PENDAHULUAN
Latar Belakang
Varicella Zoster merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi primer virus
Varicella Zoster yang polimorf serta menyerang kulit dan mukosa. Virus Varicella Zoster
merupakan virus DNA yang mirip dengan virus Herpes Simpleks. Virus Varicella Zoster
dapat menyebabkan 2 jenis infeksi, yaitu infeksi primer dan sekunder. Varicella (chicken
pox) merupakan suatu bentuk infeksi primer virus Varicella Zoster yang pertama kali
pada individu yang berkontak langsung dengan virus tersebut sedangkan infeksi
sekunder/rekuren disebut Herpes Zoster/shingles.6
Virus Varicella Zoster masuk ke dalam tubuh dan menyebabkan terjadinya infeksi
primer, setelah infeksi primer sembuh, virus akan tinggal secara laten pada dasar akar
ganglia dan nervus spinalis. Virus tersebut dapat menjadi aktif kembali dalam tubuh
individu dan menyebabkan terjadinya Herpes Zoster.6
Varicella umumnya terjadi pada umur 3-6 tahun. Di Amerika, kasus
terbanyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 10 tahun yaitu 90% dan 5 % terjadi
pada usia lebih dari 15 tahun, di Jepang banyak terjadi pada anak-anak di bawah umur 6
tahun di mana 96% berada pada usia di bawah 1 tahun. Pada daerah dengan iklim tropis,
Varicella sering terjadi pada usia yang lebih tua. Tidak ada predileksi jenis kelamin, suku,
ras terhadap terjadinya.6
Pada serangan Varicella Zoster secara klinis terdapat gejala prodormal, kelainan
kulit polimorf yang timbul pertama pada tubuh dan muka, kemudian menyebar ke
hampir seluruh tubuh dan muka disertai erupsi kulit yang sangat gatal. Masa inkubasi
penyakit ini adalah selama 2 minggu. Gejala prodormal berupa demam, malaise, sakit
kepala, anoreksia dan batuk kering dan radang tenggorokan yang berlangsung 2-3 hari.6
Dilaporkan satu kasus varicella dengan lesi vesikel di seluruh tubuh pada seorang
perempuan berusia 26 tahun.
1
Definisi
Infeksi akut primer oleh virus varicella zoster yang menyerang kulit dan mukosa,
klinis terdapat gejala konstitusi, kelainan kulit polimorf, terutama berlokasi di bagian
sentral tubuh.2
Epidemiologi
Usia
Pada orang yang belum mendapat vaksinasi, 90% kasus terjadi pada anakanak dibawah 10 tahun, 5% terjadi pada orang yang berusia lebih dari 15 tahun.
Sementara pada pasien yang mendapat imunisasi, insiden terjadinya varicella
secara nyata menurun.3
Insiden
Sejak diperkenalkan adanya vaksin varicella pada tahun 1995, insiden
terjadinya varicella terbukti menurun. Dimana sebelum tahun 1995, terbukti di
Amerika terdapat 3-4 juta kasus varicella setiap tahunnya.3
Transmisi
Transmisi penyakit ini secara aerogen maupun kontak langsung. Kontak
tidak langsung jarang sekali menyebabkan varicella. Penderita yang dapat
menularkan varicella yaitu beberapa hari sebelum erupsi muncul dan sampai
vesikula yang terakhir. Tetapi bentuk erupsi kulit yang berupa krusta tidak
menularkan virus. 3
Musim
Di daerah metropolitan yang beriklim sedang, dimana epidemi varicella
sering terjadi pada musim musim dingin dan musim semi.3
Patogenesa
Varicella disebabkan oleh VZV yang termasuk dalam famili virus herpes. Virus
