KATA PENGANTAR
Penulis
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................
DAFTAR ISI...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR........................................................................................
DAFTAR TABEL............................................................................................
i
ii
vi
ix
BAB I
PENDAHULUAN .............................................................................
I-1
BAB II
II-1
II-1
II-9
II-9
II-13
III-1
III-1
III-2
III-13
III-14
IV-1
IV-1
IV-1
IV-5
IV-10
IV-11
IV-12
IV-12
IV-13
IV-15
IV-16
IV-17
IV-19
IV-20
IV-21
BAB III
BAB V
DAFTAR ISI
V-1
V-1
V-3
V-3
V-3
ii
5.2.3 Ukuran..........................................................................
5.2.4 Geomekanika ...............................................................
5.3 PERSIAPAN PEMBUKAAN TAMBANG BAWAH TANAH.....
5.3.1 Pengertian dan Tujuan.................................................
5.3.2 Bentuk dan Geometri Lubang Bukaan ........................
5.3.3 Teknik Penggalian Lubang Bukaan .............................
5.3.4 Material Penyangga dan Perkuatan Lubang
Bukaan .........................................................................
5.3.5 Sistem Pengangkutan Tambang Bawah Tanah ..........
5.3.6 Sistem Ventilasi ...........................................................
5.3.7 Sistem Penirisan ..........................................................
5.3.8 Sistem Penerangan Lampu .........................................
5.3.9 Sistem Keselamatan Kerja...........................................
5.4 METODE PENAMBANGAN BAWAH TANAH........................
V-9
V-11
V-13
V-14
V-15
V-15
V-16
VI-1
VI-1
VI-1
VI-2
VI-3
VI-4
VI-4
VI-4
VI-4
VI-5
VI-5
VI-6
VI-6
VI-6
VI-6
VI-7
VI-9
VI-10
VI-11
VI-11
VI-11
VI-12
VI-12
VI-13
VI-14
VI-14
VI-15
VI-16
VI-16
VI-16
VI-17
DAFTAR ISI
V-3
V-4
V-4
V-4
V-5
V-6
iii
VI-17
VI-17
VI-18
VI-18
VI-18
VI-19
VII-1
VII-2
VII-2
VII-3
VII-5
VII-6
VII-7
VII-13
VII-13
VII-15
VII-15
VII-16
VII-16
VIII-1
VIII-1
VIII-1
VIII-2
VIII-2
VIII-3
VIII-3
VIII-4
VIII-4
VIII-4
VIII-6
VIII-6
VIII-7
VIII-7
VIII-8
DAFTAR ISI
iv
8.3.2
8.3.3
8.3.4
8.3.5
VIII-12
VIII-13
VIII-13
VIII-16
VIII-17
VIII-18
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar
2.1
2.2
2.3
2.4
2.5
2.6
3.1
3.2
4.1
4.2
4.3
4.4
4.5
4.6
4.7
4.8
4.9
4.10
4.11
4.12
4.13
4.14
4.15
4.16
4.17
4.18
4.19
4.20
4.21
4.22
4.23
4.24
Halaman
DAFTAR GAMBAR
II-1
II-4
II-5
II-7
II-12
II-14
III-6
III-11
IV-2
IV-3
IV-3
IV-4
IV-5
IV-6
IV-6
IV-7
IV-8
IV-9
IV-9
IV-11
IV-14
IV-15
IV-16
IV-17
IV-18
IV-18
IV-20
IV-21
IV-22
IV-23
IV-24
vi
4.25
4.26
4.27
4.28
4.29
4.30
4.31
5.1
5.2
5.3
5.4
5.5
5.6
5.7
5.8
5.9
5.10
5.11
6.1
6.2
IV-24
IV-25
IV-26
IV-26
IV-27
IV-28
IV-29
IV-29
V-2
V-6
V-6
V-8
V-8
V-9
V-10
V-12
V-12
V-13
V-16
6.7
6.8
6.9
VI-16
VI-17
VI-19
VI-20
7.1
7.2
7.3
7.4
7.5
7.6
7.7
VII-4
VII-5
VII-9
VII-10
VII-12
VII-12
VII-14
8.1
8.2
8.3
8.4
VIII-2
VIII-5
VIII-6
6.3
6.4
6.5
6.6
DAFTAR GAMBAR
VI-2
VI-3
VI-5
VI-8
VI-13
vii
8.5
8.6
8.7
8.8
8.9
8.10
DAFTAR GAMBAR
VIII-9
VIII-10
VIII-12
VIII-14
VIII-15
VIII-16
VIII-18
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
alaman
2.1
II-12
3.1
3.2
3.3
3.4
III-2
3.5
3.6
5.1
5.2
8.1
III-9
III-13
III-14
III-15
V-14
V-16
DAFTAR TABEL
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Pertambangan
merupakan
salah
satu
kegiatan
dasar
manusia
yang
PENDAHULUAN
I-1
Terjadi polusi suara dan udara (debu batu bara, debu jalan angkut,
dll)
Tambang (mine)
Pertambangan (mining)
PENDAHULUAN
I-2
Mineral
Batuan (rock)
Massa yang terdiri atas satu atau lebih mineral yang membentuk bagian kerak
bumi, baik dalam keadaan terikat maupun terlepas.
Secara ekonomi:
Bijih (ore)
Mineral
yang
memiliki
kegunaan
dan
nilai
tertentu
yang
dapat
Gangue
yang
secara
teknis
dapat
ditambang
dan
diolah
secara
menguntungkan.
PENDAHULUAN
I-3
BAB II
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DAN
PERTIMBANGAN DASAR RENCANA PENAMBANGAN
2.1.
II-1
2. Eksplorasi (Exploration)
Jika tujuan dari penyelidikan umum adalah untuk mencari lokasi-lokasi yang
memiliki anomalies karena adanya endapan bahan galian, maka tujuan dari
eksplorasi adalah untuk mendefinisikan dan mengevaluasi endapan bahan
galian tersebut.
Eksplorasi menentukan geometri, luas, dan nilai dari sebuah endapan
menggunakan teknik yang sama dengan yang digunakan pada tahap
penyelidikan umum tetapi lebih seksama/teliti. Kegiatan eksplorasi akan
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DAN PERTIMBANGAN DASAR RENCANA
PENAMBANGAN
II-2
berlanjut pada proses pecarian melalui fase taktis dari penilaian detil dan
evaluasi serta persiapan laporan studi kelayakan yang akan menentukan
layak-tidaknya endapan tersebut untuk ditambang.
bawah
permukaan
(subsurface
excavation)
untuk
area
menguntungkan
yang
diidentifikasi
oleh
kegiatan
II-3
II-4
II-5
yang
diberikan
oleh
Anon
(1984),
USBM-USGS
Proven
: terukur (measured)
Probable
: teridikasi (indicated)
Possible
: terduga (inferred)
II-6
meliputi
pertimbangan
teknis
dan
ekonomis
dengan
II-7
(development)
dan
eksploitasi,
biaya
pengolahan,
ekonomi:
valuasi
endapan,
klasifikasi
cadangan
atau
4. Persiapan penambangan
Kegiatan ini meliputi penyiapan infrastruktur dan lahan kerja penambangan
yang antara lain meliputi pembuatan jalan, pembabatan semak/pohon,
pengupasan tanah penutup, pembangunan kantor, gedung, bengkel, dll.
5. Penambangan
Kegiatan penambangan yang dimaksud adalah kegiatan yang ditujukan
untuk membebaskan dan mengambil bahan galian dari dalam kulit bumi,
kemudian dibawa ke permukaan untuk dimanfaatkan.
II-8
7. Pengangkutan
Segala usaha untuk memindahkan bahan galian hasil tambang atau
pengolahan dan pemurnian dari daerah penambangan atau tempat
pengolahan dan pemurnian ke tempat pemasaran atau pemanfaatan
selanjutnya dari bahan galian tersebut.
