ABSTRAK
Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak di antara Benua Asia dan Benua
Australia serta di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Karena letaknya yang
istimewa tersebut, maka Indonesia memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana alam
yang tinggi. Salah satu sektor yang rawan terhadap bencana adalah sektor jalan dan
jembatan. Oleh karena itu, untuk memetakan kerawanan yang ada di infrastruktur jalan
dan jembatan, perlu dilakukan suatu kajian atau studi untuk mengetahui tingkat resiko
bencana setiap ruas jalan. Cara yang dapat dipakai adalah Analisis Resiko Bencana.
Dengan metode analisis resiko yang paling sederhana, dapat diketahui bahwa panjang
total jalan nasional yang rentan terhadap bencana, berturut-turut adalah sbb: Gempa
Bumi ( 24.800 km), Pergerakan Tanah ( 16.200 km), Tsunami ( 13.200 km), Gunung
Api ( 10.000km) dan Banjir ( 8.900km).
Page | 1
DAFTAR ISI
Abstrak .............................. i
Daftar Isi ..............................
Ii
14
Page | 2
1. Latar Belakang
Indonesia adalah negara kepulauan terdiri lebih dari 18.000 pulau besar dan kecil
yang secara geografis terletak di antara benua Asia dan benua Australia serta di
antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Letaknya ini menyebabkan
Indonesia dikepung oleh 3 Lempeng Tektonik (Tectonic Plate) aktif, yaitu Pacific
Plate, Eurasian Plate dan Australian Plate.
dilihat dari kondisi geografis, geologis, hidrologis dan demografis yang dimilikinya,
Indonesia memiliki tingkat kerawanan terhadap bencana alam yang tinggi.
Page | 4
Page | 5
Risk Analysis), dimana makalah ini akan membahas tentang hal tersebut sebagai
salah satu bentuk mitigasi bencana terhadap infrastruktur jalan dan jembatan.
2. Landasan Teori
2.1. Tinjauan Peraturan
Terkait kebencanaan, Indonesia telah memiliki Undang-Undang No. 24 Tahun
2007 tentang Penanggulangan Bencana. Peraturan ini mendasari seluruh
kegiatan Ditjen Bina Marga yang berhubungan dengan kebencanaan. Beberapa
istilah pada peraturan tersebut yang dapat digunakan antara lain:
a. Bencana dapat didefinisikan sebagai peristiwa atau rangkaian peristiwa
yang
mengancam
dan
mengganggu
kehidupan
dan
penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non
alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak
psikologis.
b. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik
melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan
kemampuan menghadapi ancaman bencana.
c. Rawan Bencana adalah kondisi atau karakteristik geologis, biologis,
hidrologis, klimatologis, geografis, sosial, budaya, politik, ekonomi, dan
teknologi pada suatu wilayah untuk jangka waktu tertentu yang
mengurangi kemampuan mencegah, meredam, mencapai kesiapan, dan
mengurangi kemampuan untuk menanggapi dampak buruk bahaya
tertentu.
d. Risiko Bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu yang dapat berupa kematian,
luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi, kerusakan atau
kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.
Page | 6
b. Analisa Dampak dan Model Kegagalan (Failure Modes and Effects Analysis)
Merupakan teknik analitis yang mendeskripsikan dampak dari suatu
kegagalan pada suatu sistem. Tingkat risiko ditentukan dengan rumusan
sbb:
Risk = Probability of Failure x Severity Category
c. Analisa Kuantitatif (Quantitave Analysis)
Analisis yang pembobotannya menggunakan angka, baik untuk dampak
(consequences), maupun untuk kekerapannya (likelihood). Kualitas analisis
tergantung pada keakuratan dan kelengkapan indikator, serta kevalidan
metode yang digunakan. Kelemahan dari metode ini yaitu kekurang
mampuannya dalam mengkuantifikasi proses yang rumit dan kompleks.
d. Pemetaan Risiko (Risk Mapping)
Peta risiko adalah gambaran suatu masyarakat atau suatu wilayah geografis
yang mengidentifikasikan tempat dan bangunan yang mungkin terkena
dampak suatu bencana. Keuntungannya adalah teknik ini dapat membantu
menentukan bencana-bencana yang umum terjadi, menyusun kriteria
untuk pengambilan keputusan, menyediakan data kejadian bencana yang
terjadi, dll.
