BAB II
LANDASAN TEORI
b)
a)
Kelenjar parotis
b)
Kelenjar submaksilaris
c)
Lambung
Bagian lambung terdiri dari:
1) Fundus Ventrikuli
2) Korpus ventrikuli
3) Antrum Pilorus
4) Kurvatura Minor
5) Kurvatura Mayor
6) Osteum Kardiakum.
Susunan lapisan dari dalam keluar terdiri dari: lapisan selaput lendir,
lapisan otot melingkar, lapisan otot miring, lapisan otot panjang, dan
lapisan jaringan ikat/serosa.
Fungsi lambung terdiri dari:
1) Makanan, menghancurkan dan menghaluskan makanan oleh peristaltik
lambung dan getah lambung.
2) Getah cerna lambung yang dihasilkan:
a) Pepsin fungsinya, memecah putih telur menjadi asam amino
(albumin dan pepton).
b) Asam garam (HCL) fungsinya: mengasamkan makanan, sebagai
antiseptik dan desinfektan, dan membuat Suasana asam pada
pepsinogen sehingga menjadi pepsin.
c) Renin
fungsinya,
sebagai
ragi
membekukan
susu
dan
lemak
yang
merangsang
sekresi
getah
lambung
Usus Halus
Usus halus adalah tabung yang kira-kira sekitar dua setengah meter
panjang dalam keadaan hidup dan merupakan saluran pencernaan diantara
lambung dan usus besar. Usus halus panjang, tube yang berliku-liku yang
memenuhi sebagian rongga abdomen.
Usus halus terdiri dari duodenum, yeyenum dan ileum.
1) Duodenum
adalah tube yang berbentuk huruf C dengan panjang kira-kira 25 cm,
pada bagian belakang abdomen, melengkung melingkari pancreas.
Duodenum di gambarkan kedalam 4 bagian:
Bagian I
Bagian II
Bagian III : menjalar kearah tranversal kiri dan disebelah depan vena
kava inferior dan aorta.
Bagian IV : menjalar kearah atas untuk selanjutnya bergabung dengan
yeyenum (Gibson John, 1995, hal 163).
Bagian kanan duodenum terdapat selaput lendir yang membukit
disebut papilla vateri, pada papilla vateri ini bermuara saluran empedu
(duktus koledokus) dan saluran pancreas (duktus wirsungi/duktus
pankreatikus). Empedu di buat di hati untuk dikeluarkan keduodenum
melalui duktus koledokus yang fungsinya mengemulsikan lemak,
dengan bantuan lipase. Dinding duodenum mempunyai lapisan
mukosa yang banyak mengandung kelenjar-kelenjar brunner, berfungsi
untuk memproduksi getah intestinum (Syaifuddin, 1996, hal 91).
2)
segmental
pendek
dan
gelombang
cepat
yang
1) Selaput lender
2) Lapisan otot melingkar.
3) Lapisan otot penampang.
4) Jaringan ikat.
Fungsi usus besar, terdiri dari menyerap air dari makanan, tempat tinggal
bakteri koli dan tempat feses (Syaifuddin, 1996, hal 92).
Adapun bagian-bagian dari usus besar adalah sebagai berikut:
1.
Seikum
Di bawah seikum terdapat apendiks vermiformis yang berbentuk
seperti cincin sehingga disebut umbai cacing, dengan panjang 6 cm.
Seluruhnya ditutupi oleh peritoneum, mudah bergerak walaupun tidak
mempunyai mensentrium dan dapat diraba melalui dinding abdomen.
(Syaifuddin, 1996, hal 92).
2. Colon Asenden
Panjangnya 13 cm, terletak dibawah abdomen sebelah kalon
membujur keatas dari ileum kebawah hati. Dibawah hati membengkok
kekiri, lengkungan ini disebut fleksura hepatica dan dilanjutkan
sebagian kolon transversum (Syaifuddin, 1996, hal 92).
3. Apendiks
Bagian usus besar yang muncul seperti corong dari akhir seikum,
mempunyai pintu keluar yang sempit tapi masih memungkinkan dapat
dilewati oleh beberapa isi usus (Syaifuddin, 1996, hal 92).
