Anda di halaman 1dari 54

7

BAB II
TINJAUAN UMUM PT. PHAPROS, Tbk. SEMARANG

Tinjauan Umum
2.1 Sejarah dan Perkembangan
PT. Phapros, Tbk. didirikan oleh NV. Kian Gwan Handels Maatschappy
(Prof. Liem Wie Hock) pada tanggal 21 Juni 1954. PT. Phapros, Tbk. merupakan
bagian dari pengembangan usaha Oei Tiong Ham Concern (OTHC), konglomerat
pertama Indonesia yang menguasai bisnis gula dan agro industri. Cikal bakal salah
satu perusahaan farmasi tertua di Indonesia ini adalah NV Pharmaceutical
Processing Industries, yang disingkat menjadi Phapros.
Pada awal pendiriannya, OTHC menguasai 96% saham Phapros tetapi
dalam perkembangan kepemilikan sahamnya mengalami perubahan. Hingga saat
ini saham PT. Phapros, Tbk. dimiliki oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia
(BUMN di bawah Departemen Keuangan) sebesar 54% dan sisanya 46% dimiliki
oleh masyarakat umum, terutama dari kalangan dokter, apoteker dan profesional
lainnya di bidang kesehatan yang berjumlah 300 orang. Pada tahun 2000 status
PT. Phapros, Tbk. berubah dari perusahaan tertutup menjadi perusahaan terbuka
karena modal setornya sudah di atas ketentuan 3 miliar rupiah.

Pada ulang tahun PT. Phapros, Tbk. ke


50, yaitu 21 Juni 2004 logo lama PT. Phapros Tbk. diganti dengan logo baru.
Dengan bergantinya logo, diharapkan PT. Phapros Tbk. siap untuk menyongsong
masa depan dengan optimis.

Logo Lama

Logo Baru

Gambar 1. Logo lama dan baru PT. Phapros, Tbk.


Makna dari logo baru tersebut adalah sebagai berikut :
1.

Tiga lingkaran yangberurutan keatas mewakili tiga stake holder yaitu


konsumen, pemegang saham dan karyawan yang saling mendukung dan untuk
menaikkan nilai kepentingan ketiga stake holder melaju bersama menyongsong
masa depan.

2.

Lingkaran melayang melambangkan benih ide baru selain itu juga


menggambarkan landasan yang kokoh.

3.

Kedekatan lingkaran melambangkan nilai kekeluargaan dan menunjukkan


karakter yang kuat.

4.

Warna biru melambangkan inovasi, perkembangan, kesungguhan dan


kebijaksanaan.

5.

Gradasi

warna

merah

kuning

melambangkan

keberanian

dan

keharmonisan organisasi.
6.

Typografi melambangkan kesederhanaan tanpa meninggalkan kesan stabil


dan kokoh.
Dalam

perkembangannya,

PT.

Phapros,

Tbk.

selalu

berusaha

mengembangkan produknya. Perkembangan produksi yang telah dilakukan PT.


Phapros, Tbk. adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1957

: tablet dan tablet salut gula (Livron B Plex)

2. Tahun 1960

: injeksi (Pehacain Injeksi)

3. Tahun 1963

: kapsul (Pehacycline)

4. Tahun 1964

: sirop (Livron Tonic)

5. Tahun 1972

: salep dan cream (Fluocort N Cream dan NB Tab Oint)

6. Tahun 1978

: tablet salut selaput (Metaneuron)

7. Tahun 1990

: memperoleh sertifikat CPOB

8. Tahun 1999

: memperoleh sertifikat ISO 9001 mengenai sistem mutu

9. Tahun 2000

: memperoleh sertifikat ISO 14001 mengenai lingkungan

10. Tahun 2002

: memproduksi 137 item obat, 124 diantaranya adalah obat

hasil pengembangan sendiri.


11. Tahun 2004

: PT. Phapros, Tbk. memperkenalkan produk alam dalam

kelompok Agro-Medicine (Agromed)


12. Tahun 2009

: sertifikasi OHSAS 18001:2007 (Occupational Health and

Safety Assessment Series)


Guna memperkuat jaringan dan distribusi, PT. Phapros, Tbk. mempererat kerja
sama dengan PT. Rajawali Nusindo yang merupakan distributor tunggal dalam
memasarkan produk PT. Phapros, Tbk. Sejak tahun 1997 pemasaran untuk obatobat ethical ditangani sendiri oleh PT. Phapros, Tbk., sedangkan untuk obat-obat
generik dan Inpres dilaksanakan oleh PT. Rajawali Nusantara Indonesia.
Sampai saat ini PT. Phapros, Tbk. telah memproduksi kurang lebih 250
macam produk. Produk-produk yang dihasilkan PT. Phapros, Tbk. dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi:
a. Produk rutin yaitu produk dengan nama dagang, seperti: Antimo, Bio
ATP, Becefort, Supralivron, Livron B-Plex, dll.
b. Produk obat generik berlogo (OGB), seperti: Amoxicillin kaplet,
Ampicillin kaplet, Ampicillin sirup, dll.

10

c. Produk Pesanan Pemerintah seperti produk untuk PKD (Peningkatan


Kesehatan Daerah), seperti obat antituberkulosis.
d. Produk Agromed, seperti: Tensigard , Ocugard, Hepagard, Fitogen, Xgra, dsb.
2. Produk-produk lisensi dari Boehringer Mannheim GmBHm Jerman,
American Product USA, Lederle Laboratories Division, Lekk Ljubljana
Slovenia, F. Trenka Austria, dan Schwabe Jerman. seperti: Artane tablet,
Xiclav tablet, Diamox tablet, dan lain-lain.

2.2 Visi dan Misi PT. Phapros Tbk


Visi PT. Phapros, Tbk. adalah menjadi perusahaan farmasi terkemuka yang
menghasilkan produk inovatif dan jasa kesehatan yang didukung oleh manajemen
profesional serta kemitraan strategis guna meningkatkan kualitas hidup
masyarakat. Misi yang dikembangkan PT. Phapros, Tbk. untuk mendukung
visinya adalah :
1. Menyediakan produk kesehatan terbaik guna memenuhi kebutuhan
masyarakat.
2. Memberikan imbal hasil kepada pemegang saham sebagai refleksi kinerja
perusahaan dan memberikan penghargaan terhadap karyawan yang
memberikan kontribusi serta melakukan innovasi.
3. Menjadi perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial dan ramah
lingkungan.

Kebijakan Perusahaan PT. Phapros, Tbk.:

11

1.

Menyediakan produk obat dan produk kesehatan lainnya yang aman,


manjur dan bermutu

2.

Memberikan layanan dan informasi tentang penggunaan dan


penanganan produk yang dihasilkan

3.

Menetapkan sistem pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit akibat


kerja, pencemaran lingkungan dan dampaknya dalam setiap aktifitas operasi
perusahaan

4.

Menetapkan sistem pengelolaan risiko dalam setiap aktifitas operasi


perusahaan.

5.

Menetapkan sistem kerja yang berorientasi pada peningkatan


produktivitas, efisiensi dan inovasi dengan mempertimbangkan perbaikan
mutu, dampak lingkungan dan kualitas kesehatan kerja.

6.

Perbaikan terus menerus atas proses, infrastruktur, teknologi dan


kompetensi SDM sesuai tuntutan persyaratan mutu, lingkungan dan kesehatan
kerja

7.

Meningkatkan kepedulian lingkungan dalam rangka tanggung jawab


sosial perusahaan.
Pelaksanaan kebijakan perusahaan ini diterjemahkan dalam Prosedur

Operasional dan Instruksi Kerja yang mengakomodasi tindakan perbaikan dan


pencegahan yang berkesinambungan.

2.3 Lokasi dan Sarana Produksi


PT. Phapros, Tbk. terletak di Jl. Simongan No. 131 Semarang, Jawa Tengah.
Pada awal masa pendiriannya, PT. Phapros, Tbk. cukup strategis sebagai lokasi
industri karena jauh dari pemukiman penduduk, tetapi pada saat ini di daerah

12

sekitar industri sudah dipadati oleh penduduk. Denah PT. Phapros, Tbk. dapat
dilihat pada Gambar 2. PT. Phapros, Tbk. Mempunyai luas area kurang lebih 3,5
hektar terdiri atas 3 hektar untuk bangunan dan selebihnya adalah taman, lapangan
olahraga, pengelolaan limbah, dan lain - lain.
Sarana produksi yang dimiliki oleh PT. Phapros, Tbk. terdiri dari bangunan
dan peralatan produksi. Bangunan PT. Phapros, Tbk. terdiri dari:
1. Bangunan kantor, meliputi kantor direksi, kesekretariatan, bagian umum, SPI,
Akuntansi, Keuangan, Pembelian, SDM, ERM dan PPPP/ LPP
2. Bangunan produksi, terdiri dari gedung produksi -Laktam dan non -Laktam.
Gedung -Laktam terpisah dengan gedung produksi non -Laktam, mengingat
sifat khas dari bahan aktifnya yang dapat menyebabkan hipersensitifitas.
Gedung -Laktam terdiri dari satu lantai yang meliputi ruang produksi, ruang
pengemasan, gudang transit bahan baku dan produk jadi. Produk -Laktam
yang dihasilkan antara lain: tablet, kapsul, sirup kering, dan injeksi. Untuk
gedung produksi non -Laktam terdiri dari 3 lantai, yaitu: lantai satu untuk
aktivitas pengemasan produk ruahan (pengemasan primer dan sekunder), dan
sebagai tempat untuk mencuci botol kemasan tablet dan sirup. Lantai dua
merupakan tempat produksi sediaan tablet, tablet salut dan kapsul. Lantai tiga
digunakan untuk produksi sediaan injeksi, salep dan sirup. Lantai empat
gedung produksi non -Laktam terdapat sistem pengaturan udara yang
disirkulasikan dalam ruang produksi non Betalaktam.
3. Gudang bahan baku, yang digunakan sebagai tempat penyimpanan bahan baku
sebelum didistribusikan ke bagian produksi. Terdapat dua gudang bahan baku,
yaitu gudang bahan baku -Laktam dan non -Laktam.
4. Gudang produk jadi, digunakan untuk menyimpan produk yang sudah jadi
dan siap untuk diedarkan.
5. Gudang bahan kemas, digunakan untuk menyimpan bahan-bahan yang dipakai

13

untuk mengemas produk, seperti silika gel, foam, brosur, etiket, dus, box,
polycelonium, PTP Foil, dll.
6. Gudang varia, digunakan untuk menyimpan kebutuhan non produksi seperti
alat tulis kantor, kebutuhan administrasi dan lain - lain.
7. Gudang teknik, digunakan untuk menyimpan alat-alat produksi terutama spare
part mesin.
8. Gedung Pengendalian dan Pemastian Mutu (PPM) dan gedung Perencanaan
dan Pengembangan Produk (PPP) yang dilengkapi dengan perpustakaan.
9. Bangunan pendukung, seperti poliklinik, kantin, garasi, bengkel, mushola dan
masjid, Unit Pengelolaan Lingkungan Hidup (UPL), Air Handling Unit (AHU),
lapangan olah raga, laundry, dll.
10. Sarana pendukung lain yaitu unit listrik dan air, bangunan dan pertukangan,
serta pool kendaraan. Selain itu terdapat Instalasi Pengelolaan Air Limbah
(IPAL) yang terdiri dari dua bagian yaitu IPAL I untuk pengelolaan limbah
produksi -Laktam dan IPAL II untuk pengelolaan limbah non produksi dan
produksi non -Laktam.

