Im

(16)

Keuntungan bersih setelah pembayaran zakat harta ialah


mb

= rm Im - Lp - (I + rm) Im
= (rm - - rm) Im - Im
Hubungan antara

mb

(17)

dengan Im setalah zakat seperti yang terdapat dalam

persamaan (17) adalah digambarkan oleh garis CD dalam Gambar 2, di mana garis
tersebut dapat disebut sebagai garis laba / keuntungan investasi pemodal.
Manakala garis keuntungan investasi pemodal sebelum zakat adalah digambarkan
oleh garis OF dan diwakili oleh persamaan (15).
Pemodal akan inginvestasikan sebagian atau semua aset keuangan sekurangkurangnya bagi memastikan aset itu tidak berkurang akibat zakat. Sebagai contoh,
jika seorang pemodal itu hanya ingin mengekalkan nilai aset keuangan setelah zakat,
maka ia perlu menginvestasikan supaya Amb adalah sifar. Berdasarkan persamaan
(17) maka jumlah minimum investasi yang harus dilakukan untuk memastikan
jumlah aset nya tetap aialah:
(rm - - rm ) Im = lp
Atau (rm - - rm ) Im = (a-lm)
Atau
rm ( 1 - ) Im = lp
Atau Im =
(18)
Sebagai contoh, jika pemodal memiliki aset keuangan (H) sebanyak
Rp 100.000.000,- dan memperkirakan ia akan memperoleh keuntungan
dengan kadar (rm) 10% dari nilai investasi, maka dengan kadar zakat

harta ( ) 2,5%, pemodal itu harus menginvestasikan sekurangkurangnya Rp 25.640.000,- supaya aset keuangannya tetap setelah zakat.
Jumlah investasi minimal ini ditunjukkan oleh titik Imo dalam Gambar 2
apabila garis keuntungan investasi pemodal ialah CD. Dalam keadaan
tiada zakat harta, nilaiaset keuangan tidak susut walaupun pemodal
tidak menginvestasikan asetnya keuangannya secara langsung. Maka
garis keuntungan investasi pemodal ialah garis OF.
Dari analisis ini jelas menunjukkan bahwa garis keuntungan
investasi pemodal dapat bergerak ke kanan dan ke bawah, iaitu dari OF ke
CD, apabila zakat dikenakan atas harta atau aset keuangan untuk
investasi. Oleh karena kemiringan garis OF ialah rm dan kemiringan garis
CD iailah rm ( 1-), maka didapati bahwa kemiringan garis CD lebih landai
sedikit dibandingkan garis OF.
Keuntungan Investasi
Peralihan garis /kurva keuntungan investasi pemodal hanya merupakan
proses awal bagi pihak pemodal itu dalam mengubah portofolio
pemegangang masing-masing harta atau aset keuangan. Ini karena
pergerakan garis keuantungan tersebut akan mengalihkan garis / curva
pengeluaran pemodal yang menghubungkan berbagai tingkat
keuntungan pemodal dengan risiko yang dihadapi nya. Pergerakan curva
belanja ini pula akan mengalihkan pola titik keseimbangan pemodal dalam
menentukan jumlah uang modalnya yang akan ditawarkan kepada
pegusaha untuk diinvestasikan dan juga jumlah uang modal yang masih
ingin terus dipegang olehnya. Corak-corak pergerakan ini dapat dilihat
dengan lebih jelas dengan bantuan Gambar 3 . apabila garis keuntungan
investasi pemodal bergerak ke bawah akibat zakat harta iaitu garis FO ke
GIm0 maka garis permintaan /pengeluaran pemodal juga turut beralih ke
bawah iaitu dari OR2 ke PQ.
m
Panel

(Keuntungan Pemodal)
Panel

(d)

(a)

rm Hm

R2

(rm - - rm) H

Q
E2

m2
m2

Im
(Risiko
(investasi
Pemodal)
Pemodal)

E2 *
S

Im0

S2 S3

Sm

Im0
I2
I3

Lp2
Lp3

450

Panel

Panel

(C)
Im

(b)
(Investasi Pemodal)