e. Pemetaan Ancaman Bencana (Hazard Mapping)
Proses untuk memetakan bencana pada suatu wilayah dengan berbagai
skala peta, penutupan lahan, dan detail lainnya. Pemetaan dapat dilakukan
terhadap 1 (satu) ancaman bencana seperti gempa bumi atau banjir, serta
bisa juga untuk beberapa bencana yang dikombinasikan dalam satu peta
(Multi Hazard Map). Keuntungan 1 jenis bencana di dalam 1 peta adalah
kemudahannya untuk dimengerti. Sedangkan kalau beberapa ancaman
bencana digambarkan dalam 1 peta, maka dapat diketahui kemungkinan
rekomendasi mitigasi bencana yang lebih seragam, wilayah yang
membutuhkan perhatian lebih terkait kerentanannya, serta penentuan tata
Page | 8
guna lahan.
Beberapa formulasi yang telah diciptakan untuk menghitung resiko bencana
adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Rumusan Untuk Menghitung Resiko Bencana
NO
FORMULA
SUMBER
UNDRO (1991),
ext. Fournier
dAlbe (1979)
Wisner (2001)
Wisner (2000)
De La Cruz reyna
(1996)
Yurkovich (2004)
UN ISDR (2002)
3. Pembahasan
Istilah Analisis Resiko Bencana telah mulai digunakan sejak sekitar 3 (tiga) dekade
yang lalu. Demikian juga pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis
resiko. Hal ini terus berlanjut dan digunakan hingga sekarang, termasuk oleh
Pemerintah Republik Indonesia yang dijabarkan di dalam Rencana Nasional
Penanggulangan Bencana 2010 2014 (Renas PB). Renas PB adalah sebuah
dokumen resmi yang memuat data dan informasi tentang risiko bencana yang ada di
Indonesia dalam kurun waktu antara tahun 2010 1014, termasuk di dalamnya
rencana pemerintah untuk mengurangi risiko-risiko tersebut melalui suatu program
kegiatan. Renas PB ini disusun salah satunya adalah untuk mengidentifikasikan
daerah berisiko tinggi dari berbagai bencana yang ada di Indonesia dan menyusun
pilihan tindakan yang perlu mendapat perhatian utama, berikut program kegiatan,
Page | 9
2.
3.
4.
Identifikasi gejala bencana secara dini sebelum menimbulkan bencana. Hal ini
dapat dilakukan salah satunya dengan Analisis Resiko Bencana yang
dijabarkan untuk setiap jenis ancaman bencana.
Hal-hal yang terjabarkan dalam Renas dan Ran prb tersebut saat ini sedang
diintegrasikan dalam Penyusunan Sistem Manajemen Bencana Bidang Jalan dan
Jembatan. Sistem manajemen bencana ini nantinya akan termasuk penjabaran
program-program yang akan dijadikan sebagai Road Map Pengurangan Resiko
Bencana untuk bidang jalan dan jembatan. Secara resmi Direktorat Jenderal Bina
Marga, Kementerian Pekerjaan Umum belum memiliki Road Map ini, akan tetapi
program-program terkait kebencanaan telah dimasukkan dalam Dokumen Usulan
Page | 10
Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN MAPI) untuk
Bidang Jalan dan Jembatan, yang akan segera disahkan dengan Keputusan Menteri
Pekerjaan Umum tentang RAN MAPI Sektor Pekerjaan Umum. Program-program
terkait kebencanaan yang tercantum dalam Dokumen Usulan RAN MAPI adalah
seperti tercantum pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Program Kebencanaan Dalam RAN MAPI Ditjen Bina Marga
NO
STRATEGI
Mengurangi resiko
terganggunya fungsi
jalan yang bersumber
pada dampak banjir,
kenaikan muka air
laut, dan bencana
iklim lainnya
Penyusunan konsep
kelembagaan penyelenggara
jalan untuk penanganan
tanggap darurat dan bencana
akibat perubahan iklim
Pembangunan dan/atau
pemeliharaan bangunan
penahan erosi/abrasi
Pembangunan dan/atau
pemeliharaan bangunan
penahan konstruksi jalan
akibat erosi/abrasi
Sumber: Konsep Dokumen Rencana Aksi Nasional Mitigasi dan Adaptasi Perubahan Iklim (RAN
MAPI) untuk Bidang Jalan dan Jembatan.
dapat dihasilkan
Page | 12
Gambar 4.B. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Banjir
Gambar 4.C. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Gempa
Page | 13
Gambar 4.D. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Gerakan Tanah
Gambar 4.E. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Ancaman Gunung Api
Gambar 4.F. Overlay Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Tsunami
Gambar 4. Peta Jaringan Jalan Nasional Dan Peta Ancaman Bencana.
