Anda di halaman 1dari 15

Bab I

Pendahuluan

Seseorang mungkin memiliki penglihatan normal, mendekati normal, dan ada yang
mengalami penurunan penglihatan yang sedang hingga berat. Semua pasien berpenglihatan
kurang memiliki penglihatan yang berfungsi hingga derajat tertentu walaupun penurunan
penglihatannya mungkin bermakna. Di Amerika serikat, lebih dari 6 juta orang mengalami
gangguan penglihatan. Lebih dari 75% pasien yang berobat berusia 65 tahun atau lebih.1
Presbiopia merupakan hasil dari penurunan bertahap yang merupakan penyesuaian
diri terhadap usia dan dapat mempunyai beberapa efek pada kualitas penglihatan dan kualitas
hidup. Satu kasus presbiopi tanpa koreksi optik menghasilkan ketidakmampuan untuk
melakukan sekali usaha melihat dekat pada suatu jarak tanpa mengalami gejala-gejala
penglihatan. Presbiopi diartikan menjadi Kegagalan penglihatan yang tidak dapat diubah,
serta merupakan perubahan yang tidak dapat dijelaskan dan menjadi syok psikologis.2
Ketika amplitudo akomodasi berkurang, jangkauan pandangan yang jelas mungkin
menjadi tidak cukup untuk melakukan tugas yang biasa dilakuan pasien. Efek dari proses ini
berbeda beda pada setiap orang. Mereka yang sering menuntut untuk melakukan
penglihatan dekat kemungkinan untuk memiliki banyak kesulitan. Karena kebutuhan untuk
membaca di jarak dekat dan jarak menengah sangat penting di semua masyarakat.2

Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Anatomi Bola Mata


Bola mata berbentuk bulat dengan panjang maksimal 24 mm. Bola mata dibungkus
oleh 3 lapis jaringan, yaitu:3
a. Sklera merupakan jaringan ikat yang kenyal dan memberikan bentuk pada mata,
merupakan bagian terluar yang melindungi bola mata.
b. Jaringan uvea merupakan jaringan vascular. Terdiri atas iris, badan siliar, dan koroid.
Pada iris didapatkan pupil yang oleh 3 susunan otot dapat mengatur jumlah sinar masuk
kedalam bola mata. Otot siliar yang terletak di badan siliar mengatur bentuk lensa untuk
kebutuhan akomodasi. Badan siliar yang terletak dibelakang iris menghasilkan cairan
bilik mata (akuos humor), yang dikeluarkan melalui trabekulum yang terletak pada
pangkal iris di batas kornea dan sklera.
c. Lapis ketiga bola mata adalah retina yang terletak paling dalam dan mempunyai susunan
lapis sebanyak 10 lapis yang merupakan lapis membran neurosensoris yang akan
merubah sinar menjadi rangsangan pada saraf optik dan diteruskan ke otak.
Badan kaca mengisi rongga di dalam bola mata dan bersifat gelatin yang hanya
menempel papil saraf optik, macula dan pars plana.
Lensa terletak di belakang pupil yang dipegang di daerah ekuatornya pada badan
siliar melalui Zonula Zinn. Lensa mata mempunyai peranan pada akomodasi atau melihat
dekat sehingga sinar dapat difokuskan didaerah makula lutea.
Terdapat 6 otot penggerak bola mata yaitu : otot oblik inferior, otot oblik superior,
otot rektus inferior, otot rektus lateral, otot rektus medius, otot rektus superior.3

Gambar 1. Anatomi Bola Mata


1. Kornea
Kornea (Latin cornum = seperti tanduk) adalah selaput bening mata, bagian selaput
mata yang tembus cahaya, merupakan lapisan jaringan yang menutup bola mata sebelah
depan dan terdiri atas lapis :3,4
a. Epitel
b. Membran bowman
c. Stroma
d. Membran descement
e. Endotel
Kornea dipersarafi oleh banyak saraf sensoris terutama berasal dari saraf siliar
longus, saraf nasosiliar, saraf ke V saraf siliar longus berjalan suprakorois, masuk kedalam
stroma kornea, menembus membran Bowman melepasan selubung schwannya. Seluruh lapis
epitel dipersarafi sampai pada kedua lapis terdepan tanpa ada akhir saraf.3

