Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
ODS KONJUNGTIVITIS
OLEH :
Noor Syahanim binti Ismail
C 111 10 847
Pembimbing:
dr. A. Ratna Mayasari
Supervisor:
dr. Marlyanti N.Akib, Sp.M (K), M.Kes
DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2015
LAPORAN KASUS
KONJUNGTIVITIS
IDENTITAS PASIEN
Nama
: RP
No. Reg
: 720959
Umur
: 26 tahun
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Pekerjaan
: PNS
Alamat
: 80 kali/menit
Pernapasan
: 16 kali/menit
Suhu
: 36,5 C
B. INSPEKSI
Inspeksi
Palpebra
Apparatus
OD
Edema tidak ada
Lakrimasi ada
Lakrimalis
Silia
Konjungtiva
Sekret ada
Sekret ada
Hiperemis ada, injectio Hiperemis
Bola mata
Mekanisme muscular
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
ada,
konjungtiva
Normal, intak
injectio konjungtiva
Normal, intak
cahaya
Lensa
OS
Edema tidak ada
Lakrimasi ada
ada,
tidak ada
Jernih
tidak ada
Jernih
C. PALPASI
Pemeriksaan
Tensi okuler
Nyeri tekan
Massa tumor
Glandula pre-
OD
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
aurikuler
D. VISUS
VOD : 20/30
VOS : 20/60
G. PENYINARAN OBLIK
3
OS
Tn
(-)
(-)
Tidak ada pembesaran
Penyinaran optik
Konjungtiva
OD
Hiperemis
OS
ada, Hiperemis
Kornea
Bilik mata depan
Iris
Pupil
lensa
injectio konjungtiva
Jernih, kesan normal
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
jernih
ada,
injectio konjungtiva
Jernih, kesan normal
Kesan normal
Coklat, kripte (+)
Bulat, sentral, RC (+)
jernih
K. SLIT LAMP
SLOD : Konjungtiva hiperemis ada, injectio konjungtiva, kornea jernih
fluorescen (-). Bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil
bulat sentral, reflex cahaya langsung (+), lensa jernih.
SLOS : Konjungtiva hiperemis ada,injection konjungtiva, kornea jernih
fluorescen (-),bilik mata depan kesan normal, iris coklat, kripte (+), pupil
bulat sentral, reflex cahaya (+), lensa jernih.
Dari pemeriksaan fisis didapatkan status generalis dalam batas normal. Dari
inspeksi didapatkan OD palpebral udem tidak ada (-), sekret silia ada (+), konjungtiva
hiperemis ada (+), injectio konjungtiva. OS palpebral tidak udem (-), konjungtiva
hiperemis ada (+), injectio konjungtiva, sekret silia ada (+). Dari pemeriksaan visus
didapatkan VOD 20/30, VOS 20/60. Dari pemeriksaan slit lamp didapatkan SLOD :
kornea jernih, fluorescen (-), struktur lain dalam batas normal. SLOS : kornea jernih,
fluorescen (-), struktur lain dalam batas normal.
IV. DIAGNOSIS
ODS Konjungtivitis
V. TERAPI
Cendo polydex EDMD 4 dd 1 gtt ODS
Natrium diclofenat 50mg/12jam/oral
VI. PROGNOSIS
Qua ad vitam
: Bonam
Qua ad visam
: Bonam
Qua ad sanationam
: Bonam et dubia
Qua ad Cosmeticam
: Bonam
VII.
DISKUSI
Pasien ini didiagnosa dengan konjungtivitis akit berdasarkan anamnesis,
merah harus dibedakan antara merah pada palpebral dan daerah sekitar mata atau
merah pada bola mata. Merah pada bola mata dapat disebabkan oleh pendarahan
subkonjungtiva atau kongesti vascular pada konjungtiva, sklera atau episklera
(jaringan ikat antara sklera dan konjungtiva). Kongesti ini dapat disebabkan radang di
permukaan liar, seperti konjungtivitis dan keratitis, atau radang intraokular,seperti
iritis dan glaukoma akut.Kelainan warna, selain kemerahan, bisa berupa ikterik dan
bintik-bintik hiperpigmentasi pada iris atau permukaan luar mata. Nyeri mata bisa
periokular, okular, retrobulbar atau tidak jelas lokasinya. Banyak keluhan non spesifik
seperti mata lelah, mata tertarik, mata tertekan, rasa penuh, dan sakit
kepala tertentu tidak jelas lokasinya. Penyebab keluhan tersebut mungkin meliputi
lelah akibat akomodasi mata atau fusi binokular, atau rasa tidak nyaman alih (referred
discomfort) akibat ketegangan atau kelelahan otot-otot nonokular. Rasa tidak nyaman
yang superfisial biasanya akibat kelainan di permukaan mata seperti gatal yang
muncul sebagai gejala primer sering kali merupakan tanda adanya alergi.
