DIARE
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Page 1 of 89
Standar Prosedur Opersional
DIARE
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
SPO
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
8. Dehidrasi berat:
- Rasa haus
- Oliguri ringan
- Turgor kulit turun
- Ubun-ubun besar cekung
- Mata cekung
- Susunan saraf pusat: somnolen, sopor, koma
- Pulmo kardiovaskuler: kussmaul, renjatan
Umur 0-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Koreksi gangguan cairan dan elektrolit bila ada:
1. Tanpa dehidrasi
10-20ml/ kg/ tiap kali diare oralit/ larutan RL sampai diare
berhenti
2. Dehidrasi ringan
50ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat cairan iv atau oralit
3. Dehidrasi sedang
70ml/ kg/ 3 jam = 5 tetes/ kg/ mat cairan iv atau oralit
4. Dehidrasi berat
30ml/ kg/ 1 jam = 10 tetes/ kg/ mat cairan iv
Page 2 of 89
Standar Prosedur Opersional
DIARE
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Kausal
Suportif dan dietetik
Vit A 100.000-200.000 u 1x im
Vit B komplek, vit C
Diet:
Dalam keadaan berat perlu nutrisi parenteral
Enteral continous drip feeding memberikan hasil yang baik
dengan formula khusus (low lactosa)
Dalam keadaan malabsorpsi berat, serta alergi protein susu sapi dapat
diberikan elementral/ seni elemental formula
Indikator
pencapaian
Page 3 of 89
Standar Prosedur Opersional
KEJANG DEMAM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Bangkitan kejang yang terjadi pada saat suhu meningkat disebabkan
oleh suatu proses ekstrakranial
Mencegah kejang berulang, menurunkan demam
1. Kejang demam sederhana
Kejang demam yang memenuhi kriteria livingstone
Umur diantara 6 bulan- 4 tahun
Lama kejang < 15 menit
Kejang bersifat umum
Kejang terjadi dalam waktu 16 jam setelah timbul demam
Tidak ada kelainan neurologis, baik klinis maupun laboratoris
EEG normal 1 minggu setelah bangkitan kejang
2. Kejang demam komplikata
Diluar kriteria diatas
Umur 0-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Pengobatan
Menghentikan kejang: diazepam dosis awal 0,3-0,5 mg/ kg/ dosis
iv (perlahan-lahan) atau parenteral 0,4-0,6 mg/ kg/ dosis bila
kejang masih belum teratasi dapat diulang dengan dosis yang
sama 20 menit
Page 4 of 89
Standar Prosedur Opersional
KEJANG DEMAM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Turunkan demam
Antipiretika: paracetamol 10mg/ kg/ dosis atau ibuprofen
Pencegahan
Pencegahan berkala untuk kejang demam sederhana dengan
diazepam 0,3mg/ kg/ dosis dan antipiretik bila disertai demam
Pencegahan kontinu untuk kejang demam komplikasi:
Phenobarbital 5-7mg/ kg/ 24 jam dibagi 3 dosis
Indikator
pencapaian
Page 5 of 89
Standar Prosedur Opersional
STATUS KONVULSI
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Pengertian
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Bangkitan kejang yang berlangsung selama 30 menit atau lebih baik
secara terus-menerus atau berlangsung tanpa disertai pulihnya
Tujuan
Deskripsi tentang
secepat mungkin
Bergantung lamanya kejang, sifat kejang, hipoksia, hiperpireksia,
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Indikator
fokal
Keadaan umum membaik, dehidrasi teratasi dan diare berhenti
pencapaian
Page 6 of 89
Standar Prosedur Opersional
ASFIKSIA NEONATORUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Keadaan bayi baru lahir yang tidak dapat bernafas secara spontan dan
adekuat
Agar bayi bisa bernafas, detak jantung normal, warna kulit merah
Pernafasan terganggu
Detak jantung mengurang
Reflek/ respon bayi melemah
Tonus otot menurun
Wrna kulit biru/ pucat
Bayi baru lahir
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Persiapan
Mengenai bayi beresiko yang akan dilahirkan, menyiapkan obat dan
memeriksa obat:
Alat penghisap lendir (jangan listrik), sungkup
Tabung oksigen yang terisi
Laringoskop dengan baterai yang siap pakai, endotracheal tube
untuk prematur ID 2,5mm, untuk cukup bulan ID 3,5mm
Handuk, gunting, penjepit tali pusat semua steril, natrium
bicarbonat
Page 7 of 89
Standar Prosedur Opersional
ASFIKSIA NEONATORUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Page 8 of 89
Standar Prosedur Opersional
ASFIKSIA NEONATORUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Indikator
pencapaian
Page 9 of 89
Standar Prosedur Opersional
IKTERUS NEONATORUM
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
dalam darah.
Mencegah meningkatnya kadar bilirubin, menghilangkan penyebab.