masuk ke dalam tubuh manusia melalui mukosa saluran napas dan orofaring. Multiplikasi
virus di tempat tersebut diikuti oleh penyebaran virus dalam jumlah sedikit melalui darah
2
dan limfe ( viremia primer ). Virus VZV dimusnahkan oleh sel sistem retikuloendotelial,
yang merupakan tempat utama replikasi virus selama masa inkubasi. Selama masa
inkubasi infeksi virus dihambat sebagian oleh mekanisme pertahanan tubuh dan respon
yang timbul.3,4
Pada sebagian besar individu replikasi virus dapat mengatasi pertahanan tubuh
yang belum berkembang sehingga dua minggu setelah infeksi terjadi viremia sekunder
dalam jumlah yang lebih banyak. Lesi kulit muncul berturut-berturut, yang menunjukkan
telah memasuki siklus viremia, yang pada penderita yang normal dihentikan setelah
sekitar 3 hari oleh imunitas humoral dan imunitas seluler VZV. Virus beredar di leukosit
mononuklear, terutama pada limfosit. Bahkan pada varicella yang tidak disertai
komplikasi, hasil viremia sekunder menunjukkan adanya subklinis infeksi pada banyak
organ selain kulit.4
Respon imun penderita menghentikan viremia dan menghambat berlanjutnya lesi
pada kulit dan organ lain. Imunitas humoral terhadap VZV berfungsi protektif terhadap
varicella. Pada orang yang terdeteksi memiliki antibodi serum biasanya tidak selalu
menjadi sakit setelah terkena paparan eksogen. Sel mediasi imunitas untuk VZV juga
berkembang selama varicella, berlangsung selama bertahun-tahun, dan melindungi
terhadap terjadinya resiko infeksi yang berat.4
Gambaran Klinis
Masa inkubasi antara 14 sampai 16 hari setelah paparan, dengan kisaran 10
sampai 21 hari. Masa inkubasi dapat lebih lama pada pasien dengan defisiensi imun dan
pada pasien yang telah menerima pengobatan pasca paparan dengan produk yang
mengandung antibody terhadap varicella.4
Gejala prodromal
Pada anak kecil jarang terdapat gejala prodromal. Sementara pada anak yang lebih
besar dan dewasa, ruam yang seringkali didahului oleh demam selama 2-3 hari,
kedinginan, malaise, anoreksia, nyeri punggung, dan pada beberapa pasien dapat
disertai nyeri tenggorokan dan batuk kering.3,4
3
mula di bagian tengah sehingga menyebabkan umbilikasi dan kemudian menjadi krusta.
Krusta akan lepas dalam 1- 3 minggu, meninggalkan bekas bekas cekung kemerahan
yang akan berangsur menghilang. Apabila terjadi superinfeksi dari bakteri maka dapat
terbentuk jaringan parut. Lesi yang telah menyembuh dapat meninggalkan bercak
hipopigmentasi yang dapat menetap selama beberapa minggu/bulan.4
Vesikel juga terdapat di mukosa mulut, hidung, faring, laring, trakea, saluran
cerna, kandung kemih, dan vagina. Vesikel di mukosa ini cepat pecah sehingga seringkali
terlihat sebagai ulkus dangkal berdiameter 2-3 mm. 4
bakterial atau komplikasi lainnya. Gejala yang paling mengganggu adalah gatal yang
biasanya timbul selama stadium vesikuler.4
Diagnosa Varicella
Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan
pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella
2-3 minggu sebelumnya. 4
Laboratorium
Lesi pada varicella dan herpes zoster tidak dapat dibedakan secara histopatologi.