Pada pasien ini juga didapatkan hiperlakrimasi. Hiperlakrimasi primer jarang
terjadi
dan
harus
dibedakan
dari
berair-mata
akibat
obstruksi
duktulus
penelitian yang baru, menunjukkan tempat kerja aminoglikosida itu pada membran
luar bakteri. Molekul antibiotik kation membentuk fisura dan pori-pori pada sel
membrane luar, menyebabkan kebocoran dari isi intrasel dan memperbanyak uptake
antibiotik. Kerja yang cepat pada sel membrane ini yang berperan dalam aktivitas
bakterisidal. Golongan aminoglikosida sangat efektif pada bakteri gram negatif.
Dexamethasone pula adalah dari golongan adrenokortikoid yang berperan sebagai
agen anti inflamasi. Natrium diklofenak merupakan obat anti-inflamasi golongan
non-steroid yang non-selektif. Ia diindikasi untuk menghilangkan rasa nyeri pada
pasien ini. Mekanisme kerjanya adalah dengan menghambat konversi asam
arakidonat ke prostaglandin oleh enzim siklo oksigenase. Ini menyebabkan
prostaglandin tidak terbentuk. Prostaglandin adalah salah satu dari mediator-mediator
inflamasi.4
REFERAT
KONJUNGTIVITIS
I.
DEFINISI
Konjungtivitis
adalah
peradangan
konjungtiva
yang
ditandai
oleh
dilatasivaskular, infiltrasi selular dan eksudasi, atau Radang pada selaput lendir
yangmenutupi belakang kelopak dan bola mata.1
Konjungtivitis di bedakan menjadi akut dan kronis. Konjungtivitis akut
onsetnya tiba-tiba dan pada mulanya unilateral dengan inflamasi pada mata kedua
dalam
jangka
waktu
minggu.
Manakala
untuk
konjungtivitis
kronis
II.
ANATOMI
Konjungtiva merupakan
lapisan
terluar
dari
mata
yang
terdiri
dari
epitel tersebut terdapat lapisan adenoid yang terdiri dari jaringanikat longgar yang
terdiri dari leukosit. Konjungtiva palpebralis melekat kuat padatarsus, sedangkan
bagian bulbar bergerak secara bebas pada sklera kecuali yang dekat pada daerah
kornea.1,2
10
Aliran darah konjungtiva berasal dari arteri siliaris anterior dan arteri palpebralis.
Kedua arteri ini beranastomosis bebas dan bersama dengan banyak vena
konjungtiva
yang
umumnya
mengikut
pola
arterinya
membentuk
11
Zona sirkumkornea pada konjungtiva disuplai oleh cabang dari nervus siliaris
panjang yang mensuplai kornea. Konjungtiva yang lain disuplai oleh cabang dari
lakrimal, intratroklear, suprtroklear, supraorbital dan nervus frontalis.3
Secara histologis, konjungtiva terdiri atas 3 lapisan yaitu lapisan epitel,
lapisan adenois dan lapisan fibrous.3
1. Epitelium. Lapisan sel epitelium di konjungtiva berbeda di setiap ona dan bagian
seperti berikut:3
a. Konjungtiva marginal mempunyai 5 lapisan sel skuamosa bertingkat.
b. Konjungtiva tarsal mempunayi 2 lapisan epitel. Lapisan superfisial terdiri
dari sel silinder dan lapisan dalam teriri dari sel rata.
c. Konjungtiva forniks dan bulbar mempunyai 3 lapis epitel. Lapisan
superfisial terdiri atas sel silinder, lapisan tengah terdiri atas sel polyhedral
dan lapisan dalam terdiri atas sel kuboidal.
d. Konjungtiva limbus mempunyai 5 ke 6 lapis epitel skuamosa berlapis.
2. Lapisan adenoid. Juga dikenali sebagai lapisan limfoid dan mempunyai jaringan
ikat retikulum yang halus di dalam anyaman yang diduduki limfosit. Lapisan ini
berkembang baik di bagian forniks. Ia tidak wujud ketika lahir tetapi berkembang
12
setelah 3-4 bulan kehidupan. Hal ini menyebabkan inflamasi konjungtiva pada
bayi tidak menyebabkan reaksi folikuler.