Gambar 3. Perubahan Keseimbangan Pemodal Akibat Zakat Harta

Dalam Gambar 3, jelas menunjukka keseimbangan pemodal berlaku


apabila curva kepuasan sama dengan tangen dari garis belanja investasi
dari pemodal dalam panel (a). Titik keseimbangan ini berubah pada setiap
kali peralihan garis belanja investasi akibat perubahan nisbah keuntungan
yang diperlukan kepada pemodal. Perilaku pemodal dalam menukar titik
keseimbangannya itu akhirnya telah membentuk curva permintaan uang
untuk maksud investasi seperti yang telah ditunjukkan oleh curva AB
dalam panel (c) Gambar 3. Apa yang perlu dilihat disini ialah seorang
memodal tertentu yang memiliki aset keuangan sebanyak H akan
menginvestasikan sebanyak I2 dan uang investasi yang masih ingin
dipegangnya ialah Lp2 apabila nisbah keuntungan kepada pemodal itu
ialah m2 karena ia berada dalam keseimbangan pada titik E2.
Dalam analisis pengaruh zakat harta ini diandaikan bahwa pemodal
yang bersangkutan pada mulanya berada pada titik keseimbangan E2 ,
pada masa sistem zakat belum dilaksanakan. Apabila sistem zakat itu
dijalankan maka curva/garis belanja investasi kini berubah dari OR 2 ke PQ
seperti yang telah diuraikan. Hal ini mengalihkan titik keseimbangan
pemodal dari titik E2 ke titik E3, dimana aset keuangan yang ingin
diinvestasikan meningkat dari I2 ke I3. Walaupun nisbah keuntungan
pemodal masih tidak berubah iaitu tetap pada m2. Suasana yang demikian
mempunyai maksud bahwa curva permintaan uang untuk investasi telah
beralih ke bawah seperti yang ditunjukkan oleh peralihan curva itu dari
AB ke CD dalam panel (c) Gambar 3. Apabila semua curva permintaan
uang untuk investasi bagi semua pemodal dalam negara digabungkan,
maka terhasilkan curva permintaan uang untuk investasi agregat bagi
pembentukan curva LM dalam model IS LM. Rumusan dari analisis ini
ialah zakat harta dapat menyebabkan peralihan curva permintaan uang
untuk investasi agregat ke bawah (kanan).
Sata masalah yang perlu diingat kembali ialah pemodal bertindak
menawarkan uang investasi kepada pengusaha sedangkan investasi yang benar
hanya dilakukan oleh pihak pengusaha itu sendiri. Walaupun pemodal mungkin
menghadapi kesukaran mendapatkan segera pengusaha yang mau menerima semua
dana modal yang ditawarkan oleh mereka, tetapi kesukaran itu akan dapat diatasi
setelah beberapa kali melalui proses yang berlalu di pasar modal. Keuntungan yang
didapat oleh firma akan dibagi antara pengusaha dan pemodal mengikuti nisbah
yang disetujui. Pembahasan di atas telah memasukkan keuntungan pemodal dalam
analisis pengaruh zakat harta berdasarkan prinsip zakat harta.
Manakala keuntungan pengusaha tidak menyumbangkan modal diandaikan
tidak membayar zakat harta, tetapi sebagai ganti keuntungan itu dapat dianggap
sebagai satu bentuk pendapatan yang mengikuti kepada kaidah zakat pendapatan.
Untuk tujuan tersebut adalah munasabah jika para pengusaha dimasukkan ke dalam
golongan kaya yang membayar zakat pendapatan. Dengan itu analisis pengaruh
zakat pendapatan yang telah dibahas sebelumnya adalah mencakup juga

pendapatan berupa keuntungan yang diterima oleh para pengusaha.


Walaupun analisis tersebut menunjukkan bahwa zakat mempunyai pengaruh
atas pasar barang melalui fungsi tabungan dan belanja Negara tetapi ukuran
pengaruh tersebut agak kecil karena kadar zakat yang rendah. Misalnya
diperkirakan semua jenis zakat diambil rata-rata maka kadar zakat masih dibawah
5% dari nilai aset dan pendapatan yang dikenakan zakat. Maka peralahan /
perubahan fungsi IS dalam model IS-LM mungkin tidak besar untuk memberi
pengaruh yang nyata atas ekonomi. Begitu juga pengaruh zakat atas pasar uang
melalui permintaan uang untuk investasi mungkin tidak menyebabkan pergerakan
curva LM yang besar. Dengan perkataan lain pelaksanaan sistem zakat sebagai alat
fiskal dijangka tidak memberi pengaruh yang besar terhadap pendapatan negara jika
ekonomi dianalisis melalui permintaan agregat.

Pengaruh Pajak Selain Zakat


Sebelum analisis mengenai pengaruh pajak selain zakat dibuat, beberapa perbedaan
pokok antara pajak dengan zakat perlu dikemukaan. Pertama, pembayaran zakat
adalah satu rukun Islam yang mesti dilakukan oleh orang Islam. Mereka yang
beriman tidak akan mengganggap zakat sebagai satu beban tetapi sebaliknya
mentaatinya sebagai suatu ibadah. Sementara pajak selain zakat adalah bukan suatu
asas agama tetapi hanya ditetapkan oleh negara. Sebagian pajak hanya perlu dibayar
oleh orang bukan Islam saja dan sebagian yang lain harus dibayar baik oleh orang
Islam maupun orang bukan Islam dalam suatu negara. Walau bagaimanapun pajak
akan dianggap sebagai suatu tutunan agama apabila ia telah diwajibkan oleh
Negara. Namun kebanyakan pembayar pajak masih merasakan mereka terpaksa
membayar dan bukan atas dasar kerelaan sebagai tututan agama. Perbedaan anatara
zakat dan pajak yang demikian dapat memberi pengaruh yang berbeda atas
ekonomi.
Perbedaan yang ke dua ialah tarif/kadar zakat adalah telah ditetapkan oleh
syariah, sementara tarif/kadar pajak bukan zakat masih dapat diubah-ubah oleh
Negara tergantung pada keadaan. Oleh karena itu tarif/kadar pajak dalam suatu
negara pada suatu masa amat tergantung kepada sikap negara yang bersangkutan.
Negara yang adil akan mencoba mengenakan tarif/kadar pajak yang rendah
sedangkan negara yang kurang adil cenderung mengenakan tarif/kadar pajak yang
tinggi.
Perbedaan yang ketiga ialah hasil zakat perlu dibagikan kepada golongan
atau asnaf yang telah ditentukan oleh syariah, dimana golongan fakir dan miskin
diberi keutamaan bagi maksud pembagian pendapatan. Kadang-kadang
peruntukan zakat untuk asnaf fisabillah juga merangkum semua keperluan belanja
untuk masalah ummah, termasuk pembelanjaan negara bagi tujuan pembangunan.
Walaupun tujuan utama zakat ialah untuk maksud pembagian pendapatan, namun
dari analisis terdahulu menunjukkan bahwa pembayaran zakat di kalangan rakyat

