Disusun oleh
Kelompok Tutorial 6
I Komang Adi Widana
1010122
Fakultas Kedokteran
Universitas Kristen Maranatha
Bandung
2010
CHOLELITHIASIS
Definisi
1. Penyakit batu empedu yang dapat ditemukan di dalam kandung empedu atau di dalam
ductus choledochus atau pada kedua-duanya - Ilmu Bedah
2. Adanya atau pembentukan batu empedu ; batu ini mungkin terdapat dalam kandung
empedu (cholecystolithiasis) atau dalam ductus choledochus (choledocholithiasis)
Dorland
Etiologi
Klasifikasi
Insidensi
kuman gram negatif Escherichia coli ikut berperan penting dalam timbulnya batu
pigmen
Amerika Serikat 20 % dan 8 % usia di atas 40 tahun
Batu kolesterol
Bersifat radiolusen. Berwarna kuning pucat serta keras. Mengandung paling sedikit 70 %
kristal kolesterol, sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitat, dan kalsium
billirubinat. Terbentuk hampir selalu di kandung empedu, dapat berupa batu soliter atau
multiple. Permukaannya licin atau meltifaset, bulat, berduri, dan ada yang seperti buah
murbei. Proses pembentukannya melalui 4 tahap, yaitu penjenuhan empedu dan
kolesterol, pembentukan nidus / sarang burung, kristalisasi dan pertumbuhan batu.
Derajat penjenuhan empedu oleh kolesterol dapat dihitung melalui kapasitas daya larut.
Penyebab penjenuhan :
o Bertambahnya sekresi kolesterol pada keadaan obesitas, diet tinggi kalori dan
kolesterol, pemakaian obat yang mengandung estrogen atau klofibrat.
o Penurunan relatif asam empedu atau fosfolipid penderita gangguan absorpsi di
ileum atau gangguan daya pengosongan primer kandung empedu
Asal nidus :
o
o
o
o
o
o
Pigmen empedu
Mukoprotein
Lendir
Protein lain
Bakteria
Benda asing lain
dan
kecepatannya
ditentukan
oleh
kecepatan
relatif
pelarutan
dan
pengendapan. Stasis kandung empedu juga berperan dalam pembentukan batu. Puasa
yang lama akan menimbulkan empedu yang lithogenik akibat stasis tadi.
Batu billirubin
Disebut juga batu pigmen atau batu lumpur. Bersifat labih radioopaque. Berisi kalsium
billirubinat. Sering ditemukan dalam bentuk yang tidak teratur, kecil-kecil, dapat
berjumlah banyak, warnanya bervariasi antara merah, coklat sampai hitam, berbentuk
seperti lumpur atau tanah yang rapuh. Memiliki kadar kolesterol kurang dari 25 %. Batu
pigmen hitam terbentuk di dalam kandung empedu terutama terbentuk pada gangguan
keseimbangan metabolik seperti anemia hemolitik dan sirrosis hati tanpa didahului
infeksi. Batu pigmen hitam ditemukan pada kandung empedu yang steril, sedangkan
batu coklat terdapat pada saluran empedu intrahepatik atau ekstrahepatik yang
terinfeksi. Keduanya lunak dan biasanya multiple, batu coklat cenderung berminyak.
Faktor penyebab :
o
o
o
o
Infeksi
Stasis
Dekonjugasi billirubin
Ekskresi kalsium
Pada penderita batu billirubin tidak ditemukan empedu yang sangat jenuh dengan
kolesterol baik di dalam kandung empedu maupun di hati. Pada penderita batu billirubin,
konsentrasi billirubin yang tidak terkonjugasi meningkat, baik di dalam kandung empedu
maupun di dalam hati. Pada batu ini sering ditemukan bakteri gram negatif terutama
Escherichia coli. Keadaan lain yang berhubungan dengan batu pigmen dan kolangitis
bakteri gram negative di Asia Timur ialah infestasi parasit Clonorchis sinensis, Fasciola
hepatica, dan Ascaris lumbricoides. Patogenesis batu berpigmen didasarkan pada
adanya billirubin tak terkonjugasi di saluran empedu ( yang sukar larut dalam air ) dan
pengendapan garam billirubin kalsium. Infeksi pembuluh bilier oleh Escherichia coli,
Ascaris lumbricoides, atau cacing hati Opisthorchis sinensis menimbulkan dekonjugasi
billirubin glukuronida yang disekresi oleh hati, dan pembentukan billirubin tak
terkonjugasi. Kondisi hemolitik kronik juga memicu pembentukan billirubin tak
terkonjugasi di saluran empedu ini.