Ikterus fisiologis
Ikterus patologis
Ruang lingkup
Referensi
Page 10 of 89
Standar Prosedur Opersional
IKTERUS NEONATORUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prinsip: -menghilangkan penyebab
-pencegahan peningkatan kadar bilirubin
Cara:
1. Meningkatkan kadar enzim: phenobarbital 1-2mg/ kg/ dosis 2-3x/
hari (3hari)
2. Merubah bilirubin tidak larut dalam air menjadi larut fototerapi
Indikator
pencapaian
Page 11 of 89
Standar Prosedur Opersional
SEPSIS NEONATORUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Sindrom klinik yang ditandai dengan adanya gejala sistemik di sertai
adanya bakteremia
Menyembuhkan infeksi
Keadaan umum menurun, malas minum, hipertermi/ hipotermi
Hipotoni otot, irritable, kejang, letargi
Bernafas tidak teratur, sesak, apnea, sianosis, takhipnea (> 60/
menit)
Takikardi, sirkulasi perifer jelek, sampai timbul renjatan
Retensi lambung, hepatomegali, mencret, muntah, perut kembung
Pucat, kuning, splenomegali, tendesi perdarahan, trombopeni
Bayi umur 0-40 hari
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
a. Antibiotika
Ampisillin 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2 dosis
Gentamisin 5mg/ kgBB/ hari, i.m, terbagi 2 dosis
Sefalosporin generasi III 200mg/ kgBB/ hari, i.v, terbagi 2
dosis, lama pengobatan 10-14 hari
b. Suportif/ simtomatik
c. Untuk overwhelming sepsis (sepsis yang berat) dapat dilakukan
Indikator
tranfusi tukar
Bebas demam, infeksi teratasi
pencapaian
DEMAM TIFOID
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Page 12 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh kuman gram negatif
salmonella typhi
Mengobati demam tifoid dan mencegah komplikasi
Panas lebih tinggi dari 7 hari, teru-menerus terutama malam hari
Obstipasi, diare, mual, muntah, dan kembung, hepatomegali,
splenomegali dan lidah kotor tepi hiperemi, sakit kepala,
anoreksia
Delirium, apatis, somnolen, sopor, bahkan koma
Leukopeni, tes widal (+), titer O > 1/200 atau meningkat 4x H
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1/800
Anak usia 1-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Tirah baring 2 minggu
Diet: TKTPRS
Antipiretik, anti emetik
Antibiotik:
Kloramfenikol: dosis 50mg/ kgBB/ hari terbagi dalam 3-4
DEMAM TIFOID
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Page 13 of 89
Standar Prosedur Opersional
Prosedur
Indikator
5-7 hari
Bebas demam, infeksi teratasi
pencapaian
Page 14 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/5
Direktur
SPO
Pengertian
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Suatu penyakit yang disebabkan oleh virus dengue tipe I_IV dengan
manifestasi klinis demam 2-7 hari disertai gejala perdarahan dan bila
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
(n/s)
Umur 0-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Page 15 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/5
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
dan
akral
hangat)
lanjutkan
dengan
RL
Page 16 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/5
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
100ml/kgBB/24jamBB<25kg
75ml/kgBB/24jamBB 26-30kg
60ml/kgBB/24jamBB 31-40kg
50ml/kgBB/24jamBB 41-50kg
b. Bila satu jam setelah pemakaian infus RL 20ml/kgBB/1jam TD
msih terukur <80mmHg dan nadi cepat lemah, akral dingin
maka
penderita
harus
memperoleh
plasma
expander
Page 17 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
4/5
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
3. Grade IV
a. Berikan infus RL 30ml/kgbb/1jam. Bila kesadaran baik
(T>80mmHg dan nadi <120/mnt, akral hgt) lanjutka dengan RL
10ml/kgBB/1jam.
Jika
stabil
RL
dilanjutkan
dengan
maka
sebaiknya
diberi
plasma
expander
Page 18 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
5/5
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
e. Jika tata laksana gerak iv setelah 2 jam sesudah plasma
20ml/kgBB/1jam dan RL 10ml/kgBB/1jam tidak menunjukkan
perbaikan maka perlu konsul anestesi.
