2. Etiologi
Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, Frekuensi kejadian adalah
3,5 per 1000 kehamilan. Faktor-faktor predisposisi yang yang dikemukakan :
a. Faktor organik,
yaitu karena masuknya vili khriales dalam sirkulasi maternal dan perubahan metabolik
akibat kehamilan serta resustensi yang menurunkan dari pihak ibuterhadap perubahanperubahan ini serta adanya alergi, yaitu merupakan salah satu respon dari jaringan ibu
terhadap janin.
b. Faktor psikologik.
Faktor ini memegang peranan penting pada penyakit ini. Rumah tangga yang retak,
kehilangan pekerjaan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap
tanggungan sebagai ibu, dapat menyebabkan konflik mental yang dapat memperberat
mual dan muntah sebagai ekspresi tidak sadar terhadap keenggangan manjadi hamil atau
sebagai pelarian kesukaran hidup.
c. Faktor endikrin
Hopertiroid, diabetes, peningkatan kadar HCG dan lain-lain.
3. Patologi
Pada otopsi wanita meninggal karena hiperemesis Gravidarum diperoleh keterangan bahwa
terjadinya kelainan pada organ-organ tubuh adalah sebagai berikut :
a. Heper : pada tingkat ringan hanya ditemukan degenerasi lemak sentrilobuler tanpa
nekrosis.
b. Jantung : jantung atrofi, menjadi lebih kecil dari biasa. Kadang kala dijumpai perdarahan
sub-endokardial.
c. Otak : terdapat bercak-bercak perdarahan pada otak dan kelainan seperti pada
ensepalopati wirnicke.
d. Ginjal : ginjal tampak pucatdan degenerasi lem dapat ditemukan pada tubuli kontorti.
4. Patofisiologi
Perasaan mual adalah akibat dari meningkatnya kadar estrogen yang biasa terjadi pada
trimester I. Bila terjadi terus-menerus dapat mengakibatkan dehidrasi dan imbangnya
elektrolit dengan alkalosis hipokloremik.
Hiperemesis gravidarum ini dapat mengakibatkan cadangan korbohidrat dan lemak habis
terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tak sempurnah, terjadilah
ketosis dengan tertimbunnya asam aseto-asetik, asam hidroksida bitirik, dan aseton dalam
darah. Muntah menyebabkan dehidrasi, sehingga cairan ekstraseluler dan plasma berkurang.
Natrium dan klorida darah turun. Selain itu, dehidrasi menyebabkan homokonsentrasi,
sehingga aliran darah kejaringan berkurang. Hal ini menyebabkan jumlah zat makanan dan
oksigen kejaringan berkurang pula tertimbunnya zat metabolik yang toksit. Disamping
dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit, dapat terjadi robekan pada selaput lendir
esofagus dan lambung (sindroma mollary-weiss), dengan akibat perdarahan gastrointestinal.
5. Tanda dan Gejala
Batas mual dan muntah berapa banyak yang disebut hiperemesis gravidarum tidak ada
kesepakatan. Ada yang mengatakan, bila lebih dari 10 kali muntah. Akan tetapi, apabila
keadaan umum ibu terpengaruh dianggap sebagai hiperemesis gravidarum.
Hiperemesis gravidarum menurut berat ringannya gejala dibagi menjaditiga tingkatan, yaitu :
a. Tingkat I ( Ringan )
1) Mualmuntah terus-menerus yang mempengaruhi keadaan umum penderita.
2) Ibu merasa lemah.
3) Nafsu makan tidak ada.
4) Berat badan menurun.
5) Merasa nyeri pada epigastrium.
6) Nadi meningkat sekitar 100 per menit.
7) Tekanan darah menurun.
8) Turgor kulit berkurang.
9) Mata cekung.
b. Tingkat II ( Sedang )
1) Penderita tampak lemah dan apatis.
2) Turgor kulit mulai jelek.
3) Lidah mengering dan tampak kotor.
4) Nadi kecil dan cepat.
5) Suhubadan naik (dehidr asi).
6) Mata mulai ikteris
disembuhkan dan dihilangkan masalah atau konflik yang kiranya dapat menjadi latar
belakang penyakit ini.
3) Terapi paretal
Berikan cairan parental yang cukup elektrolit, karbohidrat, dan protein dengan glukaosa
5% dalam cairan garam fisiologik sebanyak 2-3 liter sehari. Bila perlu dapat ditambahkan
kalium dan vitamin, khususnya vitamin B kompleks dan vitamin C dan bila ada
kekurangan protein, dapat diberikan pula asam amino secara intravena. Buat dalam daftar
kontrol cairan yang masuk dan dikeluarkan. Berikan pula obat-obatan seperti yang
disebutkan diatas.
4) Terminasi kehamilan
Pada beberapa kasus keadaan tidak menjadi baik, bahkan mundur. Usahakan mengadakan
pemeriksaan medik dan psikiatrik bila keadaan memburuk. Delirium, kebutaan,
takhikardi, ikterus, anuria, dan perdarahan merupakan manifestasi komplikasi organik.
Dalam keadaan demikian perlu dipertimbangkan untuk mengakhiri kehamilan.
Keputusan untuk melakukan abotus terapiutik sering sulit diambil, oleh karena di satu
pihak tidak boleh dilakukan terlalu cepat, tetapi dilain pihak tidak boleh menunggu
sampai terjadi gejala irreversibel pada organ vital.
7. Komplikasi
8. Pemeriksaan
9. Prognosis
10.
Konsep dasar ASKEP