miskin suatu negara dapat memberi kebaikan kepada semua pihak. Sementara
hasil pajak bukan zakat dapat dibelanjakan oleh pihak negara mengikuti
perencanaan yang telah dibuat. Maka pajak merupakan hasil yang penting bagi
negara untuk membiayai berbagai belanja negara.
Seperti yang telah dinyakatakan bahwa bentuk-bentuk pajak bukan zakat
ialah kharaj, ushur, jizyah dan pajak-pajak tambahan lain. Betuk kharaj dalam
analisis seterusnya adalah yang berdasarkan kepada jumlah produksi pertanian dari
tanah kharaj dan dengan demikian kharaj dapat dianggap sebagai satu bentuk pajak
pendapatan. Begitu juga ushur yang berdasarkan kepada nilai barang dagangan
(barang kena pajak) dapat dianggap sebagai pajak pendapatan para pedagang
karena nilai barang dagangan mempunyai kaitan yang amat rapat dengan
pendapatan pedagang yang bersangkutan. Anggapan yang sama mungkin juga
dapat digunakan kepada pajak kepala atau jizyah karena tarif/kadar pajak
bergantung kepada kemampuan ahli zimmi yang bersangkutan (PPh 21). Pihak
pemerintah negara Islam dibenarkan mengenakan pajak pendapatan yang wajar
kepada semua rakyatnya, baik orang Islam maupun bukan orang Islam, sekiranya
zakat dan pajak bukan zakat belum mencukupi bagi membiayai belanja negara yang
penting untuk pencapaian objektif ekonomi yang telah ditetapkan.
Namun demikian para ulama dan cendekiawan Islam menegaskan bahwa
pihak negara tidak patas mengenakan kadar pajak yang tinggi kepada rakyatnya
setelah semua jenis pajak bukan zakat itu diambil. Oleh karena itu Negara harus
berhati-hati dalam membuat belanja (anggaran belanja) supaya ia dapat
menghidarkan dari belanja yang mubazir sehingga menzalimi rakyatnya dalam
menggunakan anggaran belanja tersebut.
Dari pembahasan di atas, semua pajak bukan zakat itu dapat dianggap
sebagai pajak pendapatan. Katakan tarif/kadar rata-rata pajak pendapatan tersebut
adalah merupakan suatu nilai yang menunjukkan bahwa pajak adalah berkadar
secara langsung dengan pendapatan negara. Jika jumlah pajak bukan zakat itu ialah
T, kadar pajak ialah t dan tingkat pendapatan negara ialah Y, maka
T = t Y . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (19)
Fungsi konsumsi dan tabungan agregat serta fungsi bocoran akibat dari pajak
tersebut adalah seperti yang dinyatakan masing-masing dalam persamaan (20),
persamaan (21), dan persamaan (22).
C= a+b(1t)Y
S = -a + (1 b) ( 1 t )Y
S + T = - a + (1 - b + bt) Y

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (20)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (21)
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . (22)

Maka ternyata bahwa kecuraman fungsi bocoran setelah pajak lebih tinggi
dari sebelumnya. Hal ini menyebabkan curva IS dalam model IS-LM menjadi