3. Lapisan fibrosa. Terdiri dari anyaman kolagen dan jaringan elastis. Ia lebih tebal
dar lapisan adenoid kecuali pada region konjungtiva tarsal dimana struktur ini
paling tipis. Lapisan ini mempunyai pembuluh darahdan serabut saraf. Ia melekat
dengan kapsula Tenons yang terletak di bawahnya pada regio konjungtiva bulbar.
Struktur mikroskopik konjungtiva menunjukkan 3 lapisan (A) dan susunan sel epitel pada region
yang berbeda di konjungtiva (B)3
Fungsi
dari
konjungtiva
adalah
memproduksi
air
mata,
13
ETIOLOGI
IV.
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis yang penting untuk konjungtivitis adalah sensasi benda
asing, rasa seperti terbakar, rasa penuh di bola mata, gatal dan fotofobia.2
i.
Hiperemia
Adalah gejala klinis yang paling sering pada konjungtivitis akut.
Kemerahan paling kentara pada fornix dan semakin menghilang
menghampiri
limbus
disebabkan
dilatasi
pembuluh
darah
di
15
ii.
Lakrimasi (epifora)
Sering kentara pada konjungtivitis, air mata disebabkan sensasi benda
asing , atau rasa terbakar dan rasa gatal. Transudasi ringan bisa
disebabkan kapiler yang hiperemis dan hal ini akan menyebabkan
lakrimasi bertambah. sekresi air mata yang sedikit dan pertambahan
iii.
iv.
v.
17
vii.
Folikel
Folikel terlihat paling banyak pada kasus konjungtivitis virus dan pada
semua kasus konjungtivitis klamidia kecuali konjungtivitis neonatus
inklusi, pada sebagian kasus konjungtivitis parasit dan pada beberapa
kasus konjungtivitis toksik yang disebabkan oleh obat topical seperti
idoxuridine, dipivefrin, dan miotik. Folikel pada forniks inferior dan
pada margin tarsus mempunyai nilai diagnostik yang rendah, namun
jika ia berada pada tarsus (terutamanya pada upper tarsus),
konjungtivitis klamidia, virus dan toksik (disebabkan obat topikal)
seharusnya dicurigai.
18
viii.
ix.
Konjungtivitis ligneous
Merupakan suatu bentuk konungtivitis yang aneh yang terjadi
disebabkan konjungtivitis membran yang rekuren. Ia terjadi bilateral
dan sering terlihat pad aanak-anak, terutama perempuan dan bisa
terkait
x.
dengan
penemuan
gejala
19
sistemik
yang
laintermasuk
xii.
V.
DIAGNOSIS
Terdapat berbagai faktor yang menyebabkan konjungtivitis dan gambaran dan gejala
klinis bisa bervariasi antara individu. Hal ini menyebabkan sangat penting bagi dokter
untuk mengetahui gejala yang terkait dengan penyebabnya untuk membuat diagnosis
yang akurat, seperti tipe eksudasi, temuan pada konjungtiva dan limfe nodus
preaurikuler yang membengkak.
Tabel perbedaan penyebab dan gejala konjungtivitis:2
GEJAL
A ATAU
TEMUA
N
KLINIS
KONJUN
GTIVITIS
BAKTERI
KONJUN
GTIVITIS
KLAMIDI
AL
KONJUN
GTIVITIS
VIRUS
20
KONJUN
GTIVITIS
ALERGIK
KONJUN
GTIVITIS
TOKSIK
Gatal
++
Hiperem
ia (mata
merah)
++
pendarah +
an
Sekret
Purulent;
krusta
kekuninga
n
mukopurul berair
en
Putih
berurat,
kental
kemosis
++
++
Lakrima
si
(epifora)
++
folikel
++
papillae
Pseudom +
embran,
membra
n
Limfe
nodus
yang
memben
gkak
++
Pembent
ukan
pannus
Konkure
n
keratitis
21
Demam
atau
angina
Hasil
smear
sitologis
Granulosit
, bakteri
Inklusi
intrasitopl
asmik
pada sel
epitel,
leukosit,
sel
plasma,
limfosit
Limfosit,
monosit
Granulosit
eosinofilik
, limfosit
Sel epitel,
granulosit,
limfosit
++
parah
+
moderat
+
kadang-kadang
Jarang atau tidak ada
Untuk membuat diagnosis yang tepat,pemeriksaan ini harus dilakukan:2
1. Pemeriksaan slit lamp
Sifat dan luasnya injeksi vaskuler, secret dan pembengkakan konjungtiva dan
lain-lain bisa dievaluasi dengan menggunakan slit lamp.
