PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peran Millenium Devolepment Goals (MDGs) dalam pencapaian Inisiasi Menyusu
Dini (IMD), yaitu Inisiasi Menyusu Dini dapat meningkatkan keberhasilan ASI eksklusif
dan lama menyusui maka akan membantu mengurangi kemiskinan, membantu
mengurangi kelaparan karena ASI dapat memenuhi kebutuhan makanan bayi sampai usia
dua tahun, membantu mengurangi angka kematian anak balita. Pemberian ASI dikenal
sebagai salah satu yang memberikan pengaruh yang paling kuat terhadap kelangsungan
hidup anak, pertumbuhan dan perkembangan. Penelitian menyatakan bahwa inisiasi dini
dalam 1 jam pertama dapat mencegah 22% kematian bayi di bawah umur 1 bulan di
negara berkembang (APN, 2007). Pencapaian 6 bulan ASI Eksklusif bergantung pada
keberhasilan inisiasi dalam satu jam pertama. ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama
kehidupan, bersamaan dengan pemberian makanan pendamping ASI dan meneruskan ASI
dari 6 bulan sampai 2 tahun, dapat mengurangi sedikitnya 20% kematian anak balita
(Roesli, 2008).
Pemenuhan kebutuhan gizi bayi sangat perlu mendapat perhatian yang serius. Gizi
untuk bayi yang paling sempurna dan paling murah adalah Air Susu Ibu (ASI)
(Notoatmodjo, 2007). Terjadinya kerawanan gizi pada bayi disebabkan karena selain
makanan yang kurang juga karena akibat ASI banyak diganti dengan susu botol dengan
cara dan jumlah yang tidak memenuhi kebutuhan. Hal ini pertanda adanya perubahan
sosial dan budaya yang negatif dipandang dari segi gizi.
Inisiasi Menyusu Dini (IMD) adalah proses alami mengembalikan bayi manusia
untuk menyusu, yaitu dengan memberikan kesempatan pada bayi untuk mencari dan
menghisap ASI sendiri dalam satu jam pertama pada awal kehidupannya (Roesli, 2008).
Jadi sebenarnya bayi manusia seperti juga bayi mamalia lain yang mempunyai
kemampuan untuk menyusu sendiri. Hal itu terjadi jika segera setelah lahir, bayi
dibiarkan kontak kulit dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam untuk menjamin
berlangsungnya proses menyusui yang benar. Dengan menyusu secara baik dan benar
maka kematian bayi serta gangguan perkembangan bayi dapat dihindari (Roesli, 2008).
Meskipun jumlah orang tua yang telah menyadari pentingnya memberi ASI kepada
bayinya makin meningkat, tetapi berbagai kendala masih ditemukan dimasyarakat. Salah
satunya adalah ketidakberhasilan ibu menyusui anaknya sampai usia 6 bulan. Dari
berbagai alasan yang diungkapkan, sebenarnya hanya satu masalah, yaitu ibu belum
memahami sepenuhnya cara menyusui yang benar termasuk teknik dan cara memperoleh
ASI terutama saat mereka harus bekerja. Masalah lainnya adalah ibu kurang percaya diri
bahwa ASI yang dimilikinya dapat mencukupi kebutuhan nutrisi bayinya, sehingga tidak
sedikit ibu yang memberikan susu formula sebagai tambahan untuk alasan tersebut
(Roesli, 2008).
1
UNICEF dan pemerintah Indoneisa telah mencanangkan IMD sebagai bagian upaya
mengoptimalisasi pemberian ASI secara ekslusif. Sebagai bagian manajemen laktasi yang
relatif baru, IMD harus disosialisasikan secara benar dan luas, tidak hanya kepada
kalangan medis tetapi juga masyarakat (Roesli, 2008).
