Anda di halaman 1dari 3

Fisiologi olahraga

Pada saat melakukan aktivitas olahraga maka dalam tubuh terjadi peningkatan kekuatan,
ketahanan, dan perubahan mekanisme otot dan organ tubuh. Setiap olahraga yang kita lakukan
membutuhkan energy. Ada kalanya olahraga yang kita lakukan bersifat anaerobik dan aerobik.
Energi yang dikeluarkan pada usaha maksimal berasal dari sistem ATP. Olahraga yang
memakanwaktukurangdaritigamenitlebihtergantungpadamekanismeanaerobic.Kekuatan
anaerobic ini tergantung dari system ATP dan pembentukan asam laktat. Sedangakan untuk
ketahanandankekuatanaerobicdiperlukanototototyangmempunyaikapasitasoksidasiyang
tinggidanpengangkutanoksigenyangcukupdariparudenganbantuanyangcukupdarijantung
keotot.Untukaktivitasaerobicinidiperlukanpersediaanenergyberupalemakdankarbohidrat.
Prosesaerobikdanprosesanaerobiktersebutdalamtubuhselaluterjadibersamasama
danberurutan.Hanyasajaberbedaintensitasnyapadajenisdantahapkerjatertentu.Padakerja
beratyanghanyaberlangsungbeberapadetiksaja,danpadapermulaankerjapadaumumnya,
prosesanaerobikIebihmenonjoldaripadaprosesaerobik.Padakeadaankerjatersebut,
sistem kardiopulmonal beIum bekerja dengan kapasitas yang diperlukan. Untuk
penyesuaiannya,diperlukanwaktuyanglebihlama.Dengankeadaandemikianoksigenyang
tersedia tidak mencukupi. Maka keperluanakanenergiterutamadicukupi dengan proses
anaerobik.Padakeadaankerjatersebutterdapat"hutang"oksigen."Hutang"iniakandibayar
sesudahberhentibekerja,sehinggaorangsesudahberhentibekerjamasihterengahengah
dandenyutjantungnyamasihcepat.
Bila aktivitas terus dilakukan, refleks tubuh akan mengatur fungsi sitem cardiopulmonal
untuk mencukupi jumlah oksigen yang diperlukan. Jumlah oksigen yang diperlukan pada taraf
aktivitas yang lebih tinggi juga lebih besar. Bila beban kerja dinaikkan lagi, tubuh tidak dapat
lagi menambah persediaan oksigen, maka anaerobic akan tampak lebih menonjol dibandingkan
pada proses aerobic. Namun, mekanisme anaerobic seperti ini, yang telah disebutkan sebelumnya
juga dapat menimbulkan pembentukan asam laktat. Oleh karena itu, apabila terjadi peningkatan
proses anaerobic, maka kadar asam laktat di dalam tubuh juga meningkat.
Ventilasi paru-paru umumnya diketahui memiliki hubungan yang berbanding lurus
dengan konsumsi oksigen pada tingkat aktivitas yang berbeda. Pada saat latihan yang intensif
konsumsi oksigen akan meningkat. Seorang atlet yang latihan teratur mempunyai kapasitas paru

yang lebih besar dibandingkan dengan individu yang tidak pernah berlatih. Nilai ventilasi paru
pada saat istirahat, latihan sedang dan berat dapat dilihat pada tabel berikut :

Gambar 2. Nilai ventilasi paru pada saat istirahat, latihan sedang dan berat

Pada kondisi normal laju respirasi selama istirahat dalam lingkungan yang suhunya juga
normal yaitu 12 kali/menit, dan tidal volume 500 ml. Artinya, volume udara pernapasan dalam
satu menit (minute ventilation) sama dengan 6 liter. Namun pada saat latihan yang intesif laju
respirasi meningkat 35-45 kali/menit. Pada seorang atlet yang terlatih laju respirasi dapat
mencapai 60-70 kali/menit selama latihan maksimal. Volume tidal juga meningkat 2 liter atau
lebih selama latihan. (Anonim, 2008)
Permulaan aktivitas fisik ini disertai dengan peningkatan dua tahap ventilasi. Hampir
segera dapat terlihat peningkatan pada inspirasi dan kenaikan bertahap pada kedalaman dan
tingkat pernapasan. Kedua tahap penyesuaian ini menunjukkan bahwa kenaikan awal dalam
ventilasi diproduksi oleh mekanisme gerakan tubuh setelah latihan dimulai, namun sebelum
rangsangan secara kimia berlangsung, korteks motor menjadi lebih aktif dan mengirimkan
impuls stimulasi ke pusat inspirasi, yang akan merespon dengan meningkatkan respirasi juga.
Secara umpan balik proprioseptif dari otot rangka dan sendi aktif memberikan masukan
tambahan tentang gerakan ini dan pusat pernapasan dapat menyesuaikan kegiatan itu
berdasarkan kesesuaiannya. (Guyton, 2006)
Tahap kedua lebih berhubungan dengan kenaikan respirasi yang dihasilkan oleh
perubahan status suhu dan kimia dari darah arteri. Selama latihan berlangsung, peningkatan
proses metabolisme pada otot menghasilkan lebih banyak panas, karbon dioksida dan ion
hidrogen. Semua faktor ini meningkatkan penggunakan oksigen dalam otot, yang berarti akan
meningkatkan banyaknya oksigen pada arteri. Akibatnya, lebih banyak karbon dioksida
memasuki darah, hal ini meningkatkan kadar karbon dioksida dan ion hidrogen dalam darah.

Peningkatan ini akan dirasakan oleh kemoreseptor, yang sebaliknya merangsang pusat inspirasi,
yang mengakibatkan terjadinya peningkatan dan kedalaman pada pernapasan.
Ventilasi paru pada orang yang terlatih dan tidak terlatih relative sama besar, tetapi orang
yang berlatih bernapas lebih lambat dan lebih dalam. Hal ini menyebabkan oksigen yang
diperlukan untuk kerja otot pada proses ventilasi berkurang, sehingga dengan jumlah oksigen
sama, otot yang terlatih akan lebih efektif kerjanya.
Pada orang yang dilatih selama beberapa bulan terjadi perbaikan pengaturan pernapasan.
Perbaikan ini terjadi karena menurunnya kadar asam laktat darah, yang seimbang dengan
pengurangan penggunaan oksigen oleh jaringan tubuh. Latihan fisik akan mempengaruhi organ
sedemikian rupa sehingga kerja organ lebih efisien dan kapasitas kerja maksimum yang dicapai
lebih besar. Faktor yang paling penting dalam perbaikan kemampuan pernapasan untuk mencapai
tingkat optimal adalah kesanggupan untuk meningkatkan capillary bed yang aktif, sehingga
jumlah darah yang mengalir di paru lebih banyak, dan darah yang berikatan dengan oksigen per
unit waktu juga akan meningkat. Peningkatan ini digunakan untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap oksigen. Penurunan fungsi paru orang yang tidak berolahraga atau usia tua terutama
disebabkan oleh hilangnya elastisitas paru-paru dan otot dinding dada. Hal ini menyebabkan
penurunan nilai kapasitas vital dan nila forced expiratory volume, serta meningkatkan volume
residual paru.

Anda mungkin juga menyukai