2. Uvea
Lapis vaskular didalam bola mata yang terdiri atas iris, badan siliar dan koroid.
Perdarahan uvea dibedakan antar bagian anterior yang diperdarahi oleh 2 buah arteri siliar
posterior longus dan 7 buah arteri siliar anterior. Uvea posterior mendapat perdarahan dari
15-20 buah arteri siliar posterior brevis yang menembus sklera disekitar tempat masuk saraf
optik.3

Persarafan uvea didapatkan dari ganglion siliar yang terletak antara bola mata
dengan otot rektus lateral, 1 cm di depan foramen optik, yang menerima 3 akar saraf dibagian
posterior yaitu :3
a. Saraf sensoris, yang berasal dari saraf nasosiliar yang mengandung serabut sensoris untuk
kornea, iris dan badan siliar.
b. Saraf simpatis yang membuat pupil berdilatasi, yang berasal dari saraf simpatis yang
melingkari arteri karotis, mempersarafi uvea dan untuk dilatasi pupil.
c. Akar saraf motor yang akan memberikan saraf parasimpatis untuk mengecilkan pupil.
Iris mempunyai kemampuan mengatur secara otomatis masuknya sinar kedalam
bola mata. Reaksi pupil ini merupakan juga indikator untuk fungsi simpatis (midriasis) dan
parasimpatis (miosis) pupil. Badan siliar merupakan susunan otot melingkar dan mempunyai
system ekskresi di belakang limbus.3
Otot melingkar badan siliar bila berkontraksi pada akomodasi akan mengakibatkan
mengendornya zonula Zinn sehingga terjadi pencembungan lensa.
3. Pupil

Pupil anak berukuran kecil akibat belum berkembangnya saraf simpatis. Orang
dewasa ukuran pupil adalah sedang, dan orang tua pupil mengecil akibat rasa silau yang
dibangkitkan oleh lensa yang sklerosis. Pupil waktu tidur kecil, hal ini diakibatkan oleh:
-

Berkurangnya rangsangan simpatis

Kurang rangsangan hambatan miosis


Fungsi mengecilnya pupil untuk mencagah aberasi kromatis pada akomodasi dan

untuk memperdalam fokus seperti pada kamera foto yang difragmanya dikecilkan.3
4. Sudut Bilik Mata Depan
Sudut bilik mata yang dibentuk jaringan korneosklera dangen pangkal iris. Pada
bagian ini terjadi pengaliran keluar cairan bilik mata. Bila terdapat hambatan pengaliran
keluar cairan mata akan terjadi penimbunan cairan bilik mata di dalam bola mata sehingga
tekanan bola mata meninggi atau glaukoma.3

5. Lensa Mata
Jaringan ini berasal dari ektoderm permukaan yang berbentuk lensa di dalam mata
dan bersifat bening. Terletak dibelakang iris yang terdiri dari zat tembus cahaya berbentuk
seperti cakram, yang dapat menebal dan menipis pada saat terjadinya akomodasi. Berbentuk
lempeng cakram bikonveks dan terletak di dalam bilik mata belakang.3
Epitel lensa akan membentuk serat lensa terus menerus sehingga mengakibatkan
memadatnya serat lensa di bagian sentral lensa sehingga membentuk nukleus lensa. Di bagian
luar nukleus ini terdapat serat lensa yang lebih muda dan disebut sebagai korteks lensa.
Nukleus lensa mempunyai konsistensi lebih keras di banding korteks lensa yang lebih muda.
Di bagian perifer kapsul lensa terdapat zonula Zinn yang ,menggantungkan lensa di seluruh
ekuatornya pada badan siliar. Secara fisiologik lensa mempunyai sifat tertentu, yaitu :3
-

Kenyal atau lentur karena memegang peranan terpenting dalam akomodasi untuk menjadi

cembung.
Jernih atau transparan karena diperluka sebagai media penglihatan.
Terletak ditempatnya.