semakin curam. Tetapi apabila negara membelanjakan semua hasil pajak yang
bersangkutan, maka kedua curva suntikan (I + G) dan curva IS bergerak ke atas.
Analisis pengaruh pajak pendapatan atas pergerakan curva IS dalam IS LM yang
digunakan di sini adalah sama dengan apa yang terdapat dalam analisis IS LM
konvensional yang telah ada dan difahami dalam ilmu ekonomi.
Pengaruh Kebijakan Fiskal Atas`Pendapatan
Pengaruh perubahan dasar fiskal atas pasar barang dapat menentukan arah
perubahan pendapatan negara. Sekiranya perubahan dasar fiskal dianalisis dengan
mengambil perkiraan dasar keuangan maka pengaruh perubahan tersebut dapat
dilihat malaui model IS LM.
Katakan tingkat pendapatan negara sebelum adanya sektor pemerintah ialah
Y1 dan nisbah bagian untung pemodal m1 seperti yang ditunjukkan dalam panel (a)
gambar 4, curva IS1 bersilangan dengan curva LM1 pada titik E1. Apabila sektor
pemerintahan dimasukkan dalam model dengan menjalankan sistem zakat dan
pajak bukan zakat, maka curva bocoran pada awalnya beralih sedikit ke atas iaitu
dari S0 ke S2 sebagai akibat zakat pendapatan serta zakat harta. Peralihan curva
bocoran akibat zakat ini mengalihkan curva IS ke kanan, katakan ke IS 2. Jika
perubahan ini terus berlaku katakan sehingga IS4 dan pendapatan akan bertambah
sehingga Y4.
Namun demikian dalam masa yang sama sistem zakat juga dapat
mengalihkan curva LM ke kanan, katakan dari LM1 ke LM2. Maka akibat respon
rakyat kepada sistem zakat ibi menyebabkan kedua curva IS dan LM bergerak ke
kanan. Titik keseimbangan ekonomi bergerak ke E2 supaya menjadikan nisbah
keuntungan pemodal turun ke m2 dan pendapatan negara meningkat ke Y2 dan
begitulah seterusnya.
Akan tetapi pada masa yang sama negara juga memungut pajak selain zakat.
Katakan kadar pajak adalah tidak terlalu tinggi supaya dapat mempertahankan
kebajikan rakyat. Fungsi tabungan bagi mereka yang membayar pajak ini menjadi S1
dan jumlah pajak yang dibayarkan ialah T. Maka fungsi bocoran dalam ekonomi
setelah pemabayaran zakat dan pajak menjadi (S 2 + S1 + T) yang cenderung
bergerak menjauh dari sumbu pendapatan seperti ditunjukkan dalam panel (b)
Gambar 4.
Akibat dari pajak, curva IS akan bergerak kembali ke kiri, katakan dari IS 2 ke
IS3 . Titik keseimbangan ekonomi yang baru terjadi pada titik E3 , di mana
pendapatan negara yang dihasilkan oleh rakyat turun ke titik Y3. Nilai Y3 mungkin
lebih besar, lebih kecil aya sama dengan Y1, bergantung pada ukuran pergerakan
curva IS akibat zakat dan pajak bukan zakat. Nilai Y3 yang lebih besar dari Y1
seperti dalam Gambar hayalah satu dari kemungkinan ini dengan mengambil
perkiraan ukuran pergeraan curva LM akibat zakat.
Pendapatan negara akan meningkat kembali apabila negara
membelanjakan /berbelanja dari hasil zakat dan pajak yang bersangkutan.

Andaikan negara menjalankan dasar anggran berimbang, iaitu belanja negara sama
dengan hasil zakat dan pajak. Jika belanja negara dari hasil zakat ialah Gz dan dari
hasil pajak ialah Gt, maka jumlah belanja negara ialah (Gz + Gt). Ini menyebabkan
fungsi suntikan dalam ekonomi kini ialah (I + Gz + Gt). Dikarenakan curva IS beralih
jauh kekanan, katakan dari IS3 ke IS4. Keseimbangan terakhir dalam ekonomi ialah
pada titik E4 di mana pendapatan negara ialah Y4. Peningkatan pendapatan negara
sebanyak Y3 ke Y4 adalah dihasilkan oleh belanja negara.
Apa yang dapat dirumuskan dari analisis ini ialah penglibatan negara
melalui dasar fiskalnya dapat meningkatkan pendapatan negara. Dalam gambar 4
peningkatan pendapatan negara yang terpengaruh/terlibat ialah dari Y1 ke Y4.
Namun begitu peningkatan pendapatan negara yang hakiki amat bergantung
kepada kadar pajak secara keseluruhan, termasuk kadar zakat yang tetap, yang
dikenakan oleh pemerintah kepada rakyatnya. Ini karena penglibatan pemerintah
bukan saja meningkatkan permintaan agregat tetapi juga mengurangkan permintaan
dan penawaran agragat pihak swasta dalam ekonomi.
Berdasarkan kepada alasan ini, maka pihak pemerintah diharpakan
mengenakan kadar pajak yang agak rendah supaya memberi tingkat pendapatan
negara yang terbaik di samping pemerintah mempunyai sumber yang mencukupi
untuk membiayai pembelanjaan negara yang penting yang diperlukan. Kadar zakat
yang rendah selama ini mempunyai hikmah atau memberi barokah tertentu kepada
ekonomi. Maka pajak bukan zakat juga perlu mempunyai kadar yang patut supaya
pengenaan pajak tersebut dapat memberi insentif atau dapat mendorong semangat
yang tinggi dikalangan pengusahan, pemodal dan pekerja untuk bekerja atau
berperan sesuai dengan kedudukan masing-masin.

