UVEITIS ANTERIOR
Ditujukan untuk memenuhi syarat Kepaniteraan di bagian Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
Disusun oleh:
Rr. Arum Ramadhyan Suryandari
22010113210029
KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONOGORO
RSUP DR. KARIADI SEMARANG
BAB I
PENDAHULUAN
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik yang teliti. Uveitis merupakan suatu
penyakit yang mudah kambuh, bersifat merusak, menyerang pada usia produktif
dan kebanyakan berakhir dengan kebutaan. Morbiditas akibat uveitis terjadi
karena terbentuknya sinekia posterior sehingga menimbulkan peningkatan tekanan
intraokuler dan gangguan pada nervus optikus. Selain itu, dapat timbul katarak
akibat penggunaan steroid. Oleh karena itu, diperlukan penanganan uveitis yang
meliputi anamnesis yang komprehensif, pemeriksaan fisik dan oftalmologis yang
menyeluruh, pemeriksaan penunjang dan penanganan yang tepat. Prognosis
pasien uveitis adalah baik bila pengobatan dilakukan secara tepat dan benar.1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.
sangat
sedikit
sel
yang
mensintesis
kolagen
dan
asam
dinding kedua dari bola mata yang terletak di tengah dan merupakan lapisan
vaskuler di dalam bola mata yang terletak antara korneosklera dan neuroepitelium.
Uvea merupakan lembaran yang tersusun oleh pembuluh-pembuluh darah, serabut
saraf, jaringan ikat, otot dan pupil yang merupakan bagian iris yang berlubang. 2,3
Vaskularisasi uvea berasal dari arteri siliaris anterior dan posterior yang
berasal dari arteri oftalmika. Vaskularisasi iris dan badan siliaris berasal dari
sirkulus arteri mayoris iris yang terletak di badan siliaris yang merupakan
anastomosis arteri siliaris anterior dan arteri siliaris posterior longus. Vaskularisasi
koroid berasal dari arteri siliaris posterior longus dan brevis. Pendarahan uvea
bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar posterior longus yang
masuk menembus sklera di temporal dan nasal dekat tempat masuk saraf optik
dan 7 buah arteri siliar anterior yang terdapat dua pada setiap otot superior, medial
inferior, satu pada otot rektus lateral. Uvea posterior mendapat pendarahan dari
15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera di sekitar tempat
masuk saraf optik. 2,3,4
IRIS
Iris merupakan kelanjutan dari badan silier yang berarti pelangi karena
warna iris berbeda sesuai etnik dan ras manusia. Iris berpangkal pada badan siliar
yang merupakan pemisah antara bilik mata depan dengan bilik mata belakang,
yang masing-masing berisi humor aqueus. Iris mengendalikan banyaknya cahaya
yang masuk ke dalam mata. Iris merupakan membran yang berwarna, berupa
suatu permukaan pipih, berbentuk sirkular yang ditengahnya terdapat lubang yang
dinamakan pupil.2,3,4
Permukaan depan iris warnanya sangat bervariasi dan mempunyai
lekukan-lekukan kecil terutama sekitar pupil yang disebut kripti. Di dalam stroma
iris terdapat sfingter dan otot-otot dilator. Kedua lapisan berpigmen pekat pada
permukaan posterior iris merupakan perluasan neuroretina dan lapisan epitel
pigmen retina ke arah anterior. Jaringan otot iris tersusun longgar dengan otot
polos yang berjalan melingkari pupil (sfingter pupil) dan radial tegak lurus pupil
(dilator pupil). Kedua otot tersebut memelihara ketegangan iris sehingga tetap
tergelar datar. Dalam keadaan normal, pupil kanan dan kiri kira-kira sama
besarnya, keadaan ini disebut isokoria. Apabila ukuran pupil kanan dan kiri tidak
sama besar, keadaan ini disebut anisokoria. 2,4
Pembuluh darah di sekeliling pupil disebut sirkulus minor dan yang berada
dekat badan siliar disebut sirkulus mayor. Pasok darah ke iris adalah dari circulus
major iris. Kapiler-kapiler iris mempunyai lapisan endotel yang tak berlobang
II.
UVEITIS ANTERIOR
Uveitis anterior adalah radang pada iris (iritis), badan siliar (siklitis) dan
dapat terjadi bersama yang disebut sebagai iridosiklitis. Uveitis anterior atau
iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan selama 6
sampai 8 minggu, dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan tetes
mata saja. Uveitis anterior kronik adalah peradangan berulang pada uvea anterior,
berlangsung selama bulanan atau tahunan tanpa penyembuhan yang sempurna
antara serangan yang pertama dan kekambuhan.1,5
Uveitis anterior dapat dibedakan lagi dalam bentuk uveitis granulomatosa
dan
non
granulomatosa.