Pada pemeriksaan menunjukkan sel raksasa berinti banyak dan sel epitel yang
mengandung badan inklusi intranuklear yang asidofilik. Pemeriksaan dapat dilakukan
dengan pewarnaan Tzanck, dimana bahan pemeriksaan dikerok dari dasar vesikel yang
muncul lebih awal, kemudian diletakkan di atas object glass, dan difiksasi dengan ethanol
atau
methanol,
dan
diwarnai
dengan
pewarnaan
hematoxylin-eosin,
Giemsa,
langsung metode (DFA) neon dapat digunakan, meskipun kurang sensitif dibanding PCR
dan membutuhkan pengambilan spesimen yang lebih teliti.1
Berbagai tes serologi untuk antibodi terhadap varicella tersedia secara komersial
termasuk uji aglutinasi lateks (LA) dan sejumlah enzyme-linked immunosorbent tes
(ELISA). Saat ini tersedia metode ELISA, dan ternyata tidak cukup sensitif untuk mampu
mendeteksi serokonversi terhadap vaksin, tetapi cukup kuat untuk mendeteksi orang yang
memiliki kerentanan terhadap VZV. ELISA sensitif dan spesifik, sederhana untuk
melakukan, dan banyak tersedia secara komersial. Di samping itu LA juga tersedia secara
sensitif, sederhana, dan cepat untuk dilakukan. LA agak lebih sensitif dibandingkan
ELISA komersial, meskipun dapat menghasilkan hasil yang positif palsu, dan dapat
menyebabkan kegagalan untuk mengidentifikasi orang-orang yang tidak terbukti
memiliki imunitas terhadap varicella. Dimana salah satu dari tes ini akan berguna untuk
skrining kekebalan terhadap varicella.1
Komplikasi
Pada anak-anak, varicella jarang disertai komplikasi. Komplikasi tersering
umumnya disebabkan oleh infeksi sekunder bakterial pada lesi kulit, yang biasanya
disebabkan oleh stafilokokus atau streptokokus, sehingga terjadi impetigo, furunkel,
selulitis, atau erisipelas, tetapi jarang terjadi gangren. Infeksi fokal tersebut sering
menyebabkan jaringan parut, tetapi jarang terjadi sepsis yang disertai infeksi metastase ke
organ yang lainnya. Vesikel dapat menjadi bula bila terinfeksi stafilokokus yang
menghasilkan toksin eksfoliatif.4
Pneumonia, otitis media, dan meningitis supurativa jarang terjadi dan responsive terhadap
antibiotik yang tepat. Bagaimanapun juga, superinfeksi bakteri umum dijumpai dan
berpotensi mengancam kehidupan pada pasien dengan leukopenia.4
Pada orang dewasa demam dan gejala konstitusi biasanya lebih berat dan
berlangsung lebih lama, ruam varicella lebih luas, dan komplikasi lebih sering terjadi.
Pneumonia varicella primer merupakan komplikasi tersering pada orang dewasa. Pada
beberapa pasien gejalanya asimpomatis, tetapi yang lainnya dapat berkembang mengenai
7
sistem pernafasan dimana gejalanya dapat lebih parah seperti batuk, dyspnea, tachypnea,
demam tinggi, nyeri dada pleuritis, sianosis, dan batuk darah yang biasanya timbul dalam
1-6 hari sesudah timbulnya ruam.4
Varicella pada kehamilan mengancam ibu dan janinnya. Infeksi yang menyebar
luas dan varicella pneumonia dapat mengakibatkan kematian pada ibu, tetapi baik
kejadian maupun keparahan pneumonia varicella tampaknya meningkat secara signifikan
pada kehamilan. Janin dapat meninggal karena kelahiran prematur atau kematian ibu
karena varicella pneumonia berat, tetapi varicella selama kehamilan, tidak, jika tidak
secara subtansial meningkatkan kematian janin. Namun demikian, pada varicella yang
tidak disertai komplikasi, viremia pada ibu dapat menyebabkan infeksi intrauterin
(kongenital), dan dapat menyebabkan abnormalitas kongenital. Varicella perinatal
(varicella yang terjadi dalam waktu 10 hari dari kelahiran ) lebih serius daripada varicella
yang terjadi pada bayi yang terinfeksi beberapa minggu kemudian. 4
Morbiditas dan mortalitas pada varicella secara nyata meningkat pada pasien
dengan defisiensi imun. Pada pasien ini replikasi virus yang terus-menerus dan menyebar
luas mengakibatkan terjadinya viremia yang berkepanjangan, dimana mengakibatkan
ruam yang semakin luas, jangka waktu yang lebih lama dalam pembentukan vesikel baru,
dan penyebaran visceral klinis yang signifikan. Pada pasien dengan defisiensi imun dan
diterapi dengan kortikosteroid mungkin dapat berkembang menjadi pneumonia, hepatitis,
encephalitis, dan komplikasi berupa perdarahan, dimana derajat keparahan dimulai dari
purpura yang ringan hingga parah dan seringkali mengakibatkan purpura yang fulminan
dan varicella malignansi. 4
Komplikasi susunan saraf pusat pada varicella terjadi kurang dari 1 diantara 1000
kasus. Varicella berhungan dengan sindroma Reye ( ensepalopati akut disertai degenerasi
lemak di liver ) yang khas terjadi 2 hingga 7 hari setelah timbulnya ruam. Dulu, dari 1540% pada semua kasus sindroma Reye berhubungan dengan varicella, khususnya pada
penderita yang diterapi dengan aspirin saat demam, dengan mortalitas setinggi 40%.