Berikut merupakan denah PT. Phapros, Tbk. Semarang serta keterangan


dari masing-masing ruang yang ada :

14

Gambar 2. Denah PT. Phapros, Tbk.

Keterangan :

15

2.4 Strategi Perusahaan


PT. Phapros, Tbk. telah menerapkan strategi perusahaan (corporate
strategy) dalam menghadapi persaingan global industri farmasi. Strategi
perusahaan yang diterapkan meliputi :
2.4.1

Produk
Sampai sekarang PT. Phapros, Tbk. Semarang telah memproduksi 342
macam produk, 313 diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri (nonlisensi). Meski begitu, sejak tahun 1997 pemasaran obat-obat ethical ditangani
sendiri oleh PT. Phapros, Tbk. Sedangkan untuk obat-obat generik dan Inpres
dilaksanakan oleh

16

PT. Rajawali Nusindo. Produk PT. Phapros, Tbk. meliputi over the counter
(OTC), generic, ethical, dan agro medicine (Agromed). Masing-masing produk
memiliki titik berat sendiri-sendiri. Produk-produk yang dihasilkan PT. Phapros,
Tbk. dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Produk yang rutin diproduksi yang terdiri atas produk obat bebas/ OTC,
produk obat generik, produk PKD/ Peningkatan Kesehatan Daerah dan
produk Agromed.
b. Produk-produk lisensi, misalnya dari Boehringer Mannheim GmBHm
Jerman (1960), American Product USA (1975), Lederle Laboratories
Division, Lekk Ljubljana Slovenia (1987), F. Trenka Austria (1990), dan
Schwabe Jerman (1995) seperti Artane tablet, Xiclav tablet, Diamox
tablet, dan sebagainya.
Berikut ini adalah penjelasan dari berbagai macam produk-produk tersebut:
a. Over the counter (OTC), yang menitikberatkan pada customer intimacy.
Dalam mengembangkan produk OTC, PT. Phapros, Tbk. menekankan
pengenalan pelanggan secara baik sehingga dapat dengan cepat memberikan
respons terhadap kebutuhan pelanggan yang spesifik dan khusus. Untuk
mendukung strategi ini, PT. Phapros, Tbk., mengembangkan produk-produk
baru yang memiliki keunggulan bersaing sehingga mampu menjadi leading
product di pasar. Sebagai contoh obat yang termasuk OTC yaitu Antimo,
Antimo Anak, Livron B Plex, Supra Livron, Noza,.
b. Generic, dengan titik berat pada operational excellence. PT. Phapros, Tbk.
selalu berupaya menyediakan produk yang dapat diandalkan dan
memberikan service kepada pelanggan pada harga yang kompetitif, serta
kemudahan untuk mendapatkan produk tersebut. Untuk menciptakan
diferensiasi dan positioning product, PT. Phapros, Tbk., mengembangkan
produk-produk baru yang memiliki leadership tinggi. Sebagai contoh obat
generik yaitu Albendazole, Aminofilin, Amoxicillin, Ampicillin, Antalgin,

17

Antiparkinson DOEN, Asam Askorbat, Asam Folat, Asam Mefenamat,


Asetosal, Acyclovir, Benzatin Benzin Penisilin, Garam Oralit, Gentamisin
(injeksi & salep), Glibenclamide, Griseofulvin, Ibuprofen, Isoniazide,
Kalsium laktat, Kaptopril, , Klorpromazin, Kotrimoksazol tablet pediatrik,
Lidocain injeksi 2%, Lyncomycin 500 mg, Methylprednisolon injeksi 500
mg, Methylprednisolon tablet 4 mg, Metronidazole tablet 250 mg, Natrium
diklofenak tablet 25 mg, Natrium diklofenak tablet 50 mg, Natrium tiosulfat
injeksi 25%-10 ml, Nifedipine tablet 10 mg, Nistatin Dragee, OAT Anti
Tuberkulosis Kategori 1 dan 2 Adult, Obat Anti Tuberkulosis Kategori
Sisipan (Adult), Obat Anti Tuberkulosis Kategori Anak, Omeprazole Tablet
12,5 mg, Parasetamol Sirop 120 mg, Parasetamol Tablet 500 mg, Pirantel
Tablet 125 mg, Prazikuantel Tablet 600 mg, Prednison Tablet 5 mg,
Primakuin Tablet 15 mg, Prokain Benzil Penisilin G Injeksi 3 juta IU/Vial,
Prometazin Tablet 12,5 mg, Prometazin Tablet 25 mg, Ranitidine Tablet 150
mg, Rifampisin Kaplet 300 mg, Rifampisin Kaplet 450 mg, Simetidine
Tablet 200 mg, Siprofloksasin Tablet 500 mg, Streptomisin Injeksi 1,5 g/ml,
Tablet Tambah Darah/30, Tetrasiklin Kapsul 250 mg, Tetrasiklin Kapsul 500
mg, Tiamin HCl Mononitrat (Vitamin B1) Injeksi, Tiamfenicol 500 mg,
Ferro Sulphate Syrup Bottle 150 ml, Natrium Fenitoin 30 mg Kapsul,
Natrium Phenitoin 50 mg Kapsul.
c. Ethical, titik berat pada product leadership. PT. Phapros, Tbk. menawarkan
produk yang inovatif untuk memenangkan persaingan, baik melalui
modifikasi content maupun context, serta memberikan service sebagai nilai
tambah kepada pelanggan. Contoh obat ethical yaitu Amaropo Plus,
Becefort Sirup, Betafort, Bio ATP, Bioneuron Tablet, Bioneuron Injeksi,
Cardismo, Corsona Tablet, Corsona Injeksi, Dextamine, Dextamine Sirup,
Dextrofen Kapsul, Diafac, Dolsic Injeksi, Droxefa 500 Kapsul, Febrinex
Sirup, Fluocort N Cream, Geriavita, Grivin, Grivin Forte, Hemafort, Hustab
Tablet, Hustab P Tablet, Hustab P Sirup, Hypobhac 25 Injeksi, Hypobhac
100 Injeksi, Hypobhac 200 Injeksi, Ilusemin 100, Kolkatriol, Kolkatriol

18

Forte, Metaneuron, Nacoflar 25, Nacoflar 50, NB Topical Ointment,


Osteotin, Palentin 375, Palentin 625, Palentin Sirup Kering, Palentin F Sirup
Kering, Pehacain Injeksi, Pehadoxin, Pehadoxin Forte, Pehamoxil Forte,
Pehamoxil 125 Sachet, Pehastan 500, Pehatrim Suspensi, Pehatrim Dewasa,
Pehatrim Forte, Pehavral, Pehazon, Pehazon Forte, Phadilon 500 Injeksi,
Phadilon 4 Tablet, Phalol 10, Phaproxin 500, Pro Infark, Sefure 750 Serbuk
Injeksi, Spirolacton 25, Spirolacton 100, Taxef 1000 Serbuk Injeksi,
Tebokan, Tebokan Spesial, Trixon 1000 Serbuk Injeksi, Vapril 12.5, dan
Vapril 25.
d. Agromed, titik berat pada innovation and standardization. PT. Phapros,
Tbk., juga melakukan inovasi yang memberikan diferensiasi dengan
menawarkan produk obat berbasis bahan alam yang telah teruji khasiatnya
secara klinis. Pada tahun 1969, PT. Phapros, Tbk. meluncurkan Pehastone,
peluruh batu ginjal yang dibuat dari tanaman obat dan diikuti dengan produk
alam

dalam

kelompok Agromed. Agromed

menawarkan

kearifan

tradisional dengan kepastian ilmiah modern. Pada tahun 2005, PT. Phapros,
Tbk. meluncurkan fitofarmaka pertama di Indonesia, yaitu X-gra dan
Tensigard. Uji klinik untuk produk Agromed Tensigard merupakan hasil
kerja sama dengan Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.Jtg (Rumah Sakit Jantung
Harapan Kita, Jakarta), sedangkan pada X-gra bekerja sama dengan pakar
ahli Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp. And. (Rumah Sakit Sanglah, Bali).
Produk Agromed lainnya adalah Ocugard, Hepagard, Fitogen, Hemorogard
dan Glucogard.
2.4.2

Komunikasi (360 communication)


Dalam berinteraksi dengan stakeholder, khususnya pelanggan, PT.
Phapros, Tbk. menerapkan strategi komunikasi dan promosi 360 yang
mengkombinasikan pembentukan citra dalam jangka panjang dan penciptaan
penjualan dalam jangka pendek.

2.4.3

Penetapan Harga (Value, benefit, price)

19

Harga disusun secara spesifik dan unik sesuai dengan karakteristik pasar.
Untuk kelompok produk OTC, PT. Phapros, Tbk., menekankan penciptaan
value yang tinggi kepada pelanggan. Untuk kelompok produk ethical, PT.
Phapros, Tbk., menggunakan strategi penciptaan keuntungan produk yang
tinggi. Sedangkan untuk produk generic, merupakan strategi berorientasi harga
untuk memperkuat portofolio produk.
2.4.4

Sumber Daya Manusia: Competency Based Organization (CBO)


Strategi pengembangan SDM sebagai penjabaran visi-misi PT. Phapros,
Tbk., didasarkan pada pengembangan kompetensi karyawan. Penerapan CBO
diarahkan pada terciptanya faktor-faktor kompetensi skill, knowledge, attitude
yang efektif dalam meningkatkan daya saing bisnis PT. Phapros, Tbk.
PT. Phapros, Tbk., menguasai semua kunci utama sukses sebagai sebuah
perusahaan farmasi terkemuka, yaitu sumber daya manusia berkualitas dan
berdedikasi, portofolio produk yang kuat, kondisi keuangan yang solid,
kemampuan untuk mengembangkan dan memasarkan obat baru, serta budaya
perusahaan yang dinamis.

2.5 Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk.


Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk. dapat dilihat pada Gambar 3. Internal
audit (Satuan Pengawasan Intern) merupakan bagian yang bertugas mengawasi
kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan produksi, kegiatan
pemasaran, dan keuangan. Internal Audit (Quality Management Representative)
dibentuk setiap 6 bulan sekali. Internal audit dipegang oleh Manager dari
departemen yang terpilih. Anggotanya terdiri dari tenaga farmasis dan non
farmasis yang selalu berganti secara periodik dan bersifat independent. Sistem
yang dilakukan dalam internal audit adalah audit silang, tujuannya untuk
mendapatkan obyektifitas hasil audit. Internal audit juga mempunyai tujuan untuk

20

mempersiapkan PT. Phapros, Tbk. dalam menghadapi audit dari pihak luar seperti
BPOM atau industri lain yang ingin melakukan toll in. Pengembangan bisnis
mempunyai tugas antara lain menilai kelayakan suatu usulan produk untuk dapat
dijadikan produk baru atau tidak, dan kemungkinan untuk membeli pabrik farmasi
lainnya (akuisisi). Corporate secretary merupakan suatu sekretaris perusahaan
yang salah satu tugasnya adalah public relations (PR). Struktur Organisasi PT.
Phapros, Tbk terlihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Struktur Organisasi PT. Phapros, Tbk.

2.6 Kegiatan di PT. Phapros, Tbk.


2.6.1

Departemen Sumber Daya Manusia (SDM) dan Umum


Departemen SDM terdiri dari 4 bagian yaitu bagian Administrasi SDM
dan Hubungan Ketenagakerjaan, bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM,
bagian Pelayanan Umum dan Rumah Tangga serta EHS Officer. Bagian
Administrasi SDM dan Hubungan Ketenagakerjaan bertugas mengatur sistem

21

penggajian, status karyawan dan golongan, jaminan atau santunan sosial, fasilitas
kesehatan, perjalanan dinas, insentif dan penghargaan, cuti dan fasilitas-fasilitas
lain.
Bagian Perencanaan dan Pengembangan SDM bertugas melakukan
perencanaan tenaga kerja, rekruitmen dan seleksi, kompetensi, pelatihan dan
pengembangan, program induksi, dan sistem manajemen kinerja. Bagian
Pelayanan Umum dan Rumah Tangga tugasnya menyediakan barang-barang non
produksi seperti kendaraan, kertas, pengelolaan kantin, pelayanan kesehatan, dan
lain-lain. Fasilitas penanganan limbah juga dikelola

oleh Unit Pengelolaan

Limbah. Bagian EHS Officer bertanggung jawab atas :


Membuat, mengendalikan serta mengevaluasi sasaran dan anggaran
unit dengan biaya yang efektif (Cost Effectiveness).
Melakukan analisis risiko terhadap aktifitas operasional yang ada dan
direncanakan untuk melihat potensi bahaya yang ada baik terhadap
keselamatan dan kesehatan kerja maupun terhadap lingkungan
Menentukan tindak pencegahan dan pengendalian yang sesuai
terhadap

risiko

yang

telah

diidentifikasi

dan

memastikan

efektifitasnya
menyusun program dan pelaksanaan pengukuran dan pemantauan
lingkungan dan K3 serta melakukan evaluasi.
mengkoordinasi dan berperan aktif dalam penyelidikan kecelakaan
kerja (termasuk near miss) dan pencemaran lingkungan.dan segera
merekomendasikan/melakukan tindak perbaikan dan pencegahannya.
memastikan pelatihan dan simulai penanganan keadaan darurat
dilakukan secara berkala dan memastikan bahwa selalu dalam kondisi
siaga.

22

membantu penerapan Job safety analysis dan melakukan pemeriksaan


pekerjaan yang dilakukan pada kondisi sulit atau pada situasi bahaya.
memberikan rekomendasi/melakukan perbaikan atas temuan audit
sistem K3LL (internal/eksternal) dan memantau pelaksanaan rencana
tindak lanjut
bertanggungjawab untuk pembuatan laporan tertulis secara berkala ke
Manjemen mengenai kinerja k3LL dan laporan ke instansi terkait.
menjamin dan memastikan bahwa semua kegiatan di unit kerjanya
mengacu pada CPOB, sistem manajemen mutu ISO 9001, sistem
manajemen lingkungan ISO 14001 dan system manajemen K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja) OHSAS 18001 dan berupaya
untuk meningkatkan pemenuhannya secara efisien /perbaikan terus
menerus.
2.6.2

Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP)


Departemen PPPP berfungsi sebagai pengelola pesanan, pengendalian
material, perencanaan, dan evaluasi produksi. Departemen ini membawahi divisi
logistik dan pengendalian persediaan, gudang bahan baku (raw material
warehouse), dan gudang produk jadi (finish good warehouse). Kegiatan dari PPPP
adalah menyusun perencanaan produksi dan pengendalian persediaan dengan
menyusun kebutuhan bahan awal, rencana produksi sesuai dengan permintaan
departemen marketing; mengendalikan dan mengelola stok bahan awal dan
produk jadi; menerima, mengirim dan memantau distribusi poduk ke distributor
utama serta menerima pengembalian produk dari distributor jika ada. Departemen
PPPP menjadi koordinator untuk penerimaan Toll In Manufacturing dan
penempatan produksi Toll Out Manufacturing. Alur kerja departemen PPPP dapat
dilihat pada Gambar 4.

23

Untuk merealisasikan produksi, maka bagian ini mengeluarkan Work


Order (WO) yang didistribusikan pada bagian produksi yang bersangkutan,
gudang, manager produksi dan bagian keuangan. Perencanaan dan pengendalian
persediaan bertujuan agar pemakaian bahan dapat dilakukan dengan tepat jumlah,
mutu, dan waktu serta ekonomis sehingga dapat mencegah terjadinya kelebihan
atau kekurangan persediaan. Pengendalian persediaan didasarkan pada rencana
produksi, persediaan di gudang dan formulasi produksi.
Sistem kontrol di setiap bagian PT. Phapros, Tbk. menggunakan
Information Technology (IT) yaitu MFG-Pro / QAD. Salah satu programnya
adalah MRP (Material Resources Planning). Sistem MRP melakukan perencanaan
dengan mempertimbangkan berbagai sumber daya yang berhubungan dengan
proses ketersediaan bahan baku dan kapasitas produksi. Sistem MRP ini
membantu

Departemen

PPPP

dalam

mengkontrol

dan

memperkirakan

pelaksanaan order akan terpenuhi berdasarkan ketersediaan bahan baku dan


kapasitas produksi.
Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan (PPPP)
mempunyai alur atau sistematika kerja yang berfungsi untuk mengatur dan
membatasi apa saja yang harus dikerjakan oleh departemen ini. Berikut
merupakan alur kerja Departemen Perencanaan Produksi dan Pengendalian
Persediaan (PPPP) yang ada di PT. Phapros, Tbk. Semarang :

24

Gambar 4. Alur Kerja Departemen PPPP


2.6.3

Pengadaan (Procurement)
Secara umum, tugas dari pengadaan adalah untuk memenuhi kebutuhan
dari Produksi (bahan baku, spare parts mesin, dll.), Umum (alat kantor, dll.), dan
Marketing Support (sarana promosi, dll.). Secara spesifik bagian pengadaan
bertugas mengurusi semua hal yang berhubungan dengan permintaan pembelian/
purchase requisition (seperti bahan baku, bahan kemas, bahan-bahan pendukung
produksi, dan barang investasi serta peralatan), penawaran, evaluasi pembelian,

25

mengurus surat pesanan, proses inspeksi, pembayaran, seleksi dan evaluasi


vendor, dan monitoring pengadaan bahan. Bagian Pengadaan terhubung langsung
dengan sistem MRP II, sehingga dapat mengetahui permintaan dari Departemen
PPPP.
Tugas dari bagian pengadaan adalah:
a.Mendapatkan barang dengan kualitas dan spesifikasi yang sesuai.
b.Mendapatkan barang dengan harga yang kompetitif dan termin
pembayaran yang panjang.
c.Mendapatkan

barang yang

sesuai

jumlahnya

dan

sesuai

waktu

kebutuhannya.
d.Melakukan pembelian barang sesuai peraturan yang berlaku.
e.Maintenance supplier dalam hal kualitas dan ketersediaan barang.
Faktor penting dalam bagian pengadaan adalah : Quality; Price;
Lead time/ delivery time; Quantity; Term of payment; Availability. Untuk
menjamin kualitas bahan baku yang dipilih, Bagian Pengadaan memiliki
data mengenai supplier yang telah memenuhi kualifikasi. Kriteria supplier
diantaranya berdasarkan pertimbangan harga, kualitas dari bahan,
ketepatan waktu pengiriman (delivery time) dan waktu pembayaran (time
of payment). Data untuk supplier baru meliputi: Company Profile,
Customer List, Product List, dan bila diperlukan Sertifikat GMP (Good
Manufacturing Practices), ISO, dan lain-lain. Dalam memutuskan
pemilihan bahan baku tersebut dilakukan pengujian sejumlah sampel oleh
bagian Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP).

26

Gambar 5. Alur Kerja Departemen Pengadaan


Semua penerimaan, pengeluaran dan jumlah barang tersisa harus
dicatat. Catatan berisi keterangan mengenai pasokan, nomor batch atau lot,
tanggal penerimaan atau penyerahan, tanggal pelulusan dan tanggal
daluarsa bila ada. Didalam pengadaan bahan perlu dilakukan seleksi
terhadap pemasok yang akan dipilih, diantaranya untuk mengetahui
konsistensi pengadaan dari vendor, penyesuaian kondisi finansial
perusahaan dan untuk mendapatkan bahan dengan spesifikasi yang sesuai
dengan ketentuan perusahaaan.

2.6.4

Departemen Produksi
Departemen Produksi PT. Phapros Tbk membawahi 4 bagian yaitu:
a. Bagian Tablet, Tablet Salut, dan Kapsul (TTSK) dan Agromed

27

Produksi tablet, tablet salut, dan kapsul dilakukan di gedung


produksi non -Laktam lantai dua. Proses produksi dan pengemasan
dibagi menjadi 2 lantai. Ruang proses produksi terletak di lantai 2 yang
meliputi proses pengolahan tablet atau kapsul sejak berupa bahan baku
sampai menjadi tablet atau kapsul.