f. Jika tata laksana grade IV setelah 2jam sesudah memperoleh
RL 30ml/kgBB/1jm dan plasma 20ml/kgBB/1jam maka perlu
plasma lagi 10ml/kgBB/1jam jika tidak ada perolehan konsul
ke anestesi
g. Jika sudahmemperoleh RL 30ml/kgBB/1jam dan plasma
10ml/kgBB/1jam belum memperoleh perbaikan yang optimal
maka perlu diberi plasma 10ml/kgBB/1jam dan dapat diulang
max 30ml/kgbb/24jam jika tidak ada perubahan konsul
anestesi. Untuk kasus yang sudah memperoleh cairan
60ml/kgBB/1jam pikirkan overload dan kemampuan kontraksi
Indikator
pencapaian
Page 19 of 89
Standar Prosedur Opersional
CAMPAK
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
SPO
Pengertian
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Suatu infeksi virus akut yang sangat menular, ditandai dengan gejala
panas, batuk, pilek, radang mata, dan bercak koplik, disertai timbulnya
bercak merah makulopapular yang menyebar keseluruh tubuh,
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Page 20 of 89
Standar Prosedur Opersional
CAMPAK
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
2. Dengan penyulit
Perlu dirawat inap (bangsal isolasi sistem pernafasan)
Perbaiki keadaan umum :
Pemenuhan kebutuhan cairan
Perbaiki KU
o Pemenuhan kebutuhan cairan
o Diit yang memadai
o Penderita malnutrisi perlu vitamin A 200.000 KI IM
Indikator
pencapaian
Page 21 of 89
Standar Prosedur Opersional
VARISELA
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Indikator
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Penyakit yang sangat menular yang sering menyerang usia 1-14 tahun
Mengobati penyakit, mencegah penularan dan komplikasi
Demam ringan timbul dalam 24 jam pertama
Sakit kepala
Timbul ruam mula-mula papula vesikel erosi 3-5 hari
krusta
Bayi umur 1-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Simptomatis
Acyclovir 20mg/ kgBB/ dosis dalam 4 dosis selama 5 hari
Demam menurun, gejala berhenti
pencapaian
Page 22 of 89
Standar Prosedur Opersional
BRONKIOLITIS
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
menular
Mengatasi sesak dan mencegah gagal nafas
Bersin-bersin, pilek encer, batuk, panas, tidak dapat tidur/ minum,
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Indikator
wheezing
Anak usia 0-24 tahun (>> usia 2-8 bulan)
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
a. Cairan dan nutrisi: mencegah dehidrasi
b. Oksigenasi
c. Bronkodilator: 2 agonis nebulasi
d. Steroid: pada bronkiolitis berat: dexamethasone
0,1-
0,2mg/kgBB/dosis i.v
e. Antibiotika: penyakit berat, KU < baik, curiga infeksi sekunder
f. Digitalisasi: bila ada decompensatio cordis
g. Jangan di beri sedativ
Bebas sesak, panas menurun
pencapaian
Page 23 of 89
Standar Prosedur Opersional
BRONKHITIS
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Infeksi bronkhus berasal dari penyakit saluran nafas atas dan bawah
Mengatasi infeksi dan sesak, mencegah komplikasi
Batuk, pilek 3-4 hari, nyeri/ panas, sesak, kadang konjungtivitis, ronkhi
kering, ronkhi basah, kasar
Anak umur 0-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Kontrol batuk
Pengeluaran sekret > mudah/ encer
Minum banyak
Ekspektoran
Hati-hati: cough syrup dan antihistamin, sekret > kental:
atelektasis/ pneumonia
Antibiotik: curiga infeksi sekunder: penisillin, ampisillin,
Indikator
pencapaian
Page 24 of 89
Standar Prosedur Opersional
PNEUMONIA
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Indikator
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Radang yang mengenai parenkhim paru
Penyakit respiratorik yang ditandai dengan batuk, sesak nafas,
demam
Ronkhi basah halus, dengan gambaran infiltrat pada foto thorax.
Mengatasi sesak dan infeksi
Demam, nafas cepat, batuk, muntah, tidak mau minum, nyeri perut,
letargi, retraksi dada, nafas cuping hidung, ronkhi, wheezing
Anak usia 0-12 tahun
Pedoman diagnosis dan terapi ilmu kesehatan anak tahun 2004
Simptomatis: oksigenasi, uap, ekspektoran
Fisioterapi: drainase postural, menepuk-nepuk dada
Antibiotik:
Penisilin prokain: 50.000-100.000 KI im 1-2x/ hari
Kloramphenikol: 50-100mg/kg/24 jam iv/ oral 4x/ hari
Cloxacilin: 50mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/hari
Ampisilin: 50-100mg/kg/24 jam, im/iv, 4x/ hari
Gentamycin: 5-7mg/kg/24 jam im/iv, 2-3x/hari
Eritromisin: 50mg/kg/24 jam PO, 4x/ hari
Kotrimoksasol: 6mg/kg/24 jam PO, 2x/ hari
Bebas sesak, infeksi teratasi
pencapaian
Page 25 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
(bayi <1minggu)
Cefotaxim 150mg/kg/hari, 4x/hari
Ceftriaxone 75mg/kg/hari, 1x/hari
Gentamysin 5mg/kg/hari, 2x/hari(bayi<1minggu)
3x/hari
(bayi<1minggu)
B. Oral
Amoksisilin 20-40mg/kg/hari, 3x/hari
Sefiksim 4mg/kg, 2x/hari
Trimetoprim 6-12mg/kg, 4x/hari
Sulfametoksasol 30-60g/kg, 3x/hari
Page 26 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Indikator
C. Profilaksis
Trimetoprim 2mg/kg, 1x malam hari
Sulfametoksasol 30-60mg/kg, 1x malam hari
Nitrofurantoin 1-2mg/kg, 1x malam hari
Infeksi teratasi
pencapaian
Page 27 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN INCISI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
bedah
Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi:
Pinset anatomi, Sonde, Pisau/ mess, gunting, Klem
2. Kassa steril
3. Douk steril
4. Tampon steril
5. Verban
6. Plester
7. Obat anestesi
8. Spuit injectie 5 cc dan 10 cc
9. Bengkok
Page 28 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN INCISI
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
PELAKSANAAN
Indikator
pencapaian
Page 29 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
bedah
Instalasi rawat jalan dan Rawat inap bedah
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
PERSIAPAN
1. Tempat instrumen steri yang berisi:
Gunting, pinset 2 buah, klem secukupnya, naal foeder, duk steril,
sarung tangan steril, spuit injectie, jarum jahit, benang jahit
2. Obat anestesi
3. Obat cuci luka
4. Betadin
5. Kapas savlon
6. Kapas alkohol
7. Verban
8. Gunting verban
9. Bengkok
10. Plester
11. Lampu tindakan
12. Pisau cukur
Page 30 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Indikator
pencapaian
PELAKSANAAN
1. Penderita diberi informasi tentang tindakan tersebut
2. Memakai sarung tangan steril
3. Lakukan anestesi lokal daerah sekitar luka
4. Luka dibersihkan dari dala keluar
5. Bersihkan dengan perhidrol dab bilas dengan NS
6. Cari benda asing pada luka tersebut
7. Atasi perdarahan yang terjadi
8. Buang jaringan yang rusak
9. Jahit luka lapis demi lapis
10. Ratakan permukaan kulit
11. Periksa lagi apakah sudah tidak ada perdarahan
12. Tutup luka dengan kassa betadin dan balut/ plester
Tercapainya proses penyembuhan luka secara optimal serta minimnya
komplikasi yang terjadi
Page 31 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
panas, listrik, bahan kimia, radiasi, juga oleh sebab kontak dengan
suhu rendah (frost bite). Luka bakar ini dapat menyebabkan kematian,
atau akibat lain yang berkaitan dengan fungsi maupun estetik.