Ataksia serebri akut lebih umum terjadi daripada kelainan neurologi yang lainnya.
Encephalitis lebih jarang lagi terjadi yaitu pada 1 diantara 33.000 kasus, tetapi merupakan
8
Antivirus
Beberapa analog nukleosida seperti acyclovir, famciclovir, valacyclovir, dan
brivudin, dan analog pyrophosphate foskarnet terbukti efektif untuk mengobati
infeksi VZV. Acyclovir adalah suatu analog guanosin yang secara selektif
difosforilasi oleh timidin kinase VZV sehingga terkonsentrasi pada sel yang
terinfeksi. Enzim-enzim selular kemudian mengubah acyclovir monofosfat menjadi
trifosfat yang mengganggu sintesis DNA virus dengan menghambat DNA
polimerase virus. VZV kira-kira sepuluh kali lipat kurang sensitive terhadap
acyclovir dibandingkan HSV. 4
Valacyclovir dan famcyclovir, merupakan prodrug dari acyclovir yang
mempunyai bioavaibilitas oral lebih baik daripada acyclovir sehingga kadar dalam
darah lebih tinggi dan frekuensi pemberian obat berkurang. 4
Topikal
Pada anak normal varicella biasanya ringan dan dapat sembuh sendiri. Untuk
mengatasi gatal dapat diberikan kompres dingin, atau lotion kalamin, antihistamin
oral. Cream dan lotion yang mengandung kortikosteroid dan salep yang bersifat
oklusif sebaiknya tidak digunakan. Kadang diperlukan antipiretik, tetapi pemberian
9
diberikan dengan dosis 500 mg per oral setiap 8 jam, atau valacyclovir dengan dosis
1000 mg per oral setiap 8 jam mudah dan tepat sebagai pengganti acyclovir pada
remaja normal dan dewasa, Banyak dokter tidak meresepkan acyclovir untuk
varicella selama kehamilan karena risiko bagi janin yang dalam pengobatan belum
diketahui. Sementara dokter lain merekomendasikan pemberian acyclovir secara oral
untuk infeksi pada tri semester ketiga ketika organogenesis telah sempurna, ketika
mungkin ada peningkatan terjadinya resiko pneumonia varicella, dan ketika infeksi
dapat menyebar ke bayi yang baru lahir. Pemberian acyclovir intravena sering
dipertimbangkan untuk wanita hamil dengan varicella yang disertai dengan penyakit
sistemik. 4
Pencegahan
11
1. Vaksin varicella
2. Karakteristik
Vaksin varicella (Varivax, Merck) merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan, yang berasal dari strain Oka VZV. Virus vaksin diisolasi oleh
Takahashi pada awal tahun 1970 dari cairan vesikular yang berasal dari anak sehat
dengan penyakit varicella. Vaksin varicella ini dilisensikan untuk penggunaan
umum di Jepang dan Korea pada tahun 1988. Vaksin ini diijinkan di Amerika
Serikat pada tahun 1995 untuk orang-orang usia 12 bulan dan yang lebih tua. 1
3. Keefektifan vaksin
Setelah pemberian satu dosis tunggal vaksin varicella antigen, 97% dari
anak yang berusia 12 bulan sampai 12 tahun mengembangkan titer antibodi yang
dapat
terdeteksi.