Beberapa penelitian menyebutkan kelebihan kolostrum (ASI awal) yang sangat
bermanfaat untuk kesehatan bayi lahir serta efek kedekatan hubungan psikologis antara
ibu dengan bayinya. Seperti hasil penelitian Edmond dkk yang dilakukan di Ghana Juli
2003 sampai Juni 2004, yang menghubungkan antara waktu dilakukannya tindakan
Inisiasi penyusuan serta pola pemberian ASI dengan kejadian kematian bayi. Ternyata
dari 10.947 bayi yang dilahirkan dalam keadaan sehat dan diikuti perkembangannya
selama sebulan, ternyata bayi yang tertunda sampai 24 jam lebih baru dilakukan kontak
dengan ibunya mengalami kematian 2,5 kali lebih banyak dibandingkan dengan bayi
yang dilakukan inisiasi dini (Roesli, 2008).
Peran tenaga kesehatan, khususnya dokter dan bidan sangat berpengaruh terhadap
pemberian ASI secara dini. Namun, di Indonesia masih banyak tenaga kesehatan maupun
pelayanan kesehatan (termasuk Rumah Sakit) yang belum mendukung pemberian ASI
secara dini dengan alasan keadaan Ibu masih lemah, masih banyak darah dan lendir yang
harus dibersihkan, takut bayi terkena hipotermi, bahkan ada yang mengatakan Inisiasi
Menyusu Dini dengan membiarkan bayi merangkak sendiri mencari puting susu ibu
adalah hal primitive yang melecehkan bangsa indonesia (padahal IMD juga dilakukan di
negara maju). Banyak rumah sakit dan bidan yang langsung memberikan susu formula
begitu bayi lahir jika ASI belum keluar (Soegiarto, 2008).
Berdasarkan permasalahan di atas penulis ingin menganalisa jurnal yang berjudul
Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1 Bulan Pertama.
B. TUJUAN UMUM
Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menganalisis hasil penelitian Pengaruh
Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1 Bulan Pertama sehingga hasilnya
lebih mudah dipahami oleh pembaca maupun masyarakat luas.
C. TUJUAN KHUSUS
1. Menganalisis judul penelitian dan tujuan penelitian
2. Menganalisis latar belakang penelitian
3. Menganalisis bahan dan metode penelitian
4. Menganalisis hasil penelitian
5. Menganalisis pembahasan penelitian
6. Menganalisis kesimpulan
7. Menganalisis daftar pustaka dari penelitian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. JURNAL
Terlampir
B. TEORI TERKAIT
2
6) Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui eksklusif
dan akan lebih lama disusui.
7) Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan
sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran
hormon oksitosin.
8) Bayi mendapatkan ASI kolostrum-ASI yang pertama kali keluar, cairan emas
ini kadang juga dinamakan. Bayi yang diberi kesempatan IMD lebih dulu
mendapatkan kolostrum dari pada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum,
ASI istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan
terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan
hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus
bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.
9) Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk
pertama kali dalam kondisi seperti ini. Bahkan, ayah mendapat kesempatan
mengazankan anaknya didada ibunya. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya
yang amat indah.
d. Langkah-langkah IMD
Langkah-langkah IMD yang dianjurkan Roesli (2008) adalah sebagai berikut:
1) Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2) Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua
tangannya.
3) Tali pusat dipotong, lalu diikat.
4) Vernix (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak
dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.
5) Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu
dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu. Ibu dan bayi diselimuti bersamasama. Jika perlu, bayi diberi topi untuk mengurangi pengeluaran panas dari
kepalanya.
e. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat
Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini sebagai berikut:
1) Begitu lahir, bayi diletakkan diperut ibu yang sudah dialasi kain kering.
2) Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat.
3) Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.
4) Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan didada ibu ( tidak terjadi kontak
dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan didada ibu(bonding) untuk beberapa
lama (10-15 menit) atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum.
5) Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan
putting susu ibu kemulut bayi.