8. Pemasaran
Kegiatan untuk memperdagangkan atau menjual hasil-hasil penambangan
dan pengolahan bahan galian.
2.2.
II-9
Contoh 1
Perkirakan keuntungan per ton dari penambangan dan pengolahan
tembaga yang memiliki kadar 0.60% dengan harga jual 74/lb ($1.63/kg)
dan overall unit cost sebesar $6.80/ton dan overall recovery adalah 92%.
Solusi:
Nilai
Keuntungan
Contoh 2
Hitung cut-off grade untuk endapan tembaga pada Contoh 1.
Solusi:
cut offgrade =
biaya
6.8
=
= 9.99lb / ton 2000 = 0.50%
harga jual x re cov ery (0.74)(0.92)
Biaya Tambang Bawah Tanah / ton bijih Biaya Tambang Terbuka / ton bijih
Biaya Pengupasan OB / ton OB
Rp.18.000 Rp.2.000
= 4,57
Rp.3.500
II-10
Ini berarti bahwa hanya bagian endapan yang mempunyai BESR yang lebih
rendah dari 4,57 yang dapat ditambang secara tambang terbuka dengan
menguntungkan. Jadi 4,57 adalah BESR (1) tertinggi yang masih
dibolehkan untuk operasi tambang terbuka dengan kondisi tersebut di atas.
Setelah ditentukan bahwa akan digunakan sistem tambang terbuka, maka
dalam rangka pengembangan rencana penambangan digunakan BESR (2)
dengan rumus sebagai berikut.
BESR(2) =
BESR (2) ini juga disebut economic stripping ratio yang artinya berapa
besar keuntungan yang dapat diperoleh bila endapan bijih itu ditambang
secara tambang terbuka.
Contoh 3
Hitung BESR (2) untuk bijih tembaga kadar 0,80 %, 0,75 % dan 0,60 % Cu
dengan data sebagai berikut:
Dari hasil perhitungan seperti terlihat pada Tabel II.1 bila harga logam Cu =
Rp. 2.500/lb, ternyata untuk bijih Cu (ore) dengan kadar 0,80 % mempunyai
BESR 1,8 : 1, kadar 0,70 % mempunyai BESR 1,1 : 1 dan kadar 0,60 %
Cu mempunyai BESR 0,6 : 1. Demikian selanjutnya untuk harga metal Rp.
3.000/lb dan Rp. 3.500/lb Cu juga dihitung BESR-nya.
Setelah itu, masing-masing BESR dihitung untuk setiap kadar Cu dan untuk
berbagai harga logam Cu, kemudian dapat dibuat grafik BESR vs harga jual
untuk masing-masing kadar Cu (lihat Gambar 2.5).
II-11
0,80
0,70
0,60
Smelter recovery, %
81,80
83,02
85,80
13,09
11,62
10,30
Penambangan
Rp 4.500,-
Rp 4.500,-
Rp 4.500,-
Rp 12.500,-
Rp 12.500,-
Rp 12.500,-
Treatment etc.
Rp 8.500,-
Rp 7.600,-
Rp 6.500,-
Rp 25.500,-
Rp 24.600,-
Rp 23.500,-
Rp 4.000,-
Rp 4.000,-
Rp 4.000,-
Rp 32.720,-
Rp 29.057,-
Rp 25.740,-
1,8:1
1,1:1
0,6:1
Rp 39.264,-
Rp 34.868,40,-
Rp 30.888,-
3,4:1
2,6:1
1,8:1
Rp 45.808,-
Rp 40.679.80,-
Rp 36.036,-
5,1:1
4,0:1
3,1:1
ONGKOS PENGUPASAN
Ongkos pengupasan/ton OB
NILAI YANG DIPEROLEH
Harga jual per ton bijih
1. Untuk Rp 2.500,-/lb Cu
BESR
2. Untuk Rp 3.000,-/lb Cu
BESR
3. Untuk Rp 3.500,-/lb Cu
BESR
BESR
6.0
5.0
5.1
4.0
4.0
3.4
3.1
3.0
2.6
2.0
1.0
1.8
1.8
1.1
0.6
0.0
2,000
2,500
3,000
3,500
4,000
0.7 %
0.6 %
II-12
Nilai yang diperoleh / ton bijih (Ongkos Pr oduksi / ton + keuntungan / ton)
Biaya Pengupasan OB / ton OB
Jadi pada dasarnya, jika terjadi kenaikan harga logam di pasaran, dapat
mengakibatkan
perluasan
tambang
karena
cadangan
bertambah,
sebaliknya jika harga logam turun, maka jumlah cadangan akan berkurang.
Sehingga secara umum pertimbangan ekonomis meliputi :
1) Nilai (value) endapan bijih (berapa harga dari produk yang dihasilkan)
bijih).
3) Ongkos pengupasan over burden (stripping cost), dinyatakan dalam
Rp/ton bijih.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa BESR dipakai untuk mengetahui
apakah rancangan tambang tersebut menguntungkan/ tidak.
II-13
Faktor-faktor yang mempengaruhi Ultimate pit limit /batas akhir ini adalah :
Kekuatan batuan pembentuk lereng yang meliputi sifat fisik & mekanik
serta keberadaan struktur geologi.
perlapisan (bedding)
kekar (joint)
rekahan (fracture)
daerah
yang
akan
ditambang
(geometri
dari
daerah
Batas Pit
Patahan
Batubara
II-14
1) Geometri jenjang
Komponen utama dalam suatu tambang terbuka adalah jenjang/bench.
Pertimbangan-pertimbangan yang dipakai dalam menentukan geometri jenjang
(w=lebar, l=panjang, dan h=tinggi) :
Salah satu contoh cara menentukan geometri jenjang yang dapat diterapkan
adalah cara penentuan geometri jenjang berdasarkan U.S. Army Engineer
Lebar jenjang minimum = Wmin = Y + Wt + Ls + G + Wb
keterangan:
Y
Wt
Ls
Wb
II-15
keterangan :
Cd = kapasitas mangkok/pit, ft.
2) Jalan tambang
Salah satu pertimbangan geometri adalah pembuatan jalan tambang baik jalan
masuk ke dalam tambang untuk pengangkutan bijih/endapan bahan galian
yang ditambang maupun jalan yang digunakan untuk penimbunan lapisan
penutup. Geometri dari jalan akan mempengaruhi bentuk geometri daerah
penambangan secara umum. Geometri dari jalan tersebut meliputi lebar dan
kemiringan jalan (biasanya dipengaruhi oleh jenis alat yang digunakan dalam
operasi penambangan).
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan jalan tambang :
a) Iklim
Daerah penambangan dipengaruhi oleh keadaan iklim. Untuk iklim tropis,
terdapat 2 musim yang berpengaruh yaitu musim hujan dan musim
kemarau yang akan mempengaruhi produksi. Penurunan produksi dapat
terjadi pada musim hujan dan kemarau. Pada musim hujan keadaan jalan
angkut akan licin atau lengket dan berbahaya untuk dilalui. Sedangkan
pada musim kemarau, jalan menjadi berdebu yang akan mempengaruhi
pandangan pengemudi.
b) Tanah dasar
Tanah dasar dari daerah tambang harus diteliti jenis dan kondisinya,
meliputi batas Atterberg (batas cair, batas plastis) dan golongannya
(misalnya menurut Unified Soil Classification System). Kegunaannya untuk
menentukan kekuatan daya dukung tanah.
c) Bahan pengerasan lokal
Dianjurkan untuk mempergunakan batu yang diperoleh dari sekitar lokasi
penambangan. Batu untuk bahan perkerasan jalan boleh langsung
dipergunakan tanpa melalui preparasi. Batu hendaknya dipecahkan
sebagai fraksi berukuran 5-7,5 cm.
d) Kemiringan (grade)
Kemiringan jalan mempengaruhi produksi. Sebaiknya diambil kemiringan
optimum. Faktor gravitasi hendaknya dimanfaatkan seoptimal mungkin.