Uveitis
granulomatosa
merupakan
pembagian
berjalan terus dan menimbulkan berbagai komplikasi. Sel-sel radang, fibrin, dan
fibroblas dapat menimbulkan perlekatan antara iris dengan kapsul lensa bagian
anterior yang disebut sinekia posterior, ataupun dengan endotel kornea yang
disebut sinekia anterior. Dapat pula terjadi perlekatan pada bagian tepi pupil, yang
disebut seklusio pupil, atau seluruh pupil tertutup oleh sel-sel radang, disebut
oklusio pupil. Perlekatan-perlekatan tersebut, ditambah dengan tertutupnya
trabekular oleh sel-sel radang, akan menghambat aliran akuos humor dari bilik
mata belakang ke bilik mata depan sehingga akuos humor tertumpuk di bilik mata
belakang dan akan mendorong iris ke depan yang tampak sebagai iris bombans
(iris bombe). Selanjutnya tekanan dalam bola mata semakin meningkat dan
akhirnya terjadi glaukoma sekunder. Pada uveitis anterior juga terjadi gangguan
metabolisme lensa yang menyebabkan lensa menjadi keruh dan terjadi katarak
komplikata. Apabila peradangan menyebar luas, dapat timbul endoftalmitis
(peradangan supuratif berat dalam rongga mata dan struktur di dalamnya dengan
abses di dalam badan kaca) ataupun panoftalmitis (peradangan seluruh bola mata
termasuk sklera dan kapsul tenon sehingga bola mata merupakan rongga
abses).1,5,10
Bila uveitis anterior monokuler dengan segala komplikasinya tidak segera
ditangani, dapat pula terjadi symphatetic ophtalmia pada mata sebelahnya yang
semula sehat. Komplikasi ini sering didapatkan pada uveitis anterior yang terjadi
akibat trauma tembus, terutama yang mengenai badan silier.
EPIDEMIOLOGI
Penderita umumnya berada pada usia 20-50 tahun. Uveitis menyumbang
10-15% kasus kebutaan di negara maju dan uveitis sering terjadi di negara
berkembang dibandingkan dengan negara maju karena prevalensi infeksi yang
dapat mempengaruhi mata seperti toksoplasmosis dan tuberkulosis adalah lebih
besar.
ETIOLOGI
1. Uveitis endogen.
Akibat infeksi mikroorganisme atau agen lain dari pasien sendiri. Sering
berhubungan dengan :
a) Penyakit sistemik : spondilitis ankilosa
b) Infeksi bacteria : tuberculosis
c) Jamur : kandidiasis
Banyak pada penderita dengan kelemahan sistem imun.
d) Virus : herpes Zoster
Menyerang nervus optikus dan banyak terjadi pada orang tua.
e) Protozoa : Toxoplasma
f) Cacing : Toxokariasis
Kondisi lain yang termasuk dalam uveitis endogen adalah uveitis spesifik
idiopatik (sindrom uveitis Fuch) dan uveitis nonspesifik idiopatik.5
2. Uveitis eksogen.
a) Trauma eksternal
b) Invasi mikroorganisme/agen lain dari luar.
KLASIFIKASI
1.
Klasifikasi Anatomi:1,5,7
a) Uveitis anterior
10
Juga disebut iritis jika inflamasi mengenai bagian depan iris dan
iridosiklitis jika inflamasi mengenai iris dan bagian anterior badan silier.
Merupakan inflamasi yang terjadi terutama pada iris dan korpus siliaris
atau keduanya yang disebut juga dengan iridosiklitis.
b) Uveitis intermedia
Peradangan mengenai bagian posterior badan silier dan bagian perifer
retina.
c) Uveitis posterior
Peradangan mengenai uvea di belakang vitreous. Juga disebut
korioretinitis bila peradangan koroid lebih menonjol, retinokoroiditis
bila peradangan retina lebih menonjol, koroiditis, retinitis dan uveitis
diseminata.
d) Panuveitis / Uveitis difus
Merupakan uveitis anterior, intermedia, dan posterior yang terjadi
secara bersamaan.
Urutan uveitis dari yang paling sering terjadi adalah uveitis anterior, posterior,
panuveitis dan intermedia.
Perjalanan Penyakit
Anterior
Intermediate
Akut, Subakut
Kronis
Posterior
Rekuren
Patologi
Faktor
Granulomatosa
Non-
Penyabab
Infeksi
Autoimun
Granulomatosa
Sistemik
11
2. Klasifikasi klinis:1,5
a) Uveitis akut
Apabila gejala timbul tiba-tiba dan berlangsung selama 6 minggu atau
kurang dan bila sembuh tidak kambuh lagi
b) Uveitis subakut
Lamanya peradangan antara uveitis akut dan kronik, ada kekambuhan
tetapi ada fase kesembuhan
c) Uveitis kronik
Peradangan berulang, berlangsung selama > 6 minggu (selama bulanan
atau tahunan), tanpa penyembuhan yang sempurna antara serangan
yang pertama dan kekambuhan. seringkali onset tidak jelas dan bersifat
asimtomatik.
