JOKO WIBOWO S
(012116424)
Thorax
Abdomen
JOKO WIBOWO S
(012116424)
2. Biomekanika trauma?
Biomekanik trauma adalah proses / mekanisme kejadian kecelakaan
pada saat sebelum, saat dan sesudah kejadian.
Informasi yang rinci mengenai biomekanik dari suatu kecelakaan
dapat membantu identifikasi sampai dengan 90 % dari trauma yang
diderita penderita. Informasi yang rinci dari biomekanik trauma ini
dimulai dengan keterangan dari keadaan / kejadian pada fase
sebelum terjadinya kecelakaan seperti minum alkohol, pemakaian
JOKO WIBOWO S
(012116424)
diatas
terjadi
pemindahan
energi
(Transfer
energy)
rendah,
biasanya
hanya
sedikit
menyebabkan
cidera
JOKO WIBOWO S
(012116424)
dengan
energi
menengah
contohnya
adalah
pistol,
meningkat
kecepatan
peluru
dan
energi
kinetiknya.
kecepatan
peluru,
sehingga
kerusakan
yang
menyayat
arterimenyebabkan
darah
jaringan
paru-paru
berkumpul
di
atau
ruang
JOKO WIBOWO S
(012116424)
toraks
dapat
menahan
seseoranghipovolemia
30-40%
(kehilangan
dari
volume
darah)tidak
darah
adekuatnya
yang
melapisi
atau
menutupi
thorax
dan
paru-
JOKO WIBOWO S
(012116424)
retikularis
kesadaran.
Di
tempat
ini
di
medulla
terdapat
oblongatahilangnya
nuclei
saraf
cranial
ketiga
ini,
menyebabkan
kelemahan
respons
motorik
yang
peningkatan
tekanan
besar.
Timbul
intracranial
tanda-tanda
antara
lain
lanjut
kekakuan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
pigmen
abnormal,
seperti
methemoglobin
atau
JOKO WIBOWO S
(012116424)
T,
dkk,
penerjemah.
Anatomi
Klinik
Untuk
memenuhi
kebutuhan
oksigen
karena
kehilangan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
bernapas,
oksigen
misal
dalam
pada
jaringan),
pasien
dyspnea
asma),sianosis
dan ekspirasi.
g. Metabolisme yang meningkat: luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat
dua kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
h. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan
pengaruh dari obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke
seluruh tubuh, sehingga sel tidak mendapat asupan oksigen yang
cukup.
i. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika
dihirup karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan
dengan hemoglobin dalam darah.
Kontraindikasi:
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat
pemberian jenis dan jumlah aliran yang
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Kehilangan
Cairan
dan
Darah,
Berdasarkan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
KELAS I
Kehilangan
Sampai
Darah (mL)
750
Kehilangan
Sampai
Darah (%
15%
Kelas II
Kelas III
Kelas IV
750-1500 1500-2000
>2000
15%-30% 30%-40%
>40%
volume
darah)
Denyut Nadi
<100
>100
>120
>140
Tekanan
Normal
Normal
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
Menurun
20-30
30-40
>35
20-30
5-15
Tidak
Darah
Tekanan nadi Normal
(mm Hg)
Frekuensi
atau Naik
14-20
Pernafasan
Produksi Urin >30
berarti
(Ml/jam)
CNS/ Status
Mental
Sedikit
Agak
cemas
cemas
Cemas,
bingung
Bingung,les
u
(lethargic)
Penggantian Kristaloid
Kristaloid Kristaloid
Cairan
(Hukum 3:1)
dan darah
Kristaloid
dan darah
JOKO WIBOWO S
(012116424)
10.
Apa indikasi bebat dan tujuanya?
BEBAT
Definisi:
Pembalutan/bebat adalah penutupan suatu bagian tubuh yang
cedera dengan bahan tertentu dan dengan tujuan tertentu.
Pembebatan
mengurangi
mempunyai
bengkak,
peran
kontaminasi
penting
oleh
dalam
membantu
mikroorganisme
dan
tidak
berguna.