6) Setelah itu, bayi dibawa kekamar transisi atau kamar pemulihan (recovery
room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan
Vitamin K, dan kadang diberi tetes mata.
f. Lima Tahap Perilaku Bayi
Berikut ini adalah lima tahap prilaku bayi saat IMD:
4
obat yang diasup oleh ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena
bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.
i) Kolostrom tidak keluar atau jumlah kolostrom tidak memadai sehingga
diperlukan cairan lain. Kolostrom cukup dijadikan makanan pertama
bayi baru lahir. Bayi dilahirkan, dengan membawa bekal air dan gula
yang dapat dipakai pada saat itu.
j) Kolostrom tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi.
Kolostrom sangat diperlukan untuk tumbuh-kembang bayi. Selain
sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir,
kolostrom melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih
muda.
2. Teknik Menyusui
a. Pengertian teknik menyusui yang benar
Teknik menyusui yang benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan
perlekatan dan posisi ibu dan bayi dengan benar
b. Posisi dan Perlekatan Menyusui
1) Posisi Dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini
membolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dalam dekapan, sokong
kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian
sisinya (Saryono ,2008).
2) Posisi Football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki
payudara yang besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil
ukurannya atau menyusui anak kembar pada waktu yang bersamaan.
Sokong kepala bayi dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyokong
belakang badan ibu (Saryono, 2008).
3) Posisi Berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan
caesar ini mungkin satu-satunya posisi yang biasa dicoba pada beberapa hari
pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan
atas (Saryono, 2008).
c. Persiapan memperlancar pengeluaran ASI
Persiapan memperlancar pengeluaran ASI dilaksanakan dengan jalan :
1) Membersihkan puting susu dengan air atau minyak, sehingga epitel yang
lepas tidak menumpuk.
2) Puting susu ditarik-tarik setiap mandi, sehingga menonjol untuk
memudahkan isapan bayi.
3) Bila puting susu belum menonjol dapat memakai pompa susu atau dengan
jalan operasi.
d. Langkah-langkah menyusui yang benar
Langkah-langkah menyusui yang benar menurut Suradi (2003) antara lain:
BAB III
ANALISIS JURNAL
A. ANALISIS JURNAL
1. Judul Penelitian
Jurnal ini berjudul Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik Menyusui 1
Bulan Pertama, pada judul tidak terdapat mencantumkan tempat penelitian dan tahun
penelitian.
2. Tujuan
Tujuan jurnal ini adalah Mengetahui pengaruh inisiasi menyusu dini terhadap praktik
menyusui pada bulan pertama kehidupan, tujuan tersebut sudah sesuai dengan judul
penelitian.
3. Latar Belakang
a. Pada latar belakang jurnal sudah terdapat seriusnes of the problem yaitu akibat
dari masalah jika masalah tersebut tidak diatasi pada kalimat berikut:
Pada tahun 2000 prevalensi menyusui pada saat lahir sebesar 71% akan
mengalami penurunan menjadi 54% pada dua minggu pertama setelah lahir, 44%
pada minggu keenam, dan 28% pada bulan keempat. Penurunan prevalensi ini
akan menimbulkan kerugian untuk ibu dan bayinya akibat dari pemberhentian
praktik menyusui yang lebih cepat dari waktu yang seharusnya (2).
b. Pada latar belakang jurnal sudah terdapat political concern yaitu kebijakan atau
perhatian khusus dari lembaga internasional dan kebijakan dari Puskesmas yaitu
dapat dilihat pada kalimat berikut:
1) Puskesmas Pahandut sebagai salah satu pusat pelayanan kesehatan terutama
untuk pertolongan persalinan sudah memberlakukan IMD sejak tahun 2008
pada setiap pertolongan persalinan yang dilakukan.
2) Inisiasi menyusu dini merupakan rekomendasi internasional dari United
Nations Childrens Fund-World Health Organization (UNICEF-WHO) sejak
tahun 1992. Rekomendasi tersebut menyatakan agar semua sarana pelayanan
kesehatan menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui (LMKM)
10
observasional
dengan
rancangan
cohort
prospective
dengan
11
Analisa data pada penelitian ini menggunkan analisa data secara kualitatif dan
kuantitatif sehingga hasilnya lebih terlihat jelas, antara kelompok yang mendapat
IMD dan tidak.