Sedangkan
lebih
dari
90%
dari
responden
vaksin
sebagai faktor risiko untuk terobosan varicella. Beberapa, tetapi tidak semua,
penyelidikan baru-baru telah mengidentifikasi adanya asma, penggunaan steroid,
dan vaksinasi di lebih muda dari 15 bulan usia sebagai faktor risiko untuk
terobosan varicella. Terobosan infeksi varicella bisa menjadi hasil dari beberapa
faktor, termasuk gangguan replikasi virus vaksin oleh sirkulasi antibodi, vaksin
impoten akibat kesalahan penyimpanan atau penanganan, atau pencatatan tidak
akurat.1
Penelitian telah menunjukkan bahwa dosis kedua vaksin varicella
meningkatkan kekebalan dan mengurangi penyakit terobosan pada anak-anak. 1
4. Jadwal vaksinasi dan penggunaan
Vaksin varicella dianjurkan untuk semua anak tanpa kontraindikasi yang
berusia 12 sampai 15 bulan. Vaksin ini dapat diberikan kepada semua anak pada
usia ini terlepas dari riwayat varicella. 1
Dosis kedua vaksin varicella harus diberikan pada 4 sampai 6 tahun
kemudian . Dosis kedua dapat diberikan lebih awal dari 4 sampai 6 tahun jika
setidaknya 3 bulan telah berlalu setelah dosis pertama (yaitu, interval minimum
antara dosis vaksin varicella untuk anak-anak berusia di bawah 13 tahun adalah 3
bulan). Namun, jika dosis kedua diberikan setidaknya 28 hari setelah dosis
pertama, dosis kedua tidak perlu diulang. Dosis kedua vaksin varicella ini juga
dianjurkan bagi orang yang lebih tua, dimana vaksin varicella diberikan kepada
orang-orang 13 tahun atau lebih pada 4 sampai 8 minggu kemudian. 1
Semua vaksin varicella harus diberikan melalui secara subkutan. Vaksin
varicella telah terbukti aman dan efektif pada anak-anak yang sehat bila diberikan
pada saat yang sama sebagai vaksin MMR di lokasi terpisah dan dengan jarum
suntik yang terpisah. Jika vaksin varicella dan MMR tidak diberikan pada
kunjungan yang sama, maka pemberian harus dipisahkansetidaknya 28 hari.
Vaksin varicella juga dapat diberikan simultan (tapi di lokasi terpisah dengan
jarum suntik yang terpisah) dengan semua vaksin anak lainnya. 1
5. Profilaksis pasca terpapar
13
14
15
BAB II
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PENDERITA
a. Nama
: Ny. S.A.
b. Usia
: 26 tahun
c. Jenis Kelamin : Perempuan
d. Alamat
: Tegal Wuni
e. Agama
: Islam
f. Status
: Kawin
g. Suku
: Jawa
h. Pekerjaan
: Ibu Rumah Tangga
i. Tanggal Masuk : 20 Januari 2014
j. Diambil dari
: Klinik Kulit dan Kelamin RSUD Ambarawa
16
ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 20 Januari 2014 pukul
09.30 WIB di .
a. Keluhan Utama
: plenting-plenting di seluruh tubuh
b. Riwayat Penyakit Sekarang
4 hari yang lalu SMRS pasien mengeluhkan adanya plenting sebesar kepala
jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo diatas kulit kepala dan dahi, pasien
merasa terganggu dan memencet plenting tersebut dan keluar cairan. Plenting
dirasakan bersamaan dengan demam, badan juga dirasakan tidak enak. Pasien
memeriksakan diri ke mantri dan mendapat obat untuk 3 hari namun tidak ada
perbaikan, pasien merasakan plenting semakin menyebar ke bagian muka, dada,
punggung dan perut pasien.