6. Badan Kaca

Merupakan suatu jaringan seperti kaca bening yang terletak antara lensa dengan
retina. Badan kaca memiliki fungsi mempertahankan bola mata agar tetap bulat. Peranannya
mengisi ruang untuk meneruskan sinar dari lensa ke retina. Melekat pada bagian tertentu
jaringan bola mata. Perlekatan itu terdapat pada bagian yang disebut ora serata, pars plana,
dan papil saraf optik. Kebeningan badan kaca disebabkan tidak terdapatnya pembuluh darah
dan sel.3
7. Retina

Mengandung reseptor yang menerima rangsangan cahaya. Berbatasan dengan


koroid dan sel pigmen epitel retina, terdiri atas lapisan:3
a. Lapisan fotoreseptorm, merupakan lapis terluar retina terdiri atas sel batang yang
mempunyai bentuk ramping, dan sel kerucut.
b. Membran limitan eksterna yang merupakan membran ilusi.
c. Lapis nucleus luar, merupakan susunan lapis nukleus sel kerucut dan batang.
d. Lapis pleksiform luar, merupakan lapis aselular dan merupakan tempat sinapsis sel
fotoreseptor dengan sel bipolar dan sel horizontal.
e. Lapis nukleus dalam, merupakan tubuh sel bipolar, sel horizontal dan sel muller.
f. Lapis pleksiform dalam, merupakan lapis aselular dan tempat sinaps sel bipolar, sel
amakrin dengan sel ganglion.
5

g. Lapis sel ganglion yang merupakan lapis badan sel daripada neuron kedua.
h. Lapis serabut saraf, merupakan lapis akson sel ganglion menuju ke arah saraf optik.
i. Membran limitan interna, merupakan membrane hialin antara retina dan badan kaca.
Warna retina biasanya jingga. Pembuluh darah di dalam retina merupakan cabang
arteri oftalmika, arteri retina sentral masuk retina melalui papil saraf yang akan memberikan
nutrisi pada retina dalam. Lapisan luar retina atau sel kerucut dan batang mendapat nutrisi
dari koroid.
8. Saraf Optik
Saraf optik yang keluar dari polus posterior bola mata membawa 2 jenis serabut
saraf, yaitu ; saraf penglihatan dan serabut pupilmotor.3
9. Sklera
Bagian putih bola mata yang bersama sama dengan kornea merupakan
pembungkus dan pelindung isi bola mata. Sklera berjalan dari papil saraf optik sampai
kornea.
Sklera anterior ditutupi oleh 3 lapis jaringan ikat vaskular. Sklera mempunyai
kekakuan tertentu sehingga mempengaruhi pengukuran tekanan bola mata. Walaupun sklera
kaku dan tipisnya 1 mm ia masih tahan terhadap kontusi trauma tumpul.3

2.2 Presbiopia
1. Definisi Presbiopia
Presbiopia merupakan gangguan penglihatan yang berkaitan dengan usia. Hilangnya
daya akomodasi yang terjadi bersamaan dengan proses penuaan pada semua orang disebut
presbiopia. Seseorang dengan mata emetrop (tanpa kesalahan refraksi) akan mulai merasakan
ketidakmampuan membaca huruf kecil atau membedakan benda-benda kecil yang terletak
berdekatan pada usia sekitar 44-46 tahun.1 Gagal penglihatan dekat akibat usia, berhubungan
dengan penurunan amplitudo akomodasi atau peningkatan punctum proximum.2,4,5

2. Epidemiologi Presbiopia

Prevalensi presbiopi lebih tinggi pada populasi dengan usia harapan hidup yang
tinggi. Karena presbiopi berhubungan dengan usia, prevalensinya berhubungan langsung
dengan orang-orang lanjut usia dalam populasinya.
Walaupun sulit untuk melakukan perkiraan insiden presbiopia karena onsetnya
yang lambat, tetapi bisa dilihat bahwa insiden tertinggi presbiopia terjadi pada usia 42 hingga
44 tahun. Studi di Amerika pada tahun 2006 menunjukkan 112 juta orang di Amerika
mempunyai kelainan presbiopia.2
3. Etiologi Presbiopia

Etiologi dari presbiopia adalah kelemahan otot akomodasi dan lensa mata tidak
kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa.2,4