Dapat melaksanakan prosedur penatalaksanaan luka bakar secara
Tujuan
kemungkinan emergencynya.
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang di instalasi bedah
klien
Ruang lingkup
INDIKASI
Indikasi rawat inap:
1. Luka bakar derajat II > 15% pada dewasa, > 10% pada anak dan
Referensi
Page 32 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Penatalaksanaan di UGD
Pertolongan pertama pada penderita luka bakar
1. Bebaskan penderita dari kontak dengan penyebab luka bakar
dengan melepaskan semua baju dan barang yang melekat di tubuh
2. Pemeriksaan ABC (airway, breathing, circulation)
Airway (Jalan nafas)
Bebaskan dari gangguan jalan nafas atas (oedema jalan nafas atas)
Breathing (Pernafasan)
1. Periksa adanya gangguan pernafasan akibat trauma inhalasi
2. Bila perlu pemakaian endotracheal intubasi atau tracheostomi
Circulation (sirkulasi)
1. Bila penderita dalam keadaan shock: ditanggulangi dengan
pemberian cairan infus (rL), grojok. Bila perlu pasang lebih dari
satu tempat infus
2. Setelah shock teratasi, berikan cairan dengan rumus baxter (RL)
4cc/kgBB/luas/luas bakar
Page 33 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Prosedur
Page 34 of 89
Standar Prosedur Opersional
PEMASANGAN BIDAI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
bedah
Instalasi rawat jalan dan rawat inap bedah
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan
1. Bahan dari kayu
a. Matras
b. Mitella
2. Kassa dan kapas
3. Elastic bandage kalau perlu
Pelaksanaan
1. Lakukan pemasangan bidai kayu melalui 2 persendian agar
terfiksasi
2. Lain-lain bahan tergantung yang patah
Page 35 of 89
Standar Prosedur Opersional
PEMASANGAN BIDAI
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Prosedur
Indikator
pencapaian
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
3. Prinsipnya:
a. Memfixasi 2 persendian
b. Mencegah perdarahan
c. Mengurangi rasa sakit
d. Memudahkan mengangkat
Tersedianya bidai dalam jumlah cukup, minimnya komplikasi yang
terjadi pada pasien patah tulang sebelum reposisi
Page 36 of 89
Standar Prosedur Opersional
PROSEDUR
PENDERITA GIGITAN ULAR
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
mungkin
teridentifikasi
bentuknya,
warnanya,
besarnya
sebab
tergantung jenisnya.
Dapat menangani pasien dengan snake bite, mengatasi emergencynya
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
bedah
Rawat jalan dan rawat ianp instalasi bedah
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan
1. Obat anestesi
2. Spuit injectie 5cc
3. S.A.B.U
4. Pusi/ mess
5. Bengkok
6. Betadin cair
7. Alkohol
8. Gunting
9. Kassa secukupnya
10. Plester
11. Bidai/ gips
Page 37 of 89
Standar Prosedur Opersional
PROSEDUR
PENDERITA GIGITAN ULAR
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Pelaksanaan
Indikator
pencapaian
Page 38 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
bedah
INDIKASI
Semua jenis batu buli-buli baik pada anak-anak, orang dewasa maupun
Referensi
Prosedur
lansia
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan ruangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Page 39 of 89
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
TEKNIK OPERASI
1. Tertutup (Litotripsi)
Syarat : -ukuran batu dengan tebal < 3cm
-orang dewasa
2. Terbuka (Vesikolitotomi) dilakukan:
Pada anak-anak
Batu besar
Gagal dengan litotripsi (batu amat besar)
INSTRUKSI di RR
1. Observasi tnda-tanda vital, jumlah dan warna urine
2. Bila dilakukan anestesi regional, tiduran 24jam, boleh minum/
makan
3. Antibiotika diberikan 8 jam setelah pemberian I
4. Tranfusi Hb < 10gr%
5. Boleh dipindahkan ke ruangan bila keadaan stabil dan tidak ada
penyakit
Page 40 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
INSTRUKSI di RUANGAN
1.