PRODUKSI

ISS

TTSK & OT

PENGEMAS
AN

-LAKTAM

Gambar 6. Departemen Produksi


b. Bagian Pengemasan
Proses pengemasan dilakukan di gedung produksi non -Laktam
lantai satu. Proses pengemasan ini terbagi menjadi dua, yaitu
pengemasan primer dan pengemasan sekunder. Pengemasan primer
dilakukan di grey area sedangkan pengemasan sekunder dilakukan di
black area.
c. -Laktam
Proses produksi antibiotika golongan -Laktam dilakukan dalam
gedung yang terpisah

dari unit produksi lainnya. Sesuai ketentuan

CPOB, produksi obat -Laktam harus dilakukan pada lokasi tersendiri


karena golongan obat ini dapat menyebabkan reaksi hipersensitifitas pada
sebagian orang. Ketentuan ini juga bertujuan untuk menghindari
terjadinya kontaminasi silang terhadap produk obat yang lain. Gudang

28

penyimpanan bahan baku -Laktam dibuat terpisah dari tempat


penyimpanan bahan baku yang lain. Bagian -Laktam juga memiliki
sistem pengolahan limbah tersendiri untuk pemecahan cincin -Laktam.
Karyawan yang akan bekerja di Bagian -Laktam terlebih
dahulu diperiksa sensitivitasnya terhadap antibiotik golongan penisilin
dengan dilakukan tes alergi. Hal ini untuk menghindari terganggunya
kesehatan karyawan karena reaksi alergi terhadap obat golongan
penisilin. Adapun proses produksi sediaan steril yaitu filling injeksi
kering yang berupa powder dilakukan di white area yaitu di ruang kelas
100 (di bawah LAF dengan area penunjang kelas 10.000).
d. Injeksi, Salep, dan Sirup (ISS)
Bagian ISS bertugas memproduksi sediaan steril injeksi, salep,
dan sirup non -Laktam, serta pembuatan aqua pro injeksi sesuai dengan
rencana produksi yang ditetapkan Departemen PPPP. Produksi injeksi,
salep, dan sirup dilakukan di gedung produksi non -Laktam lantai III
yang telah memenuhi ketentuan CPOB. Di tempat ini dilakukan proses
produksi dan pengemasan primer pada produk injeksi, salep, dan sirup.
Ruang produksi terbagi menjadi tiga area, yaitu black area, grey area,
dan white area. Proses pengemasan sekunder, printing, dan viewing serta
sirup dilakukan di grey area. White area terbagi dalam dua kelas, yaitu
kelas 100 (dengan LAF, digunakan untuk produksi secara aseptis yaitu
filling sediaan injeksi) dan kelas 10.000 (dengan HEPA-filter, digunakan
sebagai area penunjang bagi area kelas 100).
Berikut merupakan alur kerja Departemen Produksi PT.
Phapros, Tbk. Semarang :

29

Gambar 7. Alur Kerja Departemen Produksi


2.6.5

Departemen Engineering
Bagian engineering dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: bagian preventive
maintenance, utility, investment and technology development.

a.

Preventive Maintenance
Bagian pemeliharaan bertanggung jawab untuk melaksanakan
pemasangan alat (instalasi), perawatan rutin (mesin produksi, mesin
pendukung dan peralatan laboratorium), dan pelaksanaan proses
kualifikasi (kualifikasi instalasi, operasional dan kinerja).

b.

Investment and technology development


Tugas utama dari bagian ini adalah bertindak sebagai koordinator
pelaksanaan investasi peralatan. Bagian ini juga bertanggung jawab untuk
menjamin ketersediaan spare part mesin.

c.

Utility

30

Bagian utility bertanggung jawab menyediakan suplai air, listrik,


jaringan komputer, jaringan komunikasi dan alarm kebakaran di seluruh
bagian. Bagian utility juga bertanggung jawab untuk menyediakan sistem
AHU untuk ruang produksi, ruang mikrobiologi dan ruang penimbangan di
gudang bahan baku.
2.6.6

Departemen Quality Operation (QO)


Departemen QO merupakan bagian yang memastikan dan mengendalikan
mutu dan kualitas produk. Kegiatan QO bertujuan untuk menjamin obat yang
sampai ke tangan konsumen memiliki mutu yang baik. Mutu produk harus
dibentuk mulai dari bahan baku, proses produksi, produk jadi hingga saat
distribusi sampai Expired Date. Secara garis besar tugas QO adalah melakukan
pemeriksaan terhadap setiap tahapan kritis untuk mengetahui secara dini
kesalahan yang terjadi dalam proses produksi obat. Pemeriksaan tersebut
dilakukan berdasarkan spesifikasi dan persyaratan dalam farmakope (kompendial)
dan standard lain.
Departemen QO terdiri atas 3 bagian yaitu:
a.

Bagian Pengendalian
Mutu (QC)
Quality control (pengendalian mutu) adalah bagian dari CPOB
yang berkaitan dengan pengambilan sampel, spesifikasi dan pengujian
laboratorium mengikuti prosedur standar dan resmi sesuai dengan
farmakope (kompendial) dan standard lain. Tanggung jawab QC adalah:
1).

Pemeriksaan bahan awal. Pemeriksaan bahan awal


dilakukan melalui pemeriksaan tahap I (visual dan kebenaran
berdasarkan dokumen) dan tahap II (laboratorium berdasarkan
spesifikasi referensi). Bahan yang diperiksa meliputi bahan baku

31

untuk produksi,bahan pengemas, beberapa bahan varia seperti alcohol,


dan HCl teknis, dll.
2).

Pemeriksaan dalam proses (In Process Control / IPC),


misalnya pemeriksaan pada trial cetak, produk antara(berupa granul
atau sediaan sirup setelah mixing). Proses IPC secara fisik dilakukan
oleh departemen produksi (seperti pH, kekerasan, berat, waktu hancur,
kerapuhan, kadar air).

3).

Pemeriksaan ruahan secara lengkap sesuai spesifikasi


masing-masing produk

4).

Pemeriksaan produk jadi meliputi inspeksi akhir untuk


kelengkapan kemasan / penandaan produk jadi

5).

Melakukan

sampling

dan

pemeriksaan

lingkungan

produksi seperti air, pemeriksaan ruangan (jumlah partikel, mikroba,


dll), limbah (COD, BOD)
6).

Melaksanakan validasi metode analisa dan verifikasi


metode kompendial,

7).

Mengelola sampel pertinggal bahan baku,

8).

Melakukan pemeriksaan sample stabilitas


Bagian pengendalian mutu terdiri atas beberapa tim kerja, antara lain:

1). Administrasi dan dokumentasi


2). Laboratorium non instrumen (Kimia Fisika)
3). Laboratorium instrumen
4). Laboratorium mikrobiologi

32

5). Bahan baku/bahan kemas


2. Pemastian Mutu
Quality Assurance (QA) adalah serangkaian aktivitas untuk
memberikan bukti bahwa fungsi kualitas dijalankan dengan memadai,
sehingga dapat dihasilkan produk yang sesuai dengan spesifikasi yang
telah ditentukan sebelumnya.
Bagian Pemastian Mutu bertanggung jawab atas :
1). mengkoordinasi program validasi dan kualifikasi seperti kualifikasi
alat (IQ, OQ, PQ), kualifikasi ruangan, validasi proses produksi,
validasi pengemasan (primer), validasi pembersihan
2). menjalankan program kalibrasi yang berkoordinasi dengan unit terkait
untuk memastikan bahwa instrumen yang digunakan memenuhi batas
validitasnya,
3). Mengkoordinasi audit intenal dan eksternal yang bertujuan untuk
memastikan sistem mutu yang baik, mengaudit vendor bahan baku
dan bahan kemas, audit toll out manufacturer, inspeksi rutin CPOB,
audit distributor, audit laboratorium, dll
4). Pe-release-an produk jadi,
5). Pengelolaan dokumen produksi Catatan Pengolahan Bets (CPB),
misalnya mengendalikan penyimpanan,peminjaman, pemusnahan
Catatan Pengolahan Bets (CPB),
6). Pengelolaan keluhan pelanggan
7). Pengelolaan produk kembalian, penarikan produk, pemusnahan
produk
8). Pengelolaan stabilitas produk on going dan long term

33

9). Pengelolaan sample per tinggal (retained sampled) produk jadi


10).

Mengkoordinasi monitoring lingkungan produksi seperti suhu,

kelembaban, tekanan udara, mikrobiologi, jumlah partikel, kebisingan,


pengukuran cahaya, dll
11).

Koordinator pelaksanaan Quality Risk Management (Pengkajian

Mutu Kualitas)
12).

Pelaksanaan kajian mutu produk (Product Quality Review)

3. Bagian Sistem Mutu


Bagian Sistem Mutu bertanggung jawab atas :
1). Bekerja sama dengan semua unit untuk melakukan pengendalian
dokumen sistem mutu termasuk review dokumen secara periodik
2). Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program dalam peningkatan
kinerja sistem terintegrasi .
3). Melakukan
pemutahiran peraturan dan pemenuhan terhadap
peraturan yang terkait dengan sistem dan operasional produksi.
4). Mengelola pelatihan CPOB, keselamatan dan kesehatan kerja dan
lindungan lingkungan untuk menjamin bahwa karyawan yang terkait
dengan produk mampu melaksanakan pekerjaannya dengan benar dan
selamat. Pengendalian perubahan dan penyimpangan bila terdapat
perubahan dan yang bersifat sementara atau tetap
5). Mengendalikan dan memastikan semua kegiatan bagian sesuai dengan
CPOB terkini/cGMP, ISO 9001, serta manajemen lingkungan ISO
14001 terutama dalam hal mengendalikan dampak lingkungan dari
kegiatan produksi/pemeriksaan mutu dan memastikan bahwa analis
dan pelaksana lain selalu mengikuti instruksi kerja ISO 14001 yang
berlaku, termasuk Material Safety Data Sheet (MSDS) dan OHSAS
18001.
6). Koordinator pelaksanaan audit sistem integrasi (sistem mutu ISO
9001, ISO 14001, OHSAS 18001)

34

2.6.7

Departemen Perencanaan dan Pengembangan Produk (PPP)


Departemen PPP bertugas merencanakan dan mengembangkan produk
baru dengan mengadakan riset dalam bidang teknologi formulasi hingga
rancangan kemasan, menggali potensi produk lama dengan penyempurnaan
formula, penyempurnaan kemasan, standardisasi bahan awal, produk toll in/toll
out,

serta

dokumentasi

dan

registrasi.

Kegiatan

ini

dilakukan

secara

berkesinambungan dimulai dari tahap penelusuran ide hingga produk baru yang
siap dipasarkan. Dalam perkembangan terakhir, pengembangan produk PT.
Phapros, Tbk. difokuskan pada pengembangan produk Agromed dan me too
products. Pengembangan produk Agromed dilakukan untuk memperkuat pangsa
pasar khususnya jenis produk herbal. Produk Agromed yaitu produk obat dari
bahan alam berkualitas yang berdasarkan penelitian telah terbukti berkhasiat.
Produk ini bertujuan untuk mendukung era obat asli Indonesia dan memenuhi
kebutuhan masyarakat yang memiliki konsep back to nature dalam menjaga
kesehatannya. Sedangkan pengembangan untuk me too products dilakukan
secepat mungkin. Tujuannya agar menjadi me too products yang pertama,
dikarenakan

masih

memiliki

pangsa

pasar

yang

masih

luas.