Disamping
itu
torniket
menyebabkan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
sign (RR=40/menit, TD
NADI:
Normal
: 60-100 x/menit
Takikardi
: >100 x/menit
Bradikardi : < 60x/menit
RESPIRASI RATE:
Normal
: 14 20 x/menit
pada keadaan istirahat :14-18 x/menit
Pada bayi bisa
: 44 x/menit
Bates, B. 1998. Buku Saku Pemeriksaan Fisik Dan Riwayat
Kesehatan. Edisi II, Penerbit Buku kedokteran-EGC. Jakarta.
Skala koma Glasgow (Glasgow Coma Scale/GCS):
A. Eye opening (nilai maksimum 4)
a. 4
: membuka mata spontan
b. 3
: membuka mata bila diajak bicara
c. 2
: membuka mata dengan rangsang nyeri
d. 1
: tidak ada respon
B. Verbal respon (nilai maksimum 5)
a. 5
: berbicara normal
b. 4
: berbicara mengacau
c. 3
: berbicara tidak jelas (masih terdengar kata-kata)
d. 2
: mengeluarkan suara
e. 1
: tidak ada respon
C. Motor respon (nilai maksimum 6)
a. 6
: bergerak mengikuti perintah
b. 5
: bergerak terhadap nyeri, dapat melokalisir nyeri
c. 4
: bergerak menjauh terhadap rangsang nyeri
d. 3
: melakukan gerak fleksi terhadap rangsang
e. 2
: melakukan gerak ekstensi terhadap rangsang
f. 1
: tidak ada respon
Interpretasi:
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Klasifikasi GCS:
i. GCS Ringan (14-15)penderita sadar namun dapat mengalami
amnesia berkaitan dengan cedera yang dialaminya.
GCS Sedang (9-13)penderita masih mampu menuruti perintah
ii.
iii.
ii.
Biasanya
sama
lebar(3mm) dan reaksi sama cepat. Apabila salah satu lebih lebar
iii.
lengan
dan
tungkai.
Advanced Trauma Life Support.
12.
Macam2 trauma pada thoraks dan penangananya?
Pembagian trauma thorax:
A. Trauma mengancam jiwa identifikasi dengan primary
survey:
a) Tension pneumothoraks
b) Open pneumothoraks
c) Massive hematothoraks
d) Flail chest
e) Cardiac tamponade
B. Trauma thorax yang potensial mengancam nyawa:
a) Kontusio pulmonum dengan atau tanpa flail chest
b) Rupture aorta thorakalis
c) Cedera trakea dan Bronkus
d) Perforasi esofagus
e) Robekan diafragma
f) Contusio miokard
C. Trauma thoraks yang berat:
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Subcutaneus emphysema
Pneumothoraks
Hemothoraks
Fraktur costa
return
ke
jantung,
terjadi
kompresi
paru
penggunaan
ventilasi
mekanik
(ventilator)
timbul
sebagai
komplikasi
dari
pneumotoraks
dada
juga
dapat
menyebabkan
tension
akan
menimbulkan
mekanisme
flap-valve.
JOKO WIBOWO S
(012116424)
belakang
toraks
yang
mengalami
pergeseran
vena leher.
Diagnosis
Diagnosis tension pneumothorax ditegakkan berdasarkan
gejala klinis, dan terapi tidak boleh terlambat oleh karena
kemungkinan
terjadi
pneumotoraks
yang
Terapi
definitif
selalu
dibutuhkan
dengan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Saat
ekspirasi
kasa
penutup
terbuka
untuk
sehingga
penderita
dapat
dilakukan
evaluasi
ultrasound
dapat
mendiagnosa
JOKO WIBOWO S
(012116424)
tube
kedua
sewaktu-waktu
dibutuhkan
untuk
Indikasi thoracotomy:
a. Dekompensasi hemodinamika
atau
iritabilitas
yang
JOKO WIBOWO S
(012116424)
ketidak-stabilan
dinding
dada
menimbulkan
(terbelat)
dengan
dinding
dada.
Gerakan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
krepitasi.