2.
3.
4.
bedah
5. Untuk operasi tertutup: kateter dilepas 1-2 hari pasca bedah dan
boleh KRS bila tidak ada penyulit
FOLLOW UP
1. Kontrol dipoli bedah 2 minggu setelah KRS dengan membawa
hasil analisa batu
2. Dinilai mengenai keluhan dan ada tidaknya penyulit
3. Konsultasi ke instalasi gizi untuk mengetahui diet sesuai jenis
Indikator
pencapaian
Page 41 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Page 42 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Cara kerja
1. Beritahu penderita tentang maksud dan tujuan
2. Lihat hasil dari foto rontgen untuk menentukan posisi penderita
3. Atur posisi penderita
4. Pasang kerekan pada tempat tidur sesuai dengan anggota nama
yang patah
5. Bila mengenai spalk/ bidai lepaslah secara perlahan-lahan dengan
memegang ujung kaki yang patah
6. Bersihkanlah kaki yang patah dengan air sabun dan bila ada
rambut dicukur dan kemudian digosok dengan bensin untuk
menghilangkan lemak
7. Pasang skin traksi mulai dari ujung kaki yang patah sampai lokasi
tulang yang patah dan lekatkan plesternya dengan rata
8. Balut dengan tensocrepe mulai dari pangkal kaki yang patah
sampai mata kaki
9. Tali dari skin traksi diikatkan pada beban dengan melewati roda
Indikator
pencapaian
dari kerekan
10. Pasang bantalan dibawah tungkai
11. Pasang blok pada bawah tempat tidur
12. Observasi adanya gangguan AVN (arteri, vena, Nervus)
Tingginya angka kesembuhan pasien dan minimnya angka komplikasi
yang terjadi
Page 43 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
abdomen akut yang paling sering. Penyakit ini dapat mengenai semua
umur baik laki-laki maupun perempuan, tetapi lebih sering menyerang
Tujuan
Deskripsi tentang
operasi appendiktomi
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi
klien
Ruang lingkup
bedah
Semua pasien baik anak-anak atau dewasa yang terdiagnosa
Referensi
Prosedur
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 44 of 89
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Indikator
kesakitan pulang
Jika meragukan observasi dilanjutkan sampai 24 jam MRS
FOLLOW UP
Minimnya komplikasi serta tingginya angka kesembuhan pasien
pencapaian
Page 45 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
klien
Ruang lingkup
bedah
Pasien anak-anak, dewasa, laki-laki, perempuan yang datang ke
Referensi
Prosedur
instalasi bedah
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan ruangan
1. Pemeriksaan untuk diagnosa
2. Pemeriksaan laborat persyaratan operasi
a. Darah lengkap dan faal hemostasis
b. Kimia darah (ureum, kreatinin, SGOT, SGPT, bilirubin direct/
indirect)
c. Gula darah puasa 2 jam post prandial untuk penderita lebih dari
40 tahun
d. ECG pre operatif untuk penderita lebih dari 40 tahun
Foto thorax
3. Konsul anestesi untuk persetujuan pemberian narcose
4. Daftra koordinator
Page 46 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
kesakitan pulang
Jika meragukan observasi dilanjutkan sampai 24 jam MRS
FOLLOW UP
Appendectomy
Hari 1 post operasi
Hari 2 post operasi . di poliklinik
Indikator
pencapaian
kesembuhan
pasien
dan
minimnya
angka
Page 47 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
bedah
Pasien laki-laki umumnya berumur diatas 40 thun yang datang ke
Referensi
Prosedur
BPH
sesuai
standar
sehingga
Page 48 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Persiapan di OK
1. Re evaluasi tanda-tanda vital
2. Mempersiapkan peralatan di kamar operasi
TEKNIK OPERASI
1. Tertutup (TUR prostat)
2. Terbuka (Retropubic extra versial)
INSTRUKSI di RR
1. Observasi tnda-tanda vital, jumlah dan warna urine
2. Bila dilakukan anestesi regional, tiduran 24jam, boleh minum/
3.
4.
5.
6.
makan
Antibiotika diberikan 8 jam setelah pemberian I
Traksi kateter dilepas dalam 24 jam pasca bedah
Tranfusi Hb < 10gr%
Boleh dipindahkan ke ruangan bila keadaan stabil dan tidak ada
penyakit
INSTRUKSI di RUANGAN
1. Mobilisasi secepatnya (bila dengan anestesi regional setelah 24
jam)
2. Untuk TUR-P kateter dilepas 3-4 hari pasca bedah bila urine
jernih dan sudah mobilisasi
3. Untuk operasi terbuka kateter dilepas hari ke 5 pasca bedah dan
drain dilepas 1-2 hari kemudian
4. Angkat jahitan hari ke 7-8 pasca dan boleh pulang
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
Page 49 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
FOLLOW UP
1. Kontrol dipoli bedah 2 minggu setelah KRS dengan membawa
2.
3.
4.