(Keuantungan Pemodal)

Panel (d)

Panel (a)
LM1
LM2
m1

E4
E1

E2
E3

m2
(I+Gz+Gt)
(I+Gz)

IS2 IS4

IS3 IS1

Suntikan
I2

I1

Y1 Y2 Y3 Y4

Pendpt
Negara

(I2+Gz+Gt)
S1

S2
Sz
S0

S3
I=S

(Sz +St + T)

Panel (c)

Penel (b)
Bocoran

Gambar 4 Pengaruh Kebijakan Fiskal Atas Ekonomi (Perekonomian)


Tarif/Kadar pajak yang tinggi cenderung melemahkan insentif dan semangat
pengusaha, p emodal dan pekerja dan seterusnya mengurangkan kegiatan masingmasing yang disertai dengan produktivitas yang rendah. Seandainya hal itu terjadi,
pendapatan negara dari kegiatan pihak swasta akan turun. Sebagai contoh, katakan
dalam Gambar 4, kadar pajak yang optimum telah menyababkan pendapatan
Negara mungkin meningkat hingga Y4 . Jika kadar pajak itu ditingkatkan, maka
pendapatan negara mungkin akan turun kembali walaupun belanja Negara
meningkat. Bahkan jika kadar pajak yang dikenakan terlalu tinggi menurut
pandangan rakyat, bukan saja pendapatan negara yang turun, tetapi hasil dan
belanja negara juga akan turut berkurang. Maka pajak yang tinggi diperkirakan akan
mendatangkan kesukaran pada semua pihak, sedang kadar pajak yang rendah
sebagaimana zakat akan mendatangkan barakah.
Analisis mengenai insentif rakyat dan barakah sepeti yang dinyatakan
adalah agak sulit dilakukan melalui ilmu ekonomi sisi permintaan iaitu ilmu
ekonomi Keynesian yang digunakan selama ini. Untuk mempermudah analisis
tersebut, maka ilmu ekonomi sisi penawaran adalah diperlukan. Analisis yang
demikian menjadi tajuk pembahasan berikutnya.
Kadar Pajak Optimum

Pajak merupakan satu sumber utama pendapatan negara. Kadar pajak yang terlalu
rendah akan menghasilkan pengutan yang rendah dan kadar pajak yang relatif
tinggi akan menghasilkan hasil pungutan yang agak tinggi. Seperti yang diketahui
bahwa kadar zakat adalah rendah iaitu antara 2,5% hingga 10% tergantung katagori
dari objek yang dikenakan zakat (objek zakat). Oleh karena itu, pajak juga
sepatutnya mempunyai kadar yang rendah pada kisaran kadar zakat. Jika hasil zakat
dan pajak yang dipungut memang tidak mencukupi untuk mencapai objektifobjektif ekonomi yang telah ditetapkan dalam suatu masa, maka pihak pemerintah
berhak mengenakan pajak tambahan atau meningkatkan kadar pajak sehingga
tingkat yang dianggap patut dan tidak membebankan.
Akan tetapi kadar pajak yang terlalu tinggi mungkin akan mengakibatkan
hasil pungutan pajak rendah. Ini adalah karena individu pekerja akan menjadi
kurang minat bekerja, karana berpandangan bahwa sebagian besar pendapatannya
akan dikenakan pajak. Oleh karena itu pemerintah perlu menentukan satu kadar
pajak yang optimal iaitu satu kadar yang dapat menghasilkan hasil pungutan zakat
yang paling tinggi tetapi tetapi pada masa yang sama dapat menghasilkan kebajikan
/kesejahteraan yang maksimum. Sehubungan dengan itu persoalan untuk
menentukan kadar pajak yang optimum sering dibincangkan (Michael J.B 1976;
Lawrance Z 1999; Bosworth, B.P. 1984 & Athur, B,P. 2004). Pemikir Islam yang
terawal membahas tentang persoalan kadar pajak optimum ialaj Ibn Khaldun. Ide
beliau ini kemudian dikembangan oleh Arhur Laffer.
Ibn Khaldun
Kadar pajak yang rendah sebagaimana rendahnya kadar zakat mungkin membawa
banyak kebaikan. Selain tidak membebankan ia diperkirakan akan menambah
motivasi pekerja untuk bekerja dengan giat. Pada akhirnya ialah hasil pungutan
pajak akan menjadi lebih tinggi. Kebaikan kadar pajak yang rendah telah diuraikan
oleh beberapa ulamak pada masa silam yang terkenal seperti Abu Yusuf dan Ibn
Khadun. Ibn Khaldun telah pembahas masalah ini secara khusus (Islahi, Abdul Aziz
1985; Sattar MA 1980; Ibn Khaldun 1993). Sebagai contoh, Ibn Khaldun (meninggal
1404 M) dalam kitabnya al-Muqaddimah (Ibn Khaldun 1993) telah menyatakan
seperti berikut:
Suatu yang harus diingat bahwa pada awalnya suatu negara, pajak yang dipungut
adalah jumlah yang besar memalu kadar pajak yang cukup rendah. Pada
penghujung suatu negara, jumlah pajak yang dipungut adalah sedikit melalui kadar
pajak yang tinggi. Sebabnya ialah apabila sebaah negara itu mematuhi apa yang
telah ditetapkan oleh syariat agama, ia hanya mengenakan pajak sebagai mana yang
telah ditentukan oleh syariah agama itu seperti sadaqoh (zakat), khraj, dan jizyah.
Semuanya telah itu telah ditetapkan dan tidak boleh ditambah sesuka hati (Ibn
Khaldun. 1993)
Beliau menambahkan lagi, katanya: Apabila negara itu terus berkuasa...