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DAN PERTIMBANGAN DASAR RENCANA
PENAMBANGAN
II-16
e) Lebar jalan
Lebar jalan hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan, dapat satu jalur,
dua jalur atau lebih. Lebar jalan minimum adalah 3,5 kali lebar dumptruck
terbesar.
f) Fungsi jalan
Menurut fungsinya jalan dibedakan menjadi :
Jalan pengangkutan utama (main haulage road), yaitu jalan yang
menghubungkan setiap stasiun penyaringan ke pabrik pengolahan atau
tempat penimbunan.
Jalan tambang (mine road), yaitu jalan yang menghubungkan daerah
penambangan dengan stasiun penyaringan.
Jalan pembuangan (disposal road), yaitu jalan yang menghubungkan
daerah pengupasan dengan daerah pembuangan.
Jalan pengupasan (stripping road), yaitu jalan yang melayani aktivitas
pengupasan tanah penutup dan sifatnya hanya sementara.
g) Jenis dan kapasitas kendaraan yang melalui jalan.
Overburden (tons)
Bijih (tons)
Dalam hal ini unit satuan yang lain juga dapat digunakan. Pada kegiatan strip
coal mining maka perhitungan stripping ratio adalah sebagai berikut.
SR =
Overburden (m3 )
coal (tons)
Nisbah antara waste terhadap bijih yang digambarkan dalam suatu unit satuan
volume berguna dalam perancangan disain tambang.
TAHAP-TAHAP KEGIATAN USAHA PERTAMBANGAN DAN PERTIMBANGAN DASAR RENCANA
PENAMBANGAN
II-17
Overburden (volume)
Bijih (volume)
Dalam hal ini harus diperhatikan bahwa jika overburden dan bijih mempunyai
density yang sama, maka persamaan di atas akan memiliki nilai yang sama
dengan perhitungan SR sebelumnya.
Sehingga dari nilai stripping ratio yang diperoleh dan dibandingkan dengan nilai
BESR (Break Even Stripping Ratio) yang telah dihitung sebelumnya, maka
akan diperoleh suatu kesimpulan bahwa secara teknis batasan kegiatan
penambangan dalam pit dilakukan sampai nilai SR dalam perhitungan
mencapai nilai BESR.
drainage:
merupakan
suatu
upaya
untuk
mencegah
masuk
II-18
yang
baik
agar
produktivitas
kegiatan
penambangan
tidak
menurun.
II-19
BAB III
METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA
penambangan
yang
segala
kegiatan
atau
aktivitas
III-1
KELAS
METODE
BAHAN GALIAN
Conventional
Mekanis
Tambang Terbuka
Aquaeous
Swa-sangga (Selfsupported)
Tambang
Bawah Tanah
Berpenyangga buatan
(Supported)
Ambrukan (Caving)
Metal, non-metal
Quarrying*
Non-metal
Opencast mining*
Batubara, non-metal
Auger mining
Hydraulicking*
Metal, non-metal
Dregding *
Metal, non-metal
Batubara, non-metal
Metal, non-metal
Underground gloryhole
Metal, non-metal
Gophering
Metal, non-metal
Shrinkage stoping
Metal, non-metal
Sublevel stoping *
Metal, non-metal
Metal
Stull stoping
Metal
Metal
Longwall mining *
Sublevel caving
Metal
Block caving *
Metal
Penggalian cepat
Batuan keras
Automasi, Robotik
Semua
Hidrokarbon
Tambang samudera
Metal
Tambang nuklir
Non-batubara
Metal, non-metal
Inconvetional
Novel
III-2
dalam batas keamanan, teknologi dan ekonomi, untuk mencapai ongkos yang
paling minimum dan keuntungan yang paling maksimum. Faktor-faktor yang
mempengaruhi pemilihan tersebut adalah :
1. Karakteristik spasial dari endapan
Faktor-faktor ini merupakan faktor penting yang dominan karena umumnya
sangat menentukan pemilihan metode penambangan antara tambang
terbuka dengan tambang bawah tanah, penentuan tingkat produksi, metode
penanganan material, dan bentuk tambang dalam badan bijih. Faktor-faktor
tersebut meliputi :
a. Ukuran (dimensi, terutama tinggi dan tebal)
b. Bentuk (tabular, lenticular, massive, irregular)
c. Orientasi (dip/inklinasi)
d. Kedalaman (rata-rata dan nilai ekstrim yang akan berimbas pada
stripping ratio)
2. Kondisi geologi dan hidrogeologi
Karakteristik geologi, baik dari badan bijih maupun batuan samping, akan
mempengaruhi pemilihan metode penambangan, terutama dalam pemilihan
antara metode selektif dan nonselektif serta pemilihan system penyanggaan
pada system penambangan bawah tanah. Hidrologi berdampak pada
kebutuhan akan penyaliran dan pemompaan, sedangkan aspek mineralogy
akan menentukan syarat-syarat pengolahan.
a. Mineralogi dan petrologi (Sulfida vs Oksida),
b. Komposisi kimia
c. Struktur endapan (lipatan, sesar, ketidakmenerusan, intrusi)
d. Bidang lemah, (kekar, rekahan, bidang perlapisan)
e. Keseragaman, alterasi, erosi (zona dan daerah pembatas)
f.
Air tanah dan hidrologi (kemunculan, debit aliran dan muka air)
3. Sifat-sifat geoteknik (mekanika tanah dan mekanika batuan) untuk bijih dan
batuan sekelilingnya. Hal-hal ini akan mempengaruhi pemilihan peralatan
III-3
pada sistem penambangan terbuka dan pemilihan kelas dan metode dalam
sistem penambangan bawah tanah (swasangga, berpenyangga atau
ambrukan). Sifat-sifat geoteknik yang perlu diperhatikan antara lain:
a. Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas, lengas)
b. Sifat elastik (kekuatan, modulus elastisitas, nisbah Poisson, dan lain-lain)
c. Perilaku elastik atau visko elastik (flow, creep)
d. Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)
e. Konsolidasi, kompaksi dan kompeten (kemampuan bukaan pada kondisi
tanpa penyangga)
4. Pertimbangan ekonomi
Pertimbangan ekonomi akan mempengaruhi hasil, investasi, aliran kas,
masa pengembalian dan keuntungan. Faktor ini meliputi:
a. Cadangan (tonase dan kadar),
b. Produksi,
c. Umur tambang,
d. Produktivitas, dan
e. Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang
cocok
5. Faktor teknologi
Kondisi yang paling sesuai antara kondisi alamiah endapan dan metode
penambangan adalah yang paling diinginkan. Sedangkan metode yang tidak
sesuai mungkin tidak banyak pengaruhnya pada saat penambangan, tetapi
kemungkinan
akan
berpengaruh
pada
kegiatan
pendukung
III-4
6. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dimaksud tidak hanya berupa lingkungan fisik saja,
tetapi juga meliputi lingkungan sosial-politik-ekonomi. Yang termasuk dalam
faktor lingkungan adalah :
a. Kontrol bawah permukaan untuk merawat kondisi bukaan
b. Penurunan permukaan tanah (subsidence), atau efek ambrukan pada
permukaan tanah
c. Kontrol
atmosfir
(ventilasi,
kontrol
kualitas,
kontrol
panas
dan
kelembaban)
d. Kekuatan kerja (pelatihan, recruitment, kesehatan dan keselamatan,
III-5
STUDI KONSEPTUAL
Penilaian karakteristik fisik dan kuantitas
overburden dari beberapa metode,
tataletak dan sistem penambangan
STUDI REKAYASA
kuantifikasi dan pembandingan konsepkonsep yang dihasilkan terdahulu sehingga
dihasilkan rancangan dan biaya yang pasti
III-6
penambangan
dikembangkan
untuk
dapat
mengakomodasi
dan
Prasyarat utama yang harus dipenuhi adalah bahwa ambrukan dapat diinisiasi
pada badan bijih dan merambat dengan kecepatan konstan melalui badan bijih
sebagai broken ore.