5.
hasil PA
Dilakukan penilaian mengenai: keluhan dan penyulit
Diberikan pengobatan sesuai dengan apa yang di dapat
Diminta untuk kembali 2 minggu lagi bila masih ada keluhan
Selanjutnya kontrol tiap 1 bulan/ 2 bulan sampai 6 bulan sekali
dan dilakukan pemeriksaan RT serta lab urine sedimen, faal ginjal
Indikator
dan kultur
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan BPH
pencapaian
Page 50 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Deskripsi tentang
mengurangi komplikasi.
Semua pasien rawat jalan dan rawat inap yang datang ke instalasi
klien
Ruang lingkup
bedah
Prosedur ini berlaku pada semua kegiatan pelayanan medis/
keperawatan operasi penderita dengan semua struma
apapun
penyebabnya, kecuali:
Referensi
Prosedur
pengobatan antibiotika
Carcinoma thyroid yang inoperabel
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan Ruangan
1. Leher dibersihkan dengan sabun
2. Persiapan persediaan darah
3. Formulir PA untuk pemeriksaan potong beku
Page 51 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Persiapan di OK
1. Infus di lengan kiri atau kanan
2. Setelah dibius, posisi kepala defleksi maksimal
3. Desinfektan leher bagian depan sampai dengan dagu, lateral leher,
dan dada bagian atas
TEKNIK OPERASI
1. Dibuat incisi collar pada kulit sekitar 2 jari dari fossa jugularis s/d
m. Platysma
2. M. Sternocleidomastoideus disisihkan kelateral
3. M. Sternohyoid dan sternothyroid kiri dan kanan dipisahkandi
tengah-tengah, kemudian dipotong tranversal
4. Throid nodule diluxir keluar
5. Dicari a/v thyroidea superior, dilakukan pemotongan dan ligasi
dengan benang seide 0-2
6. Dicari n. Reccurens, glandula paratiroid dan disisihkan
7. Dicari a. Thyroidea inferior, vena thyroidea, dipotong dan diligasi
8. Kemudian dilakukan total lobektomi, subtotal lobektomi, total
thyroidektomi, subtotal thyroidektomi tergantung indikasinya
9. Perawatan perdarahan dengan ligasi menggunakan siede 0-3 dan
dipasang drain
10. Luka ditutup lapis demi lapis
11. Kulit dijahit subcuticuler dengan prolene 0,5
Page 52 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
INSTRUKSI di RR
1. Awasi T/N/RR
2. Bila penderita sesak nafas, lihat apakah ada hematoma pada leher
3. Bila ada, segera benang dijahit dilepas lapor OK untuk di
eksplorasi
FOLLOW UP
Indikator
pencapaian
Page 53 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
klien
Ruang lingkup
bedah
Semua pasien wanita yang datang ke instalasi bedah dengan diagnosis
Referensi
Prosedur
Abces mamma
Kapita selekta kedokteran jilid II FK-UI tahun 2000
Persiapan
1. Bila dilakukan dengan bius lokal atau umum
2. Bisa dengan bius umum dipuasakan 6-8 jam
3. Menandatangani informed concent
Persiapan di OK
1. Infus RL, premedikasi bila di bius umum
2. Desinfektan daerah operasi dengan jodium 3%, alkohol 70% atau
povidon iodin 10%
3. Bila dengan bius lokal semprot dengan cholethyl
4. Dilakukan incisi dengan pisau nomor 11 pada daerah yang
fluktuatif
5. Nanah dikeluarkan sampai bersih
6. Cuci dengan povidon iodin 10%
7. Beri drain handschoen
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 54 of 89
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Prosedur
Indikator
pencapaian
ganti tampon
Tingginya angka kesembuhan pasien dengan abcess mamma
Page 55 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/3
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
penyembuhan
Semua pasien comcustio yang datang ke instalasi bedah
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Page 56 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/3
Direktur
SPO
Prosedur
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Persiapan penderita dan lingkungan
1. Menjelaskan tujuan akan dilakukannya tindakan
2. Menyiapkan penderita serileks mungkin
3. Mengatur lingkungan yang aman dan nyaman
Pelaksanaan dan cara kerja
1. Penderita diberitahu
2. Isi bak mandi dengan air hangat
3. Larutan PK dengan kepekatan 1/4000-1/5000
4. Perawat cuci tangan kemudian memakai skort
5. Membuka pakaian penderita, kemudian dimasukkan ke dalam bak
mandi sampai luka terendam seluruhnya kecuali kepala sedangkan
bagian yang tak terendam disiram-siramkan
6. Perawat memakai sarung tangan
7. Bersihkan luka dan lakukan nekrotomi bila ada jaringan yang
nekrosis
8. Memandikan juga bagian tubuh yang sehat dan disabun
9. Bilas dengan air bersih
10. Keringkan dan pindahkan ke tempat tidur yang sudah dipasang
laken steril
11. Lakukan perawatan luka dan olesi dengan obat-obatan (SSD)
12. Tutup luka dengan kassa steril dan balut luka dengan verban
13. Rapikan penderita dan alat-alat dibersihkan
14. Perawat cuci tangan
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/3
Page 57 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Indikator
pencapaian
terjadi
Page 58 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/4
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Biasanya kanker ini ditemukan pada umur 40-49 tahun dan letk
Tujuan
Deskripsi tentang
pasien
Semua pasien wanita yang datang ke rawat jalan dan rawat inap
klien
Ruang lingkup
instalasi bedah
Prosedur berlaku pada semua tindakan medik keperawatan operasi
penderita dengan diagnosa:
Referensi
Prosedur
Page 59 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/4
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Persiapan di OK
1. Infus dipasang pada lengan sisi kontra lateral dari daerah operasi
2. Setelah narkose dilakukan desinfeksi pada dada melampaui garis
tengah, bahu s/d lengan atas, skapula bagian lateral, dinding dada
sebelah lateral, diatas klavikula
3. Desinfektan pada paha yang sudah disiapkan untuk skin graft
4. Dibuat gambar batas pinggir tumor dengan methylene blue dan
batas incisi kulit sekitar 3cm dari pinggir tumor dengan metode
willy Meyer atau stewart.