Pada foto polos thoraks: patah tulang iga mltiple dan
memperbaiki
masalah
lain,
COPD,
penyakit
JOKO WIBOWO S
(012116424)
hygiene,
termasuk
insentif
maupun
dari
pembuluh
darah
perikard.
Perikard
menghambat
aktivitas
jantung
dan
mengganggu
khususnya
perdarahan keluar.
c. Tanda-tanda klasik.
apabila
JVD
tidak
(terdiri
sedang
dari
terjadi
peningkatan
Pulsus
paradoxus
adalah
penurunan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
false
negative
secondary
hingga
pleura.
Pemeriksaan penunjang
a. X-foto thorax : tampak bayangan mediastinum melebar
b. Ekokardiogram : tampak terlihat bekuan darah dan
cairan di sekeliling jantung
c. Punksi pericard (pericardiosentesis) : keluar darah.
Penatalaksanaan
Pada umumnya multiple intervensi berikut ini dilakukan
secara bersamaan. Pengobatan ini dapat di lakukan baik di
Emergency Department (ED) atau di Operating Room (OR),
tergantung kondisi klinis pasien.
a. Tentukan kebutuhan intubasi, oxigenasi, dan volume
awal resusitasi.
b. Pericardiosentesis dapat digunakan sebagai maneuver
sementara
untuk
mengurangi
tamponade
hingga
JOKO WIBOWO S
(012116424)
dilakukan
di
dalam
OR
untuk
meyakinkan
dapat
terjadi
pada
cedera
tumpul
dada
akibat
disertai
sekret
trakeobronkial
yang
banyak,
analisis
alat
gas
bantu
darah,
monitoring
pernafasan
EKG
diperlukan
dan
untuk
JOKO WIBOWO S
(012116424)
kadang bilateral.
f. Peninggian dan pergeseran ke kanan dari bronchus utama
kanan.
g. Depresi dari bronchus utama kiri lebih dari 40% dari
horizontal.
JOKO WIBOWO S
(012116424)
IV.
helical
scanners.
Juga
membutuhkan
aorta
dengan
sensitivitas 92%.
Transesophageal Echocardiogram (TEE) tidak dapat lebih
diandalkan daripada angiogram untuk mendiagnosa cedera
aorta. TEE yang positif meyakinkan lokasi cedera dan
mempercepat managemen. Jika TEE negatif, dibutuhkan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
tekanan
dinding
aorta
sebelum
operasi
dapat
mendekati 100mmHg.
Jika pasien memiliki hematoma mediastinum yang stabil
disertai
cedera
abdomen,
pertama-tama
lakukan
kencang
atau
menjepit
aorta,
yang
dapat
kesehatan
dan
menawarkan
kelebihan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
pulmonary
compromise
yang
signifikan.
krepitasi larynx
Diagnosa: fiberoptic laryngoscopy
Diperlukan terapi operasi definitif
Trauma bronchus: biasanya trauma benda tumpul
Terjadi 1 inci dr carina tampak terjadi hemoptysis,
subcutaneus
emphyema/tension
pneumothorax,
khas
pneumoperitoneum,
JOKO WIBOWO S
(012116424)
selaput
mediastinum
atau
leher
dapat
esofagogram
biasanya
sensitive
pada
rongga
dada
dan
gastrektomi
dengan
trauma
multiple
dapat
posterolateral.
Terjadi
65-80%
pada
kasus
JOKO WIBOWO S
(012116424)
b. Trauma tembus
Luka kecil, tapi lebih sering pada kepala.
Ketika terdiagnosa trauma tersebut
membutuhkan
pada
IV.
V.
VI.
rongga dada.
Visualisasi secara langsung luka dengan laparatomi,
laparoskopi, atau thoracoskopi merupakan diagnosa
utama.
d. Penatalaksanaan
I. Perbaikan diafragma.
JOKO WIBOWO S
(012116424)
kasus
dengan
tidak
ada
penyerapan,
III.
IV.
V.
mengembalikan
jantung
dapat
menyebabkan
ketidakstabilan
hemodinamik.