Kapan ambrukan dapat diterapkan pada suatu badan bijih? Jawabannya
bukanlah hal yang sederhana. Solusi praktis untuk menjawab pertanyaan ini
(mengerti tentang mekanisme ambrukan) dapat ditemukan pada klasifikasi
geomekanika yang dimodifikasi berdasarkan kondisi massa batuan di daerah
penambangan.
Tujuan utama pemilihan suatu metode untuk menambang suatu endapan
mineral adalah dalam rangka merancang suatu sistem eksploitasi yang paling
sesuai dengan kondisi sebenarnya. Dalam hal ini pengalaman berperan utama
dalam pengambilan keputusan yang memerlukan banyak pertimbangan
berdasarkan evaluasi rekayasa. Evaluasi tersebut dilakukan dalam tiga tahap
seperti pada Gambar 3.1, yaitu studi konseptual, studi rekayasa, dan studi
rancangan rinci. Hasilnya ialah sebuah laporan rekayasa final.
Contoh pedoman untuk penentuan metode penambangan terbuka berdasarkan
kekuatan bijih dan batuan di sekitarnya serta geometri cadangan menurut
Hartman (1987) dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Resume dari tabel tersebut adalah:
1. Tambang terbuka umumnya lebih serba guna, terutama berkaitan dengan
kekuatan bijih dan batuan samping, dip endapan, dan kadar bijih, tetapi
sangat bergantung dengan bentuk dan ukuran endapan, keseragaman
III-7
III-8
Tabel 3.2 Pemilihan Metode Penambangan Terbuka Berdasarkan Kekuatan Bijih dan Batuan serta Geometri Cadangan
III-9
Klasifikasi sistem
penambangan
Bijih: Moderat
sampai lemah
Geometri
cadangan
Metode
Penambangan
Tabular, datar,
tebal,ukuran besar
Tabular, miring,
tipis,ukuran
sembarang
Shrinkage Stoping
Tabular, miring,
tebalukuran besar
Sub-level Stoping
Tabular, miring,
tipis, ukuran kecil
Stull Stoping
Batuan: Incompeten
(runtuh jika tidak
disangga)
Bentuk, kemiringan
ukuran sembarang,
tebal
Square Set
Stoping
Bijih : Moderat
sampai lemah
Longwall
Sub-level caving
Block Caving
Artifically supported
Ambrukan
(Caving)
Batuan : cavable
(dapat ambruk)
III-10
Metode
penambangan
yang
biasa
diterapkan
didasarkan
pada
cara
Natural supported
Room &
pillar
Artificially supported
Sublevel &
longhole
open stoping
Longwall Sublevel
mining
caving
Shrink
stoping
Unsupported
Block
caving
Vertical crater
retreat stoping
(VCR)
batuan
dengan
kemudahan
caving
atau
stoping.
Pola
III-11
III-12
diperoleh berdasarkan pengalaman, sehingga masih diperbolehkan keputusankeputusan lain dalam aplikasinya.
Tabel 3.4 Unjuk Kerja Ambrukan Untuk Berbagai Kelas Geomekanik dari
Massa Batuan (Laubscher, 1981)
Kelas
geomekanik
Cavability
Tidak terjadi
buruk
Sedang
Baik
Sangat baik
Ukuran fragmen
besar
Sedang
Kecil
Sangat kecil
Secondary
blasting
tinggi
Medium
Kecil
sangat kecil
Dimensi
undercut (m)*
30
30 - 20
20 8
III-13
106 m3
1550
41
620
17
1450
39
130
3750
100
Penambangan
Terbuka
Bawah tanah
Pekerjaan konstruksi
Terbuka
Bawah tanah
Total
Jumlah penambangan bijih dengan open pit bervariasi untuk setiap negara. Di
USA sekitar 85% penambangan bijih logam dilakukan melalui open pit tetapi
untuk negara Swedia hanya 30%.
Tabel 3.6 memperlihatkan jumlah penambangan open pit dan bawah tanah di
dunia barat yang menghasilkan 150.000 ton bijih/ tahun (tidak termasuk
tambang batubara).
seluruh belahan dunia yang meningkat dari 1.900 juta sampai 3-500 juta ton per
tahun selama periode 1968-1977.
Tabel 3.6 menunjukkan bahwa produksi tambang meningkat bukan karena
peningkatan jumlah industri pertambangan, tetapi lebih dikarenakan perluasan
METODE PENAMBANGAN DAN PEMILIHANNYA
III-14
1968
1977
Bawah tanah
>3 juta ton/tahun
29
56
144
140
116
119
108
121
166
157
Subtotal
563
593
102
138
109
142
81
64
68
53
61
62
Subtotal
421
459
Total
984
1052
Terbuka
teknis
yang
cepat
selama
beberapa
dekade
terakhir
III-15
besar, berbeda dengan tambang bawah tanah yang dibatasi oleh ruang kerja
yang sempit.
Pada studi perbandingan antara tambang terbuka di USA dengan tambang
bawah tanah di Swedia yang telah dilakukan beberapa memperlihatkan bahwa
produksi tambang terbuka per tambang secara berkala lebih menunjukkan
peningkatan
dibandingkan
tambang
bawah
tanah,
tetapi
prosentase
peningkatan lebih besar terjadi pada tambang bawah tanah. Sejak awal abad
masehi, untuk tambang terbuka produktivitas meningkat sebanyak 250% dan
untuk tambang bawah tanah 350%, dan produktivitas mulai meningkat akhirakhir ini pada tambang bawah tanah besar dibandingkan tambang bawah tanah
kecil.
III-16
BAB IV
TAMBANG TERBUKA
TAMBANG TERBUKA
IV-1
Gambar 4.1 Open Pit di Toquepala, Peru (diameter 1 Km, kedalaman 400m).
TAMBANG TERBUKA
IV-2
TAMBANG TERBUKA
IV-3
Gambar 4.4. Variasi dari berbagai Open Pit Mining (Hartman, 1987).
TAMBANG TERBUKA
IV-4
mineral
non
metal
yang
menghasilkan
bentuk
pecah-pecah
TAMBANG TERBUKA
IV-5
Kuari
tipe
dimensional
stone
biasanya
digunakan
untuk
menambang
batugamping, batupasir, granit, marble dan dolomit. Hasil dari penambangan ini
berupa batuan berbongkah besar (lihat Gambar 4.6 dan 4.7). Teknik yang
digunakan pada metode ini antara lain: jet burning, wire saw, chain saw with
tungsteen cutting teeth, dan slot drilling (lihat Gambar 4.8).
TAMBANG TERBUKA
IV-6
Gambar 4.8. Teknik drilling dan blasting pada kuari tipe dimensional stone.
TAMBANG TERBUKA
IV-7
Gambar 4.9. Kuari tipe side hill dengan jalan masuk langsung.
b. Pit type, diterapkan untuk menambang batuan atau endapan mineral industri
yang terletak pada suatu daerah yang relatif datar. Jadi tempat kerjanya
digali ke arah bawah sehingga membuat cekungan (pit). Berdasarkan jalan
masuk ke pemuka kerja, memiliki tiga kemungkinan jalan masuk, yaitu :
1. Jalan masuk spiral (Gambar 4.10)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk spiral diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk bulat atau lonjong yang terletak
pada daerah yang datar.
2. Jalan masuk langsung (Gambar 4.11)
Kuari tipe pit dengan jalan masuk langsung diterapkan pada cadangan
endapan bahan galian yang berbentuk memanjang atau persegi yang
terletak pada daerah yang datar.
TAMBANG TERBUKA
IV-8
TAMBANG TERBUKA
IV-9
upaya
konservasi
cadangan
sehingga
perolehan
penambangan tinggi.
TAMBANG TERBUKA
IV-10
TAMBANG TERBUKA
IV-11
2.
3.
4.