1 hari yang lalu SMRS, obat pasien habis dan merasa plenting-plenting
semakin menyebar ke tangan dan ada beberapa di tungkai bawah. Plenting dirasakan
sangat gatal sehingga pasien sering menggaruknya dan memencet plenting yang
dirasakan sangat mengganggunya itu. Pasien juga mengeluh merasakan panas, serta
merasakan nyeri kepala dan sulit untuk menelan semenjak sakit, BAB tidak
terganggu, BAK tidak terganggu. Pasien baru pertama kali ini mengalami sakit
seperti ini, dari keluarga atau tetangga tidak ada yang mengalami sakit serupa.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Keluhan serupa
: Disangkal
Asma
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes Mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Disangkal
Jantung
: Belum Tahu
d. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluhan serupa
: Disangkal
Alergi
: Disangkal
Diabetes mellitus
: Disangkal
Hipertensi
: Diakui (ibu pasien)
Jantung
: Disangkal
e. Riwayat Pribadi
Perokok aktif
: Disangkal
Olah raga
: Diakui (jalan santai setiap pagi)
17
: tidak dilakukan
: tidak dilakukan
: Kesan Status gizi cukup
:
: Warna sawo matang, tampak plenting-plenting menyebar
Di seluruh tubuh
Kepala
: Mesosephal
Mata
Hidung
Telinga
Mulut
Leher
18
Paru - paru
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Datar
Simetris dextra = sinistra
Simetris, statis, dinamis
Datar
Simetris dextra = sinistra
Simetris, statis, dinamis
2. Palpasi
Stem fremitus
Nyeri tekan
Pelebaran ICS
Dextra = sinistra
(-)
(-)
Dextra = sinistra
(-)
(-)
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Jantung
Inspeksi
Perkusi
Auskultasi
: reguler
Suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler.
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
Abdomen
Inspeksi
Auskultasi
Perkusi
Palpasi
Hati
Limpa
Limfe
Ekstremitas
: Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba, ginjal tidak teraba
: pembesaran (-), nyeri tekan (-), pekak hepar (+)
: pembesaran (-), nyeri tekan (-)
: pembesaran kelenjar limfe (-)
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Ikterik
Spider nevi
Ptekie
Varises
Gerakan
Kekuatan
Tonus
Refleks Fisiologis
Refleks Patologis
Status Dermatologik
Superior
-/-/-/-/-/-/-/Bebas/Bebas
5/5/5
Normotoni
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Inferior
-/-/-/-/-/-/-/Bebas/Bebas
5/5/5
Normotoni
Tidak dilakukan
Tidak dilakukan
Lokasi
: seluruh tubuh
UKK
20
Status Venerologi
: Tidak dilakukan
PEMERIKSAAN PENUNJANG
(tidak dilakukan pemeriksaan penunjang)
RESUME
Tanggal 20 Januari 2014 dilakukan anamnesis pada Ny.S.A. dengan keluhan plenting
di kulit kepala dan dahi. 4 hari yang lalu terdapat plenting menyerupai vesikel sebesar
kepala jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo. Dipecah oleh pasien keluar cairan.
Sudah berobat namun belum ada perbaikan. 1 hari yang lalu plenting terasa sangat
gatal, panas dan menyebar ke bagian seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri kepala dan
sulit menelan sejak sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,10C.
Status dermatologik pada seluruh tubuh terdapat vesikel berukuran miliar sampai
lentikular, dasar vesikel eritema dan berbatas tegas.
DIAGNOSIS BANDING
-
Herpes zoster
Variola
DIAGNOSIS
-
Varicella
PENATALAKSANAAN
1. Farmakologis
21
a.
b.
c.
d.
hampir lengkap berubah menjadi asiklovir oleh enzim hepar dan meningkatkan
biovabilitas asiklovir sampai 54%.Oleh karena itu dosis oral 1000 mg valasiklovir
menghasilkan kadar obat dalam darah yang sama dengan asiklovir intravena.
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat
antipiretik/analgesik. Paracetamol utamanya digunakan untuk menurunkan panas
badan yang disebabkan oleh karena infeksi atau sebab yang lainnya. Disamping
itu, paracetamol juga dapat digunakan untuk meringankan gejala nyeri dengan
intensitas ringan sampai sedang.
Imunos adalah golongan suplemen gizi untuk merangsang sistem
kekebalan tubuh selama infeksi akut & kronis dengan komposisi per kaplet
Echinacea (EFLA 894) 500 mg, zinc picolinate 10 mg, selenium 15 mcg, ascorbic
acid 50 mg. Untuk 5 mL Echinacea (EFLA 894) 500 mg, zinc picolinate 5 mg,
selenium 15 mcg.
Salticin
(Gentamisin)
merupakan
suatu
antibiotika
golongan
PROGNOSIS
1. Quo ad Vitam
2. Quo ad Sanam
3. Quo ad Cosmeticam
: ad bonam.