Komplikasi yang sering dari trauma tumpul pada otot jantung
adalah
disaritmia
seperti
takikardi,
kontraksi
premature
terdapat
perdebatan
III.
untuk
Trans
Thoracic
Echocardiogram
(TTE)
lebih
JOKO WIBOWO S
(012116424)
IV.
klinis
menunjukkan
resiko
komplikasi,
hasil
V.
presentasi.
b. Tatalaksana
Pasien dengan iskemia pada EKG atau elevasi cardia
level enzim sama dengan infark miocard.
Jika ekokardiografi menunjukkan memar (hipokinesis
atau pergerakan abnormal dinding dada) kirim pasien ke
ICU.
Jika tanda-tanda penderita berkembang dan gejala dari
gagal jantung akut. Mulai monitoring secara invasive
dengan pemasangan arteri kateter.
a. Lanjutan EKG dilakukan pada
gambaran
awal
dapat
Laserasi
ditemukan
paru
bersama
merupakan
dengan
penyebab
pneumothorax.
tersering
dari
JOKO WIBOWO S
(012116424)
pneumothorax
adalah
dengan
fraktur
dari
vertebra
torakal
juga
dapat
JOKO WIBOWO S
(012116424)
perlunya
indikasi
operasi
pada
penderita
JOKO WIBOWO S
(012116424)
dan
klavikula
dengan
seluruh
otot-otot
yang
darah
besar.
Karena
adanya
trauma-trauma
rongga
toraks
akan
nyeri
dan
tidak
mengubah
tindakan,
sehingga
JOKO WIBOWO S
(012116424)
bernafas
dengan
baik.
Blok
interkostal,
anestesi
JOKO WIBOWO S
(012116424)
WSD?
Pada trauma toraks WSD dapat berarti:
a) Diagnostik: menentukan perdarahan dari pembuluh darah
besar atau kecil, sehingga dapat ditentukan perlu operasi
torakotomi atau tidak, sebelum penderita jatuh dalam shok.
b) Terapi: Mengeluarkan darah,cairan atau udara yang terkumpul
di
rongga
pleura.
Mengembalikan
tekanan
rongga
pleura
pada
pneumotoraks
karena
JOKO WIBOWO S
(012116424)
JOKO WIBOWO S
(012116424)
JOKO WIBOWO S
(012116424)
JOKO WIBOWO S
(012116424)
JOKO WIBOWO S
(012116424)
JOKO WIBOWO S
(012116424)
sebagai
meniskus
cairan
menumpulkan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
efusi pleura.
Dalam kasus-kasus dimana jaringan atau sisfisis pleura
hadir, koleksi tidak dapat bebas untuk menempati posisi
yang paling tergantung didalam dada tapi menempati
posisi yang paling tergantung didalam dada, tapi akan
mengisi ruang pleura bebas apapun tersedia. Situasi ini
mungkin membuat penampilan klasik lapisan pluida pada
rongent.
Dalam pengaturan trauma akut, telentang portabel dada
sinar rongent mungkin menjadi yang pertama dan satusatunya pandangan tersedia dari yang untuk membuat
keputusan mengenai terapi definitif, kehadiran dn ukuran
hematothorax jauh lebih sulit untuk mengevaluasi pada
film terlentang. sebanyak 1000 ml darah mungkin akan
terjawab saat melihat dada terlentang portabel X-ray film.
Hanya
kekaburan
umum
yang
terkena
bencana
mediatinum superior.
Studi-studi tambahan seperti USG atau CT scan mungkin
kadang-kadang diperlukan untuk identitas dan kualifikasi
JOKO WIBOWO S
(012116424)
darah.
Dalam pengaturan trauma tidak memegang peran utama
dalam diagnostik hematothorax tetapi melengkapi dada
radiography.