4. Patofisiologi Presbiopia

Cahaya masuk ke mata dan dibelokkan ( refraksi ) ketika melalui kornea dan
struktur-struktur lain dari mata ( kornea, humor aqueus, lensa, humor vitreus ) yang
mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.2
Mata mengatur ( akomodasi ) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary body
yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar cahaya dapat
terfokuskan pada retina.2
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa mengubah
bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan tersebut bayangan
jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat mata makin
menjauh.2
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga dapat lelah.
Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh. Derajat
kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari suatu objek
yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu focus di atas retina, bahkan dengan
usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek dapat dibawa ke fokus jelas
7

dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik dekat berkurang selama hidup,
mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat dengan bertambanya usia, dari sekitar 9
cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia 60 tahun. Pengurangan ini terutama
karena peningkatan kekerasan lens, dengan akibat kehilangan akomodasi karena penurunan
terus-menerus dalam derajat kelengkungan lens yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya
waktu, individu normal mencapai usia 40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah
cukup menyulitkan individu membaca dan pekerjaan dekat.2,4
5. Faktor Resiko Presbiopia

Usia merupakan faktor resiko utama penyebab presbiopia. Namun pada kondisi
tertentu dapat terjadi presbiopia prematur sebagai hasil dari faktor-faktor seperti trauma,
penyakit sistemik, penyakit jantung, atau efek samping obat.2
a. Usia, terjadi pada atau setelah usia 40 tahun.
b. Hipeporia (Hipermetropia), kerusakan akomodasi tambahan jika tidak di koreksi.
c. Jenis kelamin, onset awal terjadi pada wanita.
d. Penyakit atau trauma pada mata, kerusakan pada lensa, zonula, atau otot siliar.
e. Penyakit sistemik : diabetes mellitus, multiple sklerosis, kejadian kardiovaskular,

anemia, Influenza, campak.


f.

Obat-obatan, penurunan akomodasi adalah efeksamping dari obat nonprescription dan


prescription (contoh : alkohol, klorprozamin, hidroklorotiazid, antidepresan, antipsikotik,
antihistamin, diuretik).

g. Lain-lain : Kurang gizi, penyakit dekompresi.

6. Klasifikasi Presbiopia2

a. Presbiopia insipient
Presbiopia insipient merupakan tahap awal di mana gejala atau temuan klinis
menunjukkan beberapa kondisi efek penglihatan dekat. Pada presbiopia insipient
dibutuhkan usaha ekstra untuk membaca cetakan kecil. Biasanya, pasien membutuhkan

tambahan kacamata atau adisi, tetapi tidak tampak kelainan bila dilakukan tes dan pasien
lebih memilih untuk menolak diberikan kacamata baca.
b. Presbiopia Fungsional
Ketika dihadapkan dengan amplitude akomodasi yang berangsur angsur menurun,
pasien dewasa akhirnya melaporkan adanya kesulitan melihat dan akan didapatkan
kelainan ketika diperiksa.
c. Presbiopia Absolut
Sebagai akibat dari penurunan akomodasi yang bertahap dan terus menerus, dimana
presbiopi fungsional berkembang menjadi presbiopia absolut. Presbiopia absolut adalah
kondisi di mana sesungguhnya tidak ada sisa kemampuan akomodatif.
d. Presbiopia Prematur
Pada presbiopia prematur, kemampuan akomodasi penglihatan dekat menjadi berkurang
lebih cepat dari yang diharapkan. Presbiopia ini terjadi dini pada usia sebelum 40 tahun.
Berhubungan dengan lingkungan, gizi, penyakit atau obat obatan, hipermetropia yang
tidak terkoreksi, premature sklerosis dari cristaline lensa, glaukoma simple kronik.
e. Presbiopia nocturnal
Presbiopia nokturnal adalah kondisi dimana terjadi kesulitan untuk melihat dekat
disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi di cahaya redup. Peningkatan ukuran
pupil, dan penurunan kedalaman menjadi penyebab berkurangnya jarak penglihatan dekat
dalam cahaya redup.
7. Gejala Presbiopia
Presbiopia terjadi secara bertahap. Penglihatan yang kabur, dan ketidak mampuan
melihat benda benda yang biasanya dapat dilihat pada jarak dekat merupakan gejala dari
presbiopia. Gejala lain yang umumnya terjadi pada presbiopia adalah:2,4,5
-

keterlambatan saat memfokuskan pada jarak dekat

mata terasa tidak nyaman, berair, dan sering terasa pedas

sakit kepala

astenopia karena kelelahan pada otot siliar

menyipitkan mata saat membaca

kelelahan atau mengantuk saat membaca dekat

membutuhkan cahaya yang lebih terang untuk membaca.