5. Kemudian digambar batas pembuatan flap kulit yaitu:
Medial garis: sternal
Atas garis: claviculer
Bawah garis: setinggi origo m. Rectus abdominis
Lateral garis: pinggir lateral m. Lattisimus dorsi
6. Dilakukan incisional/ eksisional biopsi dan dilanjutkan
pemeriksaan potong beku
TEKNIK OPERASI
Tumor jinak
1. Fibroadenoma dilakukan excisi
2. Tumor filoides dilakukan simple mastectomy
Page 60 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
3/4
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Tumor ganas
1. Tumor filoides ganas dilakukan simple mastectomy
2. Karsinoma payudara
Stadium I, T1, N0, M0
Tumor pada kuadran lateral
Diameter < 2cm
Pembesaran kelenjar axilla tidak ada
Dilakukan breast conserving treatment
1. Stadium I, T1, N1, M0 dilakukan modified radical mastectomy
2.
3.
4.
5.
(Madden)
Stadium II
Dilakukan modified radical mastectomy
Stadium IIIA simple mastectomy dan lymphadenectomy axilla
Setelah tindakan seesai, lapangan operasi dicuci dengan air steril,
Page 61 of 89
Standar Prosedur Opersional
TINDAKAN OPERASI
TUMOR PAYUDARA
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
4/4
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
Instruksi di RR
1. Awasi T/ N/ RR
2. Awasi darah yang keluar dari drain
3. Cek Hb, bila < 10gr%, tranfusi
Follow up
1. Bila ada skin graft dibuka hari ke 5 dan diganti kassa hari 10-12
Indikator
pencapaian
Page 62 of 89
Standar Prosedur Opersional
VAGINAL TOUCHER
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
lebih lanjut.
Diagnostik
Tujuan
Deskripsi tentang
1. Inpartu
2. Perdarahan terus-menerus/ sedikit-sedikit pervaginam
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1.
2.
3.
4.
Inpartu
Abortus, KET
Ca cervix, kista ovarium, myoma uteri
Dugaan CPD
1.
2.
3.
4.
VAGINAL TOUCHER
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 63 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
SPO
Prosedur
Indikator
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
5. Melakukan pemeriksaan dalam
6. Atur posisi penderita kembali
7. Catat hasil pemeriksaan
Untuk mengetahui keadaan jalan lahir
pencapaian
Page 64 of 89
Standar Prosedur Opersional
EPISIOTOMI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
Penderita inpartu dengan perineum kaku, gawat janin, dan gawat ibu.
klien
Ruang lingkup
Primigravida inpartu
Referensi
Prosedur
EPISIOTOMI
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 65 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
1.
2.
3.
4.
5.
kepala bayi
6. Membuat episiotomi mediolateral dengan hanya 1 atau 2 kali
potongan
7. Tekan luka perineum dengan kassa sambil ibu tetap mengejan
setiap ada kontraksi
8. Setelah bayi lahir plasenta lahir lakukan penjahitan perineum
Indikator
pencapaian
Page 66 of 89
Standar Prosedur Opersional
PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Tujuan
1.
2.
3.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Mual berkurang
Tidak muntah
Intake makanan- zat gizi cukup
Hamil muda
Kondisi ibu lemah
Mual muntah
Turgor kulit turun/ lemah
Nadi cepat 120x/ menit atau lebih, kadang panas
Nafsu makan turun
Ibu hamil
Ilmu kebidanan FKUI, Jakarta, 2002
PERSIAPAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
PENANGANAN
HIPEREMESIS GRAVIDARUM
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 67 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Indikator
pencapaian
Page 68 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
1.
2.
3.
4.
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Terlambat haid
Perdarahan pervaginam
Spasme/ nyeri perut bawah
Keluarnya buah kehamilan
Ibu hamil
Pasca abortus dan komplikasinya, AVSC International 1998
PERSIAPAN
1. Surat persetujuan
2. Tensimeter, stetoskop, termometer
3. Sarung tangan
4. Infus set/ tranfusi set
5. Cairan infus
6. Kapas savlon
7. Betadine
8. Oksigen
9. Hb set
10. Curratage
Page 69 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
iminens
8. Observasi dan asuhan pasca tindakan
Indikator
pencapaian
Page 70 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
5.