Karena
banyak
korban
trauma
tumpul
trauma
dada
pasien
untuk
lokalisasi
dan
PRIMARY SURVEY
A. Airway dengan kontrol servikal
1. Penilaian
a. Mengenal patensi airway (inspeksi, auskultasi, palpasi)
b. Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
2. Pengelolaan airway
a. Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol
servikal in-line immobilisasi
b. Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning
dengan alat yang rigid
c. - Pasang pipa nasofaringeal atau orofaringeal
- Pasang airway definitif sesuai indikasi
JOKO WIBOWO S
(012116424)
perlindungan airway
Tidak sadar
Apnea
Paralisis neuromuskuler
Tidak sadar
Fraktur maksilofasial
Bahaya aspirasi
Perdarahan
membutuhkan hiperventilasi
Muntah - muntah
singkat,
bila terjadi penurunan keadaan
neurologis
Bahaya sumbatan
Hematoma leher
Cedera laring, trakea
Stridor
Fiksasi leher
4. Anggaplah bahwa terdapat kemungkinan fraktur servikal pada
setiap penderita multi trauma, terlebih bila ada gangguan
kesadaran atau perlukaan diatas klavikula.
5. Evaluasi
B. Breathing dan Ventilasi-Oksigenasi
1. Penilaian
a. Buka
leher
dan
dada
penderita,
dengan
tetap
JOKO WIBOWO S
(012116424)
pertanda
diperlukannya
resusitasi
masif
segera.
d. Periksa warna kulit, kenali tanda-tanda sianosis.
e. Periksa tekanan darah
2. Pengelolaan
a. Penekanan langsung pada sumber perdarahan eksternal
b. Kenali perdarahan internal, kebutuhan untuk intervensi
bedah serta konsultasi pada ahli bedah.
c. Pasang kateter IV 2 jalur ukuran besar sekaligus mengambil
sampel darah untuk pemeriksaan rutin, kimia darah, tes
kehamilan (pada wanita usia subur), golongan darah dan
cross-match serta Analisis Gas Darah (BGA).
d. Beri cairan kristaloid yang sudah dihangatkan dengan
tetesan cepat.
e. Pasang PSAG/bidai pneumatik untuk kontrol perdarahan
pada pasien-pasien fraktur pelvis yang mengancam nyawa.
f. Cegah hipotermia
3. Evaluasi
D. Disability
1. Tentukan tingkat kesadaran memakai skor GCS/PTS
JOKO WIBOWO S
(012116424)
diperlambat
sampai
kecepatan
maintenance
Tidak ada indikasi bolus cairan tambahan yang lain atau
pemberian darah
Pemeriksaan darah dan cross-match tetap dikerjakan
Konsultasikan pada ahli bedah karena intervensi operatif
pemberian darah
Respon terhadap pemberian darah menentukan tindakan
operatif
Konsultasikan pada ahli bedah.
3. Tanpa respon
Konsultasikan pada ahli bedah
Perlu tindakan operatif sangat segera
Waspadai kemungkinan syok non
hemoragik
seperti
JOKO WIBOWO S
(012116424)
atau
BPH,
jangan
dilakukan
manipulasi
atau
JOKO WIBOWO S
(012116424)
A. Anamnesis
Anamnesis yang harus diingat:
A : Alergi
M : Mekanisme dan sebab trauma
M : Medikasi ( obat yang sedang diminum saat ini)
P : Past illness
L : Last meal (makan minum terakhir)
E
perlukaan.