Batu campuran
Faktor Risiko
Batu kolesterol
o Orang Amerika asli, orang dewasa di negara industry
o Penambahan usia, rasio : = 1 : 2
o Pengaruh estrogenik, klofibrat, obesitas, dan penurunan berat badan yang cepat
o Stasis kandung empedu : cedera sumsum tulang belakang, kehamilan
o Sindrom hiperkolesterolemik
Batu billirubin
o Orang Asia lebih sering daripada orang Barat, penduduk rural lebih sering daripada
urban
o Sindrom hemolitik kronik, infeksi pembuluh bilier ( seperti pada infeksi bakteri atau
parasit )
o Penyakit usus halus / ileal ( reseksi atau bypass ), fibrosis kistik dengan insufisiensi
pankreas.
Female
Fertile
Forty
Fatty
Familiar
Patofisiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan pembentukan empedu
Stasis
Saturasi dan jumlah kolesterol
Kecepatan pembentukan empedu
Kecepatan absorpsi air dan elektrolit
Infeksi bakteri
Pengintian dari pembentukan batu
empedu
Produksi prostaglandin ( meningkatkan produksi mucus )
dan mucin
pembentukan batu
Gejala Klinik
Dasar Diagnosis
Pemeriksaan Fisik
o Batu kandung empedu
1. Kelainan yang berhubungan dengan komplikasi, seperti cholecystitis akut dengan
peritonitis lokal atau umum, hidrops kandung empedu, atau pankreatitis
2. Nyeri tekan dengan punktum maksimum di daerah letak anatomi kandung empedu
3. Murphys sign positif penderita menarik nafas panjang karena kandung empedu
yang meradang tersentuh ujung jari tangan pemeriksa dan pasien berhenti menarik
nafas
o Batu saluran empedu
1. Tidak menimbulkan gejala dalam fase tenang
2.
3.
4.
5.
6.
sampai koma
Pemeriksaan Laboratorium
o Asimptomatik tidak ada kelainan laboratorik
o Peradangan akut leukositosis
o Sindrom Mirizzi kenaikan ringan billirubin serum akibat penekanan ductus
choledochus oleh batu, dinding yang oedem di daerah kantong Hartmann, dan
penjalaran radang ke dinding yang tertekan tersebut
o Batu dalam ductus choledochus billirubin serum yang tinggi
o Kadar fosfatase alkali serum dan mungkin juga kadar amylase serum biasanya
Pemeriksaan Penunjang
Jenis Pemeriksaan
Foto
Abdomen
Keterbatasan
Keterangan
Diagnostik
Diagnostik
Polos Biaya rendah
Hasil yang relatif Temuan patogmonik : batu
Tersedia
dengan
rendah
empedu berkalsifikasi
Dikontraindikasi pada Empedu limau, GB perselin
mudah
Kolesistitis
emfisematus,
kehamilan
Kolesistogram
Oral (OCG)
Keuntungan
Biaya rendah
Tersedia
dengan
mudah
bila
Pengenalan
batu
dengan
empedu
yang
reaksi
keterbatasan
mencegah
diagnostik
GBUS
sebagian
besar
dengan : billirubin
GB,
kolesistosis
serum
hiperplastik
Pengenalan
mol/L
>34-68
(
2-4
mg/dL ), kegagalan
penyakit
kronik
terhadap
kontras teriodinasi
Nonvisualisasi
tepat (90-95 %)
Pengenalan
anomali
riwayat
GB
untuk
setelah
mencerna
atau mengabsorpsi
nonvisualisasi
tablet
pada dosis ganda Gangguan
ekskresi
hati
Batu yang
sangat
empedu
tepat (>95 %)
Pemindaian
serempak
hati,
batu
yang
duktus
billiaris, pankreas
Pemindaian nyatawaktu
memberikan
penilaian
volume
GB, kontraktilitas
Tidak dibatasi oleh
ikterus, kehamilan
Mungkin
mendeteksi
daripada GBUS
Udara usus
Prosedur pilihan
Obesitas masif
deteksi batu
Ascites
Pemeriksaan barium
terbaru
GB,
batu
dibutuhkan
untuk
Pemindaian
Pengenalan
Radioisotop
obstruksi
cysticus
kehamilan
yang Billirubin serum >103205 mol/L (6-12
tepat
Penilaian serempak
ductus billiaris
mg/dL)
Kolesistogram
resolusi
yang
rendah
bila
diberi
bersama
CCK
untuk
menilai
pengosongan
kandung empedu
Diagnosis Banding
Dissecting aneurysm
Penyakit kandung empedu ( cholecystitis, cholangitis )
Hepatitis
Hepatomegali
Pankreatitis
PUD ( peptic ulcer disease )
Pneumonia
Emboli paru
Pyelonephritis
Kolik renal
Infark renal
Appendicitis ( retroperitoneal )
Komplikasi
Cholecystitis kronik
Ikterus obstruktif
Kolangitis
Kolangiolitis piogenik
Fistel bilioenterik
akalkulus,
Penatalaksanaan
Nonbedah
a.