5.
keekonomian, dll.
TAMBANG TERBUKA
IV-12
Hasil akhir dimensional stone: rotary saw, chain saw, atau wire-rope
saw, flame-jet channeler, water-jet channeler, palu-baji, linggis, smoth
blasting.
Pemuatan
-
Hasil akhir crushed stone : shovel, wheel loader, sekop, scraper, dragline
Pengangkutan
Metoda ini berhubungan dengan air atau cairan untuk memperoleh mineral dari
dalam bumi, baik dengan aksi hidrolik maupun dengan serangan cairan. Masih
sangat kurang pemakaiannya pada tambang terbuka.
Ada 2 (dua) jenis penambangan di dalam metoda ini yaitu placer mining dan
solution
mining.
Placer
mining
menggunakan
air
untuk
menggali,
TAMBANG TERBUKA
IV-13
TAMBANG TERBUKA
IV-14
mencapai
60
(Morrison
&
Russell,
1973).
Gambar
4.14
TAMBANG TERBUKA
IV-15
Contoh klasifikasi dari monitor pada tambang semprot adalah sebagai berikut.
Diameter nozzle
: 40-150 mm
Head
Debit
: 30-250 liter/detik
: 0,15 m/detik
Kerikil (gravel)
: 1,5 m/detik
Boulders
: 3,0 m/detik
TAMBANG TERBUKA
IV-16
TAMBANG TERBUKA
IV-17
TAMBANG TERBUKA
IV-18
timbunan
(heap
leaching)
yang
termasuk
kategori
metoda
penambangan sekunder.
Leaching pada saat ini adalah proses kombinasi, karena ditambahkan pada
ekstraksi, hal itu dilengkapi beneficiation dalam tahap awal dari pengolahan
mineral (Lastra dan Chase, 1984). Akibatnya, biaya produksi cenderung relatif
lebih
rendah
daripada
metode
penambangan
konvensional.
Sebagai
bahwa
banyak
logam
seperti
mangan,
emas-perak,
TAMBANG TERBUKA
IV-19
TAMBANG TERBUKA
IV-20
diikuti
dengan
penambangan
endapan
batubaranya.
IV-21
cara
ini
daerah
penambangan
dibagi
menjadi
blok-blok
TAMBANG TERBUKA
IV-22
Pada saat blok 1 sudah ditimbun dan diratakan kembali, maka lapisan
tanah penutup blok 4 dipidahkan ke blok 2 setelah batubara pada blok 3
tersingkap semua. Lapisan tanah penutup blok 5 dipindahkan ke blok 3,
kemudian lapisan tanah penutup blok 6 dipindahkan ke blok 4 dan
seterusnya sampai selesai (Gambar 4.22). Penggalian beruturan ini akan
mengurangi jumlah lapisan tanah penutup yang harus diangkut untuk
menutup final pit.
TAMBANG TERBUKA
IV-23
TAMBANG TERBUKA
IV-24
TAMBANG TERBUKA
IV-25
TAMBANG TERBUKA
IV-26
daerah yang
TAMBANG TERBUKA
IV-27
TAMBANG TERBUKA
IV-28
Gambar 4.30. Open pit method pada lapisan miring (Hartman, 1987).
Gambar 4.31. Open pit method pada lapisan tebal (Hartman, 1987).
TAMBANG TERBUKA
IV-29
BAB V
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
5.1.
V-1
V-2
5.2.
5.2.3. Ukuran
Dimensi absolut dan relatif penting untuk diketahui dalam menentukan metode
penambangan yang cocok. Cebakan berukuran teratur dan besar mungkin
cocok untuk penambangan mekanis mass-mining seperti block caving.
Cebakan kecil dengan tipe bijih yang sama mungkin perlu metode selective
mining dan ketepatan ground-control agar operasinya menguntungkan.
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
V-3
5.2.4. Geomekanika
Sifat-sifat batuan utuh adalah kekuatan, karakteristik deformasi (sifat elastik,
plastik dan rayapan) serta karakteristik pelapukan. Sifat-sifat massa batuan
ditentukan oleh kehadiran, geometri dan sifat-sifat mekanis dari kekar, patahan,
zona geser dan bidang-bidang diskontinyu lainnya. Kondisi tegangan insitu
awal di dalam batuan induk juga merupakan parameter penting.
5.3.
V-4
V-5
V-6
Cara yang akan dipilih tergantung pada ukuran lubang bukaan, karakteristik
massa batuan, dan peralatan yang mampu disediakan.
Secara garis besar, siklus penggalian suatu lubang bukaan adalah sbb :
1. Penggalian (breaking/excavation)
2. Pembersihan asap ledakan (smoke clearing), jika menggunakan peledakan
3. Pembersihan atap (scaling)
4. Penyanggaan (supporting): penyanggaan sementara dan permanen.
5. Pengumpulan dan pemuatan material hasil penggalian (mucking & loading)
6. Pengangkutan material (hauling)
V-7
V-8
Gambar 5.6. Jumbo drill pada kegiatan development tambang bawah tanah.
V-9
dari balok kayu, besi baja, atau beton. Sedangkan perkuatan berfungsi
memperkuat ikatan massa batuan di sekitar lubang bukaan, menggunakan baut
batuan (rock bolt), beton-tembak (shotcrete) dan anyaman kawat (wire mesh).
Maka berdasarkan pembedaan tersebut, jenis material penyangga dan
perkuatan adalah :
1. Material penyangga
2. Material perkuatan
V-10
Oleh karena itu, sistem pengangkutan di tambang bawah tanah sangatlah vital
dalam kelangsungan produksi tambang. Berdasarkan peranannya, sistem
pengangkutan tambang bawah tanah dapat dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Sistem pengangkutan utama (main haulage system):
Drag scraper
Ore pass
Ban berjalan
V-11
V-12
digunakan.
V-13
Teknik pengaliran udara segar ke dalam tambang ada dua macam, yaitu sistem
ventilasi alam dan sistem ventilasi buatan. Pada sistem ventilasi alam, udara
akan mengalir secara alamiah ke dalam tambang karena perbedaan temperatur
dan tekanan di kedua ujung lubang bukaan yang elevasinya berbeda.
Kemampuan sistem ini terbatas hanya untuk lubang bukaan yang sederhana
(tidak bercabang-cabang) dan dangkal. Pada sistem ventilasi buatan, udara
segar dimasukkan ke dalam tambang menggunakan kipas angin (fan)
bertenaga besar. Kipas angin ini dapat berfungsi sebagai pendorong udara
(blower) atau sebagai pengisap udara (exhauster).
Kebutuhan minimum oksigen dalam udara segar bagi seorang pekerja yang
harus disediakan oleh sistem ventilasi agar kondisi kerja relatif nyaman
ditunjukkan pada Tabel 5.1.
Pernapasan
Kegiatan
(hirupan/mnt)
Istirahat
12 - 18
Kerja Biasa
Kerja Keras
Udara terhirup
perpernafasan
Udara terhirup
-4
O2 Terkonsumsi
-5
Ratio
(x 10 m /det)
(x 10 m /det)
pernapasan
337 705
0,82 - 2,18
0,47
0,75
30
1476 1968
7,64 - 9,83
3,3
0,90
40
2460
16,4
4,7
1,00
(x 103 mm3)
V-14
yang
paling
efektif
ialah
dengan
cara
mencegah
atau
misalnya pekerja terbentuk alat gali karena sistem hidrolis tidak bekerja, rem
tidak berfungsi, dll. Selanjutnya, kecelakaan akibat kondisi kerja tidak aman
misalnya pekerja kejatuhan bongkah batu yang tiba-tiba jatuh dari atap
terowongan.
Oleh karena itu dalam setiap pekerjaan selalu ada prosedur kerja baku
TEKNIK PENAMBANGAN BAWAH TANAH
V-15
(Standard Operating Procedure = SOP) yang harus ditaati oleh setiap pekerja.