3. Klasifikasi patologi. 1,5
a) Non granulomatosa
Paling sering, di duga akibat alergi karena tidak pernah ditemukan
kumannya dan sembuh dengan pemberian kortikosteroid. Timbulnya
sangat akut. Reaksi vaskuler lebih hebat dari seluler sehingga
injeksinya hebat (banyak pembuluh darah). Di iris tidak tampak
benjolan.
Sinekia
posterior
halus-halus,
oleh
karena
hanya
12
Granulomatosa
Tersembunyi
Tidak ada atau ringan
Ringan
Nyata
Ringan
Keratik presipitat
Pupil
Sinekia posterior
Nodul iris
Putih halus
Kecil dan tidak teratur
Kadang
Kadang
Kelabu besar
Kecil dan tidak teratur
Kadang
Kadang
Tempat
Uvea anterior
Perjalanan
Rekurens
Akut
Sering
Uvea
anterior
posterior
Kronik
Kadang
dan
13
Oftalmoskopi
Tonometri
Slitlamp
Pemeriksaan laboratorium.
Penderita uveitis anterior akut dengan respon yang baik terhadap pengobatan
non spesifik, umumnya tidak memerlukan pemeriksaan laboratorium lebih
lanjut. Sementara bagi penderita yang tidak responsif , diusahakan untuk
menemukan diagnosis etiologinya melalui pemeriksaan laboratorium.
Pada penderita ini sebaiknya dilakukan skin test untuk pemeriksaan
14
15
4. Anti inflamasi
Anti inflamasi yang biasanya digunakan adalah kortikosteroid, dengan
16
17
18
BAB III
KESIMPULAN
Uveitis anterior adalah radang pada iris (iritis), badan siliar (siklitis) dan
dapat terjadi bersama yang disebut sebagai iridosiklitis. Uveitis anterior atau
iridosiklitis merupakan penyakit yang mendadak yang biasanya berjalan selama 6
sampai 8 minggu, dan pada stadium dini biasanya dapat sembuh dengan tetes
mata saja. Gejala-gejala uveitis anterior meliputi: mata merah, fotofobia,
lakrimasi, rasa sakit, dan penglihatan kabur. Uveitis juga banyak dikaitkan dengan
berbagai penyakit sistemik sehingga menegakkan diagnosis uveitis memerlukan
anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorik yang teliti. Uveitis merupakan suatu
penyakit yang mudah kambuh, bersifat merusak, menyerang pada usia produktif
dan kebanyakkannya berakhir dengan kebutaan.
19
DAFTAR PUSTAKA
1. Prof. dr. Suharjo, SU, SpM(K), dr. Siti Sundari SpM, MKes, dr. Muhammad.
Bayu Sasongko. Kelainan palpebra, konjungtiva, kornea, skllera dan sistem
lakrimal. Ilmu Kesehatan Mata. 1. 2007. 34-40, 44-5
2. Prof. dr.H.Sidarta Ilyas, SpM. Mata merah dengan penglihatan normal. Ilmu
Penyaakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3. 2010. 121-37,
140, 143-6.
3. Prof. dr. Sidarta Ilyas SpM, Prof. Dr. dr. H.H.B Mallangkay SpM, Prof. dr.
Hilman Talm SpM, dr Raman R Saman SpM, dr Monang Simarmata SpM, dr
Purbo S Widodo SpM. Radang Uvea. Ilmu Penyakit Mata. 2. 2010. 114-5,
120-31.
4. Prof. dr.H.Sidarta Ilyas, SpM. Mata merah dengan penglihatan turun
mendadak. Ilmu Penyakit Mata Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 3.
2010. 147-58
5. Prof. dr. Suharjo, SU, SpM(K), dr. Muhammad. Bayu Sasongko, dr. Santi
Anugrahsari. Uveitis. Ilmu Kesehatan Mata. 1. 2007. 63-76.
6. Prof. dr. Sidarta Ilyas SpM, Prof. Dr. dr. H.H.B Mallangkay SpM, Prof. dr.
Hilman Talm SpM, dr Raman R Saman SpM, dr Monang Simarmata SpM, dr
Purbo S Widodo SpM. Radang Uvea. Ilmu Penyakit Mata. 2. 2010. 159-75.
7. Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata, Edisi ke-3, Cetakan ulang 2008,
Jakarta: Balai penerbit FKUI, 2008.
8. Syamsu S. Management of Uveitis. Cermin Dunia Kedokteran. 1993; 87: 55
8.
20