4. Colon Transversum
Panjangnya kurang lebih 38 cm, membujur dari kolon asendes sampai
kekolon desendens berada dibawah abdomen, sebelah kanan terdapat
fleksura hepatica dan sebelah kiri terdapat fleksula lienalis
(Syaifuddin, 1996, hal 92).
5. Colon Desendens
Panjangnya kurang lebih 25 cm, terletak dibawah abdomen bagian kiri
membujur dari atas kebawah dari fleksura lienalis sampai kedepan
10
e.
f.
2. Etiologi
Gastroenteritis dapat disebabkan oleh obat-obatan tertentu (penggantian
hormon tiroid, pelunak feses dan laksatif, antibiotik, kemoterapi, dan
antasida), selain itu semua gastroenteritis dapat juga disebabkan oleh:
a. Faktor infeksi
1) Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai
berikut:
i. Infeksi
bakteri:
vibria,
E.Coli,
salmonella,
shigella,
ensefalitis,
pemberian
makanan
perselang,
Faktor Malabsorbsi
11
c. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
d. faktor psikologis
rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang lebih
besar) (Ngastriyah, 1997, hal 144).
e. Malnutrisi
f. Gangguan imunologi
3. Patofisiologi Gastroenteritis
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya gastroenteritis ialah:
a. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik meninggi dalam rongga usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul gastroenteritis.
b. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan
terjadi peningkatan sekresi, air dan elektrolit kedalam rongga usus dan
selanjutnya timbul gastroenteritis karena terdapat peningkatan isi rongga
usus.
c. Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus
untuk menyerap makanan sehingga timbul gastroenteritis. Sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh berlebihan,
12
PATOFLO DIAGRAM
Bakteri, virus, parasit
Masuk dalam saluran cerna
Berkembangbiak di usus
Reaksi pertahanan dari E.Coli
Pertahanan tubuh
Inflamasi usus
Makanan, zat
Tidak dapat diserap
Penurunan absorbsi
Rongga usus
dalam usus
Hiperperistaltik
usus
Penurunan
fungsi usus dalam
Mengabsorbsi makanan
Diare
Diare
Kurang pemasukan
Makanan
gu (lebih sering)
Pertanyaan orangtua
Mengeluarkannya
Risiko kekurangan
volume cairan
Risiko gangguan
Integritas kulit
anus
Kurang
pengetahuan
Kembung
Gangguan rasa
nyaman
Syok hipovolemik
Kematia
(Smeltzer dan Bare, 2001, h 1093; Ngastiyah, 1997, h 144; Long. C Barbara, 1996).
c. Duodenal intubation
Untuk mengetahui kuman penyebab secara kuantitatif dan kualitatif
terutama pada diare kronik.
6. Penatalaksanaan
Menurut Mansyoer Arief (2000), penatalaksanaan gastroenteritis adalah terdiri
dari:
i.
Simtomatis
1). Terapi rehidrasi
Tujuan terapi rehidrasi untuk mengoreksi kekurangan cairan dan
elektrolit secara cepat kemudian mengganti cairan yang hilang sampai
diarenya berhenti dengan cara memberikan oralit, cairan infus yaitu
Ringer Laktat, Dekstrose 5%. Dekstrosa dalam salin, dll.
2). Antispasmodik, Antikolinergik (Antagonis stimulus kolinergik pada
reseptor muskarinik), contoh obat: Papaperin.
3). Obat anti diare:
a). Obat anti motilitas dan sekresi usus (Loperamid).
b). Oktreotid (Sondostatin) sudah dicoba dengan hasil memuaskan pad
diare sklerotik.
c). Obat antidiare yang mengeraskan tinja dan absorbsi zat toksik
yaitu: Norit 1-2 tablet diulang sesuai kebutuhan.
4). Antiemetik (metoclopramid).
5). Vitamin dan mineral, tergantung kebutuhan yaitu vitamin B1, asam
folat.