Apabila prosedur kerja baku itu ditaati, maka penyebab kecelakaan yang
diakibatkan oleh kelalaian dan kecerobohan pekerja dapat dihindari. Inilah kunci
pokok sistem keselamatan kerja yang juga berlaku di tambang bawah tanah.
5.4.
Klasifikasi sistem
Geometri
Metode
batuan
penambangan
cadangan
Penambangan
moderat
ukuran besar
Swa Sangga
Tabular, datar,
Self Supported
tebal,ukuran besar
V-16
Klasifikasi sistem
Geometri
Metode
batuan
penambangan
cadangan
Penambangan
Batuan : kompeten
Tabular, miring,
tipis,ukuran
tidak disangga)
sembarang
Tabular, miring,
tebalukuran besar
Shrinkage Stoping
Sub-level Stoping
Bijih: Moderat
sampai lemah
Tabular, miring,
(Artifically supported)
Batuan: Incompeten
Bentuk, kemiringan
ukuran sembarang,
disangga)
tebal
Bijih : Moderat
sampai lemah
ukuran besar
Ambrukan
(Caving)
miring,
Batuan : cavable
(dapat ambruk)
ukuran besar
Stull Stoping
Square Set
Stoping
Longwall
Sub-level caving
Block Caving
V-17
BAB VI
METODE PENAMBANGAN SWASANGGA
(OPEN STOPE METHODS)
VI-1
VI-2
6.1.3. Pembahasan
Pada umumnya, kalau penurunan permukaan tanah (subsidence) tidak
diinginkan, maka pillar harus ditinggalkan (bila mungkin dipilihkan bagian dari
bijih yang kadarnya kecil) atau diadakan pengisian (filling) pada lombong yang
telah selesai ditambang.
Gambar 6.2. Penerapan sistem pengangkutan secara bawah tanah pada open
pit quarry.
VI-3
mempertahankan
jenjang-jenjangnya
karena
kesulitan
dalam
6.2. GOPHERING
Nama lain untuk metode ini adalah coyoting (di Indonesia disebut lubang tikus
atau lubang marmot), yaitu suatu cara penambangan yang tidak sistematis,
tidak perlu mengadakan persiapan-persiapan penambangan (development
works) dan arah penggalian hanya mengikuti arah larinya endapan bijih. Oleh
karena itu ukuran lombong juga tidak menentu, tergantung dari ukuran endapan
bijih di tempat itu dan tanpa penyanggaan (lihat Gambar 6.3).
Cara penambangan ini adalah cara penambangan yang paling sederhana,
tanpa penyangga dan penggalian dilakukan tanpa alat-alat mekanis. Oleh
sebab itu, metode ini sangat cocok untuk daerah-daerah yang upah buruhnya
rendah (Mexico, Amerika Latin, Asia dan Afrika).
VI-4
6.2.3. Pembahasan
Endapan bijih yang kecil-kecil, terpisah-pisah, letaknya terpencil dan bentuknya
tidak teratur, tidak mungkin ditambang secara sistematis. Akan tetapi, cukup
menguntungkan untuk ditambang karena memiliki nilai yang tinggi. Cara
penambangan yang dapat diterapkan adalah dengan menambang secara
sederhana tanpa development works, yaitu langsung menggali endapan bijih
mengikuti arah dan bentuk alamiahnya. Bila endapan bijih tersebut tidak
VI-5
VI-6
1. Kekuatan batuan : kuat s/d cukup kuat dan tidak mudah terbakar.
2. Kekuatan bijih : kuat dan solid.
3. Bentuk endapan : vein (urat) dan bukan endapan sulfida.
4. Kemiringan endapan : > 45o atau >70o
5. Ukuran endapan : 1-2 m atau < 3 m
6. Kadar bijih : tinggi, homogen, uniform, dan tidak bisa di-sorting.
7. Kedalaman : dangkal moderat < 750 m
VI-7
VI-8
6.3.3. Pembahasan
Untuk endapan bijih kecil/sempit dan batuan keras, dapat dipakai cara-cara
penambangan open lombong lain sebagai alternatif selain shrinkage stoping.
Metode penambangan shrinkage stoping lebih baik diterapkan pada bijih
berbentuk vein dengan kemiringan yang besar dimana bagian-bagian yang
miskin (barren or low grade) tidak terlalu banyak, sehingga gaya gravitasi dapat
dimanfaatkan.
Untuk endapan bijih yang tebal dan lebar, alternatifnya adalah: sublevel
stoping, block caving atau caving method yang lain. Metode penambangan
shrinkage stoping lebih disukai untuk menambang endapan-endapan bijih yang
menghendaki penambangan yang bersih (mining recovery besar), endapan
bijihnya keras, tetapi mudah pecah oleh peledakan serta tidak menghendaki
surface subsidence.
Shrinkage stoping dapat segera berproduksi, walaupun pada tahap pertama
produksi tidak dapat terlalu besar karena sebagian besar broken ore masih
ditinggalkan di dalam lombong. Kondisi ini mengartikan bahwa sebagian besar
modal mati dalam bentuk broken ore yang masih tertinggal dalam lombong.
Untuk perusahaan-perusahaan pertambangan yang kecil, hal ini merupakan
sesuatu yang kurang disukai.
Meninggalkan broken ore dalam lombong tidak boleh terlalu lama karena akan
mengakibatkan terjadinya oksidasi (terutama mineral-mineral sulfida) yang
dapat menyebabkan bijih ini mengeras kembali dan akhirnya akan mengganggu
proses metalurgi.
Bila endapan biijih tidak pecah menjadi butir-butir yang lebih kecil sesudah
peledakan, maka dibutuhkan secondary blasting yang terkadang sulit dilakukan.
VI-9
Kalau boulders (batuan yang tidak pecah akibat peledakan) tersebut berada di
atas tumpukan batu hasil peledakan, maka hal itu akan mempermudah
secondary blasting. Tetapi bila telah tertimbun tumpukan batuan, boulders
tersebut nantinya akan dijumpai pada mulut ore chute. Oleh karena itu, pada
bagian atas ore chute perlu diberi grizzly agar dapat menahan boulders
sehingga dapat diakukan secondary blasting.
Sesudah penambangan pada lombong selesai, maka lombong itu dapat
dibiarkan kosong. Tetapi kalau endapan bijih itu tebal/lebar maka untuk
mencegah surface subsidence atau pengambilan pillars di sekitar tiap levels,
maka pengisian lombong dengan material lain perlu dilakukan. Disini mungkin
diperlukan perataan filling material agar dapat mengisi seluruh ruangan.
Cara penambangan ini tidak memungkinkan adanya sorting atau selective
mining. Bila terdapat irregularrities bijih, maka barren atau low grade akan ikut
terambil.
Cara penambangan ini membutuhkan ongkos penggalian antara $ 1,00/ton
untuk endapan bijih yang tebal dan mudah ditambang sampai $4,00/ton untuk
endapan bijih yang kecil sempit dan sifat-sifat fisiknya menyebabkan
penambangannya agak sulit.
VI-10
VI-11
6.4.3. Pembahasan
Metode penambangan dengan sublevel stoping ini dapat dilakukan secara
overhand atau underhand. Untuk memudahkan pengangkutan yaitu dapat
memanfaatkan gaya berat, umumnya dipakai cara overhand.
Sublevel stoping diterapkan untuk vein yang tipis maupun tebal (+20 m). Untuk
VI-12
vein yang tipis, metoda ini dapat dipakai untuk menggantikan metoda yang lain
misalnya shrinkage stoping. Tetapi bila vein tebal, maka penambangan harus
dilakukan secara bertahap, yaitu dengan membagi vein dalam blok-blok,
dimana penambangan dilakukan secara bersama-sama.
VI-13
3. Kondisi kerja lebih baik karena sistem ventilasi dapat lebih mudah diatur.
Bila terjadi kebakaran mudah mengatasinya karena banyak lubang-lubang
bukaan.