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Surat persetujuan
Infus set/ tranfusi set
Cairan infus
Oksigen
Termometer
Tensi meter
Kuretase
Hecting set
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Page 71 of 89
Prosedur
9. Kateter
10. Kapas savlon
11. Kassa
12. Betadine
13. Ember tamung
14. Sarung tangan
15. Obat-obatan sesuai kebutuhan
16. Hb set
17. Spuit
PELAKSANAAN
Page 72 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
1.
2.
3.
4.
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 73 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
PELAKSANAAN
pencapaian
Page 74 of 89
Standar Prosedur Opersional
VAKUM EKSTRAKSI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Tujuan
1.
2.
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Dressing car
Duk steril
Partus set, betadin
Kassa steril, ekstrator vakum
Obat-obatan tertentu
Disposible spuit dan sarung tangan steril
Page 75 of 89
Standar Prosedur Opersional
VAKUM EKSTRAKSI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
kepala bayi
Pegang mangkok dengan jari tangan
Raba dengan hati-hati sekeliling mangkok dengan jari untuk
memastikan tidak ada jaringan ibu yang terjepit dibawah
mangkok
8. Naikkan tekanan
9. Tarik pemegang kepala bayi pada saat his anjurkan ibu mengejan
Indikator
Bayi lahir
pencapaian
Page 76 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1.
2.
3.
4.
5.
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Page 77 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
6.
7.
8.
9.
Kateter urinbag
Tali pengikat
Tensimeter, termometer
Botol untuk pemeriksaan urin darah
PELAKSANAAN
pencapaian
kesadaran membaik
Page 78 of 89
Standar Prosedur Opersional
PENANGANAN PENDERITA
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(K.E.T)
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
tidak normal.
Memperbaiki kondisi ibu dengan cara mengeluarkan hasil konsepsi.
Tujuan
Deskripsi tentang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
1.
2.
klien
Ruang lingkup
Haid terlambat
Perdarahan per vaginam: ada/tidak ada
Riwayat nyeri perut mendadak, tanpa sebab
Riwayat pingsan
Pucat (klinis tidak sesuai)
Tanda-tanda shock
Nyeri abdomen
Nyeri pada pemeriksaan vagina
Penyebab terjadinya belum dapat diketahui
Kelanjutan kehamilan ektopik dapat berupa tubair abortus atau
tubair ruptur
3. Terjadi timbunan darah intra abdominal
4. Tanda gejala bisa akut atau kronis
5. Frekuensi terbanyak produk kehamilan bersarang dan tumbuh
pada pars ampularis tuba fallopi
Referensi
Page 79 of 89
Standar Prosedur Opersional
PENANGANAN PENDERITA
KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU
(K.E.T)
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
PERSIAPAN
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PELAKSANAAN
1.
2.
3.
4.
5.
lithotomi
6. Lakukan vulva higiene dengan kapas savlon
7. Antisepsis daerah vulva dengan betadine
8. Pasang duk steril
9. Dilakukan tindakan daugls punksi
10. Bila dauglas punksi (+), rencanakan operasi
Indikator
Keadaan ibu membaik, tidak mengalami nyeri, hasil konsepsi keluar, tidak
pencapaian
terjadi perdarahan
PENANGANAN
PENDERITA POST OPERATIP
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Page 80 of 89
Standar Prosedur Opersional
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
1.
2.
3.
4.
1.
2.
3.
4.
Page 81 of 89
Standar Prosedur Opersional
PENANGANAN
PENDERITA POST OPERATIP
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
Prosedur
PELAKSANAAN
pencapaian
Page 82 of 89
Standar Prosedur Opersional
MEMASUKKAN PASIEN
KE RUANG ISOLASI
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
tetanus
Ruang isolasi penyakit dalam khusus untuk penyakit TBC
Ruang isolasi perinatologi khusus untuk bayi kiriman dari luar, bayi
rawat ulang, bayi dari RS bersalin tetapi infeksius dan bayi jelas ada
Tujuan
infeksi.
Mencegah penularan penyakit ke pasien lain dan pengunjung atau
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Page 83 of 89
Standar Prosedur Opersional
MEMASUKKAN PASIEN
KE RUANG ISOLASI
RSAB SITI FATIMAH
KRAKSAAN
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Tanggal Terbit
Indikator
pencapaian
isolasi
Page 84 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
morbili
dengan
tanda-tanda
Indikator
pencapaian
Page 85 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/2
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
tindakan,
Page 86 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Dokumen
No. Revisi
0
Halaman
2/2
Direktur
SPO
Indikator
pencapaian
Tanggal Terbit
dr. H. Hariyadi Santosa, MM
a. Pasien yang memerlukan perawatan isolasi ditangani dengan baik
b. Tidak adanya penderita lain/ paramedis dan keluarga pasien yang
tertular diphteri.
Page 87 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
yang
Indikator
pencapaian
isolasi.
Page 88 of 89
Standar Prosedur Opersional
No. Revisi
0
Halaman
1/1
Direktur
Tanggal Terbit
SPO
Pengertian
Tujuan
Deskripsi tentang
nasofaring.
Menghentikan perdarahan dari hidung.
Semua kasus epitaksis
klien
Ruang lingkup
Referensi
Prosedur
Indikator
pencapaian
Page 89 of 89
Standar Prosedur Opersional