5. Hasil
Hasil penelitian jurnal sudah sesuai dengan tujuan dari jurnal, hasil penelitian sebagai
berikul:
Hasil multivariat dengan permodelan menunjukkan hubungan yang bermakna
antara IMD dengan praktik menyusui dalam satu bulan pertama (dengan mengontrol
variabel keputusan menyusui, keadaan puting susu, tempat tinggal, dan
umur kehamilan) dan dapat memberikan kontribusi sebesar 49% untuk praktik
menyusui
dalam
satu
bulan
pertama
kehidupan.
Analisis
data
kualitatif
memperlihatkan bahwa praktik menyusui banyak terjadi pada ibu yang memperoleh
informasi yang memadai pada saat melakukan pemeriksaan kehamilan dan itu
menyebabkan ibu membuat keputusan untuk menyusui bayinya karena mempercayai
manfaat pemberian ASI untuk kesehatan ibu dan bayinya. Ada beberapa alasan
mengapa ibu tidak memberikan ASI secara penuh yaitu karena kondisi puting susu
yang tidak normal dan kekhawatiran ibu terhadap kesehatan bayinya yang dilahirkan
kurang bulan.
6. Pembahasan
Pembahasan sudah membahas tentang hasil yang didapat dan sudah mencantumkan
hasil penelitian orang lain yang mendukung
mencantumkan teori terkait, namun peneliti tidak mencantumkan hasil penelitian yang
tidak mendukung hasil penelitiannya.
7. Kesimpulan
Kesimpulan sudah sesuai dengan tujuan penelitian.
8. Daftar Pustaka
Terdapat 2 daftar pustaka yang tahun penerbitnya lebih dari 10 tahun. Kebanyakan
daftar pustaka diambil dari penelitian orang lain (80%) dan hanya 20% diambil dari
buku.
12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa jurnal Pengaruh Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Praktik
Menyusui 1 Bulan Pertama didapatkan hasil:
1. Judul penelitian pada judul tidak terdapat mencantumkan tempat penelitian dan tahun
penelitian.
2. Tujuan penelitian tujuan tersebut sudah sesuai dengan judul penelitian.
3. Pada latar belakang sudah mencantumkan seriusnes of the problem dan political
concern, namun Magnitude dan managability tidak dicantumkan atau dijelaskan
secara lengkap, serta tidak terdapat community concern.
4. Jenis penelitian yang dipakai sudah sesuai dengan tujuan penelitian, dalam jurnal tidak
dijelaskan cara /metode pengambilan sample. Analisa data pada penelitian ini
menggunkan analisa data secara kualitatif dan kuantitatif sehingga hasilnya lebih
terlihat jelas, antara kelompok yang mendapat IMD dan tidak.
5. Hasil penelitian jurnal sudah sesuai dengan tujuan dari jurnal
6. Pembahasan sudah membahas tentang hasil yang didapat dan sudah mencantumkan
hasil penelitian orang lain yang mendukung
mencantumkan teori terkait, namun peneliti tidak mencantumkan hasil penelitian yang
tidak mendukung hasil penelitiannya.
7. Kesimpulan sudah sesuai dengan tujuan penelitian.
9. Terdapat 2 daftar pustaka yang tahun penerbitnya lebih dari 10 tahun. Kebanyakan
daftar pustaka diambil dari penelitian orang lain (80%) dan hanya 20% diambil dari
buku.
13
DAFTAR PUSTAKA
Kresnawan. (2007). Pelatihan APN Bahan Tambahan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta:
JNPKR-KR.
Notoatmodjo. (2007). Promosi Kesehatan dan Prilaku. Jakarta: Rineka Cipta.
Roesli. (2008). Inisiasi Menyusu Dini dan Asi Eksklusif. Jakarta: Rineka Cipta.
Rosita. (2008). ASI Untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana.
14
LAMPIRAN
15