4. Penyangga yang diperlukan hanya sedikit.
perbandingan
lebar
lubang
bukaan
terhadap
pilar
kecil,
VI-14
6.5.3. Pembahasan
Ukuran pilar (atau rasio antara lebar pilar dengan lebar penggalian) harus
diperhitungkan secara cermat. Lebar pilar ditentukan berdasarkan beban atap
atau berat overburden di atas penggalian, lebar penggalian dan kekuatan
batuan di sekitar penggalian. Sebagai contoh, jika ditentukan rasio lebar pilar
dengan lebar penggalian 3:1, maka jika lebar pilar 18 m berarti lebar penggalian
maksimum 6 m.
VI-15
pillar
dapat
mengakibatkan
runtuhan
dan
penurunan
permukaan.
2. Tata-letaknya tidak fleksibel.
3. Jika tanpa ekstraksi pillar, recovery rendah (40 - 60%).
4. Makin jauh dari permukaan, beban penyangga (pilar) semakin besar.
5. Mekanisasi memerlukan investasi modal yang besar.
6. Diperlukan persiapan yang lama karena banyak lubang bukaan yang
harus dibuat sebelum dapat berproduksi.
7. Berpotensi terhadap timbulnya bahaya kesehatan dan kecelakaan
bawah tanah terutama pada tambang batubara.
Gambar 6.6. Metode room and pillar. (kiri: mekanis konvensional, kanan:
mekanis kontinyu (Hartman, 1987)).
VI-16
VI-17
sebagai pillar.
8. Kedalaman: dangkal sampai moderat (pada batuan kompeten < 900 m,
pada batuan sangat kuat bisa sampai 1000 m).
umum
digunakan,
yaitu:
pemboran,
peledakan,
pemuatan,
dan
6.6.3. Pembahasan
Yang membedakan metode ini dengan metode room and pillar, selain jenis
bahan galian yang ditambang, adalah lokasi pilar dan benching systems. Pada
metode ini, bentuk dan ukuran pilar tidak beraturan. Selain itu, pilar ditempatkan
pada daerah yang berkadar rendah, bahkan tidak jarang batuan samping
berfungsi sebagai pilar. Pada lapisan bijih yang tebal (>6 m), maka benching
system akan digunakan (lihat Gambar 6.9).
VI-18
VI-19
VI-20
BAB VII
METODE PENAMBANGAN YANG DISANGGA
(SUPPORTED STOPE METHODS)
VII-1
VII-2
dan
pengangkutan
bijih,
dimana
bijih
secara
mekanis
Kondisi ini
VII-3
mengijinkan kontrol kadar yang baik, karena barren dibiarkan tidak ditambang
atau dihancurkan walaupun tidak dikeluarkan dari stope. Kondisi ini juga
memungkinkan penambangan badan bijih yang tidak teratur dengan melakukan
selective mining.
Keuntungan lingkungan yang diperoleh dari cut and fill stoping adalah dengan
digunakannya
backfill.
pemeliharaan
kondisi
permeabilitas
dan
Dari
massa
sisi
lingkungan
batuan
hidrogeologi
tidak
internal
memberikan
penambangan,
pengertian
mempengaruhi
bahwa
penambangan.
VII-4
Jumlah pekerjaan development pada cut and fill relatif sedikit bila dibandingkan
dengan metode open stope. Hal ini disebabkan bijih yang ditambang juga
merupakan medan kerja dan beberapa pembukaan jalan masuk dikembangkan
sebagai kemajuan stope. Di sisi lain, pengembangan praproduksi stope dapat
dibandingkan dengan pengembangan yang dibutuhkan untuk membuka stope.
Cut and fill stoping hanya dapat dimulai setelah pembuatan jalan transportasi,
ore passes, drift dan cross-cut, jalan masuk naik atau miring dan lubang bukaan
naik untuk ventilasi selesai.
7.1.3. Pembahasan
Metode ini termasuk agak luwes, artinya jika sifat fisik batuan berubah, maka
cara penambangan dapat disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, cut and fill
bisa diganti dengan square setting atau bila endapan semakin ke atas semakin
rendah kadarnya dan memakai cut and fill terlalu mahal, maka bisa memakai
caving methods dengan syarat tidak ada permasalahan amblesan (surface
subsidence).
VII-5
apabila
kestabilan
bukaan
tidak
mantap,
beberapa
pillar
VII-6
Penerapan cut and fill untuk endapan yang tipis, tetapi berkadar tinggi disebut
resuing. Endapan bijih yang tipis perlu penambangan yang lebar untuk
mendapat ruang kerja yang leluasa dan nyaman. Konsekuensinya, country rock
harus diambil terlebih dahulu. Batuan samping diambil sebagian sebagai filling
material dan sisanya dibuang melalui ore pass.
Badan bijih yang tersingkap dibor dan diledakkan ke arah atap. Resuing ini
cocok untuk endapan bijih yang mempunyai syarat sebagai berikut:
1. Kekuatan bijih: kuat dan keras, tetapi di bagian tengah-tengah ada yang
kurang kompak, kadang-kadang perlu temporary support.
2. Kekuatan batuan samping: agak lemah atau kurang kompak.
3. Bentuk endapan: mempunyai bidang batas yang jelas antara endapan bijih
dan batuan samping.
4. Kemiringan endapan: > 700.
5. Ukuran endapan: sangat tipis yaitu < 1 m; dapat berbentuk ore shoot atau
berbentuk cabang dari suatu vein.
VII-7
VII-8
7.2.3. Pembahasan
Cara penambangan ini sangat unik karena:
Penerapannya dibatasi oleh panjang stull (timber), artinya urat bijih (vein)
yang dapat dikerjakan sama dengan panjang kayu yang ada.
Jika tidak ingin terjadi amblesan (surface subsidence), maka stope yang
sudah ditambang harus diisi dengan material pengisi (filling material).
Perubahan ini menjadi cut and fill.
Kalau penurunan permukaan bumi diperbolehkan terjadi, maka lubanglubang bekas lombong boleh dibiarkan kosong dan runtuh secara alamiah.
VII-9
VII-10
*) Slabbing
Spalling
VII-11
VII-12
VII-13
sangat mahal.
7. Kedalaman: dalam(<2.6 km).
VII-14
7.3.3. Pembahasan
Umumnya cara ini cocok untuk endapan dengan batuan yang lunak, oleh
karena itu cara penambangan ini sulit untuk diubah ke cara penambangan yang
lain. Akan tetapi, apabila diharuskan, misalnya karena keadaan batuan agak
keras dan surface subsidence tidak boleh terjadi, maka dapat diubah ke cara
cut and fill atau stull stoping bila urat bijihnya tipis. Tetapi kalau surface
subsidence boleh terjadi, maka dapat dipakai cara top slicing.
Metode penambangan ini dapat dipakai sebagai pelengkap atau pembantu cara
penambangan lain bila bentuk bijihnya tidak baik, misalnya ditemukan ore
shoot, atau untuk menyangga undercut pada blockcaving. Metode ini dapat
menambang segala macam bentuk endapan.
Selain itu square set stoping juga sering dipergunakan untuk mengambil pillar
yang terletak di antara lombong-lombong yang sudah diisi dengan filling
material.
Modifikasi
metode
yang
pernah
diterapkan
untuk
memperbaiki
cara
ukuran-ukuran
kayu
penyangga
standar
agar
cara
VII-15
peledakan,
penyanggaan,
dan
lain-lain
tidak
saling
mengganggu.
5. Dengan
pengetahuan
yang
cukup
mengenai
mekanika
batuan,
VII-16
BAB VIII
METODE AMBRUKAN
(CAVING METHODS)
METODE AMBRUKAN
VIII-1
8.1.3. Pembahasan
Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk pada penambangan metode top
slicing:
1. Sebaiknya tanah penutupnya cukup tebal, agar tekanan dari atas cukup
besar, sehingga cepat ambruk/runtuh.