Kesulitan melihat pada jarak dekat yang biasa dilakukan dan mengubah atau

mempertahankan fokus disebabkan oleh penurunan amplitudo akomodasi. Penggunaan


cahaya terang untuk membaca pada pasien menyebabkan penyempitan pupil, sehingga
peningkatan kedalaman fokus. Kelelahan dan sakit kepala berhubungan dengan kontraksi otot
9

orbicularis atau bagian dari otot occipitofrontalis, dan diduga berhubungan dengan
ketegangan

dan

frustrasi

atas

ketidakmampuan

untuk

mempertahankan

jelas penglihatan dekat. Mengantuk dikaitkan dengan upaya fisik dikeluarkan untuk
akomodasi selama beberapa waktu.2,4,5
8. Diagnosa Presbiopia2,4

a. Anamnesa
Anamnesa gejala gejala dan tanda presbiopi. Keluhan pasien terkait presbiopi dapat
bermacam-macam, misalnya pasien merasa hanya mampu membaca dalam waktu
singkat, merasa cetakan huruf yang dibaca kabur atau ganda, kesulitan membaca tulisan
huruf dengan cetakan kualitas rendah, saat membaca membutuhkan cahaya yang lebih
terang atau jarak yang lebih jauh, saat membaca merasa sakit kepala dan mengantuk.
b. Pemeriksaan Oftamologi
-

Pemeriksaan Tajam Penglihatan


Dilakukan di kamar yang tidak terlalu terang dengan Kartu Snellen.
Cara :

Pasien duduk dengan jarak 6 m dari kartu snellen dengan satu mata ditutup.

Pasien diminta membaca huruf yang tertulis di kartu, mulai dari baris paling atas
ke bawah, dan ditentukan baris terakhir yang masih dapat dibaca seluruhnya
dengan benar.

Bila pasien tidak dapat membaca baris paling atas ( terbesar ), maka dilakukan uji
hitung jari dari jarak 6 m.

Jika pasien tidak dapat menghitung jari pada jarak 6 m, maka jarak dapat
dikurangi satu meter, sampai maksimal jarak penguji dengan pasien satu meter.

Jika pasien tidak dapat melihat, dilakukan uji lambaian tangan dari jarak satu
meter.

Jika pasien tetap tidak bisa melihat lambaian tangan, dilakukan uji dengan arah
sinar.
10

Jika penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan
penglihatannya adalah nol (0) atau buta total.
Penilaian :
Tajam penglihatan normal adalah 6/6. Berarti pasien dapat membaca seluruh huruf
dalam kartu snellen dengan benar.
Bila baris yang dapat dibaca seluruhnya bertanda 30, maka dikatakan tajam
penglihatan 6/30. Berarti ia hanya dapat melihat pada jarak 6 m yang oleh orang
normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 30 m.
Bila dalam uji hitung jari, pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah
jari yang diperlihatkan pada jarak 3 m, maka dinyatakan tajam penglihatan 3/60.
Jari terpisah dapat dilihat orang normal pada jarak 60 m.
Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 m. Bila
mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam
penglihatan adalah 1/300.
Bila mata hanya mengenal adanya sinar saja, tidak dapat melihat lambaian tangan,
maka dikatakan sebagai 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak
tidak berhingga.

Pemeriksaan Presbiopia
Untuk usia lanjut dengan keluhan dalam membaca, dilanjutkan dengan pemeriksaan
presbiopia.
Cara :

Dilakukan penilaian tajam penglihatan dan koreksi kelainan refraksi bila terdapat
myopia, hipermetropia, atau astigmatisma, sesuai prosedur di atas.

Pasien diminta membaca kartu baca pada jarak 30-40 cm ( jarak baca)

Diberikan lensa mulai +1 dinaikkan perlahan-lahan sampai terbaca huruf terkecil


pada kartu baca dekat dan kekuatan lensa ini ditentukan.

Dilakukan pemeriksaan mata satu per satu.