kadar pajak terus ditingkatkan sejajar dengan peningkatan budaya hidup mewah
dan belanja negara yang banyak. Akhirnya pajak yang dikenakan akan
membebankan rakyat.... Apabila kadar taksiran pajak itu meningkat malampaui
batas, minat rakyat untuk melakukan kegiatan usaha akan lenyap ... karena meraka
mendapati bahwa keuntungan setelah pajak adalah kecil dan mereka berputus asa.
Akibatnya banyak orang/pengusaha yang enggan berusaha/berbisnis. Hal ini
selanjutnya akan menyebabkan jumlah hasil pajak akan menurun sebagai akibat dari
turunya kegiatan usaha dan pendapatan rakyat.
Sekiranya seseorang itu (kepala negara) memahami hal ini, dia akan
menyadari bahwa pendorong yang paling kuat ke arah aktivitas usaha /bisnis ialah
dengan mengurangkan seberapa yang mungkin beban yang dikenankan kepada
individu (yang terlibat dalam kegitan bisnis). Dalam keadaan yang demikian,
individu-individu yang bersangkutan secara psikologi akan terrangsang untuk aktif
melakukan kegiatan usaha masing-masing karena mereka yakin akan mendapat
keuntungan yang sewajarnya (Ibn Khaldun 1993 : 333-336).
Pandangan Ibn Khaldun dapat diringkas menjadi beberapa fakta penting
iaitu:
1. Kadar pajak tidak boleh terlalu rendah atau pun terlalu tinggi. Keadaan demikian akan
mengakibatkan hasil pungutan pajak yang rendah.
2. Kadar pajak yang tinggi akan mengurangi minat untuk berbisnis yang pada gilirannya
akan mengakibatkan penurunan hasil negara dan seterusnya akan menurunkan hasil
pengutan pajak.
3. Kadar pajak yang ditentukan harus pada titik optimum untuk menghasilkan pungutan
pajak yang optimal.

Arthur Laffer
Berdasarkan pada pernyataan Ibn Khaldun yang telah dipetik di atas, maka satu
analisis lanjutan yang lebih jelas telah dilakukan. Antara analisi yang berkaitan
adalah seperti yang dilakukan oleh Arthur Laffer yang menyatakan bahwa idea ini
bukanlah miliknya tetapi ia memahami konsep tersebut berdasarkan kerja daripada
Ibn Khaldun (http;//en.wikipedia.org/wiki/Arthur-Luffter). Analisis curva ini
dilakukan berdasarkan ilmu ekonomi pada sisi penawaran (Arthur, B.P. 1974;
Bosworth B.P. 1984 & Arthur , B.P. 2004). Fungsi-fungsi dasar yang terlibat dengan
ekonomi pada sisi penawaran ialah fungsi konsumsi agregat, fungsi permintaan
tenaga kerja, dan fungsi penawaran tenaga kerja. Arthur menggunakan analisis
yang secara khusus dapat diterangkan seperti yang ditunjukkan dalam gamabar 5.
Panel (d)
(W/P)

SNt2

Panel (a)
T

(W/P)1
E1
(W/P)2

E2

MPN(A1,B1)
MPN (A2,B2)
O

N2

N1

Y
Y=f(N,A1,B1)

Y1

Y=f(N,A2,B2)

Y2

N2

N1
Panel (c)

L
Panel (b)

Gambar 5 Perubahan Pendapatan Negara dan Hasil Pajak


Akibat Perubahan Kadar / Tarif Pajak
Katakan fungsi pengeluaran agregat adalah seperti yang ditunjukkan dalam
panel (c) dan fungsi-fungsi permintaan serta penawaran tenaga kerja pada panel (d).
Sementara panel (b) menggambarkan hubungan antara tarif / kadar pajak dengan
pendapatan negara setelah pajak tetapi sebelum belanja negara. Akhirnya dalam
panel (a) ditunjuukan hubungan antata kadar pajak dengan jumlah hasil pajak yang
didadapt oleh negara.