Untuk

mengembangkan produk baru, PT. Phapros, Tbk. memerlukan waktu selama 2-3
tahun (sampai melakukan pendaftaran).
Ide produk dapat berasal dari bagian PPP, pemasaran (trend pasar dan
survei pasar), bagian produksi, dan bagian lain. Seluruh ide tersebut akan dikelola
oleh bagian Bussines Development. Ide yang disetujui untuk suatu rancangan
produk, ditangani oleh tim dari PPP sebagai suatu rancangan proyek berupa
formula dan dilakukan percobaan skala laboratorium (trial lab), skala pilot (pilot
scale), dan skala produksi (scale up). Pada trial lab, tim PPP harus melakukan uji
stabilitas (real time dan accelerated stability) produk selama 3-6 bulan. Bila
memenuhi persyaratan, maka dilanjutkan skala pilot dan dilakukan uji stabilitas
minimal terhadap 2 batch, untuk real time (long term) study dilakukan selama 12
bulan dengan kondisi penyimpanan suhu 25C 2C dan kelembaban 60% RH
5% RH atau pada suhu 30C 2C dan kelembaban 75% RH 5% RH,

35

sedangkan untuk accelerated stability dilakukan selama 6 bulan dengan kondisi


penyimpanan suhu 40C 2C dan kelembaban 75% RH 5% RH. Kemudian
yang dilakukan oleh PPP adalah uji disolusi terbanding. Uji disolusi dilakukan
untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus dapat sebagai
pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalensi. Dari hasil uji tersebut, dapat
diketahui apakah calon produk memerlukan uji bioavailabilitas dan bioekivalensi
(Uji BA/BE) atau tidak. Kriteria obat yang tidak memerlukan uji BA/BE yaitu
memiliki disolusi yang cepat dan mirip, memiliki kelarutan tinggi, permeabilitas
tinggi, jendela terapi lebar, dan eksipien yang digunakan telah diakui oleh FDA
sebagai eksipien untuk immediate release solid dosage forms. Jika tidak
memenuhi kriteria tersebut, PPP akan melakukan uji BA/BE bekerja sama dengan
pihak luar.
Bila skala pilot memenuhi persyaratan, maka dilakukan scale up untuk
skala produksi. Pengujian skala produksi seperti uji identitas, penetapan kadar
(titrasi, spektrofotometri, KCKT, TLC Scanner), uji disolusi, uji stabilitas (real
time dan accelerated stability) dilakukan oleh tim PPM untuk menjamin mutu
produk dan sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan. Untuk produk baru yang
telah melalui uji stabilitas real time dan accelerated stability, maka pada saat
pendaftarannya akan mendapatkan expired date dari BPOM. Perhitungan expired
date didapatkan dengan cara menambahkan masa 1 tahun terhadap uji stabilitas
real time yang dilakukan oleh PT. Phapros, Tbk. (expired date = 1 tahun + masa
uji stabilitas real time).
Produk Agromed PT. Phapros, Tbk. yang telah menjadi fitofarmaka antara lain
adalah X-gra dan Tensigard. Pengembangan produk agromed dilakukan dengan
mengacu pada penelitian ilmiah dan data efektivitas simplisia.
Departemen PPP membawahi 5 bagian yaitu:
a.

Pengembangan Formulasi

36

Bagian ini bertugas mulai dari studi praformulasi, penyusunan


formula berdasarkan sifat fisika kimia, dan pengembangan standar. Bila
tidak ada formula standar, maka dibuat beberapa formula alternatif.
Beberapa formula terpilih dilakukan trial dalam skala kecil untuk
menentukan formula terbaik. Kemudian dilanjutkan laboratory scale
(terdapat uji stabilitas) dan terakhir dilakukan pilot scale (1/10 ukuran batch
komersial) sebagai dasar untuk produksi full batch. Data-data yang
didapatkan pada pilot scale dapat digunakan untuk melakukan registrasi
dengan ketentuan minimal dibuat dalam 2 batch komersial dan
melampirkan data stabilitas selama 1 tahun.
b.

Technical Support
Bagian ini bertugas membantu Departemen Produksi dalam hal
merencanakan, mengendalikan sasaran dan anggaran, serta mengelola
sumber daya yang ada di unit kerja meliputi kegiatan pemecahan masalah
yang terjadi selama produksi, transfer proses toll manufacturing untuk
menjamin ketersediaan produk, perbaikan formulasi, dan proses untuk
memenuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku sesuai dengan prinsip cost
effectiveness.

c.

Pengembangan Kemasan
Bagian ini bertugas menentukan komposisi dan konsep desain
kemasan sesuai dengan spesifikasi produk. Dalam menentukan konsep
kemasan, bagian ini melakukan analisa segmentasi bekerja sama dengan
bagian marketing untuk produk OTC, sedangkan untuk produk generik dan
ethical harus mengikuti aturan dari BPOM. Konsep desain ini juga
disertakan dalam formulir registrasi. Bila registrasi telah selesai dan nomor
registrasi telah keluar, bagian pengembangan kemasan membuat desain
standar kemasan.

37

Usulan Produk Baru disetujui

Usulan Perubahan Produk disetujui

Penyusunan RPP

RPP

Penyusunan RPPP

RPPP

Change Control

Network Planning

Pengembangan Formula

Pengembangan Analisa

Pengembangan Kemasan

Stabilitas
Tinjauan Desain Pengembangan Keseluruhan
Desain Pengembangan Terpilih
Master Batch Awal

Pelaksanaan Proses Produksi Batch Awal


Konsisten

Pelaksanaan Validasi Proses

Valid
Master Formula

Gambar 8. Alur Kerja Departemen PPP

Jika departemen PPP mengusulkan adanya produk baru serta perubahan


produk disetujui maka hal yang harus dilakukan selanjutnya adalah penyusunan
RPP (untuk produk baru) dan penyusunan RPPP (untuk perubahan produk).
Setelah RPP dan RPPP selsesai, dilakukan kontrol perubahan (change control)
dan network planning yang bertujuan untuk merencanakan jaringan / sistem baru
yang akan diajukan tersebut. Jika telah memenuhi persyaratan yang ditentukan,
dilakukan pengembangan formula, pengembangan analisa, serta pengembangan
kemasan yang berfungsi untuk mengutahui sejauh mana stabilitas dari suat produk

38

yang akan diproduksi nantinya. Hal ini sangat penting dalam kelangsungan
produk obat yang diproduksi PT. Phapros, Tbk.
Departemen PPP melakukan tinjauan desain pengembangan secara
keseluruhan. Setelah itu didapatlah desain pengembangan yang terpilih. Desain
pengembangan terpilih tersebut menghasilkan master batch awal sebagai poros
batch yang akan diproduksi selanjutnya. Setelah menentukan master batch awal
lalu dilaksanakan proses produksi batch awal secara berkala. Jika hasilnya baik
dan konsisten maka dilakukan proses validasi yang bertujuan untuk mengetahui
kevalidan produk yang dihasilkan. Dan jika hasilnya tidak baik maka tidak boleh
dilakukan proses selanjutnya, dan produk dinyatakan gagal produksi (reject
product). Setelah didapatkan produk yang valid maka dihasilkan master formula
yang akan menjadi resep utama dalam proses produksi yang baru dan pembuatan
obat yang baru.
Kemudian yang dilakukan oleh PPP adalah uji disolusi terbanding. Uji
disolusi dilakukan untuk memprediksi bioavailabilitas, dan dalam beberapa kasus
dapat sebagai pengganti uji klinik untuk menilai bioekivalensi. Dari hasil uji
tersebut, dapat diketahui apakah calon produk memerlukan uji bioavailabilitas dan
bioekivalensi (Uji BA/BE) atau tidak. Kriteria obat yang tidak memerlukan uji
BA/BE yaitu memiliki disolusi yang cepat dan mirip, memiliki kelarutan tinggi,
permeabilitas tinggi, jendela terapi lebar, dan eksipien yang digunakan telah
diakui.
d.

Dokumentasi dan Registrasi


Bagian ini bertugas mengumpulkan data-data yang diperlukan
untuk registrasi produk baru untuk mendapatkan Nomor Ijin Edar (NIE).
Registrasi ulang produk yang sudah exist dilakukan setiap lima tahun
sekali dan menyusun berkas registrasi produk, mengkompilasi data teknis
(data selama pengembangan produk), dan membuat dokumen produksi
meliputi PPI Olah/kemas, CPB Olah dan Kemas, spesifikasi dan metode
analisa bahan baku, bahan kemas, produk dan juga bertanggung jawab

39

untuk entry BOM, spec IT, Routing, item number pada sistem MFGPro/QAD untuk dapat memulai proses MRP.
e.

Pengembangan Analisa
Bagian ini bertugas membuat spesifikasi bahan/produk, prosedur
pemeriksaan tervalidasi, dan studi stabilitas accelerated dan real time
condition. Bagian ini juga melakukan uji stabilitas laboratory scale untuk
menentukan spesifikasi standar produk dan bahan baku. Setelah dilakukan
uji stabilitas dipercepat, maka dilakukan evaluasi stabilitas formula. Hasil
pengembangan

analisa

inilah

yang

nantinya

diberikan

kepada

Pengendalian Mutu untuk digunakan dalam melakukan analisa.

2.7

Sistem Unit Pengendalian Udara (Air Handling Unit)


a. Ruang Produksi Non -Laktam
Sistem Air Handling Unit merupakan seperangkat alat yang dapat

mengontrol suhu, kelembaban, tekanan udara, tingkat kebersihan (jumlah


partikel/mikroba), pola aliran udara dan jumlah pergantian udara di ruang
produksi sesuai dengan persyaratan ruangan yang telah ditetapkan. PT. Phapros,
Tbk. memiliki sistem AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 untuk mendistribusikan udara
dengan persyaratan tertentu sesuai dengan pedoman yang tercantum dalam CPOB
Terkini. AHU 1-1, 2-1, 3-1 dan 3-2 adalah AHU yang digunakan untuk mengatur
sirkulasi udara pada ruang-ruang produksi kelas grey area dan white area di
gedung produksi non -Laktam. AHU 1-1, 2-1 dan 3-1 mengatur sirkulasi udara
masing-masing di lantai 1, 2 dan 3 grey area sedangkan AHU 3-2 mengatur
sirkulasi udara di lantai 3 white area gedung produksi non -Laktam. Skema
sistem AHU dapat dilihat pada Gambar 9.