9. Penatalaksanaan Presbiopia

11

a. Kacamata

Presbiopia dikoreksi dengan ,menggunakan lensa plus untuk mengatasi daya fokus
otomatis lensa yang hilang. Pada pasien presbiopia kacamata atau adisi diperlukan untuk
membaca dekat yang berkekuaan tertentu:2,4-6

+ 1.0 D untuk usia 40 tahun

+ 1.5 D untuk usia 45 tahun

+ 2.0 D untuk usia 50 tahun

+ 2.5 D untuk usia 55 tahun

+ 3.0 D untuk usia 60 tahun


Karena jarak baca biasanya 33 cm, maka adisi + 3.0 dioptri adalah lensa positif

terkuat yang dapat diberikan pada seseorang. Pemeriksaan adisi untuk membaca perlu
disesuaikan dengan kebutuhan jarak kerja pasien pada waktu membaca. Pemeriksaan sangat
subjektif sehingga angka angka di atas tidak merupakan angka yang tetap.2,4
Kacamata baca memiliki koreksi-dekat di seluruh aperture kacamata sehingga
kacamata tersebut baik untuk membaca, tetapi membuat benda-benda jauh menjadi kabur.
Untuk mengatasi gangguan ini, dapat digunakan kacamata yang bagian atasnya terbuka dan
tidak terkoreksi untuk penglihatan jauh. Kacamata bifokus melakukan hal serupa tetapi
memungkinkan untuk koreksi kalainan refraksi yang lain. Kacamata trifokus mengoreksi
penglihatan jauh disegmen atas, penglihatan sedang di segmen tengah, dan penglihatan dekat
di segmen bawah. Lensa progresif juga mengoreksi penglihatan dekat, sedang, dan jauh tetapi
dengan perubahan daya lensa yang progresif dan bukan bertingkat.1

b. Pembedahan

Terdapat beberapa teknik bedah untuk mengoreksi presbiopi, namun keselamatan,


keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan:2
-

Multifocal intraocular lens implants

12

Accommodating intraocular lens implants

Small-diameter corneal inlays

Modified corneal surface techniques to create multifocal corneas

Conductive keratoplasty (CK)

Moldable intraocular lens implants (IOLs) to develop pseudophakic accommodation

10. Prognosis Presbiopia


Hampir semua pasien presbiopia dapat berhasil dalam menggunakan salah satu
pilihan penatalaksanaan. Dalam beberapa kasus (misalnya, pasien presbiopia yang baru
menggunakan kacamata, pemakai lensa kontak, pasien yang memiliki riwayat kesulitan
beradaptasi dengan koreksi visual), tambahan kunjungan untuk tindak lanjut mungkin
diperlukan. Selama kunjungan tersebut, dokter mata dapat memberikan anjuran kepada
pasien, verifikasi resep lensa dan penyesuaian bingkai. Kadang-kadang, perubahan dalam
desain lensa diperlukan.2

Bab III
Kesimpulan

13

Presbiopia merupakan gangguan akomodasi yang berhubungan dengan proses


penuaan. Akibat gangguan akomodasi ini maka pada pasien berusia lebih dari 40 tahun akan
memberikan keluhan setelah membaca yaitu berupa mata lelah, berair, dan sering terasa
pedas.
Gangguan akomodasi pada usia lanjut dapat terjadi akibat kelemahan otot akomodasi
dan lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sklerosis lensa
Penatalaksanaan pada pasien presbiopi dapat diberikan kacamata yang berkekuatan :
+ 1.0 D untuk usia 40 tahun
+ 1.5 D untuk usia 45 tahun
+ 2.0 D untuk usia 50 tahun
+ 2.5 D untuk usia 55 tahun
+ 3.0 D untuk usia 60 tahun
Selain itu pada penderita presbiopia dapat juga dilakukan pembedahan, namun
keselamatan, keberhasilan dan kepuasan pasien masih belum bisa ditetapkan.

Daftar Pustaka

14

1. Whitcher JP, Paul RE. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum. Jakarta: EGC. 2009;
20:392-393.
2. American Optometric Association. Care of the patient with presbyopia. USA: AOA,
2010.p.3-37.
3. Hartono, Hernowo AT, Sasongko MB, Nugroho A. Anatomi mata dan fisiologi
penglihatan. Dalam: Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu
Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada, 2012.h.1-16.
4. Hartono, Yudono HR, Indrawati SG. Refraksi. Dalam: Suhardjo, Hartono. Ilmu kesehatan
mata. Yogyakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah
Mada, 2012.h.145, 153-5.
5. Ilyas S. Ilmu Penyakit Mata. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. 2010. 1:
3-74
6. Khurana AK. Opthalmologi. New Delhi: New Age International Publishers. 2005. 3: 6065
7. Ganong WF. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC. 1995: 14: 45

15

Anda mungkin juga menyukai