: dubia ad bonam.
: dubia ad bonam
BAB III
PEMBAHASAN
23
Tanggal 20 Januari 2014 dilakukan anamnesis pada Ny.S.A. dengan keluhan plenting
di kulit kepala dan dahi. 4 hari yang lalu terdapat plenting menyerupai vesikel sebesar
kepala jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo. Dipecah oleh pasien keluar cairan.
Sudah berobat namun belum ada perbaikan. 1 hari yang lalu plenting terasa sangat
gatal, panas dan menyebar ke bagian seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri kepala dan
sulit menelan sejak sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,10C.
Status dermatologik pada seluruh tubuh terdapat vesikel berukuran miliar sampai
lentikular, dasar vesikel eritema dan berbatas tegas.
Pada kasus ini pasien didiagnosis Varicella karena pada anamnesis ditemukan lesi
vesikel di seluruh tubuh. Pasien juga baru pertama mengalami sakit seperti ini di usia
dewasa dan diawali dengan demam sebelum lesi nampak secara keseluruhan. Varicella
pada usia dewasa ditemukan lebih berat gejalanya dan pada pasien ini terdapat lesi
vesikel yang merata di seluruh tubuh serta didahului dengan geala prodromal.
Pada pemeriksaan penunjang tidak dilakukan karena tidak terdapat alat serta
penunjang dilakukannya pemeriksaan Tzanck test atau tes temple. Namun dalam
gambaran histopatologi lesi vesikula terdapat dalam epidermis, terbentuk akibat
degenerasi balon, sangat sukar untuk membedakan kelainan histopatologis pada herpes
zoster dan herpes simplek. Pemeriksaan pasien varicella dapat dilihat dari perubahan
ruam kulit. Varicella biasanya mudah didiagnosa berdasarkan penampilan dan perubahan
pada karakteristik dari ruam yang timbul, terutama apabila ada riwayat terpapar varicella
2-3 minggu sebelumnya.
Untuk pengobatan secara medika mentosa diberikan valvir 500 mg 3x2
(kandungan obat adalah valacyclofir), paracetamol 500mg 3x1 jika panas, imunos caps
1x1, dan salticin krim untuk lesi yg sudah pecah.
Pada pasien varicella pemberian antiviral yang bermakna adalah golongan
famcyclovir atau valacyclovir, hal ini sebanding lurus dengan terapi yang diberikan untuk
respon varicella, pada pasien diminta untuk kembali kontrol namun pasien tidak
24
BAB IV
KESIMPULAN
25
Tanggal 20 Januari 2014 dilakukan anamnesis pada Ny.S.A. dengan keluhan plenting
di kulit kepala dan dahi. 4 hari yang lalu terdapat plenting menyerupai vesikel sebesar
kepala jarum pentul sampai sebesar biji kacang ijo. Dipecah oleh pasien keluar cairan.
Sudah berobat namun belum ada perbaikan. 1 hari yang lalu plenting terasa sangat
gatal, panas dan menyebar ke bagian seluruh tubuh. Pasien mengeluh nyeri kepala dan
sulit menelan sejak sakit.
Berdasarkan hasil pemeriksaan fisik didapatkan kesadaran compos mentis, TD
120/80 mmHg, nadi 80x/menit, RR 20x/menit, suhu 37,10C.
Status dermatologik pada seluruh tubuh terdapat vesikel berukuran miliar sampai
lentikular, dasar vesikel eritema dan berbatas tegas.
Pasien merupakan pasien rawat jalan poli kulit dan kelamin. Pasien didiagnosis
dengan varicella karena sesuai dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang ditemukan.
Pasien mendapatkan terapi anti virus valvir 500mg x 2, paracetamol 500mg 3x1 jika
panas, imunos caps ix1 untuk meningkatkan system kekebalan tubuh, dan salticin cream
untuk lesi yang sudah pecah supaya tidak timbuh infeksi sekunder atau scar.
DAFTAR PUSTAKA
1. www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/downloads/varicella.pdf
2. Djuanda, Adhi. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Adhi, Edisi Enam
Cetakan Kedua, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta 2010,
hal 115
26
3.
27