2. Eversi palpebral
Dilakukan untuk memeriksa palpebra atas dan bawah untuk melihat ada
tidaknya folikel, papilla, membrane dan benda asing.
3. Apusan konjungtiva
Jika diagnosis tidak dapat ditegakkan atau kasus konjungtivitis yang diduga
disebabkan bakteri tidak membaik dengan pemberian antibiotic maka apusan
konjungtiva harus dilakukan untuk pemeriksaan mikrobiologi untuk
mengetahui patogen penyebab. Kapas lidi yang ditutup dengan tabung
pengiriman yang steril bisa didapatkan secara komersial; kit pemeriksaan
dengan kultur spesifik juga ada untuk mendeteksi klamidia.
22
4. Apusan epitel
Dilakukan untuk mendeteksi klamidia dan untuk mendeteksi pathogen dengan
lebih tepat. Penemuan sitologik memberi maklumat yang penting mengenai
etiologi dari konjungtivitis.
Konjungtivitis bakteri : granulosit dengan nucleus polimorfik dan
bakteri.
Konjungtivitis virus : limfosit dan monosit
Konjungtivitis klamidia(bentuk khas dari konjungtivitis bakteri) :
temuan berupa limfosit, sel plasma dan leukosit; intracytoplasmic
limfosit.
Konjungtivitis mikotik (sangat jarang) : pewarnaan Giemsa atau Gram
memberi gambaran hifa.
5. Irigasi
Konjungtivitis kadang terjadi pada dakriosistitis yang asimptomatik atau
kanalikulitis hasil dari perluasan bakteri. Sistem lakrimasi bawah harus sering
di irigasi jika inflamasi yang terjadi secara berulang dan tidak mempan
dengan pengobatan untuk mengesahkan atau mennyingkirkan sebab inflamasi.
VI.
DIAGNOSA BANDING
23
Dry eye
Sering merupakan kondisi kronis pada orang dewasa, terjadi lebih banyak
pada perempuan dibandingkan laki-laki, sering bilateral dengan sekret
minimal atau eyelash matting: injeksi minimal; tidak ada sekret atau
limfadenopati.5
Blefaritis
Sering merupakan kondisi kronis pada orang dewasa; perempuan lebih
sering dari laki-laki; sering bilateral dengan sekret minimal atau eyelash
matting; injeksi minimal; tidak ada sekret atau limfadenopati; ada
VII.
PENANGANAN
24
25
Penyembuhan dapat dicapai dengan doxycycline, 100 mg secara oral dua kali
sehari selama 7 hari; eritromisin, 2 g / hari selama 7 hari, atau mungkin azitromisin
1 g dalam dosis tunggal. (Tetrasiklin sistemik tidak bisa diberikan kepada wanita
hamil atau anak di bawah usia 7 tahun, karena mereka menyebabkan masalah
epifisial pada janin atau menyebabkan kuning pada gigi anak). Pasangan seksual
pasien harus diperiksa dan diobati.1
Ketika salah satu dari rejimen terapi standar diikuti, kekambuhan jarang terjadi. Jika
tidak diobati, konjungtivitis inklusi harus diobati selama 3-9 bulan atau lebih. Durasi
rata-rata adalah 5 bulan.1
4. Konjungtivitis alergik
Obat yang digunakan untuk mengobati gejala dapat memberikan manfaat jangka
pendek tetapi merugikan jika penggunaan jangka panjang. Steroid topikal dan
sistemik, yang meredakan gatal, hanya sedikit mempengaruhi penyakit kornea, dan
efek samping mereka (glaukoma, katarak, dan komplikasi lain) bisa sangat merusak.
Kombinasi stabilizer-antihistamin sel mast yang lebih baru adalah agen profilaksis
dan terapi yang berguna dalam kasus sedang sampai berat. Vasokonstriktor, kompres
26
dingin, dan kompres es membantu, dan tidur (dan, jika mungkin, bekerja) dalam
dingin, kamar ber-AC dapat menjaga pasien cukup nyaman. Mungkin obat terbaik
dari semua adalah untuk pindah ke, iklim lembab dingin.1
Gejala-gejala akut pasien yang sangat fotofobik yang tidak dapat berfungsi baik
dapat dikurangi dengan pemberian steroid topikal atau sistemik yang singkat diikuti
oleh vasokonstriktor, cold packs, dan biasa menggunakan agen histamine-blocking
sebagai obat tetes mata. Obat anti-inflamasi nonsteroid, termasuk ketorolac dan
lodoxamide,
dapat
mengurangkam
gejala
secara
signifikan
tetapi
dapat
VIII.
REFERENSI
27
28