40

Gambar 9. Sistem AHU (Air Handling Unit)


Sebelum

didistribusikan,

udara

terlebih

dahulu

didinginkan

dan

dimampatkan agar dapat menghasilkan output udara sesuai dengan spesifikasi


suhu, kelembaban dan tekanan yang dikehendaki. Pengendalian kondisi udara
ruangan oleh AHU menggunakan Chilled Water System (sistem air yang
didinginkan) melalui Chiller dan pompa yang berperan dalam proses pendinginan
dan penurunan kelembaban udara. Sistem pengaturan kelembaban (RH) belum
terintegrasi ke dalam sistem pengaturan udara meskipun proses pendinginan yang
dilakukan juga dapat menurunkan kelembaban udara tetapi penurunan
kelembaban udara tersebut sebenarnya hanya merupakan hasil sampingan dari
proses sehingga dibutuhkan dehumidifier untuk menghasilkan kondisi ruangan
dengan RH yang tinggi atau rendah.
Air (raw water) yang digunakan untuk proses pendinginan terlebih dahulu
dilunakkan untuk mengurangi kadar ion kalsium sehingga akan mencegah
timbulnya kerak. Raw water yang telah dilunakkan (soft water), dari storage tank
dengan suhu 8-15oC dipompa ke dalam chiller dan suhunya diatur menjadi 4-8oC
lalu melewati evaporator AHU sehingga suhu evaporator menjadi lebih rendah.
Proses pendinginan udara dilakukan dengan cara mengalirkan udara panas yang
berasal dari campuran udara balik (return air) dan udara luar (fresh air) melewati

41

kisi-kisi evaporator AHU yang bersuhu lebih rendah. Proses tersebut


menyebabkan terjadinya kontak antara udara dan permukaan kisi evaporator
sehingga terjadi aliran panas dari udara ke kisi evaporator dan akan dihasilkan
udara dengan suhu yang lebih rendah. Proses ini juga menyebabkan air yang
terkandung dalam udara mengalami kondensasi sehingga kelembaban udara akan
berkurang. Evaporator dirancang agar kisi-kisinya memiliki permukaan kontak
yang luas sehingga proses penyerapan panas dari udara berlangsung efektif. Panas
yang mengalir ke dalam evaporator kemudian dibawa oleh air yang mengalir di
dalam kisi evaporator menuju chiller. Di dalam chiller tersebut kembali akan
terjadi proses pertukaran panas dari air menuju chiller sehingga suhu air yang
keluar dari chiller akan turun dan dapat kembali dialirkan menuju evaporator
untuk mendinginkan udara.
Udara yang telah dingin kemudian didorong oleh blower radial, yang
dapat menghasilkan gaya tekan, ke dalam saluran udara (ducting) yang
membentuk suatu rangkaian tertutup menuju ke ruang produksi. Suhu udara yang
dialirkan dijaga agar tetap rendah dengan cara melapisi permukaan luar ducting
dengan insulator yang dapat menahan penetrasi panas dari lingkungan luar saluran
udara. Udara akan dialirkan ke dalam ruangan melalui ujung-ujung saluran yang
berhubungan dengan ruangan dan akan ditarik lagi dari ruangan menuju saluran
udara melalui return grill. Debit udara yang didistribusikan ke dalam ruangan
diatur dengan mengatur ukuran saluran ducting yang menuju ke ruangan serta
dengan menempatkan dumper di setiap percabangan saluran ducting yang menuju
ruangan. Dumper digunakan untuk membagi debit udara dari ducting utama ke
ducting yang lebih kecil yang menuju ke ruangan. Di dalam saluran udara terdapat
filter-filter yang berfungsi untuk menjaga kandungan partikel dalam udara agar
memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan. Pada system AHU untuk grey area
menggunakan pre filter dengan efisiensi 25-35% pada fresh air, pre filter dan
medium filter yang dipasang pada return duct dan medium filter dengan efisiensi
95% yang dipasang pada supply duct yang menuju ke ruang produksi. Pada white
area, filter-filter yang dgunakan sama seperti grey area yang ditambah dengan

42

penggunaan HEPA filter dengan efisiensi 99,997% pada supply duct yang menuju
ruang produksi.
Suplai udara pada sistem AHU berasal dari dua sumber, yaitu udara balik
(return air) dan udara luar (fresh air). Pemasukan udara luar diperlukan sebagai
penyeimbang sistem. Hal ini penting untuk mengantisipasi hilangnya udara dari
sistem yang sangat dimungkinkan terutama pada saat udara berada dalam ruang
produksi karena tekanan yang dihasilkan di dalam ruangan yang besar sedangkan
konstruksi ruangan tidak dirancang kedap udara sehingga besar kemungkinan
terjadi kebocoran.
b. Ruang Produksi -Laktam
Pada ruang produksi -Laktam yang terdiri dari kelas grey area dan white
area, suplai udara berasal dari FCU (Fan Cooling Unit). FCU (Fan Cooling Unit)
adalah suatu rangkaian mesin yang berfungsi untuk mendapatkan temperatur,
kelembaban, pertukaran udara (air change), jumlah partikel dan tekanan udara
yang sesuai dengan ketentuan yang dipersyaratkan terhadap kondisi udara dalam
ruang produksi non steril kelas 100.000 (grey area) dan ruang produksi steril kelas
100 (white area). Komponen utama dari suatu FCU adalah kompresor, kondensor,
blower dan evaporator. FCU dihubungkan dengan komponen lain seperti ducting
(supply dan return), dumper, filter dan diffuser. Pada sistem ini terdapat indoor
dan outdoor unit.
FCU akan memproses media gas (freon) dengan tekanan tertentu sehingga
bersuhu rendah untuk dilewatkan ke dalam evaporator. Freon terletak di sepanjang
indoor dan outdoor unit. Di dalam outdoor unit terdapat kondensor dan udara
panas dilepas keluar. Di dalam indoor unit terdapat evaporator, udara yang
dilewatkan evaporator akan mengalami proses pelepasan panas (kalor) sehingga
suhunya turun. Kandungan air (RH) juga akan mengalami penurunan akibat
adanya perbedaan suhu pada kisi-kisi evaporator sehingga uap air di udara akan
terkondensasi. Air hasil kondensasi selanjutnya dibuang lewat saluran drain.

43

Udara yang telah terkondisi didistribusikan/disalurkan ke ruang-ruang


produksi melalui ducting supply. Udara yang disirkulasikan ke ruang produksi
berasal dari udara luar (fresh air) dan udara balik (return air). Fresh air
diperlukan dalam sistem ini sebagai penyeimbang karena dalam prosesnya ada
sebagian udara yang hilang (losses).

2.8 Sistem Pengolahan Air (Water System)


Air merupakan salah satu aspek kritis (vital) dalam pelaksanaan c-GMP.
Hal tersebut disebabkan karena air merupakan bahan baku dalam jumlah besar
terutama untuk produk sirup, injeksi, salep, cairan infus dan lain-lain. Bila
tercemar, akan beresiko sangat fatal bagi pemakai (pasien). Tujuan dari sistem
pengolahan air adalah menghilangkan cemaran sesuai dengan standar kualitas air
yang telah ditetapkan. Kualitas air yang digunakan untuk produksi tergantung dari
persyaratan air yang digunakan produk yang dibuat, misalnya air murni (purified
water) atau air untuk injeksi (water for injection). Standar air yang digunakan
untuk produksi sesuai dengan persyaratan CPOB Terkini 2006, seperti yang dapat
dilihat pada Tabel I.
Secara umum, suplai air di PT. Phapros, Tbk. dibagi menjadi dua, yaitu
untuk bagian produksi dan non produksi. Air yang digunakan untuk bagian non
produksi adalah raw water yang tidak mengalami proses pretreatment terlebih
dahulu. Sedangkan air yang digunakan untuk produksi, terlebih dahulu dilakukan
pretreatment dan pengolahan lebih lanjut. Tahap pretreatment dan pengolahan air
untuk produksi bertujuan untuk mendapatkan air yang memenuhi persyaratan
yang telah ditetapkan sebagai air produksi.
Tabel 1. Persyaratan air yang digunakan untuk produksi
Purified water

Highly
purified water

Water for injection

44

Eur. Pharm. +

Eur. Pharm

USP
Conductiviy at

Eur.

USP

Pharm

1.3 S/cm

1.3 S/cm

1.3 S/cm

Heavy metals

0.1 ppm

0.1 ppm

Nitrate

0.2 ppm

0.1 ppm

Total Organic

< 500 ppb

< 500 ppb

< 500 ppb

Microbial limit

< 100 cfu/mL

< 10 cfu/mL

< 10 cfu/mL

Endotoxins

< 0.25 Eu/mL

< 0.25 Eu/mL

25oC

Carbon

Sumber air yang digunakan oleh PT. Phapros, Tbk. berasal dari sumur
artesis yang ditampung dalam storage tank. Air yang berasal dari sumur artesis ini
(raw water), memiliki tingkat kesadahan (hardness) yang cukup tinggi. Air yang
digunakan untuk produksi harus memenuhi persyaratan tingkat kesadahan yang
rendah. Proses pretreatment bertujuan untuk menurunkan kesadahan air dari 2025 odH menjadi 0 odH.
Raw water dari deep well, diinjeksi dengan Chlorine sebelum memasuki
raw water tank bertujuan untuk membunuh bakteri. Setelah itu dialirkan menuju
multimedia filter, untuk menangkap partikel berukuran besar, kotoran lain
sehingga dihasilkan raw water yang jernih. Selanjutnya raw water dimasukkan
water softener ke kolom resin anionik, berfungsi mengikat kation Ca2+ dan Mg2+.
Dihasilkan softened water dengan hardness 0 dH.
Softened water diinjeksi dengan Antiscalant untuk mencegah timbulnya
endapan atau kerak; ditampung ke dalam filtered water tank. Menggunakan feed
water pump, softened water dinjeksi Sodium metabisulphite untuk menetralisir

45

kandungan Chlorine sebelum memasuki cartridge filter berukuran 5m. Chlorine


dapat menyebabkan kerusakan membran RO (Reverse Osmosis).

Gambar 10. Skema Proses Purified Water untuk Produksi


Feed water (softened water yang sudah dinetralisir kandungan Chlorinenya) dilewatkan membrane RO1 untuk menghasilkan permeate yang akan
ditampung ke dalam Break tank sebagai feed water Osmotron (RO2). Osmotron
menghasilkan purified water dengan proses softening, RO dan ElectroDeionization (EDI). Purified water yang dihasilkan ditampung ke dalam purified
water tank dan selanjutnya disirkulasi kontinyu selama 24 jam dengan Loopo
(main loop system). RO1, Osmotron dan Loopo merupakan sistem yang
terintegrasi. Loopo mensuplai kebutuhan purified water untuk produksi dengan
parameter yang selalu termonitor. Purified water yang diperoleh digunakan untuk
feed water WFI dan produksi non steril (cuci akhir container, produksi sirup,
salep, tablet dan coating).
Purified water didestilasi menggunakan alat Finn Aqua 75 (kecepatan 75
L/jam) dan mengalami destilasi 4 tingkat. Air yang masuk, diuapkan, kemudian
dikondensasi dan dipanaskan lagi pada kolom berikutnya. Proses ini diulang
sampai 4 kali dan menghasilkan Water For Injection yang dapat digunakan untuk
produk parenteral karena bebas bakteri dan pirogen.