Katakanlah pada mulanya negara memutuskan kadar pajak yang rendah dan
adil. Iaitu pada kadar t1, maka semangat di aklangan pemodal dan pengusaha
adalah tinggi sehingga menyebabkan tingkat investasi tinggi pula. Dengan itu
pembentukan /pembuatan barang modal dalam kegiatan produksi adalah besar
untuk digunakanbersama faktor buruh/tenaga kerja. Hal yang demikian ini akan
meningkatkan pula produktivatas buruh karena pekerja telah bekerja dengan lebih
efisien, karena mereka bekerja dengan menggunakan peralatan yang lebih canggih.
Tarif / kadar pajak yang rendah juga dapat meningkatkan minat dan
semangat pekerja. Apabila semua pihak yang terlibat dalam produksi, yaitu
pemodal, pengusaha, dan pekerja merasa gembira dan puas dengan peranan dan
ganjaran masing-masing, maka dengan pertolongan Allah ekonomi yang
bersangkutan akan menerima berkah. Kegembiraan dan kesungguhan setiap agen
produksi dan barakah yang diberikan Allah akan meningkatkan lagi produktivitas
buruh dan produktivitas aset phisik. Semua suasama tersebut dapat menyebabkan
kecondongan/slop fungsi produksi agragat menjadi curam seperti yang ditunjukkan
oleh curva Y = f (N, A, B,) dalam panel (c) di mana Y ialah produksi negara yang
dihasilkan oleh swasta atau rakyat dalam negara bersangkutan. , N penggunaam
tenaga kerja, A1 aset phisik dengan teknologi canggih dan B1 barakah yang tinggi.
Fungsi produksi yang demikian akan menghasilkan daya produktifitas
buruh yang tinggi dan digambarkan oleh curva MPN(A1,B1,) dalam panel (d). Curva
daya keluaran sut buruh itu merupakan juga curva permintaan buruh oleh
pengusaha dalam negara. Pada masa yang sama kurva penawaran buruh dalam
pasar berada jauh ke kanan seperti ditunjukkan oleh kurva SNt1 sebagai akibat
kesediaan dan minat para pekerja menawarkan khidmat /keahlian buruh masingmasing. Naka keseimbangan pasar buruh berada pada titik E1 dalam panel (d)
tersebut di mana kadar/tingkat upah dalam negara ialah (W/P)1 dan kesempatan
kerja N1. Seterusnya dalam panel (c), tingkat pendapatan negara berada pada Y1
apabila kesempatan kerja pada N1 berdasarkan kepada fungsi produksi agregat yang
berada pada Y = f(N,A1,B1).
Gamabar 5 menunjukkan apabila kadar pajak (t) ialah t1, maka pendapatan
negara ( Y) yang dihasilkan oleh rakyat menjadi Y1 seperti ditandakan oleh titik H
dalam panel (b). Katakan berikutnya pihak pemerintah yang bersangkutan
cenderung menaikkan kadar pajak yang tinggi untuk membiayai proyek-proyek
mewah sepeti mendirikan istana, benteng, banker, tugu peringatan secara mubazir.
Seperti yang diuraikan oleh Ibn Khaldun, kadar pajak yang tinggi itu dapat
melemahkan semangat pengusaha dan pekerja untuk berusaha dan bekerja.
Akibatnya, pengusahan dan pemodal mengurangkan investasinya dan
pekerja mengurangkan masa kerjanya. Penurunan investasi menyebabkan stok
barang modal bersih atau aset phisik berkurang. , katakan dari A1 ke A2. Di samping
itu keresahan banyak orang akibat kadar pajak yang tidak adil akan mengrangkan
barakah, katakan dari B1 ke B2. Penurunan aset phisisk bersih dan barakah akhirnya
mengalihkan curva pengeluaran/produksi agragat ke bawah, iaitu dari Y = f(N, A1,

B1) ke Y = f(N, A2, B2) seperti yang digambarkan dalam panel (c).
Peraliahan curva produksi agregat ini akan menyebabkan pula pergerakan ke
bawah curva marginal productivite buruh (daya keluaran sut buruh) dalam panel
(d) dari MPN (A1, B1) ke MPN (A1, B2). Pada masa yang sama kecenderungan pihak
pekerja untuk mengurangkan masa kerja mereka juga dapat mengalihkan curva
penewanan buruh ke kiri, katakan dari SNt1 ke SNt2. Dengan persilangan curva
permintaan dan penewaran buruh yang baru ini, didapati bahwa kadar upah dan
penggunaan buruh turun/jatuh. Dalam gambar 5, kadar upah turun dari (W/P)1 ke
(W/P)2 dan penggunaan buruh atau kesempatan kerja turun dari N1 ke N2.
Kejatuhan kesempatan kerja bersama-sama peralihan curva produksi agragat ke
bawah akan mengakibatkan tingkat pemdapatan yang dihasilkan oleh rakyat suatu
negara tersebut merosot dari Y1 ke Y2 seperti digambarkan dalam panel (c).
Hubungan antara kadar pajak yang tinggi, iaitu t2 dengan tingkat pendapatan yang
rendah, iaitu Y2, adalah ditunjukkan oleh tutik K dalam panel (b). Maka jelaslah
bahwa terdapat hubungan yang negatif anara kadar pajak dengan tingkat
pendapatan negara yang dapat dihasilkan oleh rakyat suatu negara. Satu curva yang
disut cueva respon pajak akan dapat digambarkan dalam panel (b) seperti curva FIL,
apabila berbagai kadar pajak digabungkan dengan berbagai-bagai tingkat
pendapatan yang dihasilkan.
Dalam panel (b) juga ditunjukkan beberapa curva pajak sama (KCS) pada
berbagai tingkat hasil pajak seperti curva-curva KCS0, KCS1, dan KCS2. Titik titik
yang ada disepanjang satu KCS merupakan kombinasi anatara jadar pajak dan
pendapatan yang menghasilkan jumlah pajak yang sama. Sebagai contoh, titik titik
di atas curva KCS0 menghasilkan pajak T0 karena T0 = tY. Maka begitu juga jumlah
pajak T1 dan T2 masing-masing ditunjukkan oleh KSC1 dan KSC2. Dengan perkataan
lain, curva pajak sama yang sama akan berada semakin jauh dari titik awal apabila
jumlah hasil pajak meningkat. Didapati bahwa T0 dapat dicapai pada saat t0 atau t2,
manakala t1 tercapai apabila kadar pajak pada t1 atau t3. Jumlah pajak tertinggi yang
dapat dipungut ialah T2, sewaktu kadar pajak tm.
Hubungan antara nilai T dan t digambarkan dalam panel (a) oleh curva
OMN. Curva ini menunjukkan bahwa jumlah hasil pajak pada mulanya dapat
meningkat seiring dengan peningkatan kadar /tarif pajak karena turunnya/
kejatuhan pendaptan tidak besar. Namun begitu apabila kadar pajak terus
meningkat sehingga terlalu tinggi, maka jumlah hasil pajak akan menurun kembali
karana pendapatan kena pajak telah turun ke tingkat yang amat rendah.
Jumlah pajak yang maksimum dalam gambar 5 iailah T2 dengan kadar pajak
yang optimum pada tm. Curva OMN ini diperkenalkan oleh Arthur Lafter dengan
berdasarkan kepada idea Ibn khaldun. Ahli ekonomi barat menamakan curva
tersebut dengan nama Curva Laffter, tetapi pengkaji ekonomi Islam kini
menyebutnya sebagai Curva Khaldun-Laffter karena idea asalnya datang dari Ibn
khaldun tetapi dipopulerkan oleh Arthur Laffter.
Ibn Khaldun berpendapat bahwa jika kadar pajak terlalu tinggi untuk