6). Makanan harus diteruskan bahkan ditingkatkan selama diare
untuk menghindarkan efek buruk pada status gizi.
b. Kausal
Pengobatan kausal diberikan pada infeksi maupun non infeksi, pada kasus
kronik dengan penyebab infeksi, obat diberikan berdasarkan etiologinya.
7. Komplikasi
Menurut Ngastiyah ( 1997), akibat yang ditimbulkan gastroenteritis atau
diare adalah:
a. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik atau hipertonik).
b. Renjatan hipovolemik.
c. Hipokalemia
(dengan
gejala
meteorismus,
hipotoni
otot,
lemah,
Dalam tahap ini dilakukan pengumpulan data dengan cara anamnesa yang
diperoleh dengan wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, pemeriksaan
penunjang, serta mempelajari status klien.
Ada dua tipe data pada pengkajian yaitu: data subjektif dan data objektif.
Data subjektif adalah data yang diperoleh dari keluhan yang dirasakan
pasien atau keluarga. Data objektid adalah data yang diperoleh dari data
pengukuran, pemeriksaan dan pengamatan (Ali, 2002, hal 74).
Setelah pengumpulan data langkah berikutnya dalam pengkajian adalah
pengelompokan data yang terdiri atas data fisiologis, psikologis, social dan
spiritual (PPNI, 1994). Pengelompokan data akan memudahkan perawatan
dalam menegakkan masalah keperawatan klien.
Untuk kasus gastroenteritis, pengkajian yang dilakukan meliputi:
a.
Identitas klien
Nama, umur, jenis kelamin, alamat, tempat tanggal lahir, nama orang
tua, pekerjaan dan pendidikan.
b.
c.
d.
Pengkajian fisik
1.
Tanda-tanda
vital:
tekanan
darah
menurun
akibat
Keadaan penyakit
Penyakit akut bila tidak segera ditangani dapat mengakibatkan
dehidrasi yang ditandai depresi fontanel anterior, mata cekung,
turgor kulit buruk, selaput lendir kering, tidak ada air mata bila
menangis, sehingga klien dapat jatuh kedalam syok hipovolemik dan
dapat meyebabkan kematian.
3.
4.
Sistem integumen
Eksoriasi bokong akibat tinja asam, turgor kulit baik dan bila jatuh
pada tahap dehidrasi berat maka turgor kulit buruk.
5.
Sistem hemotologi
Hiponatremia atau hipernatremia akibat kekurangan natrium,
hipokalemia atau hiperkalemia akibat kekurangan kalium, asidosis
metabolic.
6.
Sistem pernapasan
Respiratori meningkat akibat adanya asidosis metabolic apabila jatuh
pada dehidrasi berat.
7.
Sistem gastrointestinal
Nyeri atau kram abdomen, dehidrasi abdomen, hiperperistaltik usus.
q. Pola reproduksi
Tidak bisa di kaji pada bayi, tapi dapat dilihat dari cara orang tua
memperlakukan anaknya sesuai dengan jenis kelamin (pakaian, alat
permainan).
r. Pola koping dan toleransi terhadap stress.
Untuk mengkaji pola ini sulit karena bahasa untuk bayi tidak dimengerti
(menangis).
s. Pola keyakinan
Kajian tentang pola keyakinan ini lebih banyak pada bagian bagaimana
pola keyakinan orang tua klien.
2.
Diagnosa keperawatan
Gastroenteritis mungkin menyebabkan interaksi fungsi normal dari system
tubuh
yang
dipengaruhi.
Berdasarkan
data
pengkajian
diagnosa
Risiko
terhadap
kekurangan
volume
cairan
Maslow
menggambarkan
dengan skema
piramida
yang
Aktualisasi diri
Harga diri
Mencintai dan dicintai
Kebutuhan keselamatan
Dan keamanan
Kebutuhan fisiologis
(O2, Co2, Elektrolit,
makanan, dan sex).
Hirarki Abraham Maslow
Keterangan:
a). Kebutuhan fisiologis O2, Co2, Elektrolik, makanan, sex .
b). Kebutuhan keselamatan dan keamanan, terhindar dari penyakit, pencuri
dan perlindungan hokum.
c). Mencintai dan dicintai : kasih sayang, mencintai, dicintai, diterima
kelompok.
d). Harga diri: dihargai dan menghargai (Respek dan toleransi).