46

2.9 Penanganan Limbah


PT. Phapros Tbk. melakukan proses pengolahan terlebih dahulu terhadap
semua limbah yang dihasilkan. Penanganan limbah ini dilaksanakan oleh unit
pengolahan limbah yang berada pada bagian Pelayanan Umum dan Rumah
Tangga, di bawah departemen SDM. Limbah yang dihasilkan dari proses produksi
tidak boleh menjadi cemaran bagi lingkungan sekitar pabrik apalagi bagi
penduduk sekitarnya. Secara umum pengolahan limbah di PT. Phapros Tbk. telah
memenuhi standar manajemen mutu lingkungan yang terbukti dengan
diperolehnya sertifikat ISO 14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan dan
adanya kebijakan mutu dan lingkungan di perusahaan ini.
Jenis limbah yang ada di PT. Phapros Tbk. digolongkan menjadi dua yaitu
limbah padat yang terdiri dari limbah padat B3 dan non B3 serta limbah cair yang
terdiri dari limbah cair produksi (non -Laktam, -Laktam, laboratorium) dan
limbah cair non produksi (kantin, laundry, limbah cair eks sanitasi).
a. Limbah Padat
1).

Limbah padat B3
Menurut PP 18 Tahun 1999 tenteng pengelolaan limbah B3,
limbah B3 bersifat reaktif, beracun, korosif, mudah meledak, mudah
terbakar, dan menyebabkan infeksi. Sumber limbah padat B 3 di PT.
Phapros Tbk. berasal dari rejected product pada proses produksi,
produk pengembalian, sisa sampel pertinggal, kemasan primer bahan
baku, lumpur IPAL, bahan baku rejected, dan perlengkapan
administrasi yang mengandung bahan B3. Limbah tersebut
dimusnahkan di PPLI-Cileungsi, Bogor.

2).

Limbah padat non B3

47

Sumber limbah padat non B3 di PT. Phapros Tbk. adalah


administrasi perkantoran, kantin, kemasan sekunder bahan baku, dan
kemasan primer yang telah bersih. Limbah untuk barang yang
mempunyai nilai jual dan bebas bahan pencemar dijual ke pihak III
sedangkan untuk barang-barang yang tidak mempunyai nilai jual
dibuang ke TPA.
b. Limbah Cair
Karekteristik limbah cair adalah bila nilai COD 700 mg/L
dan nilai BOD 400 mg/L. Limbah tersebut akan mengalami
pengolahan sebelum masuk ke saluran pembuangan umum, dengan
batas maksimum kadar COD dan BOD sebesar: COD 150 mg/L dan
BOD 75 mg/L, serta TSS sebesar 75 mg/L dan pH 6-9. Limbah cair
terdiri dari :
1). Limbah cair produksi. Limbah ini berasal dari unit produksi Laktam dan non -Laktam, agromed, QC/QA dan R&D.
2). Limbah cair non produksi. Limbah ini berasal dari unit kantin,
laundry, perkantoran dan gudang produk jadi.
Limbah cair yang berasal dari unit produksi -Laktam
diolah di IPAL I dengan metode hidrolisa basa dan selanjutnya
diolah di IPAL II. Limbah cair yang berasal dari unit produksi non Laktam diolah di IPAL II seperti juga untuk limbah cair yang berasal
dari limbah non produksi.
Limbah cair yang dihasilkan oleh PT. Phapros Tbk. diolah
melalui dua jalur pengolahan, yaitu:
1). Proses pengolahan limbah cair IPAL I

48

Inlet IPAL I berasal dari sanitasi peralatan produksi dan


gedung -Laktam, water scrubber dust collector, laundry pakaian
dan sisa proses. Tahapan proses IPAL I, seperti pada Gambar 11,
adalah sebagai berikut :
a) Bak penampungan awal (ekualisasi). Pada bagian ini, limbah
yang berasal dari ruang produksi, sanitasi ruangan produksi,
bekas cucian mesin produksi, dari dust collector (water scrubber
unit), dan limbah padat yang berasal dari product out off spec
dalam jumlah sedikit, padatan dari dust collector, serta limbah
yang

berasal

dari

pemeriksaan

produk-produk

-Laktam

ditampung dalam satu tempat. Kapasitas bak penampungan awal


adalah 15 m3.
b) Bak hidrolisa. Limbah cair dari bak penampungan awal dialirkan
ke dalam bak hidrolisa. Kapasitas bak hidrolisa adalah 5 m3.
Sebelum proses dimulai, dilakukan pemeriksaan pH awal terlebih
dahulu. Setelah limbah yang dialirkan ke dalam bak hidrolisa
sesuai dengan kapasitasnya, ditambahkan NaOH hingga tercapai
pH 11,5. Tujuannya adalah untuk memecahkan cincin -Laktam
yang terdapat dalam limbah. Untuk meningkatkan proses
homogenisasi NaOH, dilakukan pengadukan selama 4 jam
dengan kecepatan pengadukan 17 rpm.
c) Bak penetralan (bak netralisasi). Pada tahap ini dilakukan proses
netralisasi limbah yang telah mengalami hidrolisa basa tinggi
dengan menggunakan larutan HCl teknis sampai dicapai pH 6-8.
Proses netralisasi dibantu dengan pengadukan selama 1 jam
dengan kecepatan pengadukan 17 rpm. Tujuan netralisasi adalah
untuk menetralkan air sehingga tidak mematikan organisme yang
dilaluinya atau yang membantu pengolahan di IPAL II.

49

d) Bak sedimentasi. Limbah yang telah dinetralisasi dialirkan


menuju bak sedimentasi. Pada tahap ini, terjadi proses
pengendapan secara gravitasi terhadap hasil netralisasi. Proses
pengendapan berlangsung selama 12 jam. Lumpur hasil
pengendapan

yang

terbentuk

kemudian

dikeluarkan

dan

ditampung dalam bak drying bed untuk dikeringkan. Setelah


kering, limbah ini akan dikumpulkan bersama limbah padat
golongan B3 lainnya untuk dikirim ke tempat pembuangan
limbah industri di PPLI-Cileungsi, Bogor.
e) Bak sand filter. Limbah cair dari bak sedimentasi dialirkan
menuju bak ini. Pada bak ini terjadi proses filtrasi limbah cair bak
sedimentasi dengan beberapa janis saringan, yaitu coral batu kali,
ijuk, dan arang. Bak sand filter diganti setiap 1- 2 bulan.
Umumnya yang diganti adalah arang, pasir, dan ijuk, sedangkan
pada koral dilakukan pencucian. Setelah melalui tahap ini, limbah
cair akan dialirkan menuju bak produksi. Dari bak produksi,
limbah akan dialirkan menuju pengolahan IPAL II (Gambar 12).

Gambar 11. Pengolahan Limbah Cair IPAL I

2). Proses pengolahan limbah cair IPAL II

50

Tahapan limbah cair pada proses pengolahan limbah cair


IPAL II adalah :
a) Bak penampungan awal. Pada tahap ini, limbah dari bagian
produksi dan non produksi ditampung. Selain itu dilakukan juga
proses pengendapan partikel-partikel yang berukuran besar. Pada
bak ini terdapat sekat-sekat yang menyebabkan partikel berukuran
besar akan mengendap di ruang antara sekat.
b) Bak ekualisasi. Limbah yang telah diendapkan dari bak
penampungan awal kemudian mengalir ke bak ini. Pada bak ini
terjadi proses homogenasi limbah baik secara kualitatif maupun
kuantitatif terhadap limbah yang berasal dari bak produksi, bak
non produksi, dan bak PM. Pada bak ekualisasi diberi aerasi
untuk mencegah timbulnya bau.
c) Bak rapid mix. Selanjutnya, limbah akan mengalir menuju bak
rapid mix. Bak ini terletak lebih tinggi dari bak ekualisasi,
sehingga limbah harus dipompa ke atas. Pada bak ini, terjadi
proses koagulasi limbah. Koagulasi bahan pencemar yang ada
pada limbah cair dilakukan dengan menggunakan larutan PAC
(Poly Aluminium Chloride) dengan takaran 2 ml per liter limbah.
Kecepatan pengadukan pada bak ini adalah 312 rpm.
d) Bak slow mix. Dari bak rapid mix, limbah akan dialirkan ke bak
slow mix. Pada bagian ini, terjdai proses flokulasi limbah dengan
menggunakan larutan super flok (dosis 4 ml, larutan super flok
per liter limbah). Kecepatan pengadukan pada bak ini adalah
sebesar 17 rpm.
e) Bak sedimentasi I. Limbah yang telah mengalami flokulasi
kemudian dialirkan menuju bak sedimentasi. Pada bak ini, akan
terjadi pemisahan antara flokulat limbah dan air limbah. Flokulat

51

yang mengendap akan dialirkan menuju bak drying bed untuk


proses pengeringan. Sedangkan air limbah akan dialirkan menuju
bak selanjutnya.
f) Bak aerasi. Pada bagian ini, terjadi proses aerasi untuk
menambah suplai oksigen pada air limbah. Aerator yang
digunakan adalah aerator tipe kontak dengan kapasitas 8 pK.
Rata-rata dissolved oxygen sebesar 2 mg/Liter.
g) Bak sedimentasi II. Pada tahap ini, terjadi proses sedimentasi
terhadap hasil degradasi bahan organik secara biologi yang
berlangsung di bak aerasi.
h) Bak rapid filter. Selanjutnya, limbah dialirkan menuju bak rapid
filter. Pada tahap ini, terjadi proses filtrasi limbah dengan
menggunakan batuan koral atau kerikil, ijuk dan pasir. Bahan ini
juga digunakan sebagai media pelekatan bakteri fakultatif anaerob
yang membantu proses pengolahan utama.
i) Bak sand filter. Setelah melalui bak rapid filter, kemudian limbah
cair dialirkan menuju bak sand filter. Pada tahap ini, terjadi
proses filtrasi terhadap partikel-partikel hasil degradasi bahan
organik yang berukuran sangat kecil dan juga mikroorganisme
lain yang terbawa aliran dengan tujuan agar diperoleh kualitas
effluent yang lebih baik. Setelah melalui bak sand filter, air
limbah ini kemudian ditambah dengan zat anti busa. Setelah itu
air limbah dapat dibuang ke lingkungan.