Lisis batu
b.
c.
d.
Litotripsi
Kriteria seleksi pasien :
Riwayat kolik billiaris
Batu radiolusen
Kandung empedu yang
kolesistografi
oral
atau
berfungsi
dengan
pengosongan
opasifikasi
yang
normal
pada
pemeriksaan
pada
pemeriksaan
skintigrafifkolesistokinin
Jumlah batu maksimum 3 buah, tetapi lebih baik batu tunggal 20 mm
Tidak ada kolesistitis akut, kolangitis, sumbatan saluran empedu, pankreatitis akut,
dan kehamilan
Efek samping sebagian besar disebabkan oleh lewatnya pecahan seteah
litotropsi :
Kolik billiaris ( 35 % )
Pankreatitis ( 2 % )
Kolesistitis ( 1 % )
e.
f.
Pembedahan
empedu, misalnya kandung empedu yang mengalami kalsifikasi atau seperti porselen,
kolesterolosis, adenomiomatosis, tidak tampaknya kandung empedu pada KSO
( kolesistografi oral ) dan/atau riwayat serangan kolesistitis akut tanpa memandang
status simptomatiknya sekarang
Pasien yang memiliki batu empedu yang besar / diameter > 2 cm dan pasien dengan
Nutrisi
o Hindari makanan berlemak. Karena lemak menstimulasi sekresi empedu.
o Konsumsi makanan berserat tinggi. Serat tak larut dapat menurunkan produksi asam
empedu sekunder yang dapat meningkatkan produksi empedu. Serat sayur memiliki
sifat melindungi yang tinggi.
o Mengurangi makanan yang manis, serta meningkatkan intake buah, sayuran dan
juga mengkonsumsi alcohol secara ringan dapat mencegah terbentuknya batu
empedu.
o Pada pasien dengan serangan akut, kantung empedu harusya dibuat setidak-aktif
mungkin, dengan memberikan nutrisi secara NPO (nil per os) dan mengistirahatkan
usus hingga gejala mereda. Pasien juga dapat diberikan cairan, namun tetap yang
rendah lemak seperti susu rendah lemak. Karbohidrat juga diperoleh dari minuman
manis seperti juice buah.
o Pasien dengan kondisi kronis, diberikan diet rendah lemak dan cukup karbohidrat
serta protein. Dapat diberikan tambahan vitamin A, D, E, dan K.
o Pada pasien pasca operasi cholecystectomy, pemberian nutrisi oral dapat diberikan
setelah saluran cerna kembali normal, dan pelepasan NGT. Pasien dapat diberikan
makanan berserat untuk mengatasi diare, namun diare akan hilang seiring waktu.
Setelahnya, pemberian makanan tetap diusahakan rendah lemak, cukup kalori dan
protein.
Prognosis
Dengan litotropsi :
o Batu empedu tunggal 20 mm 60-70 % tetap bebas batu dan pecahannya setelah
8-12 bulan
o Batu 20 mm atau berjumlah 2 3 hasil kurang memuaskan
o Rekurensi batu empedu pada 10-15 % paien 2 tahun setelah terapi yang
dikombinasikan dengan litolitik medis
Quo ad vitam
quo ad functionam
: ad bonam
quo ad sanationam
: ad bonam
: ad bonam
Daftar Pustaka
Moore, K.L dan A.F Dalley. 2006. Clinically Oriented Anatomy 5th edition. Philadelphia :
Lippincott Williams & Wilkins
Junqueira, L.C, Jos Carneiro dan R. O. Kelley. 1997. Histologi Dasar edisi 8 / alih
bahasa, Jan Tambayong ; editor, Sugiarto Komala, Alex Santoso. Jakarta : EGC
Greenberger N.J dan G. Paumgartner. 2005. Diseases of the Gallbladder and Bile Ducts
dalam Harrisons Principles of Internal Medicine 16th edition. USA : McGraw-Hill
Guyton, A.C dan J.E. Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9 / editor bahasa
Indonesia : Irawati Setiawan. Jakarta : EGC