10
Intervensi:
a). Kaji adanya dehidrasi (penurunan turgor kulit, tacikardi, nadi
lemah, penurunan natrium serum, haus).
Rasional: keseimbangan cairan sulit di pertahankan selama episode
akut. Karena feses di dorong melalui usus terlalu cepat untuk
memungkinkan absorbsi air; haluaran melebihi asupan
b). Mencatat intake dan output.
11
12
13
Kirteria hasil: BAB tidak lebih dari satu kali perhari, intake dan output
seimbang, konsistensi feses lembek.
Rencana tindakan:
a). Kaji dan catat frekwensi BAB, karakteristik feses dan faktor
pencetus.
Rasional: Mengetahui penyebab diare dan menentukan tindakan
selanjutnya.
b). Berikan istirahat yang cukup bagi klien.
Rasional: Membantu menurunkan mobilitas usus dan menurunkan
metabolisme bila ada infeksi.
c). Observasi tanda-tanda vital
Rasional: Melalui tanda-tanda vital dapat diketahui perubahan
suhu, nadi, tekanan darah dan pernapasan yang abnormal atau
kemungkinan terjadinya pre syok atau syok.
d). Berikan oral yang adekuat, porsi kecil tapi sering.
Rasional: Mempertahankan kondisi tubuh klien dan mencegah
kekosongan lambung.
e). Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.
Rasional: Mengobati sufuratif lokal.
6). Perubahan ketidaknyaman yang berhubungan dengan kram abdomen,
diare,
dan muntah
sekunder terhadap
dilatasi
hiperperistaltik.
Tujuan: Rasa ketidaknyaman berkurang sampai hilang.
Kriteria hasil:
-
Rencana tindakan:
vaskuler
dan
14
perencanaan,
dan
dokumentasi
(Griffith,
1986),
penjelasannya:
a. Fase persiapan meliputi:
1). Revieuw antisipasi tindakan keperawatan.
2). Menganalisa pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan.
3). Mengetahui komplikasi yang mungkin timbul.
berikut
15
4).Persiapan alat.
5). Persiapan lingkungan yang konduksif.
6). Mengidentifikasi aspek hukum dan etik.
b. Fase intervensi terdiri atas:
1). Independen: tindakan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk atau
perintah dokter atau tim kesehatan lain.
2). Interdependen: tindakan perawat yang memerlukan kerjasama dengan
tim kesehatan lain (gizi, dokter, laboratorium, dll).
3). Dependen: berhubungan dengan tindakan medis atau menandakan
dimana tindakan medis di laksanakan.
c. Fase dokumentasi merupakan suatu catatan lengkap dan akurat dari
tindakan yang telah dilaksanakan. Dalam pelaksanaan tindakan asuhan
keperawatan pada klien gastroenteritis perawat berperan sebagai pelaksana
keperawatan, pemberi support, pendidik, advokasi, konselor dan
pencatatan atau penghimpun data.
5.Evaluasi
Evaluasi adalah suatu yang direncanakan dan dibandingkan yang
sistematis pada status kesehatan klien ( Griffith dan Christensen, 1986).
Sedangkan Ignatavicius dan Bayne (1994) mengatakan evaluasi adalah
tindakan intelektual untuk melengkapi proses perawatan yang menandakan
seberapa jauh diagnosa keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaannya
sudah berhasil dicapai.
Evaluasi terdiri atas dua jenis yaitu: evaluasi formatif dan evaluasi
sumatif. Evaluasi formatif disebut juga sebagai evaluasi proses, evaluasi jangka
pendek atau evaluasi berjalan, dimana evaluasi dilakukan sampai tujuan
tercapai. Sedangkan evaluasi sumatif bisa disebut juga evaluasi hasil, evaluasi
akhir, evaluasi jangka panjang. Evaluasi ini dilakukan pada akhir tindakan
keperawatan paripurna dan menjadi suatu metode dalam memonitor kualitas
dan efisiensi tindakan yang diberikan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format SOAP (Nursalam, 2001).
16