B. Pemeriksaan Fisik
Hal yang Identifikasi/
Penilaian
Dinilai
Tingkat
Kesadara
n
tentukan
Beratnya
Skor GCS
trauma
Penemuan
Konfirmasi
Klinis
dengan
8, cedera
kepala berat
kapitis
9 -12,
cedera
CT Scan
Ulangi tanpa
relaksasi
Otot
kepala
sedang
13-15,
cedera
kepala
ringan
Pupil
Bentuk
Reaksi
"mass
CT Scan
effect"
Diffuse
axional
injury
Perlukaan
mata
Kepala
Luka pada
Inspeksi
Luka kulit
CT Scan
adanya luka
dan fraktur
Palpasi
adanya
fraktur
Maksilof
asial
Luka
jaringan
lunak
Fraktur
Kerusakan
Inspeksi :
deformitas
JOKO WIBOWO S
(012116424)
kepala
Fraktur
impresi
Fraktur basis
Fraktur
Foto tulang
tulang wajah
wajah
Maloklusi
Palpasi :
krepitus
syaraf
Cedera
CT Scan
jaringan
tulang wajah
lunak
Luka dalam
mulut/gigi
Leher
Palpasi
Auskultasi
Kerusakan
Deformitas
faring
subkutan
Murmur
Cedera
Tembusnya
esofagus
Angiografi/
Emfisema
Hematoma
vaskular
Foto servikal
Doppler
Esofagoskop
i
Laringoskopi
platisma
Gangguan
Nyeri, nyeri
neurologis
tekan C
spine
Toraks
Perlukaan
dinding
toraks
Inspeksi
Palpasi
Jejas,
deformitas,
gerakan
Foto toraks
CT Scan
Auskultasi
subkutan
Pneumo/
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Paradoksal
Angiografi
Nyeri tekan
dada,
hematotorak
krepitus
Bising nafas
Cedera
berkurang
bronchus
Bunyi
Kontusio
jantung jauh
paru
Krepitasi
Kerusakan
mediastinu
aorta
torakalis
Bronchoskop
i
Tube
torakostomi
Perikardio
sintesis
USG TransEsofagus
Nyeri
punggung
hebat
tentukan
Abdomen Perlukaan
/
dd.
pinggang
Abdomen
Cedera
intraperitoneal
Cedera
Inspeksi
Palpasi
Auskultasi
Tentukan
arah
penetrasi
retroperiton
Penemuan
Konfirmasi
klinis
dengan
Nyeri, nyeri
DPL
tekan abd.
Iritasi
peritoneal
Cedera
organ
viseral
Cedera
eal
FAST
CT Scan
Laparotomi
Foto dengan
kontras
Angiografi
retroperiton
eal
Pelvis
Cedera
Palpasi
Cedera
Foto pelvis
JOKO WIBOWO S
(012116424)
Genito-
simfisis
Genito-
urinarius
pubis untuk
rinarius
pelebaran
(hematuria)
Fraktur
pelvis
Nyeri tekan
tulang pelvis
Tentukan
Fraktur
pelvis
Perlukaan
instabilitas
perineum,
pelvis
rektum,
(hanya satu
vagina
kali)
Urogram
Uretrogram
Sistogram
IVP
CT Scan
dengan
kontras
Inspeksi
perineum
Pem.
Rektum
/vagina
Medula
spinalis
Trauma
kapitis
Trauma
medulla
Pemeriksaan "mass
motorik
Pemeriksaan
sensorik
spinalis
kolumna
Vertebralis
Kerusakan
Tetraparesis
radiks
perifer
is
MRI
Cedera
syaraf
vertebral lnstabilitas
unilateral
Paraparesis
Trauma
Kolumna Fraktur
effect"
Foto polos
syaraf
Respon
verbal
terhadap
nyeri,
tanda
CT Scan
JOKO WIBOWO S
(012116424)
lateralisasi
Nyeri tekan
Deformitas
Ekstremi Cedera
tas
jaringan
lunak
Inspeksi
Palpasi
Fraktur
Kerusakan
sendi
Defisit
neurovascular
Jejas,
pembengka
kan, pucat
Malalignment
Nyeri, nyeri
tekan,
Krepitasi
Foto ronsen
Doppler
Pengukuran
tekanan
komparteme
n
Angiografi
Pulsasi
hilang/
berkurang
Komparteme
n
Defisit
neurologis
JOKO WIBOWO S
(012116424)
terhadap
kemungkinan
Walaupun
banyak
terjadinya
faktor
yang
ruptur
diafragma
berperan
dalam
JOKO WIBOWO S
(012116424)
darah
terus
menerus,
eksplorasi
bedah
herus
dipertimbangkan.
Wim De jong, Sjamsuhidajat. Buku ajar Ilmu Bedah; Edisi 2.
EGC. Jakarta. 2005. Hal 93-95.