52

Gambar 12. Pengolahan Limbah Cair IPAL II


Dalam pengolahan limbah, PT. Phapros Tbk. tidak menggunakan
bioindikator dikarenakan permasalahan efisiensi mengingat bioindikator yang
digunakan dalam pengolahan limbah harus memenuhi persyaratan seperti : umur
harus seragam, harus berasal dari satu induk, penggantian bioindikator dilakukan
tiap tiga bulan untuk menghindari adaptasi terhadap lingkungan. Pengujianpengujian yang ketat dilakukan untuk menjamin output pengolahan limbah tetap
memenuhi persyaratan. Pengujian ini berupa pemeriksaan terhadap limbah baik di
IPAL I dan IPAL II. Pada IPAL I pemeriksaan dilakukan pada tahap ekualisasi,
sesudah hidrolisa, sesudah netralisasi, dan sesudah filtrasi. Pada IPAL II
pemeriksaan hanya dilakukan pada titik terakhir pengolahan limbah, yaitu output
limbah.
Permasalahan dalam pengolahan limbah PT. Phapros Tbk. adalah bau
limbah yang masih sering dijumpai terutama pada hari Senin karena proses
pengolahan limbah pada hari Minggu tidak berjalan. Penutupan bak pengolahan
limbah untuk mengurangi bau dirasakan kurang efektif, karena dengan menutup
bak, maka proses penguraian limbah secara anaerob akan meningkat. Gas-gas

53

hasil penguraian limbah ini harus dikeluarkan melalui cerobong gas, sehingga
akan membutuhkan pengeluaran biaya yang lebih banyak. Untuk mengatasi
masalah ini PT. Phapros, Tbk. telah membuat rencana yaitu menanam tanaman
Lidah Mertua untuk menyerap bau dan radiasi. Selain itu sudah dilakukan
penelitian skala laboratorium mengenai pengolahan limbah dengan biodegradator.
Namun hal ini masih belum dapat diterapkan karena saluran limbah produksi dan
air hujan masih menjadi satu, sehingga volume limbah bertambah (overload), dan
kondisi ini akan mengganggu proses degradasi limbah. Program jangka panjang
untuk mengatasi permasalahan ini adalah dengan memisahkan saluran limbah
dengan air hujan.

Tinjauan Teknik
2.10

Administrasi Teknik
Dalam proses produksi yang dilakukan PT Phapros, Tbk Semarang sebagai

perusahaan farmasi terdapat komponen utama ataupun pendukung yang


menunjang. Salah satu komponen tersebut adalah bagian Utility yang merupakan
unit dari Departemen Produksi yang memiliki ruang lingkup kerja infra struktur
yaitu mengatur sistem penyediaan sarana vital seperti air, udara, listrik dan gas
atau uap yang behubungan langsung dengan proses produksi, sehingga jalannya
proses tersebut tidak terganggu dan hasil produksi dapat terjaga mutunya. Oleh
karena itu bagian Utility sangat berperan penting dalam proses produksi. Maka di
dalam bagian Utility harus terdapat teknisi yang handal dan berpengalaman dalam
menangani mesin-mesin produksi PT Phapros Tbk. Semarang.

2.11

Teknik Pelaksanaan
Sama seperti halnya perusahaan lain, PT Phapros Tbk. Semarang juga

memiliki teknik-teknik dalam pelaksanaan kerja. Karena dengan adanya suatu

54

teknik pelaksanaan kerja yang jitu, maka akan dapat mencapai suatu tujuan atau
hasil yang baik dan dapat terhindar dari berbagai masalah atau gangguan. Masingmasing bagian memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda satu sama lain.

Ass. Man. Utility memiliki tugas pokok yaitu merencanakan dan


mengawasi kegiatan kerja para karyawan Utility untuk meningkankan
proses produksi.

Karyawan Utility atau pelaksana memiliki tugas pokok yaitu untuk


melaksanakan perbaikan atau mengerjakan suatu proyek baru dibawah
koordinasi Ass. Man Utility.
Berikut ini merupakan teknik pelaksanaan kerja yang telah dilaksanakan

bagian Utility PT Phapros Tbk. Semarang :

2.11.1 Perawatan
Perawatan mesin-mesin produksi, mesin-mesin penunjang atau fasilitas
lain yang berhubungan dengan listrik atau mekanik yang dimanfaatkan oleh
perusahaan. Perawatan tersebut merupakan tanggungjawab dari bagian Utility.
Tujuan diadakannya perawatan adalah :
Untuk mencegah mesin kerusakan fatal.
Untuk menghidarkan bahaya akibat kerusakan mesin.
Untuk memperpanjang usia dari mesin.
Untuk menghemat biaya perbaikan.

55

2.11.2 Perbaikan
Perusahan dalam kegiatan produksi membutuhkan teknisi untuk menjaga
mesin-mesin produksinya. Walaupun sudah dilakukan perawatan dan
pengecekkan secara bekala, hal tersebut tidak menjamin terhindarnya mesin
dari kerusakan. Hal ini dapat terjadi dikarenakan mesin-mesin dan fasilitas
perusahaan terus menerus digunakan.

2.12

Macam-Macam Pekerjaan

2.12.1 Struktur Organisasi Utility (Listrik/Air)


Bagian Utility dalam melaksanakan aktivitasnya dipimpin oleh seorang
Assisten Manager yang memiliki tanggungjawab terhadap Manager Produksi.
Assisten Manager membawahi kepala maintenance yang bertanggungjawab atas
pekerjaan teknisi dan kepala operator yang membawahi operator. Struktur
organisasi sangat penting dalam segala bentuk organisasi. Struktur organisasi
inilah yang digunakan untuk acuan dalam menjalankan organisasi. Dengan adanya
struktur ini diharapkan setiap bagian mengerti tugas, fungsi dan wewenang serta
tanggung jawabnya masing-masing sehingga akan tercipta kesinambungan dan
keterkaitan pekerjaan.

56

Gambar 13. Strutur Organisasi Bagian Utility


2.12.2 Tugas dan Tanggung Jawab Pekerja
1.

Assisten Manager Utility


Tugas Assisten Manager Utility yaitu :

Melaksanakan pengawasan dan pengendalian, agar tugas


yang diberikan sesuai dengan kebijakan PT Phapros Tbk.
Semarang.

Memberikan pertanggung jawaban mengenai tugas dan


kelancaran di Utility.

Memberikan motivasi, pertimbangan dan teguran kepada


karyawan yang berada dibawah asuhannya.

57

Membuat perencanaan yang berhubungan dengan tugas-tugas

Utility.
Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.

2. Kepala Maintenance
Tugas Kepala Maintenance yaitu :
Memberikan tugas kepada kepala teknisi untuk melaksanakan

perawatan maupun perbaikan AC pada PT Phapros Tbk. Semarang.


Memberikan tugas kepada kepala teknisi untuk melaksanakan

perawatan chiller untuk keperluan pendingin gedung produksi PT


Phapros Tbk. Semarang.
Tugas yang berhubungan dengan komunikasi di PT Phapros

Tbk. Semarang.
Memberikan tugas kepada kepala teknisi untuk melaksanakan

perawatan dan kelancaran mesin-mesin Utility.

Memberikan pelatihan mengenai hal-hal yang bersifat teknis.

Melaksanakan tugas yang diberikan oleh atasannya.


Kepala Maintenance mempunyai beberapa teknisi untuk membantu

dalam

tugas-tugasnya

dan

teknisi

tersebut

memiliki

tugas

tersendiri,yaitu:
a. AC (Air Conditioner)
Bertugas melaksanakan perbaikan maupun perawatan terhadap
AC yang ada di PT Phapros Tbk. Semarang, serta peralatan yang
berhubungan dengan system pendingin seperti Dehumidifier yaitu

58

mesin yang berfungsi untuk mengontrol kelembaban ruangan,


Medicool, Kulkas, Dispenser dll. Pebaikan yang dilakukan merupakan
pelaksanaan dari SPK yang diberikan kepada Subsie Utility
(Listrik/Air),

sedangkan

untuk

perawatan

AC

seperti

subsie

dilaksanakan berdasarkan program atau jadwal yang telah disusun.


b. Chiller
Bertugas mengendalikan dan perawatan chiller, AHU dan FCU.
Chiller merupakan AC central sebagai pendingin dengan kapasitas
besar. Chiller ini digunakan pada gedung produksi yang ada di PT
Phapros Tbk. Semarang. Para teknisi juga memiliki jadwal untuk
mengganti filter pada AHU dan FCU agar kondisi udara yang
dihasilkan di dalam ruangan dapat terkontrol. Selain itu teknisi
melakukan pengecekan standart kelembaban maupun suhu ruangan.
c. Komunikasi
Bertugas menyalesaikan SPK (Surat Perintah Kerja) yang
berhubungan dengan system komunikasi perusahaan seperti jaringan
telepon dan jaringan computer atau internet. Selain itu juga bertugas
merawat peralatan keselamatan dan panel-panel.
d. Mesin
Bertugas melaksanakan perawatan dan perbaikan mesin-mesin
Utility seperti Genset, Boiler, panel-panel dan pompa-pompa
hydrovoor maupun hydrant.
e. Operator Central Utility
Bertugas melaksanakan perawatan dan perbaikan mesin-mesin
yang berada di ruangan central utility seperti mesin boiler, compressed
air, pompa air dan mesin-mesin Reverse Osmosis (RO). Dan menjaga

59

kontinuitas dan kualitas air yang akan digunakan untuk proses


produksi.
f.

Bangunan
Bertugas melaksanakan perawatan dan perbaikan bangunan serta
sarana yang ada di PT. Phapros, Tbk. Semarang. Selain itu melakukan
segala sesuatu yang berkaitan dengan building maintenance (mulai
dari

perencanaan

sampai

pelaksanaan),

melaksanakan

project

perbaikan dan pembangunan.

3. Kepala Operator
Tugas Kepala Operator yaitu :
Memberikan tugas kepada operator on maupun operator off.
Membuat jadwal untuk pertukaran shift dan lembur.
Melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh atasan.
Kepala operator memberikan tugas untuk operator on dan
operator off yaitu :
a. Operator ON
Operator ON terbagi menjadi tiga shift yaitu pagi, siang dan
malam. Setiap Shift terdapat dua operator. Tugas dari operator on
tersebut adalah merupakan kegiatan harian yang dilakukan secara
rutin. Kegiatan harian tersebut diantaranya :
1. Pemeriksaan dan pengoprasian Generator.

60

2. Pemeriksaan pompa artetis dan bak penampungan air.


3. Pemeriksaan pompa Hydrant.
4. Pemeriksaan dan pengoprasian Chiller dan AHU.
5. Pemeriksaan dan pengoprasian Boiler.
Disamping pekerjaan tersebut, operator on memiliki tanggung
jawab atas perawatan serta kebersihan terhadap mesin atau peralatan
yang dioprasikan operator on tersebut.

b. Operator OFF
Operator off masuk kerja pagi hari setelah sebelumnya mendapat
giliran cooperator on shift 3 (malam). Tugas dari operator off adalah
menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan SPK (Surat Perintah Kerja)
seperti instalasi listrik, maupun mesin-mesin yang di PT. Phapros Tbk.
Semarang. Operator off juga melaksanakan tugas yang diberikan oleh
kepala operator.

2.12.3 Ruang Lingkup Kegiatan


Bagian Utility melaksankan tugasnya baik di dalam lingkungan PT.
Phapros Tbk. Semarang maupun gudang penyimpanan, sehingga bagian Utility
(Listrik/Air) memiliki ruang lingkup kegiatan yang cukup luas dan tanggung
jawab yang penting dalam mendukung aktivitas perusahaan.

Anda mungkin juga menyukai