Anda di halaman 1dari 6

Kasus

Topik: Asma Bronkiale


Tanggal (kasus): 13 April
2015
Tangal presentasi:

Persenter: dr. Fahria Aldiana


Pendamping: dr. Agustina

Tempat presentasi: RSUD Berkah Pandeglang


Obyektif presentasi:
Keilmuan
Diagnostik
Neonatus

Keterampilan

Penyegaran

Manajemen
Bayi

Anak

Tinjauan Pustaka

Masalah

Istimewa

Remaja

Lansia
Dewasa

Bumil

Deskripsi: perempuan, 43 tahun, sesak nafas disertai suara 'ngik-ngik', timbul tiba-tiba pada pagi
hari saat udara dingin. Sebelumnya pasien pernah mengeluhkan hal yang sama terutama bila udara
dingin atau terkena debu. Pasien memiliki riwayat asma sejak masih kecil.
Tujuan: menegakkan diagnosis dan melakukan penatalaksanaan
Bahan bahasan:

Tinjauan
Pustaka

Riset

Kasus

Audit

Cara membahas:

Diskusi

Data pasien:

Nama: SK

Nama klinik:

Telp:-

Presentasi dan
diskusi

Email

Pos

Nomor Registrasi: Terdaftar sejak: 13 April 2015

Data utama untuk bahan diskusi:


1. Diagnosis/ Gambaran Klinis:
Diagnosis asma ditegakkan karena dari anamnesa didapatkan keluhan sesak nafas yang timbul tibatiba pada pagi hari karena cuaca dingin. Keluhan sesak disertai dengan perasaan tidak nyaman di
dada, susah mengeluarkan nafas dan juga disertai dengan suara 'ngik-ngik'. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan suara wheezing pada paru dan setelah pemberian nebulizer keluhan dikatakan membaik.
Dari data yang diperoleh gambaran klinis yang dialami pasien menjurus pada asma bronkiale.
2. Riwayat Kesehatan/Penyakit:
Pasien memiliki riwayat asma sejak masih anak-anak. Namun, sejak kurang lebih setahun penyakit
asmanya dikatakan tidak pernah kambuh.
3. Riwayat Pengobatan:
Pasien biasanya menggunakan obat inhalasi bila asmanya kambuh. Pasien menggunakan obat tersebut
hanya bila sedang serangan dan tidak ada mengkonsumsi obat-obat asma lainnya tiap harinya.
4. Riwayat keluarga:
Ayah pasien dikatakan memiliki riwayat penyakit yang sama.

5. Riwayat pekerjaan:
Pasien tidak bekerja dan hanya sebagai ibu rumah tangga.
Daftar Pustaka:
a. Mangunegoro, H. Widjaja, A. Sutoyo, DK. Yunus, F. Pradjnaparamita. Suryanto, E. et al. (2004), Asma
Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia, Balai Penerbit FKUI, Jakarta.
Sundaru, H. Sukamto. (2006), Asma Bronkial, In: Sudowo, AW. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M.
b.
Setiati, S. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Edisi Keempat, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, pp:
c. 247-252.
McFaden, ER. (2005), Asthma, In: Kasper, DL. Pauci, AS. Longo, DL. Draunwald, E. Hauser, SL. Jameson,
JL. (eds), Harrisons Principal of Medicine, 16 th ed, Vol 2, McGraw-Hill, Philladelphia, pp:1508-1515.
d. Chesnutt, MS. Prendergast, TJ. (2007), Lung, In: McPhee, SJ. Papadakis, MA. (eds) Current Medical
Diagnosis and Treatment, 46 th ed, McGrawHill, Philadelphia, pp: 230-241.
e. Rani, AA. Soegondo, S. Nasir, UAZ. Wijaya, IP. Nafrialdi. Mansjoer, A. (2006), Panduan Pelayanan Medik
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, PB PAPDI, Jakarta.
Hasil pembelajaran:
1. Diagnosis Asma Bronkiale
2. Gambaran klinis yang terdapat pada asma bronkiale
3. Menentukan faktor-faktor risiko yang mungkin menyebabkan asma bronkiale
4. Penatalaksanaan asma bronkiale yang rasional
5. Edukasi untuk sedapat mungkin menghindari faktor penyebab dan memperhatikan pengobatan yang
diperlukan pada asma natalaksaan non medikamentosa

Rangkuman hasil pembelajaran portofolio:


1. Subyektif:
Pasien datang dengan keluhan sesak nafas yang timbul sejak kurang lebih 30 menit sebelum masuk
rumah sakit. Keluhan sesak nafas dikatakan timbul secara tiba-tiba setelah pasien pulang dari pasar dan
ingin mengantar anaknya ke sekolah dengan sepeda motor. Pada saat sesak nafas, pasien juga
merasakan rasa tidak nyaman di dada. Nafas dikatakan terasa berat dan disertai bunyi "ngik-ngik".
Namun pasien masih mampu berjalan dari kendaraannya hingga ke unit gawat darurat.
Pasien juga mengalami batuk kurang lebih sejak satu minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk
dikatakan hilang timbul. Batuk tidak disertai dahak maupun darah. Batuk lebih sering dirasakan pada
pagi hari dan malam hari terutama bila cuaca dingin. Saat ini batuk masih dialami penderita namun
sudah berkurang dibanding sebelumnya.
Menurut pasien, dirinya memang memiliki penyakit asma sejak masih kecil. Pasien juga sudah
memiliki obat asma inhalasi yang biasa dipakai pasien bila sesak nafasnya kambuh. Pasien
mengkonsumsi obat asma inhalasi hanya bila sedang serangan saja dan tidak ada mengkonsumsi obatobat asma lainnya setiap harinya. Sejak kurang lebih setahun penyakit sesak nafasnya tidak pernah
kambuh lagi.
2. Objektif:
Pada pasien ini didapatkan respirasi 26 kali per menit dengan status present lain dalam batas normal.
Dari pemeriksaan fisik paru didapatkan suara wheezing pada seluruh lapangan paru. Sedangkan
pemeriksaan status general lain dalam batas normal.
3. Assessment:
Untuk dapat menegakkan diagnosa asma bronkiale dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Dari
anamnesa diharapkan diperoleh data tentang keluhan, faktor resiko asma, dan riwayat penyakit. Dari
pemeriksaan fisik diharapkan didapatkan tanda spesifik untuk asma bronkiale.
Pada pasien ini dari anamnesa didapatkan keluhan sesak nafas yang timbul tiba-tiba pada pagi hari
karena cuaca dingin. Keluhan sesak disertai dengan perasaan tidak nyaman di dada, susah
4

Pada pasien ini melalui pemeriksaan fisik yang dilakukan didapatkan adanya suara wheezing pada
lapangan paru. Setelah pemberian oksigen dan nebulizer, dari evaluasi pemeriksaan paru didapatkan
suara wheezing yang jauh berkurang dibandingkan pemeriksaan fisik awal. Dengan data yang diperoleh
gejala klinis yang didapat pada pasien ini mengarah pada asma bronkiale. Pemeriksaan penunjang lain
yang dapat diusulkan untuk dilakukan adalah pemeriksaan spirometri paru.
4. Plan:
Diagnosis: bila tersedia pada tempat pelayanan dapat dilakukan spirometri untuk mengetahui lebih jauh
mengenai fungsi paru pada pasien asma bronkiale. Dengan pemeriksaan spirometri juga dapat dilakukan
evaluasi terapi yang kita berikan terhadap pasien.
Pengobatan:Untuk terapi medikamentosa diberikan O2 sebanyak 2 liter/menit, nebulizer ventolin 1 vial
(ditambah 2 cc Nacl), methylprednisolon 3x1 tablet, salbutamol 3x1 tablet dan ambroxol sirup 3xC1.
Pemberian nebulizer ventolin telah sesuai dengan penanganan serangan asma akut yang berfungsi untuk
relaksasi otot polos saluran nafas, meningkatkan pembersihan mukosilier dan permeabilitas pembuluh
darah, memodulasi pelepasan mediator sel mast dan basofil. Glukokortikosteroid sistemik diberikan untuk
mempercepat resolusi pada serangan asma, terutama jika pemberian agonis 2 kerja singkat inhalasi pada
pengobatan awal tidak memberikan respon serta mengurangi proses inflamasi yang terdapat pada saluran
nafas. Pemberian salbutamol berfungsi sebagai pelega untuk mengatasi gejala asma yang dapat diberikan
3-4 kali sehari. Ambroxol dalam hal ini diberikan karena pasien mengeluhkan batuk sejak kurang lebih satu
minggu sebelum masuk rumah sakit.
Edukasi: Pasien disarankan agar sedapat mungkin menghindari faktor risiko yang dapat menstimulasi
terjadinya serangan asma seperti udara dingin, debu rumah, asap rokok, serta faktor mencetus lain
seperti akivitas fisik yang berlebihan dan stres. Pasien juga sebaiknya mengenali dengan baik gejalagejala asma yang dialaminya sehingga sedapat mungkin mendapatkan terapi atau menuju ke tempat
pelayanan kesehatan bila keluhan dirasakan berat dan tidak membaik dengan obat inhalasi pada
umumya.
5

Anda mungkin juga menyukai