Page | 14
Pulau
Banjir
Gempa Bumi
Pergerakan
Tanah
Gunung Api
Tsunami
Sumatera
11.568 km 1.500 km
11.500 km
4.200 km
3.500 km
3.600 km
Jawa
5.611 km 2.400 km
5.600 km
1.800 km
3.900 km
1.500 km
Kalimantan
6.363 km 2.100 km
2.200 km
1.900 km
1.500 km
Sulawesi
7.799 km 1.000 km
1.200 km
4.300 km
700 km
2.700 km
Nusa
tenggara
2.574 km
300 km
2.500 km
1.600 km
1.700 km
1.600 km
Maluku
1.578 km
400 km
70 km
700 km
200 km
1.400 km
3.074 km 1.200 km
1.800 km
1.700 km
900 km
24.800 km
16.200 km
10.000km
13.200 km
Papua
Total
38.569 km
8.900km
Ket.: Dari tabel dapat disimpulkan bahwa dari 38.569 Km panjang jalan nasional, yang terancam
bencana banjir sekitar 8.900 Km (23.07%), terancam bencana gempa bumi sekitar 24.800 Km
(64.3%), terancam bencana pergerakan tanah sekitar 16.200 Km (42%), terancam bencana
gunung api sekitar 10.000 Km (25.92%), dan terancam bencana tsunami sekitar 13.200 Km
(34.22%).
Sebagai hasil identifikasi awal, data seperti di atas dapat digunakan untuk informasi
dasar penentuan tingkat resiko jalan terhadap suatu kejadian bencana. Akan tetapi,
untuk kepentingan yang lebih esensial seperti pengambilan kebijakan dan
penyusunan prioritas program pembangunan infrastruktur jalan, maka diperlukan
suatu analisis resiko bencana yang lebih mendalam, detail dan valid.
Salah satu metode yang bisa digunakan untuk melakukan analisis resiko bencana
adalah metode Risk Mapping seperti dijabarkan pada gambar 5 di bawah.
Page | 15
Page | 16
Page | 17
4. Penutup
4.1. Kesimpulan
Page | 18
a. Dengan adanya Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 08 Tahun 2010, maka
Direktorat Jenderal Bina Marga perlu segera melakukan analisis resiko
bencana untuk seluruh jaringan jalan nasional.
b. Analisis Resiko Bencana merupakan suatu metode untuk mengetahui tingkat
resiko bencana pada infrastruktur jalan dan jembatan.
c. Dengan tersedianya data resiko bencana untuk setiap jalan dan jembatan pada
jaringan jalan nasional, maka para Decision Maker dapat menggunakannya
sebagai salah satu bahan pertimbangan dalam menentukan prioritas
penanganan suatu ruas jalan, sehingga prioritas pembangunan dapat lebih
tepat sasaran dan bermanfaat.
4.2. Saran
a. Penentuan dan pemilihan metode Analisis Resiko Bencana yang tepat perlu
terus dilakukan, sehingga akan di dapat hasil studi yang lebih komprehensif
dan valid.
b. Pada semua jaringan jalan nasional perlu dilakukan suatu analisis resiko
bencana, dimana seluruh data nantinya ke depan akan digunakan sebagai
bahan masukan untuk memilih prioritas pemrograman dan penganggaran.
c. Disamping analisis resiko bencana, Ditjen Bina Marga perlu melakukan upaya
yang lain terkait mitigasi bencana, sehingga ke depan dapat diciptakan suatu
jaringan jalan yang rendah resiko dan tahan terhadap bencana.
Page | 19
DAFTAR PUSTAKA
1. Geoffrey H. Wold and Robert F. Shriver; Risk Analysis Techniques; From:
http://www.drj.com/new2dr/w3_030.htm
2. Dr. Jianping Yan; Disaster Risk Assessment: Disaster Risk Modeling;
From:
http://www.wamis.org/agm/meetings/slovenia10/S5-4a_GRIP_Modeling_Intro.pdf,
September 2010.
3. BAPPENAS, BNPB, World Bank,
UNDP,
SC-DRR;
Page | 20