2. Endapan bijih harus seragam, agar tidak perlu mengadakan selective
mining.
3. Penyanggaan harus baik walaupun tak perlu memakai kualitas kayu yang
baik. Volume kayu untuk penyangga berkisar antara 5-10% dari volume
endapan bijih yang digali. Penggunaan kayu semakin dalam semakin
berkurang, hal ini dikarenakan adanya mat, yaitu kayu-kayu bekas
METODE AMBRUKAN
VIII-2
METODE AMBRUKAN
VIII-3
level
pengangkutan
dan
sublevel
(drift
dan
crosscut).
Level
METODE AMBRUKAN
VIII-4
Pada saat membuat sublevel untuk ekstraksi bijih, crosscut dibuat menembus
endapan hingga mencapai hanging wall atau batas caving. Di akhir crosscut,
dibuat lubang tembak ke atas sampai batas atas caving, lalu dibuat juga ke kiri
dan kanan sehingga berbentuk kipas. Ledakan pertama akan memecahkan slot
dan ledakan berikutnya dalam satu round akan menghasilkan muck.
Selanjutnya, beberapa round akan diledakkan secara simultan sehingga
menginisiasi caving sampai sublevel diatasnya.
Sublevel caving juga bisa menggunakan peralatan mekanis. Pemboran dan
peledakan menjadi aktivitas paling dominan dalam menentukan kesuksesan
operasi penambangan. Penentuan titik bor dilakukan dengan surveying dan
peledakannya dikontrol. Pengangkutan muck dilakukan dengan LHD dan
selajutnya ditumpahkan di orepass sehingga sampai di level pengangkutan
(lihat Gambar 8.2 dan 8.3).
METODE AMBRUKAN
VIII-5
8.2.3. Pembahasan
Metode ini merupakan metode perubahan dari top slicing menjadi block caving,
terutama dilihat dari penyanggaannya. Keterangan tambahan mengenai
metode sublevel caving adalah:
1 Sebaiknya batuan penutup tidak mudah pecah menjadi ukuran-ukuran
kecil karena bisa digunakan sebagai penyangga.
2 Merupakan salah satu tambang bawah tanah yang berproduksi besar
tetapi cukup berbahaya. Umumnya kecelakaan yang terjadi disebabkan
tertimpa oleh penyangganya sendiri.
3 Sulit untuk diubah ke metode penambangan yang lain, kurang luwes.
METODE AMBRUKAN
VIII-6
kecenderungan
runtuhnya
mudah
batuan
karena
memanfaatkan
samping.
Lubang-lubang
penghubung tidak perlu dipelihara. Demikian juga untuk level yang sudah
selesai ditambang.
METODE AMBRUKAN
VIII-7
Diatas cadangan bijih yang ditambang jangan ada bangunan penting, karena
penambangan ini akan menimbulkan amblesan.
METODE AMBRUKAN
VIII-8
Ore chute pada bagian bawah tiap blok dibuat terlebih dahulu untuk kemudian
diledakkan dan menimbulkan efek ambrukan terhadap material diatasnya.
Setelah peledakan terjadi, batuan samping akan pecah membentuk bongkah
dan ukurannya lebih besar daripada bijih yang ikut hancur. Oleh karena itu, bijih
akan mengalir ke drawpoint, sedangkan batuan samping akan tertahan diatas
sebagai penyangga.
Gambar 8.4 menunjukkan skematik metode block caving pada tambang emas
di North Park, Sydney, Australia. Sedangkan Gambar 8.5 menunjukkan
skematik bentuk drawbell pada tambang tersebut.
Gambar 8.4. Skematik metode block caving, tambang emas North Park,
Sydney, Australia.
METODE AMBRUKAN
VIII-9
8.3.3. Pembahasan
Cara ini dapat memberikan produksi yang besar dengan ongkos penambangan
per ton bijih yang murah, walaupun :
1. Ongkos persiapan besar.
2. Perolehan tambangnya rendah, yaitu antara 70 - 80 %.
3. Sering terjadi pengotoran, sehingga menyulitkan dalam pengolahannya.
Pada umumnya cara ini cocok untuk endapan-endapan bijih yang berukuran
besar, dan akan sangat mudah dalam penambangannya jika batas antara
endapan bijih dan lapisan penutupnya
serta
penyanggaan,
jadi
dapat
menekan
ongkos
penambangannya.
METODE AMBRUKAN
VIII-10
Parameter
1
BC
SC
TS
TS
SC
BC
BC
SC
TS
TS
SC
BC
METODE AMBRUKAN
VIII-11
Urutan peringkat
Parameter
1
BC
SC
TS
BC
SC
TS
Keluwesan (flexibility)
TS
SC
BC
TS
SC
BC
Perolehan penambangan
TS
SC
BC
Keterangan
BC = Block caving
TS = Top slicing
SC = Sublevel caving
shearer
untuk
mengekstrak
batubara/bijih
dan
METODE AMBRUKAN
VIII-12
penambangan
dimulai
dengan
membangun
panel-panel
penambangan yang tegak lurus strike batubara/bijih (lihat Gambar 8.7). Untuk
kegiatan development, biasanya digunakan continuous miner. Di bagian sisi-sisi
panel penambangan, continuous miner akan meninggalkan batubara/bijih
sebagai pilar yang disebut rib. Ketika panel siap untuk ditambang, powered roof
support dan shearer akan dipasang sepanjang panel tegak lurus strike
batubara/bijih (lihat Gambar 8.8 dan 8.9). Shearer yang akan bergerak
mengekstrak batubara/bijih sepanjang panel (air akan disemprot ke shearer
selama proses ini untuk mengurangi debu dan panas) dan mengalirkan material
yang dipotong ke atas AFC yang akan mengalirkan material tersebut ke main
conveyor di luar panel untuk selanjutnya dibawa keluar tambang. Metode
penambangan dapat berupa retreating atau advancing. Retreating adalah
metode yang digunakan saat menambang mundur dari arah panel yang dibuat.
Advancing adalah metode yang digunakan saat menambang maju searah
pembangunan panel penambangan.
METODE AMBRUKAN
VIII-13
METODE AMBRUKAN
VIII-14
VIII-15
8.4.3. Pembahasan
Metode longwall merupakan metode penambangan yang sudah lama
digunakan. Metode ini pertama kali digunakan pada penambangan batubara
bawah tanah di Eropa pada abad ke-17. Di Amerika, metode ini sudah
digunakan sejak 46 tahun yang lalu dan sekarang sudah lebih dari 100
longwall mining yang sedang beroperasi di Amerika. Di Indonesia, metode ini
pertama kali digunakan pada penambangan batubara di Tanjung Enim oleh PT.
Tambang Batubara Bukit Asam pada tahun 1993.
Walaupun metode ini mengijinkan terjadinya ambrukan, penurunan permukaan
tanah dan rockburst merupakan dua potensi bahaya yang harus diwaspadai.
Penurunan permukaan tanah tergantung pada kedalaman longwall dan area
ambrukan yang dicakupinya. Meskipun penurunan diijinkan, tetapi penurunan
tersebut dapat dikontrol dengan mengaplikasikan kemajuan penambangan
(advance) yang seragam. Sedangkan rockburst merupakan merupakan
fenomena lepasnya energi regangan tingkat tinggi yang biasanya terjadi pada
METODE AMBRUKAN
VIII-16
METODE AMBRUKAN
VIII-17
METODE AMBRUKAN
VIII-18
DAFTAR PUSTAKA
1. Anon., 1977, Blasters Handbook, 16th ed., E.I. DuPont de Nemours & Co.,
Wilmington, DE, 494 pp.
2. Anon., 1979a, History of Mining and Minerals, John Myers Marketing, Eng.
Mng. J., 1p.
3. Hartman, L. Howard, 1987, Introductory Mining Engineering, Canada: John
Wiley & Sons, Inc.
4. Mining Education Australia, 2007.
DAFTAR PUSTAKA