membiayai belanja negara yang mewah, maka jumlah pajak yang berhasil dipungut
menjadi kecil. Sebagai contoh, jumlah pajak hanya T0 jika kadar/tarif pajak ialah t2
seperti dalam panel (a). Gambar 5. Sebaliknya jumlah pajak diperkirangan akan
meningkat jika tarif pajak adalah adalah rendah dan adil bagi rakyat. Misalnya
jumlah pajak meningkat ke T1 dalam Gambar 5 apabila kadar/tarif pajak
dikurangkan samapai pada t3 atau t1. Hal ini membawa implikasi bahwa kadar/tarif
pajak yang rendah mendatangkan semangat rakyat untuk berusaha serta
mendatangkan barakah kepada Negara, sedangkan tarif pajak yang tinggi
mengakibatkan /membawa padah baik kepada rakyat maupun negara.
Pada pandangan pemerintah, tarif pajak yang optimum ialah pada tm karena
ianya dapat menghasilkan jumlah pajak yang maksimum pada T2. Sebaliknya
pemerintah yang mementingkan kesejahteraan rakyatnya dan anggaran belanja
negara dengan sepatutnya tidak akan mendapatkan jumlah hasil pajak yang
maksimum. Jumlah pajak yang banyak mungkin baik bagi pemerintah /negara
tetapi tarif pajak yang tinggi tidak disuai oleh negara Islam, mungkin itu karena ia
sadar bahwa ia telah berlaku zalim kepada rakyatnya apabila mengenakan kadar
/tarif pajak yang tinggi. Hal ini dibanyangkan atau digambarkan oleh curva puas
sama pemerintahan tersebut yang cebderung positif menghadapi sumbu jumlah
pajak dan membelakangi sumbu tarif pajak seperti yang ditunjukkan oleh curva Uk1
dan Uk2 dalam panel (a)
Titik dimana curva puas sama pemerintah ini tangen dari curva KhaldunLaffter merupakan titik keseimbangan pemerintahan itu dalam memilih kombinasi
tarif pajak dan jumlah pajak yang tebaik setelah mempertimbangkan ke dua faktor
yaituhasil pajak dan kesejahteraan rakyat. Dalam gambar titik keseimbangan berada
pada titik P dengan mencapai kepuasan tertinggi pada Uk1. Negara yang
bersangkutan tidak mencoba memaksimumkan hasil pajak pada titik M karena ia
hanya akan mencapai kepuasan pada Uk2 saja, ia berbuat demikian karena, Uk2
adalah lebih rendah dari Uk1. Semakin besar perhatian negara kepada kebajikan
rakyatnya, maka semekin curam curva puas samanya dan menyentuh curva
Khaldun Laffer pada tingkat hasil dan tarif pajak yang rendah.
Analisis ini dapat menunjukkan mengapa perlunya kadar/tarif pajak yang
rendah sebagai mana yang terdapat pada kadar zakat. Maka dalam mengenakan
pajak, kepala negara yang adil dan beriman akan mempertimbangkan anggaran
belanja dan hasil pajak yang dipungut bersama-sama barokah yang dapat
diterapkan dalam ekonomi melalui kesejahteraan rakyatnya. Oleh karena itu tarif
pajak yang dikenakan haruslah optimum dalam arti dapat memberi hasil pungutan
yang tinggi tetapi pada masa yang sama dapat menjamin kebajacikan masyarakat.
(((+++000+++)))
Tugas`Mahasiswa
1. Baut kesimpulan dari naskah di atas

2. Buatlah review kritis atas naskah di atas dan bandingkan dengan cara
pembahasan zakat sebagai sumber pendapatan fiskal Islam dari literatur lain
(minimal 2 buku), dan simpulkan mana pendekatan yang lebih efektif untuk
membangun konsep ekonomi publik Islam (kebijakan fiskal Islam)
3. Tugus harab dikumpulkan pada kuliah hari jumat tanggal 30 Nopember 2012

Anda mungkin juga menyukai